Anda di halaman 1dari 199

Teori Ilmu Sosial

Program Doktor Ilmu Pemerintahan


IPDN
SUBSTANSI PEMBELAJARAN TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL

Mata kuliah ini mengajarkan berbagai


konsep dasar dan teori-teori ilmu sosial
terutama yang terkait dengan perspektif
sosiologi, antropologi, politik, ekonomi,
psikologi sosial, hukum, administrasi
publik, pemerintahan dan
pengembangannya (prospek)
POKOK BAHASAN
1. Daftar Bacaan (Referensi)
2. Konsep dan Teori
3. Memahami Teori Ilmu-Ilmu Sosial
4. Awal Sejarah Perkembangan Teori
Ilmu-Ilmu Sosial
5. Dasar Pengamatan Ilmu-Ilmu Sosial
6. Permasalahan Sosial
7. Kategorisasi Teori Ilmu-Ilmu Sosial
8. Sifat Hubungan Antar Teori Ilmu-Ilmu
Sosial
9. Persyaratan Studi Teori Ilmu-Ilmu Sosial
10.Perspektif Perkembangan Teori Ilmu-Ilmu
Sosial
11.Anatomi dan Jenis Teori Ilmu Sosial
12.Paradigma Ilmu Sosial
13.Peta Teori Ilmu-Ilmu Sosial
14.Pertanyaan Besar Teori Ilmu-Ilmu Sosial,
tbk
Daftar Pustaka :
Agger, Ben, 2007, Teori Sosial Kritis: Kritik,
Penerapan dan Implikasinya, Yogyakarta, Kreasi
Wacana.
Baert, Patrick, 1998, Social Theory in the Twentieth
Century, Cambridge, Polity Press.
Beilharz, Peter,2002, Teori-Teori Sosial: Observasi
Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Campbell, Tom, 1994, Tujuh Teori Sosial, Sketsa,
Penilaian, Perbandingan, Yogyakarta, Kanisius.
Craib, Ian, 1986, Teori-Teori Sosial Modern: Dari
Parson Sampai Habermas, Jakarta, Rajawali.
Delanty, Gerard, 1999, Social Theory in a Changing
World, Conception of Modernity, Cambridge, Polity
Press.
Doyle, Paul Johnson, 1986, Teori Sosiologi Klasik
Dan Modern, (Robert MZ Lawang, penterjemah), Jilid
1,2, Jakarta, Gramedia.
Effendi, Sofian, dkk, 1996, Membangun Martabat
Manusia: Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam
Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
Giddens, Anthony, 2009, Problematika Utama dalam
Teori Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Hardiman, F.Budi,1993, Menuju Masyarakat
Komunikatif, Ilmu, Masyarakat, Politik dan
Postmodernisme menurut Jurgen Habermas,
Yogyakarta, Kanius.
Hoogvelt, Ankie MM, 1995, Sosiologi Masyarakat
Sedang Berkembang, (Alimandan, Penyadur),
Jakarta, Rajawali.
Jackson, Stevi dan Jackie Jones, 2009, Teori-Teori
Feminis Kontemporer, Yogyakarta, Jalasutra.
Jones, Pip, 2009, Pengantar Teori-Teori Sosial,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
Kuhn, Thomas,S, 2000, The Structure of Scientific
Revolutions: Peran Paradigma Dalam Revolusi
Sains, Bandung, Remaja Rosda Karya .
Lechte, John, 2001, 50 Filsuf Kontemporer: Dari
Strukturalisme sampai Postmodernitas,
Yogyakarta, Kanisius.
Polanyi, Michael, 1996, Segi Tak Terungkap Ilmu
Pengetahuan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama .
Ritzer, George, 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda, (Alimandan:Penyadur),
Cetakan ketiga, Jakarta, Rajawali .
------------------,2003, Teori Sosial Post Modern,
Yogyakarta, Kreasi Wacana.
Salim, Agus, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial: Dari Denzin Guba dan Penerapannya,
Yogyakarta, Tiara Wacana.
Sanderson, Stephen.K, 2000, Makro Sosiologi:
Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Sindhunata, 1983, Dilema Usaha Manusia Rasional,
Jakarta, Gramedia
Soedjatmoko, 1984, Dimensi Manusia dalam
Pembangunan, Jakarta, LP3ES
Supardan, Dadang, 2008, Pengantar Ilmu Sosial:
Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta,
Bumi Aksara.
Suryono, Agus,2004, Pengantar Teori Pembangunan,
Malang, Universitas Negeri Malang, UM Press.
------------,2006, Ekonomi Politik Pembangunan
dalam Perspektif Teori Ilmu Sosial, Malang, UM
Press.
Turner, Bryan, 2000, Teori-Teori Sosiologi:
Modernitas-Postmodernitas, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar .
Veeger, KJ, 1990, Realita Sosial, Refleksi Filsafat
Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam
Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta,Gramedia
Pustaka Utama .
Wallace, Walter,L,1990, Metoda Logika Ilmu Sosial,
Jakarta, Bumi Aksara.
Waters, Malcolm, 1994, Modern Sociological Theory,
London-New Delhi, Sage Publications, Thousand
Oaks . tbk
SUMBER KEBENARAN ILMU
TUHAN
YME

WAHYU MELALUI NABI

MANUSIA

RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANGAN & PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)


PERSYARATAN SUATU DISIPLIN
ILMU

• OBYEK STUDI

• TERMINOLOGI TERSENDIRI YG KHAS

• METODOLOGI

• FILOSOFI

• PERANGKAT TEORI DAN SUB-TEORI- SUB-TEORI


BATASAN-BATASAN PEMIKIRAN
• 1. AXIOMA: HUKUM ALAM, DOGMA AGAMA, SUNATULLAH; PROPOSISI YANG TIDAK
MEMERLUKAN BUKTI, TIDAK TERBANTAH; SECARA UNIVERSAL DIANGGAP BENAR.
CONTOH: MATAHARI PASTI TERBIT DI TIMUR, DSB.

• 2. PARADIGMA: POLA PIKIR DAN KEYAKINAN FILSAFATI YANG BERSIFAT


KULTURAL/BERBASIS PERADABAN; NILAI-NILAI DASAR MASYARAKAT YANG DITERIMA
SECARA UMUM; CARA PANDANG SOSIAL POLITIK DAN SOSIO KULTURAL YANG TAKEN
FOR GRANTED; SUATU MAXIM, RULES OF CONDUCT, MODEL ATAU POLA PIKIR
INTEGRAL. CONTOH: RAKYATLAH YANG BERDAULAT, BUKAN PASAR BEBAS.

• 3. ADAGIUM: PERUMPAMAAN YANG DITERIMA SECARA OPERATIF (PROVERB);


PEDOMAN/PANDUAN/PLATFORM PENYELENGGARAAN DI LAPANGAN, BERSIFAT
CULTURAL-BEHAVIORAL, SEBAGAI PILIHAN YANG BENAR. CONTOH; FIAT JUSTITIA
RUAT COELUM-BIAR LANGIT RUNTUH HUKUM JALAN TERUS.

• 4. ASUMSI: BATASAN-BATASAN TEORI (THEORY CONSTRAINTS). CONTOH; HARGA


AKAN NAIK APABILA PERMINTAAN NAIK, DENGAN ASUMSI BAHWA PENAWARAN
TETAP.

• 5. TEORI: SUATU PENDAPAT (OPINION,VIEW) YG DIPEROLEH MELALUI PEMIKIRAN


RASIONAL MENURUT PROSEDUR AKADEMIK ATAU ILMIAH (SCIENTIFIC METHOD)

• SUMBER: MEUTIA FARIDA HATTA SWASONO., PEDOMAN RINGKAS PENULISAN KARYA ILMIAH, 2002P. 22-23
FUNGSI TEORI
• TEORI MERUPAKAN RUMUSAN LENGKAP DARI ILMU PENGETAHUAN
(UNDERSTANDING AND KNOWLEDGE) TENTANG SESUATU (THING);

• TEORI MERUPAKAN SEMACAM PEDOMAN ATAU PEGANGAN DLM


MENGHADAPI PRAKTEK DLM LINGKUNGAN SEHARI-HARI;

• TEORI MERUPAKAN BAHAN PENDIDIKAN UNTUK MENTRANSFER


KNOWLEDGE, MEMBUAT SADAR, MEMAHAMI DAN MELATIH ORANG
LAIN.

