Ringkas Resik
MUTU dan
KESELAMATAN
Rajin Rawat PASIEN
KERAMAHAN
Fokus TKRS
1 Representatif Pemilik/ Dewas
12 Budaya Keselamatan
HBL
Peran, tugas,
wewenang Direktur
Organisasi Tenaga
Medis
Peran, tugas,
wewenang tenaga
medis
TKRS 2
Tentang Akuntabilitas Direktur Utama/ Direktur/ Kepala Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit menyusun misi, rencana kerja dan kebijakan untuk memenuhi misi rumah
sakit serta merencanakan dan menentukan jenis pelayanan klinis untuk memenuhi kebutuhan
pasien yang dilayani rumah sakit
Elemen penilaian
a) Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa terdapat proses untuk menyampaikan informasi
dalam lingkungan rumah sakit secara akurat dan tepat waktu
b) Pimpinan rumah sakit memastikan bahwa komunikasi yang efektif antara unit klinis dan
nonklinis, antara PPA dengan manajemen, antar PPA dengan pasien dan keluarga serta
antar staf telah dilaksanakan
c) Pimpinan rumah sakit telah mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, rencana strategis dan
kebijakan rumah sakit kepada semua staf.
TKRS 4
• Direktur dan pimpinan RS menggunakan data yang tersedia (data based) dalam menetapkan
indikator prioritas RS yang perbaikannya akan berdampak luas/menyeluruh meliputi (a-f) dalam
maksud dan tujuan.
• Dalam memilih prioritas perbaikan di tingkat RS maka direktur dan pimpinan menggunakan
kriteria prioritas meliputi poin a-h dalam maksud dan tujuan
• Direktur dan pimpinan RS mengkaji dampak perbaikan primer dan dampak perbaikan sekunder
pada indikator prioritas RS yang ditetapkan di tingkat RS maupun tingkat departemen/unit
PRIORITAS DANPAK
DATA PERBAIKA
DAMPAK
SEKUND
BASED N RS PRIMER
ER
KRITERIA
PRIORITAS
KRITERIA PEMILIHAN PRIORITAS PRIORITAS PERBAIKAN RS
PENGUKURAN DAN PERBAIKAN
1. Sasaran keselamatan pasien (6 skp)
2. Pelayanan klinis prioritas untuk perbaikan mis.
1. Masalah di rumah sakit Pelayanan beresiko tinggi dan terdapat maslah mis.
2. Jumlah yang banyak (high volume) Pelayanan HD, pelayanan kemoterapi dll
3. Proses berfesiko tinggi (high process) 3. Tujuan strategi RS mis. Menjadi RS rujukan pasien
kanker. Prioritas perbaikan mis
4. Ketidakpuasan pasien dan staf • KPI meningkatkan efisiensi
5. Kemudahan dalam pengukuran • Mengurangi angka readmisi
6. Ketentuan pemerintah/persyaratan eksternal • Mengurangi masalah alur pasien di IGD atau
• Memantau mutu layanan yang diberikan oleh
7. Sesuai dengan tujuan strategi rumah sakit
pihak lain yang di kontrak
8. Memberikan pasien lebih baik 4. Perbaikan sistem : perbaikan yaqng akan
berdampak luas / menyeluruh di RS yang dapat
diterapkan di beberapa unit, mis. Sistem
pengelolaan obat, komunikasi serah terima dll.
5. Manajemen risiko untuk perbaikan proaktiv
terhadap proses berisiko tinggi yang datanya dapat
di ambil dari profil risiko, atau proses yang telah
dilakukan analisa FMEA
6. Penelitian klinis dan program pendidikan
DAMPAK PERBAIKAN
Direktur dan pimpinan RS akan menilai dampak perbaikan :
• Dampak primer : hasil capaian setelah dilakukan perbaikan mis.
• Hasil kepatuhan terhadap proses yang ditetapkan misalnya, kepatuhan pelaporan hasil kritis < 30
menit tercapai 100%
• Dampak sekunder : dampak terhadap efisiensi setelah dilakukan perbaikan mis.
• Penilaian dampak perbaikan akan memberikan pemahaman tentang biaya yang dikeluarkan untuk
investasi mutu, SDM, keuangan, dan keuntungan lain dari investasi tersebut.
TKRS 6
Pimpinan Rumah Sakit bertanggung jawab untuk mengkaji, memilih, dan memantau
kontrak klinis dan nonklinis serta melakukan evaluasi termasuk inspeksi kepatuhan
layanan sesuai kontrak yang disepakati.
Kontrak pelayanan klinis disebut kontrak klinis adalah perjanjian pelayanan klinis yang
diberikan oleh pihak ketiga kepada pasien misalnya layanan laboratorium, layanan
radiologi dan pencitraan diagnostik dan lain-lainnya.
Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga kesehatan Lain menerapkan
pengorganisasisannya sesuai peraturan perundang-undangan untuk mendukung tanggung
jawab serta wewenang mereka.
Dalam menjalankan fungsinya, Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan Lain
mempunyai tanggung jawab kepada pasien dan kepada rumah sakit yaitu:
a) Mendukung komunikasi yang efektif antar tenaga profesional;
b) Menyusun kebijakan, pedoman, prosedur serta protokol, tata hubungan kerja, alur klinis, dan
dokumen lain yang mengatur layanan klinis;
c) Menyusun kode etik profesi; dan
d) Memantau mutu pelayanan pasien lainnya.
Elemen Penilaian TKRS 8
1 Kepala unit kerja diangkat sesuai kualifikasi dalam persyaratan jabatan yang ditetapkan.
2 Kepala unit kerja menyusun pedoman pengorganisasian, pedoman pelayanan dan prosedur sesuai
proses bisnis di unit kerja.
