Anda di halaman 1dari 3

Mewujudkan Pemilu Yang Berintegritas

tanpa Politik Uang di Kabupaten Raja Ampat

Oleh: Mario Wiran, Staf Bawaslu Kabupaten Raja Ampat

“Money is not sufficient, but it is necessary for successful


campaign. Money is necessary because campaigns do
have impact on election results and campaign cannot be
run without it”--Uang saja tidak cukup, tapi uang sangat
berarti bagi keberhasilan kampanye. (NN)

Pada masa kampanye uang menjadi sangat penting karena kampanye


memiliki pengaruh kuat terhadap hasil pemilu dan tentunya kampanye
tidak akan berjalan lancar tanpa uang. Kekuatan uang inilah yang
membuat partai dan para caleg yang berkontestasi terperangkap dalam
permainan jahat politik uang yang pada hakekatnya mencederai pemilu itu
sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan Indonesia Corruption Watch (ICW) di 15


Provinsi terkait adanya praktek politik uang yang dilakukan caleg untuk
mendulang suara pada pemilu legislative (pileg) 9 April 2014 lalu,
menyimpulkan bahwa masih maraknya praktek politik uang, dengan kasus
terbanyak terjadi di provinsi banten yaitu 36 kasus, disusul riau dan
Bengkulu dengan 31 kasus, sumatera barat 31 kasus dan sumatera uatara
29 kasus. Pada pemilu yang secara serentak akan dilaksanakan pada
tanggal 17 April 2019 sangat besar berpotensi untuk terjebak dalam
lingkaran politik uang, tidak terlepas pada perhelatan politik yang
berlangsung di Kabupaten Raja Ampat.

Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang 80% daerahnya


adalah laut. Satu-satunya modal transportasi laut untuk menghubungkan
wilayah kepulauan yang penghuninya adalah pemilik suara/rakyat adalah
dengan menggunakan transportasi laut, speed boat atau kapal. Kondisi ini
tentunya menjadi persoalan tersendiri bagi partai politik dan para calon
untuk melakukan aktifitas politik pada masa kampanye. Cost Politik yang
besar dan keberanian menempu ganasnya gelombang laut menjadi
tantangan yang tidak dapat dihindarkan.

Ada satu kondisi yang mengagetkan pada saat mengunjungi beberapa


distrik yang tergabung dalam kepulauan misool, sesaat setelah memberikan
pendidikan pengawasan pemilu partisipatif bagi masyarakat seorang bapak
berujar “Anak Rio, siapa yang memenangkan pemilu disini adalah siapa
yang memiliki uang, kami menunggu saja siapa yang datang memberikan
uang kepada kami”. Kondisi ini menegaskan bahwa masyarakat telah
terbentuk mindsetnya bahwa uang adalah penentu segala kebijakan.
Pemilihan legislative merupakan momentum untuk mendapatkan uang,
sayang kalau dilewatkan begitu saja. Hal ini tentu menjadi masalah yang
perlu disikapi dengan bijak oleh setiap orang yang berkehendak baik. Kita
semua tentunya harus mengatakan bahwa kita termasuk orang-orang yang
mengetahui serangan fajar itu, entah kita menerima atau mengabaikannya,
tak jadi soal, yang jelas wajah pemilu kita sungguh tercoreng dengan kasus
politik uang ini. Dengan diiming-imingi uang, kita rela menggadaikan hak
politik kita untuk satu suara yang bila diakumulasikan dalam jumlah besar
bisa saja memenangkan calon pemberi uang tersebut.

Dalam undang-undang No 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum telah


diamanatkan bahwa selain demokratis, integritas merupakan bagian yang
sangat penting dalam pemilihan umum. Dalam undang-undang pemilu
dinyatakan bahwasanya diperlukan pengaturan pemilihan umum sebagai
perwujudan system ketatanegaraan yang demokratis dan berintegritas demi
menjamin konsistensi dan kepastian hukum serta pemilihan umum yang
efektif dan efisien. Penyebutan dan sekaligus pelaksanaan pemilu yang
berintegritas menjadi indicator yang sangat penting dalam menentukan
kesuksesan pemilu yang dilaksanakan. Secara umum perwujudan pemilu
yang berintegritas tidak semata-mata merupakan tugas dari badan
pengawas pemilihan umum. Lantas apa yang harus kita lakukan?

Pertama Memaksimalkan Pengawasan Pemilu Partisipatif. Mengapa


gerakakan pengawasan pemilu partisipatif diperlukan, karena pada
kenyataan yang perlu disadari adalah bahwa dalam melaksanakan fungsi
pengawasan pemilihan umum, lembaga resmi pengawasan pemilihan
umum sangatlah terbatas kapasitasnya. Bukan soal fungsi dan wewenang
badan pengawas pemilihan umum namun keterbatasan SDM dan Fasilitas
penunjang, selain itu kondisi geografis Kabupaten Raja Ampat semakin
mempertegas bahwa seluruh elemen masyarakat perlu dilibatkan secara
aktif dalam upaya untuk menghasilkan pemilu yang berintegritas. Gerakan
ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk membantu masyarakat
lebih memahami aturan-aturan hukum dan kepemiluan yang ada serta
menanamkan budaya taat hukum lewat pembinaan kesadaran hukum dan
pemberian teladan taat hukum.

Kedua Mendorong lahirnya gerakan benci politik uang. Strategi ini tidaklah
aneh mengingat sifat masyarakat dalam pemilihan umum dapat dikatakan
sebagai pemilih tradisional, memilih berdasarkan untung dan rugi, siapa
kasih apa, siapa dapat apa? Memilih tidaklah dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional. Strategi ini menjadi modal awal sekaligus pilihan
paling bijak untuk mencegah terjadinya politik uang. Pelembagaan
kebencian sosial terhadap politik uang ini digelarkan secara merata ke
semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali mengingat masyarakat yang
sudah terlanjur apatis akibat pembiaran politik uang selama ini.
Membiarkan apatisme sosial terhadap politik uang, tidak hanya akan
mempersulit pekerjaan badan pengawas pemilihan umum dan aparat
penegak hukum, tetapi juga dapat mempersubur kejahatan itu sendiri.

Ketiga Mendorong terciptanya kemitraan strategis antara pemerintah dan


masyarakat. Upaya memberantas politik uang ini merupakan tugas setiap
orang yang berkehendak baik, terutama pemerintah sebagai penentu segala
kebijakan. Oleh karena itu perlu dibangun kemitraan antara pemerintah
dan masyarakat termasuk pers, LSM dan kelompok civil society lainnya,
kaum rohaniwan, mahasiswa, kelompok kepemudaan dan sebagainya.

Jika ketiga hal itu dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan pemilu
yang berintegritas dan berkeadilan di Kabupaten Raja Ampat sangatlah
muda untuk diterapkan. Tentu yang terpenting adalah upaya mewujudkan
pemilu yang berintegritas perlu dipahami sebagai proses yang terus
menerus dikembangkan dan dijalankan secara continue sehingga harapan
kita pemilu yang akan dilaksanakan pada 17 april 2019 berjalan dengan
baik dan menghasilkan anggota DPRD yang berintegritas.

Foto

Anda mungkin juga menyukai