• BENTUK TEORI:

• 1. YANG PALING SEDERHANA  DEFINISI


• 2. TESISTEORI KHUSUS / SUATU PENDAPAT / TEMUAN
• 3. DESKRIPSIPENDAPAT SEORANG SARJANA/PAKAR YANG TELAH
MELALUI SUATU PROSES RISET ILMIAH DAN TERUJI.
LANJUTAN BENTUK TEORI

1. EKSPLIKASI SUATU TEORI YG MENJELASKAN HAL-


IHWAL SUATU FENOMENA SETELAH DITELITI SECARA
ILMIAH;

2. NORMASI  SUATU TEORI YG MENETAPKAN SYARAT-


SYARAT KRITERIA ATAU STANDAR YG HARUS DIPENUHI;

3. PRINSIP  PIKIRAN DASAR, TEORI YG MENJELASKAN,


MENENTUKAN, SUATU TATA HUBUNGAN ANTARA
ORANG DG ORANG, ORANG DG BENDA, ORANG-BENDA-
ORANG, ORANG – KEWAJIBAN DSB
PENGERTIAN ILMU SOSIAL
LEON BRAMSON (1966) membedakan tiga
makna dasar teori sosial:
1. Upaya memahami hakikat dan bekerjanya masyarakat 
menjelaskan fenomena sosial dengan cara yang sama
sebagaimana fakta-fakta dunia fisik dijelaskan oleh ilmu-ilmu
alam.
2. Pengilmiahan teori masyarakat seharusnya “bebas nilai” (value-
free) dan “netral nilai” (value netral)  dipengaruhi pandangan
positivistik Max Weber tentang pentingnya objektivitas dalam
ilmu-ilmu sosial.
3. Ilmu sosial adalah bagian dari ideologi politik seperti fasisme
dan komunisme dalam pengertian –meminjam teori partai
Lenin, menjadikan “teori sosial” sebagai bagaimana politik
bekerja dan bagaimana untuk menyelenggarakan kegiatan
OBJEK KAJIAN ILMU
SOSIAL
WALTER WALLACE: TEORI SOSIAL  merupakan
bagian sederhana dari proses umum penelitian
sosiologis yang menggunakan metode-metode,
pengamatan-pengamatan, generalisasi empiris,
hipotesis, dan teori-teori.
Teori memiliki dua peran penting:
- Mengukur sebelum penelitian dilakukan
- Pemakaian setelah penelitian dilakukan
Teoretisasi ilmu sosial pembuatan model-model
abstraksi dari realitas yang dapat diamati untuk
memahami lebih baik apa yang berlangsung di dunia
manusia (Richard Jenkins, 2002).
KONSEP DAN TEORI
PENDAHULUAN

 BERTEORI SOSIAL DIAWALI DENGAN


KEMAMPUAN UNTUK MENGERTI DAN
MEMAHAMI KONSEP-KONSEP SOSIAL
 TEORI SOSIAL MERUPAKAN GABUNGAN
ATAU KUMPULAN DARI KONSEP-KONSEP
SOSIAL YANG TELAH DIUJI KEBENARANNYA
SECARA UMUM (OBYEKTIF, METODOLOGIS)
DAN MEMILIKI SIFAT GENERALISASI
 BELAJAR TEORI SOSIAL BERBEDA DENGAN
PRAKTEK TEORI SOSIAL (AKTUALISASI –
REAKTUALISASI)
KONSEP TEORI METODOLOGI
APA ITU KONSEP ?
MERUPAKAN GAMBARAN (WACANA)
ABSTRAK DARI FENOMENA ALAMI
DAN FENOMENA SOSIAL
WACANA FENOMENA ALAMI,
MELAHIRKAN ALIRAN POSITIVISTIK –
NATURALISTIK (NATURAL LAW)
WACANA FENOMENA SOSIAL,
MELAHIRKAN ALIRAN HUMANISTIK –
KULTURALISTIK (SOCIAL LAW)
KONSEP
Fenomena alami, berkaitan
dengan: posisi dan lokasi
wilayah/geografi, kondisi
sumberdaya alam, kondisi
kependudukan (SDM) –
disebut Trigatra/Sikayamampu
Fenomena sosial, berkait dengan:
peristiwa ideologi, peristiwa politik,
peristiwa ekonomi, peristiwa sosial,
peristiwa budaya, dan peristiwa
pertahanan dan keamanan masyarakat
(IPOLEKSOSBUDHANKAM)
Ilmu sosial merupakan kajian-kajian
yang banyak berkaitan dengan
fenomena-fenomena sosial (konsep
sosial) yang disebut dengan aspek
kemasyarakatan (Pancagatra)
TRI GATRA KETAHANAN NASIONAL
1. Kondisi Geografi
2. Keadaan dan Kekayaan Alam
3. Keadaan dan Kemampuan
Penduduk
(Si Kaya Mampu)
PANCA GATRA KETAHANAN NASIONAL

1. Bidang Ideologi (kondisi mental bangsa terhadap


pancasila)
2. Bidang Politik (kondisi politik bangsa bertumpu pada
pengembangan demokrasi pancasila dan UUD 1945)
3. Bidang Ekonomi (kondisi perekonomian bangsa
berlandasan pancasila UUD 1945)
4. Bidang Sosial Budaya (kehidupan SOSBUD menjiwai
kepribadian nasional berdasarkan Pancasila)
5. Bidang Pertahanan Keamanan (kondisi daya tangkal
bangsa di landasi kesadaran bela negara)

Disingkat:
I - POL - EK - SOSBUD - HANKAM
TRI GATRA + TRI GATRA

ASTA GATRA

Kesejahteraan
dan Keamanan

1. Ketahanan Bidang Ideologi


2. Ketahanan Bidang Politik
3. Ketahanan Bidang Ekonomi
4. Ketahanan Bidang Sosial-budaya
5. Ketahanan Bidang Hankam
1. Keunggulan luas wilayah
Potensi Laut Indonesia
2. Posisi strategis Indonesia

 Luas wil perairan : 5.877.879 Km².  Panjang Grs Pantai : 81.000 Km.
 Luas wil Laut Ter : 3.100.000 Km².  Panjang Base Line : 13.179 Km.
 Luas wil laut ZEEI : 2.700.000 Km².  Jumlah Pulau : 17.499 Pulau.
Wilayah Asia Tenggara
KONSEP-KONSEP DASAR DALAM
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL :
1. Realita atau fenomena 16. Kekuasaan dan otoritas sosial
sosial 17. Integrasi/solidaritas sosial
2. Individu dan masyarakat 18. Konflik sosial
3. Interaksi sosial 19. Sikap dan perilaku sosial
4. Proses sosial 20. Penyimpangan/Patologi sosial
5. Kategori sosial 21. Nilai dan norma sosial
6. Kolektivitas sosial 22. Sosialisasi dan akulturasi
7. Kelompok sosial 23. Sistem sosial
8. Posisi/kedudukan sosial 24. Organisasi sosial
9. Peran sosial 25. Harmonisasi/Tertib sosial
10. Fungsi sosial
11. Status sosial
12. Struktur sosial
13. Kebudayaan
14. Lembaga/Pranata sosial
15. Stratifikasi sosial
FUNGSI KONSEP DALAM TEORI
SOSIAL
 Memberi pengertian dan pemahaman ttg
sesuatu (kognitif dan afektif atau
understanding)
 Memberikan penjelasan atau keterangan ttg
sesuatu (explanasi)
 Menilai suatu kondisi obyek sosial (evaluatif)
 Dapat memberitahu ttg sesuatu (informatif dan
komunikatif)
 Menghasilkan suatu istilah yang sifatnya
praktis dan sederhana (pragmatis)
TUJUAN KONSEP DALAM TEORI
SOSIAL