3 Kepala unit kerja menyusun program kerja yang termasuk di dalamnya kegiatan PMKP serta
manajemen risiko setiap tahun.
4 Kepala unit kerja mengusulkan kebutuhan sumber daya mencakup ruangan, peralatan medis,
teknologi informasi dan sumber daya lain yang diperlukan unit layanan serta terdapat mekanisme
untuk menanggapi kondisi jika terjadi kekurangan tenaga.
5 Kepala unit kerja telah melakukan koordinasi dan integrasi baik dalam unitnya maupun
antar unit layanan.
Elemen Penilaian TKRS 10
1 Kepala unit klinis /non klinis melakukan pengukuran INM yang sesuai dengan pelayanan
yang diberikan oleh unitnya.
2 Kepala unit klinis / non klinis melakukan pengukuran IMP-RS yang sesuai dengan
pelayanan yang diberikan oleh unitnya, termasuk semua layanan kontrak yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Kepala unit klinis / non klinis menerapkan pengukuran IMP-Unit untuk mengurangi variasi
dan memperbaiki proses dalam unitnya,
4 Kepala unit klinis/ non klinis memilih prioritas perbaikan yang baru bila perbaikan
sebelumnya sudah dapat dipertahankan dalam waktu satu tahun.
TKRS 11
Kepala unit klinis mengevaluasi kinerja para dokter, perawat dan tenaga kesehatan
profesional lainnya menggunakan indikator mutu yang diukur di unitnya.
2 Penilaian kinerja para perawat dalam memberikan pelayanan untuk meningkatkan mutu
dan keselamatan pasien menggunakan indikator mutu yang diukur di unit tersebut.
5. Mendukung transparansi dalam melaporkan pengukuran hasil kinerja klinis dan non klinis
6. Keterbukaan kepemilikan agar tidak terjadi konflik kepentingan
7. Menetapkan mekanisme pelaporan bagi praktisi kesehatan dan staf lainnya tanpa tanpa takut
dihukum.
8. Mendukung keterbukaan dalam sistem pelaporan mengenai masalah/isu etik tanpa takut diberikan
sanksi
9. Memberikan solusi yang efektif dan tepat waktu untuk masalah etik yang terjadi;
10. Memastikan praktik nondiskriminasi dalam pelayanan pasien
11. Tagihan biaya pelayanan harus akurat dan dipastikan bahwa insentif dan pengelolaan pembayaran
tidak menghambat pelayanan pasien.
12. Pengelolaan kasus etik pada konflik etik antar profesi di rumah sakit, serta penetapan Code of
Conduct bagi staf sebagai pedoman perilaku sesuai dengan standar etik di rumah sakit.
TKRS 13
1. Pimpinan rumah sakit menetapkan Program Budaya Keselamatan yang mencakup poin a)
sampai dengan h) dalam maksud dan tujuan serta mendukung penerapannya secara
akuntabel dan transparan.
2. Pimpinan rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan menyediakan informasi
(kepustakaan dan laporan) terkait budaya keselamatan bagi semua staf yang bekerja di
rumah sakit.
3. Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung dan mendorong budaya
keselamatan di rumah sakit.
4. Pimpinan rumah sakit mengembangkan sistem yang rahasia, sederhana dan mudah
diakses bagi staf untuk mengidentifikasi dan melaporkan perilaku yang tidak diinginkan dan
menindaklanjutinya.
5. Pimpinan rumah sakit melakukan pengukuran untuk mengevaluasi dan memantau budaya
keselamatan di rumah sakit serta hasil yang diperoleh dipergunakan untuk perbaikan
penerapannya di rumah sakit.
6. Pimpinan rumah sakit menerapkan budaya adil (just culture) terhadap staf yang terkait
laporan budaya keselamatan tersebut.
Direktur menetapkan Program Budaya Keselamatan di rumah sakit yang mencakup:
1. Perilaku memberikan pelayanan yang aman secara konsisten untuk mencegah terjadinya
kesalahan pada pelayanan berisiko tinggi.
2. Perilaku di mana para individu dapat melaporkan kesalahan dan insiden tanpa takut dikenakan
sanksi atau teguran dan diperlakuan secara adil (just culture)
3. Kerja sama tim dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah keselamatan pasien.
4. Komitmen pimpinan rumah sakit dalam mendukung staf seperti waktu kerja para staf,
pendidikan, metode yang aman untuk melaporkan masalah dan hal lainnya untuk menyelesaikan
masalah keselamatan.
Lanjutan….
5. Identifikasi dan mengenali masalah akibat perilaku yang tidak diinginkan (perilaku
sembrono).
6. Evaluasi budaya secara berkala dengan metode seperti kelompok fokus diskusi
(FGD), wawancara dengan staf, dan analisis data.
7. Mendorong kerja sama dan membangun sistem, dalam mengembangkan budaya
perilaku yang aman.
8. Menanggapi perilaku yang tidak diinginkan pada semua staf pada semua jenjang di
rumah sakit, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis dan nonklinis,
dokter praktisi mandiri, representasi pemilik dan anggota Dewan pengawas.
TKRS 14 Manajemen Risiko
Standar TKRS 14
Program manajemen risiko yang terintegrasi digunakan untuk mencegah terjadinya
cedera dan kerugian di Rumah Sakit.
Menetapkan Konteks
Evaluasi Risiko
Penanganan Risiko
Pemantauan Risiko
Program Manajemen Risiko Rumah Sakit harus Disusun Setiap Tahun Berdasarkan
Daftar Risiko yang di Prioritaskan dalam Profil Risiko Meliputi :
Standar TKRS 15
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan
dalam penelitian bersubjek manusia