Sebagai reduksi atau refleksi dari


peristiwa, realita, gejala atau
fenomena sosial yang berisikan
data dan fakta-fakta sosial
Untuk merumuskan kesepakatan
(komitmen) definisi, pengertian,
istilah, kata-kata, kalimat atau label-
label dari fenomena sosial sebagai
konsep-konsep sosial
Untuk merumuskan simbol-simbol,
kategorisasi, mitos, formula/dalil,
dan kode-kode (morse) sebagai
hasil konstruksi kelompok tertentu
yang sifatnya lebih halus daripada
peristiwa dan konsep-konsep sosial
yang dirumuskan sebelumnya
MANFAAT KONSEP
Dengan konsep, manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lain
dan bahkan dengan machluk lain,
karena adanya kesamaan
pemahaman (mutual understanding)
dan kesamaan pemaknaan (mutual
meaning)
PROSES KONSEP KE TEORI

Halus KODE
(Askripsi, Morse)

FORMULA
(dalil, rumus, stikma)

MITOS
(legenda, cerita)

SIMBOL (Bahasa)

KATAGORISASI (Teoritisasi)

Kasar KONSEP (Istilah)


Sensing, Persepsi dan Interpretasi
PERISTIWA, FENOMENA
Fakta dan Realita
FOKUS PEMBELAJARAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

REALITA
E N
M O
P N
FENOMENA/PERISTIWA
I
R E
I KONSEP M
S P
I
TEORI R
I
S
METODOLOGI
MEMAHAMI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
Peristiwa/Fenomena/Realita/Gejala

Proses dan kemampuan Penginderaan (sensing)

Definisi konsep (sbg knowledge)

Pembentukan proposisi (postulat/aksioma dan teorem)

TEORI Non Uji Hipotesis


(kualitatif)
Uji Hipotesis (kuantitatif)
Fokus
Variabel dan Indikator

Definisi operasional
MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER,
SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI,
GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN
AAH…TEORI !!
KANKER GIGI DAN RONGGA MULUT
UNSUR-UNSUR TEORI
(Tom Campbell, 1994)

DEFINISI/ TERMINOLOGI (KONSEP)


DISKRIPTIP (EMPIRIS, FAKTA, DATA,
INFORMASI)
PENJELASAN (EKSPLANASI, NARASI,
URAIAN, ANALISIS, SINTESA,
KONKLUSI, TEMUAN, INOVASI)
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
Ilmu Teori Politik/
Politik/ Adm
Adm A-Z

ILMU-ILMU
SOSIAL Ilmu Teori Ekonomi
(UMUM) Ekonomi A-Z

Teori Sosiologi
Sosiologi A-Z
TEORI-TEORI ILMU SOSIAL
TEORI ILMU
POLITIK/ADM/PEM Teori A - Z
(KHUSUS)

TEORI ILMU
EKONOMI Teori A - Z
(KHUSUS)

TEORI
Teori A - Z
SOSIOLOGI
(KHUSUS)
Taliziduhu Ndraha, 2005, Kybernologi
adalah Ilmu Pemerintahan baru.
Kajian thdp pemerintahan selama ini melalui
pendekatan kekuasaan (body-of-knowledge)
 Ilmu pemerintahan di Indonesia dlm
pembelajarannya dikonstruksikan sbg aplikasi
beberapa cabang, terutama Ilmu Politik dan Ilmu
Administrasi Publik
Natural turbulence dan social turbulence yg terjadi
di dunia mendorong perubahan paradigma contoh
Development administration (1960-an) menjadi The
Public Administration (1970-an)
 Dua kali Social Turbulence (1965 dan 1998) dan
sekali Natural Turbulence (2004-2005) menimpa Ind.
Mendorong konstruksi ilmu pemerintahan
Rekonstruksi bermula pd pendekatan baru yaitu
pendekatan kemanusiaan, melalui pendekatan ini,
hak asasi dan kebutuhan dasar manusia dan
lingkungannya yang terlihat sbg sasaran kajian dan
bukan kepentingan partai dan gol. Produk
pendekatan ini oleh Ndraha diberi nama Kybernologi
(Kybernan artinya mengemudi sama dgn Inggris to
steer, dan Belanda Besturen. Dilhat sudut bhs,
Kybernologi sama dgn Bestuurskunde atau
Bestuurswetenschap, dilihat perspektif ini,
Kybernologi adalah Ilmu Pemerintahan Baru)
TEORI
Serangkaian asumsi, konsep,
konstrak, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial
dan alami secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar
konsep
Gabungan dari konsep-konsep yang
telah diuji kebenarannya secara
sistematis dan metodologis sehingga
memiliki sifat obyektif (generalisasi)
sebagai kesepakatan dunia akademis
 Teori adalah alat untuk memahami kenyataan
atau realitas sosial
 Teori sebagai alat untuk menyatakan
hubungan sistematik antara fenomena atau
gejala yang hendak diteliti
 Teori selalu lahir dari kenyataan dan selalu
diuji pula di dalam kenyataan
 Teori merupakan hasil kesepakatan
masyarakat akademis sebagai perspektif etik
(agenda akademis)
Teori memberikan pola bagi interpretasi
data
Teori menghubungkan satu studi dengan
studi lainnya
Teori menyajikan kerangka sehingga
konsep dan variabel memiliki arti dan
makna penting
Teori memungkinkan interpretasi makna
yang lebih besar (siap pakai) daripada
hasil temuan yang diperoleh dari
penelitian (kegunaan laten/hidden)
PERSOALAN POKOK
TEORI SOSIAL

Adalah bagaimana memandang dan


memahami kenyataan kehidupan
sosial sebagai realita yang harus
dihadapi secara bijaksana (wisdom)
dan bebas nilai (values free/ neutral/
non- etic)
TUJUAN TEORI SOSIAL
 Untuk memberikan pengertian dan
pemahaman (understanding) terhadap
realita/fenomena sosial
 Untuk memberikan penjelasan (explanation)
terhadap realita/fenomena sosial
 Untuk kepentingan prediksi atau peramalan
(forcasting) terhadap fenomena-2 sosial
 Sebagai kritik dan pengawasan (control)
terhadap perkembangan konsep dan teori-
teori sosial
 Melatih kepekaan dan tanggungjawab sosial
(sensitivity and responsebelity)
MANFAAT TEORI SOSIAL
 Sebagai alat (instrument) dalam menjelaskan
realita/fenomena sosial
 Sebagai alat analisis (tools of analysis)
terhadap fenomena sosial yang diamati
 Sebagai sarana atau upaya peneliti untuk
melakukan konstruksi, rekonstruksi atau
dekonstruksi teori terhadap realita/
fenomena sosial yang diamati dengan
persyaratan: relevan (cocok, layak),
aplikabel/manajebel (dapat dilaksanakan),
replikan (dapat di daur ulang), dan konsisten
(runtut dan sistematik)
INTENSITAS TEORI SOSIAL
Jika situasi dan kondisi dalam keadaan
normal (stabil), maka wacana teori memiliki
intensitas rendah, tetapi aplikasinya tinggi
Jika situasi dan kondisi dalam keadaan
tidak normal (labil), maka wacana teori
memiliki intensitas tinggi, tapi aplikasinya
rendah bahkan tertolak
STRUKTUR TEORI SOSIAL

GRAND THEORY
(Analisis Menyeluruh)
I

MIDDLE RANGE THEORY/


II MESO THEORY (Analisis Sebagian)

CASE/SUBSTANTIVE/
III IDEOGRAFIS THEORY
(Analisis Kasus/Isu dari Fakta Empiris)
Contoh Struktur Teori Sosial
 Grand Theory (Analisis menyeluruh) ===> Prodi S3 (Ilmu Pem, Adm Publik,
Ilmu Manajemen dsb)
Theory Robin. P. Stephen, 2006. Pereilaku Organisasi, Indeks.
menyatakan : Stres adalah kondisi dinamik yang di dalam
individu menghadapi peluang, kendala (constraints), atau tuntutan
(demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya
dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting
 Midle Range Theory/Meso Theory (Analisis sebagian)
Milbourn (2006) dalam Istijanto Oei, 2010, Riset Sumber Daya
Manusia,Grandmedia Jakarta. Mengukur stres karyawan : ketersediaan
waktu (time availability) kelebihan beban kerja (role overload-quantitative)
dan tanggungjawab (responsibility)
 Case Substantive/ideografis theory (Analisis kasus/Isu dari fakta empiris)
Istanti (2007), mengatakan Stres kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan. Untuk mengukur stres kerja dipakai beban kerja,
waktu kerja, karakteristik tugas
Indikator utk mengukur variabel stres
(Robbins,2006, Milbourn,2006, Istanti,20070
 Ketersediaan Waktu, yaitu waktu yg diberikan kepada
pegawai utk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya. Dibuat beberapa butir item pernyataan/pertanyaan
sesuai kebutuhan misal :
- Harus membawa pulang pekerjaan kerumah dan
mengerjakan di hari libur
- Diberi banyak tugas pada saat bersamaan sehingga
susah mengaturnya
- Tugas-tugas yang diberiakan terlalu rumuit
 Tanggung Jawab, yaitu tugas yang diberikan kpd karyawan
untuk dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan target
yang diberikan oleh lembaga, Dibuat beberapa butir item
pernyataan/pertanyaan sesuai kebutuhan misal :
- Bertanggungjawab menampung keluh kesah sesama
pegawai dan mencari solusi
- Dibebani tugas untuk membimbing sesama pegawai
- Kekurangan kewenangan untuk dapat melaksanakan
tanggungjawab pekerajaan
 Beban Kerja, yaitu sebagai akibat dari tugas-tugas yang
terlalu banyak diberikan kepada pegawai untuk diselesaikan
pada waktu tertentu dan pegawai merasa tidak mampu untuk
melakukan tugas tsb, Selanjutnya dibuat
pernyataan/pertanyaan sesuai kebutuhan :
- Tuntutan kualitas pekerjaan yg tdk masuk akal
-Tugas pekerjaan yang diberikan tampak semakin
rumit dan kompleks
-Lembagai menuntut llebih dari kemampuan yang
dimiliki atas fasilitas yang diberikan
Tergantung pada masing-masing sistem
pemerintahan :
• Monarkhi (Monarchy) = Pemerintahan yang
dipimpin oleh orang yg telah diwariskan
secara turun temurun
• Depotisme (Depotism) = Pemerintahan yg
dipimpin oleh seorang pemimpin saja, dan
Pengerti semua rakyatnya dianggap sebagai hambanya
• Kediktatoran (Dictatorship) = Pemerintahan
an yg dipimpin oleh seorang yg memiliki
kekuasaan yang penuh atas negaranya
Pemerint • Oligarkhi (Oligarchy) = Pemerintahan yg

ah dipimpin oleh sekelompok kecil orang yg


memiliki kepentingan bersama atau yg
memiliki hubungan kekeluargaan.
• Plutokrasi (Plutocracy) = Pemerintahan yang
berasal dari kelas atas kelompok kaya.
• Demokrasi (Democracy) = Pemerintahan yang
rakyatnya memegang kekuasaan.
• Teokrasi (Theocracy) = Pemerintahan yg
dipimpin oleh para elit keagamaan.
• Anarkhi (Anarchy) = Sebuah pemerintahan
Kusworo, 2018
yang lemah
• SOSIALISME

Ideologi • KOMUNISME
Besar
Dunia

• LIBERALISME

• PANCASILA
ASPEK IDEOLOGI// LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA
Demokrasi liberal. Demokrasi rakyat Demokrasi untuk kolektivitas Demokrasi Pancasila
Hukum untuk melindungi Berkuasa mutlak satu parpol Diutamakan kebersamaan Hukum untuk menjunjung
POLITIK HUKUM tinggi keadilan dan
Dalam politik Hukum untuk Masyarakat sama dengan
keberadaban individu dan
mementingkan individu melanggengkan komunis Negara
masyarakat

Peran negara kecil Peran negara dominan Peran negara ada untuk Peran negara ada untuk tidak
pemerataan terjadi monopoli, yang
Swasta mendominasi Demi kolektivitas berarti demi Keadilan distributif yang merugikan rakyat
EKONOMI Negara diutamakan
Kapitalisme Monopoli Negara
Monopolisme
Persaingan bebas

Individu lebih penting dari Agama candu masyarakat Agama -Bebas memilih salah satu
pada mendorong agama
Masyarakat diabdikan Agama harus dijauhkan dari perkembangannya Agama harus menjiwai dalam
AGAMA
bagi individu masyarakat kebersamaan kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara

Penghargaan atas HAM Individu tidak penting Masyarakat lebih penting dari Individu diakui keberadaanya
individu
Demokrasi Masyarakat tidak penting Masyarakat diakui
PANDANGAN keberadaannya
TERHADAP INDIVIDU Negara hukum Kolektivitas yang dibentuk
DAN MASYARAKAT negara lebih penting
Reaksi terhadap
absolutisme

Atheisme Kebersamaan Individu akan punya arti


Dogmatis Akomodasi apabila hidup di tengah
Otoriter masyarakat
CIRI KHAS Jalan tengah
Ingkar HAM Keselarasan keseimbangan,
dan keserasian dalam setiap
aspek kehidupan
Reaksi terhadap liberalesme
dan kapitalisme
BUKU PELAJARAN TEXT
LEVEL 1
BOOK

LEVEL 2 LAPORAN PENELITIAN YANG


TIDAK DIPUBLIKASIKAN

LEVEL 3 PROCEEDINGS TEMU ILMIAH

LEVEL 4 SCIENTIFIC READINGS

LITERATUR
LEVEL 5 TESIS/DISERTASI

NASKAH REFERAL JOURNAL


LEVEL 6
ILMIAH BIDANG ILMU
SUMBER MASALAH PENELITIAN
ILMIAH
Fenomena
Penyelenggaraan
Pemerintahan

Kesenjangan
Penelitian Masalah
(Research Gap)

Kesenjangan Teori
(Theory Gap)
RUJUKAN SUMBER MASALAH

Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


Strata 1
(Data Lapangan)

Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


(Data Lapangan)
Strata 2
Kesenjangan Penelitian
(Research Gap)

Kesenjangan Penelitian
(Research Gap)

Strata 3 Fenomena Penyelenggaraan Pemerintahan


(Data Lapangan)

Kesenjangan Teori
(Theory Gap)
TATANAN KONSEPTUAL
YANG BAIK, TETAPI BELUM MASALAH
ADA PEMBUKTIAN EMPIRIK

MASALAH PENELITIAN
YANG BELUM BERHASIL
DIJAWAB ATAU HIPOTESIS MASALAH
YG BELUM BERHASIL DI
BUKTIKAN
RESEARCH
GAP TEMUAN PENELITIAN
YANG KONTROVERSIAL
MASALAH
TERHADAP PENELITIAN
SEJENIS LAINNYA

HASIL PENELITIAN YANG


MASALAH
MENYISAKAN KELEMAHAN
Apa itu “Theory Gap”
Theory Gap adalah kesenjangan atau ketidakmampuan sebuah
teori dalam menjelaskan sebuah fenomena, oleh karena itu
teori tersebut dipertanyakan.

Proses penncarian theory gap


memang tdk mudah dan pada Hanya mellalui sebuah penelitian pustaka
dasarnya sama dgn proses yg sangat intensiflah seorang peneliti dapat
pencarian research gap bedanya menemukan atau mengembangkan sebuah
teori mempunyai cakupan yg lebih theory gap yg mengungkapkan”gugatan
luas dari sebuah konsep dalam terhadap kemampanan sebuah teori”
research gap

Jawabannya adalah : Tidak Selalu


Disertasi Doktor cukup dikembangkandari
Apakah masalah yg muncul dari research gap Tapi
Disertasi harus bila kandidat doktor dapat menggali theory
berangkat dari gap (melalui sebuah ekplorasi intelektual yg
intensif) tentu saja akan sangat
theory gap membaggakan
Penting untuk mahasiswa S3

Mahasiswa S3
 mengembangkan masalahnya dari Theory
gap dan atau research gap yg ditemukan
dari penelitian orang lain sehingga ia
menemukan bidang konsep-konstruk ilmu
yg akan dikembangkannya untuk
memberikan “ contribution to the body of
knolwledge” dalam skala yang sangat
mendasar pada sebuah bidang ilmu
 Atas dasar “Theory Gap” dan atau
“Research Gap” tsb ia mengajukan masalah
untuk selanjutnya dikembangkan
penelitiannya
Kerangka Konseptual
Motivasi
X1

Budaya
Kinerja
Organisasi
Tenaga
X2
Komitmen Pendidik
Organisasional (Y2)
(Y1)

Lingkungan
Kerja
X3
Latar Belakang
Kinerja Tenaga Pendidik
Sistem Pendidikan IPDN
belum maksimal :
JAR transfer of knowledge
Kompetensi dosen
LAT transfer of skill Pengalaman praktis pelatih
SUH Penanaman nilai Kualifikasi pengasuh
kepamongprajaan Re
se
ar
Motivasi ch
Ga
Budaya Organisasi Komitmen p
Organisasional
Lingkungan Kerja

Hasil Penelitian Terdahulu


 Motivasi Kinerja: (Mogbo AS, Endo) Sinifikan
(Orpen) Tiidak
Signifikan
 Budaya Organisasi Kinerja: (Kotler and Heskett) Signifikan
(Subroto) Tidak
Signifikan
 Lingkungan Kerja Kinerja: Razak at al, Pongtiku) Signifikan
(Westerberg and Armelius) Tidak Signifikan
 Motivasi Komitmen Organisasional Kinerja(Irvan Trang at al) Signifikan
 Komitmen Organisasional memediasi budaya organisasi dan lingkungan kerja terhadap
kinerja belum diketemukan.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian:
Explanatori

Lokasi Penelitian : Program


Pendidikan DIV IPDN
Kampus Pusat Jatinangor

Populasi = 409 TenagaPend


Sampel : Proportionate
stratified random sampling
165 Responden Jenis dan Sumber
Data: Primer
(Persepsi)
Teknik Pengumpulan Analisis Data Partial Least
Data Penelitian Data : Survey Square (PLS)

Skala Pengukuran:
Likert
Hasil Uji Validitas &
Uji Validitas Reliabilitas Instrumen
Uji Instrumen Penelitian diperoleh nilai koefisien
Angket korelasi >0,30 dan Alpha
Uji Reliabilitas
Cronbach >0,60
Metode Penelitian
Jenis Penelitian:
Explanatori

Lokasi Penelitian : Program


Pendidikan DIV IPDN
Kampus Pusat Jatinangor

Populasi = 409 TenagaPend


Sampel : Proportionate
stratified random sampling
165 Responden Jenis dan Sumber
Data: Primer
(Persepsi)
Teknik Pengumpulan Analisis Data Partial Least
Data Penelitian Data : Survey Square (PLS)

Skala Pengukuran:
Likert
Hasil Uji Validitas &
Uji Validitas Reliabilitas Instrumen
Uji Instrumen Penelitian diperoleh nilai koefisien
Angket korelasi >0,30 dan Alpha
Uji Reliabilitas
Cronbach >0,60
 Dari sekian banyak gagasan tentang masa
depan, salah satu gagasan perubahan yang
cukup menghebohkan dunia adalah tulisan
dari Klaus Schwab (2017) dalam bukunya : “
The Fourth Industrial Revolution”.
Dasarnya adalah perubahan dari
manufacture ke mento-factur. Mento-factur
berarti industri yang berbasis pada otak,
bukan pada tenaga otot.
 Schwab (2017 : 91-99) mengemukakan
bahwa dengan hadirnya revolusi industri
generasi keempat akan mendorong
perubahan pada masyarakat, komunitas,
dan individu. Termasuk didalamnya
perubahan pada pemerintahan.
PERKEMBANGAN REVOLUSI INDUSTRI DI DUNIA

https://www.youtube.com/watch?reload=9&
v=m0SL3mPT_d8
Contoh : Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Item
1 2 3 4
1. Upah/insentif
2. Keamanan Kerja
3. Kondisi Kerja
1. Kondisi Ekstrinsik (X1.1) 4. Status
5. Prosedur
Motivasi (X1) 6. Mutu Penyeliaan
1
7. Mutu Hubungan Personal
1. Pencapaian Prestasi
2. Pengakuan
2. Kondisi Instrinsik (X 1.2) 3. Tanggung jawab
4. Kemajuan pegawai
5. Kemungkinan berkembang
1. Inovasi dan Pengambilan Resiko 1. Dorongan untuk berinovasi
(X2.1) 2. Resiko setiap kegiatan
2. Perhatian Terhadap Rincian 1. Kegiatan rinci dan cermat
(X ) 2. Pemecahan secara
2.2
sistematis
1. Memusatkan hasil yang
3. Orientasi Hasil (X2.3) dicapai
Budaya 2. Tidak pemborosan waktu
2 Organisasi 1. Perlakuan sama
(X2) 4. Orientasi Orang (X2.4)
2. Pengembangan Karier
5. Orientasi Tim (X2.5) 1. Bekerja Tim
2. Kerjasama tim pendidik
6. Keagresifan (X2.6) 1. Adanya ide-ide baru
2. Mengukur kemampuan
1. Adanya sistem dan prosedur
KUSWORO
7. Kemantapan/Kestabilan (X2.7) 2. Skala prioritas menjaga
117020203111029 ksetabilan
1 2 3 4
1. Berprestasi pengembangan ilmu
1. Suasana Kerja (X3.1) 2. Kecakapan sesuai pekerjaan
3. Kebijakan didiskusikan terbuka
1. Kesejahteraan tenaga pendidik
2. Ketenangan Kerja (X 3.2) 2. Kerjasama yang bersahabat
Lingkungan 3. Dukungan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3 Kerja (X3)
3. Tekanan dalam pekerjaan 1. Profesi pendidik
(X3.3) 2. Emosi akan menambah persoalan
3. Bekerja diluar jam kerja
4. Hubungan antar sejawat 1. Pendidik terbiasa dikoreksi
(X3.4) 2. Perlunya hubungan karib
3. Belajar dari pergaulan
1. Bangga sebagai profesi pendidik
1. Komitmen afektif (Y1.1) 2. Merasa memiliki lembaga
3. Terikat secara emosional
Komitmen 1. Loyal terhadap lembaga
4 Organisasio 2. Komitmen Normatif (Y 1.2) 2. Rugi meninggalkan lembaga ini
nal (Y1) 3. Pendidik merupakan profesi yang mulia.
1. Sulit mendapatkan pekerjaan yang serupa
3. Komitmen Kontinuitas (Y 1.3) 2. Pindah tidak etis
3. Setia pada lembaga ini.
1. Perencanaan yang cermat
1. Kualitas Hasil Kerja (Y2.1) 2. Kegiatan dilakukan dengan teliti
Kinerja 3. Menyukai perilakunya
Tenaga 1. Pekerjaan selesai tepat waktu
5 2. Kuantitas Hasil (Y2.2) 2. Beban kerja sesuai kemampuan
Pendidik
(Y2) 3. Sarana prasarana pendukung
1. Selesai tepat waktu
3. Efektivitas Kerja (Y2.3) 2. Target tercapai
3. Sesuai batas waktu

Sumber: Variabel Motivasi (Teori Hezberg), Variabel Budaya Organisasi (Robbins,2006), Variabel Lingkungan
Kerja (Kroeck,1994) Variabel Komitmen Organisasional (Alien and Meyer 1990) Variabel Kinerja Tenaga Pendidik
(Murphy and Cleveland, 1995, Rue and Byars,1981, dan LAN, 2000), Data diolah, 2014.

KUSWORO
117020203111029
PERKEMBANGAN MODEL IMPLEMENTASI
Variabel-variabel yang bekerja dalam
Penulis dan Tahun
proses implementasi
Resources, interorganizational
Ackerman dan Steinman (1982)
strukture

Alexander (1985) Stimulus, Contextual, Organi-


zational, Environmental, Perceptual

Comunication (transmission,
clarity, cosistency) Resources
(staff, information, authorithy,
Erward III (1980) facilities) Dispotion or attitudes
of implementer, Bureaucatic
structure (standard procedures,
fragmentation) , complexity

Elmore (1976, 1977, 1978, m1979-80, Strucurebof power relationshop and


19850) incentives, Discretion, Resources
Content of policy (interests affected, type of
benefits, extent of change envisioned, site of
decision making, program implementators) and
Grindle (1980, 1981) Context of implementations, `(power,, interests,
strategiesnof actor involved, institution and regime
characteristics, compliance and responsivenees)
Decision and control processes, Resources,
Relations with environment, Supervisory
Scheirer (1981) explectations, Routines, Technicalrequirementts,
Communication flow, Work group norms,
Behavioral skills, Incetives , Cognitive supports
Formal policy (carity of objectives and priorities,
Browne dan Wildavsky validity of theory of causality, sufficiency of financial
(1984) resaources, sufficiency of power);
learning/adaptation

Implementers clarity abaout inovation, Neede skills


ands knowledge, Availability of matrials,
Gross et al. (1971)
Compatability of organizational arranements with
innovation, Degree of staff motivation

Policy message multilicity of agents, perspektives,


Hambleton (1983)
and ideologis; resources; politics of planning
cccccc Policy goals, Implementation procedures,
Larson (1980)
Complecxity, Changes in economic environment
Tractability of the the problem (four variables), Ability
Mazmanian dan of satatute to structure implementation (seven
Sabatier (1981, 1983( variables), Nonstatutory veriables (five);
Implementation success
Montjoy dan O ‘Toole Policy specificity, resources, agency goals, routines,
(1979) world view.
Percifity of policy, technical limitations, actorrs,
Nakamura and arenas, organizational structures, bureaucratic
Smallwood (1980) normn, resources, motivations, communication
networks, compliance mechanisms
Implemetation strategy, tractability of policy
problem, content of policy, structure of broader
sociopolitical and policy systems, number of actors,
Ross (1984)
extent of power diffusion, personal and institutional
dispositions of actors, clarity, adequacy of
resources, support of leaders, institutionalroutines
Bargaming and fixing, institutional arrangements,
Williams (1980, 1982) staffcompetence, marketike pressures, information
process, recources
Weatherley dan Lipsky Resouces, coping behaviors of street-
(1977) levelbureaucrats
Various tensions amongidealized policy,
Smitsth (1973) implementingorganization, target group,
environmental factors

Policy standars, resources, enforcement,


Van Meter and Van
communications, characteristics of implementing
Horn (1975)
agencies, political cnditions,

Local propensity to accept a program, blend of


Thomas (1979) policy incetives wiyh conditions, how the issue
develops
ALIRAN
KONTINENTAL
(EROPA, BELANDA, BRITISH)

MAINSTREAM
PUBLIC POLICY
?

ALIRAN
ANGLO SAXON
(AMERIKA)
TERMINOLOGI

 Policy = kebijakan,
 Public Policy = kebijakan publik,
 Public = bukan negara, tapi domain state,
society, dan private (governance)
 Public = aliran anglo saxon Amerika
 State, Government = aliran kontinental (eropa,
Belanda, Inggris), tata negara, tata pemerintah,
tata negara, tertib administrasi
Menggunakan istilah Kebijaksanaan
 Untuk mewadahi serangkaian aturan yg sudah ditetapkan
dlm reformasi birokrasi dan kewenangan diskresi dlm
penyelenggaraan pemerintahan
 Untuk mengatasi masalah yg muncul ketika peraturannya
tidak mengatur, tidak lengkap, multi tafsir atau terjadi
stagnasi dalam pelayanan
PARADIGMA OPA, NPM dan NPS
PARADIGMA (Pgd) OPA NPM = Reinventing Government NPS = Government is Us (King &
Pdg 1 (1900-1937) dikotomi antara melahirkan konsep GG Sivers, 1998)
politik dan administrasi negara. (enterpreneurial government). Joined up thinking and joined up
Pdg 2 (1938-1956) administrasi Reagan : government is not solution to our action (Stewart et.al., 1999)
negara sebagai ilmu politik. problem, govern-ment is the problem. Citizens First ! (Denhardt & Gray,
Pdg 3 (1970-sekarang) administrasi 1998)
sebagai ilmu administrasi publik. Paradigma NPM (1992 -2002) Paradigma NPS (2003- sekarang)

1) Politik harus memusatkan 1) Catalytic gov. (steering rather than rowing. 1) Serve rather than steer
perhatian pada kebijakan publik Services is rowing) 2) Seek the public interest
atau ekspresi kehendak rakyat, 2) Community owned (empowering rather than
serving) 3) Value citizenship over
admneg berkenaan dgn entrepreneurship
implementasinya. 3) Competitive gov. (injection competiition in
service delivery) 4) Think strategically, act
2) Penyatuan ilmu administrasi ne- 4) Mission’s driven not rule’s driven demokratically
gara dan i. politik (Morsten Marx) 5) Customer oriented (meeting the need of the 5) Serve citizen, not customers
3) Prinsip2 mgt dikembangkan se- customer, not bureaucracy)
6) Recognize that accountability is
cara ilmiah dan mendalam. Peri- 6) Result oriented (funding outcomes,not input)
not simple
laku organisasi, analis mgt, pene- 7) Enterprising gov (earning rather than
rapan teknologi seperti metode spending) 7) Value people, not just
kuantitatif, analisis sistem, opera- 8) Anticipatory gov(prevention ratherthan cure) productivity.
sional research, econometry dsb 9) Decentralized gov (from hierarchy to
participation) Note : Isues tentang justice, equity,
4) Adm publik dgn fokus pada teori
10) Market oriented (leveraging change through participation, and leadership yg
organisasi, teori manajemen dan the market)
kebijakan publik, sedangkan kurang diperhatikan dalam buku
Note : Birokrasi yg lamban, gemuk, boros,
locusnya kepentingan publik. inefisien, merosotnya kinerja yanlik. Reinventing gov.
7
Dari paradigma OPA, utk memba- Dari paradigma NPM, utk memba- Dari paradigma NPS, utk memba-
ngun/reformasi birokrasi : ngun/reformasi birokrasi ngun/reformasi birokrasi, maka
1) Administrasi publik harus diarahkan pada 6 dimensi kunci: birokrasi harus berubah
dipisahkan dari dunia politik 1) Productivity, bgmn pem meng orientasinya, yaitu :
(dikhotomi AP dgn politik). hasilkan lebih banyak dgn biaya 1) Dari paradigma constitutionalism
2) Tidak memberi peluang pada yg lebih sedikit. ke paradigma communitarianism
Administrator untuk 2) Marketization, bgmn pemerintah (Fox & Miller, 1995).
memperaktekkan sistem menggunakan insentif pasar agar 2) Dari institution-centric civil service
nepotisme dan spoil. hilang patologi/penyakit birokrasi ke model citizen-centric
3) Para legislator hanya 3) Service orientation, program yg governance (Prahalad, 2005).
merumuskan kebijakan nasional lebih responsif thdp kebutuhan 3) Perlu diterapkan pola citizen-
dan Administrator hanya warga masy. centered collaborative public
mengeksekusinya. 4) Decentralization, melimpahkan management (Cooper, at ell.,
4) Para Administrator selalu kewenangan kepada unit kerja 2006).
mengutamakan nilai efisiensi terdepan 4) Tidak ada tindakan birokrasi yang
dan ekonomis. 5) Policy, bgmn pememerintah memanipulasikan partisipasi
5) Para Administrator diangkat memperbaiki kapasitas masyarakat (Yang & Callahan,
berdasarkan kecocokan dan perumusan kebijakan. 2007).
kecakapannya. 6) Performance accountability, bgmn
6) Metode keilmuan menurut pem memperbaiki
Taylor harus menggeser metode kemampuannya utk memenuhi
rule of thumb. janjinya.

8
Pelajaran penting dari paradigma Pelajaran penting dari paradigma Pelajaran penting dari paradigma
OPA adalah utk membangun NPM adalah dlm membangun NPS adalah dlm membangun AN/
aparatur negara atau reformasi aparatur /reformasi birokrasi reformasi birokrasi harus :
birokrasi diperlukan: harus : 1) Memperhatikan pelayanan kpd
1) Profesionalitas 1) Memperhatikan mekanisme pasar. masy sbg warga negara, bukan
2) Penggunaan prinsip keilmuan 2) Mendorong kompetisi dan kontrak sbg pelanggan.
3) Hubungan impersonal utk mencapai hasil 2) Mengutamakan kepentingan
4) Penerapan aturan dan 3) Harus lebih responsif terhadap umum.
standarisasi secara tegas kebutuhan pelanggan. 3) Mengikut sertakan warga
5) Sikap yang netral 4) Bersifat mengarahkan (steering) masyarakat (masy tidak dijadikan
d/p. menjalankan sendiri (rowing) penonton)
6) Perilaku yg mendorong/mendu-
kung terjadinya efisiensi dan 5) Harus melakukan deregulasi; 4) Berfikir strategis dan bertindak
efektivitas sumberdaya (4M+T) 6) Memberdayakan oprator/pelaksana demokratis.
7) Mengembangkan budaya 5) Memperhatikan norma, nilai, dan
organisasi (corporate cultural) standard yg ada.
8) Innovatif dan berjiwa wirausaha; 6) Menghargai masyarakat d/p.
manajer wirausaha yg bertindak
9) Pencapaian hasil ketimbang
seakan-akan uang adalah milik
budaya taat asas.
mereka.
10)Orientasi pada proses dan input.

PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN PARADIGMA DAN PENDEKATAN


OPA LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPM LEBIH PAS/COCOK UNTUK NPS LEBIH PAS/COCOK UNTUK
DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI DEP/LEMBAGA YG MENANGANI
BIDANG/SEKTOR POLHUKAM BIDANG/SEKTOR PEREKONOMIAN BIDANG/SEKTOR KESRA 10
Contoh : Perbandingan Antar Generasi Manajemen

Unsur yang Generasi Generasi Generasi Generasi


Generasi
NO Diperban- Manajemen
Manajemen (GM II)
Manajemen Manajemen Manajemen
dingkan (GM I) (GM III) (GM IV) (GM V)

GM
Sebutan Jungle Management by Manage- Value Creative Knowledge
Management direction ment by manage-ment and human
1 targetting networking
(Manage- Management
ment by
Objective)

Mengutamak
Ciri utama “doing “doing thing through Mengutamaka n keunggulan
things by by the oher people” n target perorangan
ourself” (Ciri : Penggunaan Mengutamak kualitatif, dalam kerja
2 (cirinya:Pek kewenangan utk an target kepuasan sama jaringa
lbh banyak mengarahkan kuantitatif pelanggan dan
di kerjakan anggotanya orgsi pekerja
sendidiri) utk mencaapaai
tujuan)
Sumber kekuatan Diri sendiri Pemimpin Pemimpin Nilai-nilai yang Jaringan
dan tim kerja disepakati antara
bersama profesional
3
Struktural
Struktural
Tidak ada dan
Feodal dan
4 Tipe organisasi organi- fungsi- Jaringan
hierarkis fungsi-
sasi onal
onal

Semua
orang -Fedrick W
Tokoh pelopor Peter F Brian L Charles M.
5. yang Taylor
(antara lain) Drucker Joiner Savage
bekerja -G.R Terry
bersama

Tahun
6. ? 1800-1980 1970-1990 1990-? 1990-?
perkembangan
PAHAM TEORI SOSIAL DALAM
PRAKTEK

IDEALISME

TEORI
PRAGMATISME

UTOPIANISME
METODOLOGI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

 HEURISTIK = Menghimpun jejak-jejak dan


dokumen sejarah perkembangan teori sosial
 VERIFIKASI = Menguji kebenaran dari data
dan informasi (referensi) tentang
perkembangan konsep dan teori-teori sosial
 INTERPRETASI = Melakukan penafsiran
suatu peristiwa / pandangan realistis empiris
dari sejarah perkembangan teori sosial
METODE KRITIK TEORI

Kejelasan
Konsistensi
Kecukupan Empiris
Kecukupan Eksplanatoris
Rasionalitas Normatif
PERMASALAHAN
SOSIAL
(Social Problems)
L EM
EMPIRICAL
CONCEPTUAL
CONCEPTUAL OB EMPIRICAL
WORLD
WORLD PR WORLD
WORLD

THEORY RESEARCH EMPIRIC


THEORY EXPLANATION EMPIRIC
UNDERSTANDING
PREDICTION
CONTROL
MASALAH SOSIAL
Sesuatu yang menimbulkan pertanyaan 5
W + 1 H (what, why, who, where, when,
how)
Sesuatu yang mengandung keragu-
raguan dan ketidak pastian dalam
kehidupan masyarakat (anomie)
Suatu kesenjangan (gap) antara sesuatu
yang seharusnya (das sollen, teori)
dengan sesuatu yang senyatanya (das
sein, empiris)
Adanya kesenjangan (gap) antara teori
sosial dan praktek teori sosial
Adanya sesuatu yang dianggap masih
kurang (dis-distribution)
Adanya ketidakseimbangan (dis-equity/dis-
balance)
Adanya sesuatu yang dianggap tidak
cocok/tidak relevan (defesiensi)
Sesuatu yang tidak layak (veasible),
dianggap layak dan dipakai terus
Masalah sosial ada yang bisa terpecahkan
dan ada pula yang tidak bisa terpecahkan
(social connatus)
Dalam penelitian sosial, permasalahan
sosial (social problems) dapat dirumuskan
secara teoritis, empiris, dan normatif
MASALAH SOSIAL (UMUM)
 Kemiskinan
 Keadilan Sosial
 Pemerataan
 Penataan Kelembagaan
 Demokrasi
 Hak Azasi Manusia
 Supremasi dan Penegakan Hukum
 Lingkungan Hidup
 Ketidak percayaan Sosial (social distrust) dan
Kebohongan Publik (public lie)
 Penyalahgunaan Obat Terlarang
(psikotropika)
 Persamaan gender (egalitarian)
 Kebebasan (the freedom)
 Pemberdayaan SDM (empowerment)
 Terorisme dan Separatisme
 Aborsi dan Prostitusi
 Pornografi dan Pornoaksi
 Konflik Peradaban (civilization conflict)
 Kebebasan Informasi Publik (KIP)
MASALAH SOSIAL (KHUSUS)
1. Tingginya jumlah pengangguran
2. Kesenjangan pembangunan
3. Rendahnya kualitas SDM ((Pendidikan)
4. Menurunnya kualitas SDA
5. Rendahnya penegakan hukum dan keadilan
6. Rendahnya kualitas pelayanan kepada publik
7. Belum optimalnya fungsi kelembagaan
8. Ancaman separatisme dan terorisme
9. Tingginya tingkat kejahatan/kriminalitas/korupsi
(konvensional, transnasional)
10. Rendahnya kemampuan Hankam
11. Kekerasan atas nama agama
PERNYATAAN MASALAH
(Problem Statement)

RUMUSAN DEFINISI MASALAH


MASALAH (Problem Definition)

OPERASIONALISASI
Dijawab dengan asumsi, MASALAH
Proposisi, hipotesa, dan teori (Problem Operationalization)
PERAN ILMU SOSIAL DALAM PEMECAHAN
MASALAH SOSIAL

MEMBANTU MEMPERJELAS MENGUMPULKAN DATA MENGANALISA DAN


MASALAH YANG DIHADAPI DAN FAKTA MENAFSIRKAN DATA

MENGAJUKAN
Proses dimulai lagi REKOMENDASI
PEMECAHAN MASALAH

MEMBERIKAN PENJELASAN
DAN MENDORONG MEMPELAJARI HALANGAN
SARAN-SARAN YANG MUNGKIN TERJADI
KEGIATAN
MENANGGULANGI MASALAH
AWAL SEJARAH
PERKEMBANGAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
IBNU KHALDUN
(ABDURRACHMAN ABU ZAID WALIUDDIN BIN KHALDUN)
(1332 – 1350 M)

Buku Muqaddimah (Lajnah al-Bayan al-Arabi) =


Membahas pengaruh letak geografis (letak bumi)
terhadap gejala, perilaku dan aktivitas masyarakat
(1469 – 1559)
 IL PRINCIPE (Politik Kekuasaan, 1513) atau RES PUBLICA
(Kekuasaan Rakyat) dan DISCORSI (Politik Kerakyatan,
1519)
 THE AIM JUSTIFY THE WAY (Tujuan menghalalkan cara)
 JADILAH SEKUAT SINGA, SEKALIGUS SELICIK RUBAH
SEKULARISME
(Nichollo Machiavelli)

 Sekularisme adalah ide dasar yang


mengesampingkan peran agama dari pengaturan
kehidupan (dunia)
 Sekularisme menuntun manusia untuk
menempatkan agama hanya pada ranah individu
dan wilayah spiritual (moral, teologi)
 Sekularisme mengharamkan agama ikut andil
dalam mengatur kehidupan
 Sekularisme mengajarkan bahwa manusia bebas
mengatur hidupnya sendiri tanpa campur tangan
Tuhan/ Allah
AWAL SEJARAH
PENGEMBANGAN TEORI SOSIAL

ISIDORE AUGUSTE MARIE FRANCOIS XAVIER COMTE


(1789-1857)
HUKUM TIGA TAHAP
(Law of Three Stages)
Bahwa sejarah umat manusia, baik secara
individual maupun secara kolektif, berkembang
menurut tiga tahap, yaitu:
1. Tahap teologi atau fiktif (Mitologi)
2. Tahap metafisik atau abstrak (Ideologi)
3. Tahap positif atau ilmiah atau riel (Ilmu) *)

*)Tahap positif atau filsafat positivisme = sebagai sesuatu


yang nyata, pasti, jelas, bermanfaat, serta lawan dari
sesuatu yang negatif
REAKSI TERHADAP FILSAFAT
POSITIVISME (ABAD KE 20)

1. Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme,


terutama terhadap latarbelakangnya yang
naturalistik dan deterministik. Naturalisme dan
determinisme inilah yang dimasa lalu telah
mendorong berkembangnya metafisika yang
materialistik (kuantitatif), dengan implikasinya
yang luas dalam segi kehidupan umat manusia
2. Reaksi terhadap kenyataan semangat
kemajuan (progress) yang terjadi pada abad
ke 20 sebagai akibat dari pengaruh pemikiran-
pemikiran historis yang kuat, tetapi sekaligus
juga membuktikan adanya ketidak
sinambungan (diskontinyuitas) di dalam
perkembangan itu sendiri
3. Timbulnya reaksi terhadap pengertian istilah
PERKEMBANGAN (linear Vs kontinuum) yang
menjadi mitos masyarakat secara umum.
Selanjutnya, melahirkan upaya untuk
memperhatikan struktur dari fenomena yang
sebenarnya, atau secara lebih formal terhadap
bentuk-bentuk logis yang lebih realistik
Output
Input

HUKUM ALAM AKIBAT


(POSITIVISTIK-NATURALISTIK) SEBAB
(Penanda) Kausalitas (Yang ditandai)

Linear

HUKUM SOSIAL Makna AKIBAT


(HUMANISTIK-KULTURALISTIK) SEBAB

Proses
Kesinambungan (kontinuum)
Kemiskinan Struktural

Kemiskinan
Natural MALAS
MISKIN

Kemiskinan Kultural
DASAR-DASAR
PENGAMATAN
ILMU-ILMU SOSIAL
DASAR PENGAMATAN
ILMU-ILMU SOSIAL

 INTUISI
Non- Empiris
 AGAMA
 RASIONAL
 EMPIRIS
Aliran Positivistik – Naturalistik
(Auguste Comte)

Aliran Humanistik – Kulturalistik


(Ibnu Khaldun, Ibnu Roos, Ibnu Tamia)
SUMBER PENGAMATAN DAN
PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN

 INTUISI
 AGAMA Non-Empiris Non-Mainstream
 RASIONAL
 EMPIRIS Aliran Positivistik - Naturalistik

Mainstream
Aliran Humanistik - Kulturalistik

• DEDUKTIF
• INDUKTIF
Dunia Empiris/ Empirical World:
Dunia manusia di mana bisa
dilakukan pengamatan, baik dengan indera atau peralatan yang dibuat manusia (The worlds
susceptible to observation)
Sains berkembang oleh:
Proses pengamatan manusia
secara sistematis & terus-
menerus akan sesuatu yang
dialami atau disaksikan dlm
kehidupannya.
Sains mengandung 2 hal pokok:

1. Istilah khas (konsep, jargon) yang


digunakan sains

2. Kaidah-kaidah (teori, rumus) yang


ditemukan oleh penelitian
Fakta/fenomena
ditemukan
diperkirakan
kaitannya (hipotesis)
Diamati fakta
fakta baru
Pengembangan sains umumnya melalui proses kajian yang unsurnya sbb :
dilakukan pengujian secara
sadar-terencana untuk menguji
Dikomunikasikan
hipotesis.
di masyarakat
secara luas

ditemukan adanya bukti


benar-tidaknya kaitan
disusun teori antar fakta2 tersebut
sesuai hasil
dg jargonnya
Perkembangan sains ditentukan oleh Obyek yang diteliti

Ada 3 kelompok obyek sains:


- Benda mati
- Makhluk Hidup (sel, virus, atom)
- Individu dan Kelompok Masyarakat
Jika Obyeknya Benda mati:
- Mudah ditemukan kaidahnya
- Sains di bidang ini, a.l.
Fisika, Kimia, Geologi,
Astronomi amat cepat majunya.
Jika Obyek Makhluk Hidup:
Relatif lebih sulit ditemukan kaidahnya dibanding dengan jika obyeknya benda mati
Perkembangan misalnya:
biologi, zoologi, dan kedokteran relatif lebih lambat dibanding dengan fisika-kimia
Jika Obyeknya Individu & Masyarakat :
- Paling sulit menentukan kaidah-
kaidah empiriknya
- Perkembangan ilmu sosial seperti:
ekonomi, hukum, politik, dan
sosiologi relatif lambat
- Sains sosial kadang disebut
berkembang pesat tapi kaidahnya
relatif kurang keakuratannya
(uncertainties).
Dunia Barat (Eropa, Amerika) amat maju dalam sains-
teknologi karena 3 hal:
- Kerja manusianya yg
profesional Vs Amatiran
- Memegang kunci teknologi
- Dana & peralatan penelitiannya
tercukupi
KATEGORISASI TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
ILMU PENGETAHUAN
(SCIENTIFIC)

PURE SCIENCE/TEORI APPLIED SCIENCE/PRAKTEK

NOMOTETIS: IDIOGRAFIS : EKOLOGIS :


•Memperhatikan •Memperhatikan •Bagaimana seseorang harus
bendanya dlm sifat bendanya dalam berbuat untuk menyesuaikan
keabstrakannya sifatnya yg konkrit, diri dari salah satu citanya
•Ingin tahu hakekat nyata (benar-benar (etika, hukum)
bendanya terjadi dlm ruang •Bagaimana seseorang harus
•Memperhatikan dan waktu tertentu) berbuat untuk mencapai
hal-hal yang •Memperhatikan hal- suatu hasil
bersifat umum hal yang khusus •Ilmu kedokteran, pertanian
•Sosiologi •Sosiografi
Ilmu Sosiologi
Ekonomi

Ilmu Antropologi
Kesehatan
Masyarakat INDIVIDU,
MASYARAKAT,
DAN
KEBUDAYAAN
Ilmu Politik
Sejarah

Psikologi Ilmu Hukum


Sumber:
Soerjono Soekanto, 1986
KATEGORI ILMU-ILMU SOSIAL
(Dadang Supardan, 2008)

1. Sosiologi
2. Antropologi
3. Ilmu Geografi
4. Ilmu Sejarah
5. Ilmu Ekonomi
6. Psikologi
7. Ilmu Politik
8. Ilmu Administrasi (Dikti, 2010) Masuk
9. Ilmu Hukum (?) Ilmu Politik
10. Ilmu Pemerintahan (?)
PERSPEKTIF TEORI-TEORI
ADMINISTRASI PUBLIK (KONTEMPORER)
DAN PEMERINTAHAN

1.Desentralisasi Fiskal & Kebijakan Publik


2.Desentralisasi Sumber daya Alam dan Kebijakan
Publik
3.Ekologi Administrasi Lokal dan Otonomi Daerah
4.Environtmental Administration (termasuk
Kebijakan Publik untuk Pencegahan &
Penanggulangan Bencana)
5.Etika Administrasi Publik/Etika Birokrasi/Korupsi
Birokrasi
6.Gender dan Administrasi Publik
7.Globalisasi dan Peran Administrasi Publik
8. Hermeunetika Pembangunan
9. Hubungan Masyarakat, Negara dan
Administrasi Publik
10. Kelaparan/kemiskinan, Negara dan
Administrasi Publik
11. Kemerosotan/diskresi Sektor Publik dan Peran
Administrator Publik
12. Kepemimpinan Sektor Publik dan Proses
Demokratisasi
13. Konflik Sosial dan Peran Administrasi Publik
14. Konflik Sosio-politik dan Peran Pemerintah
Lokal
15.Konteks Politik dan Demokrasi Administrasi
Publik
16.Pelayanan Publik dan Hak-hak Sipil
17.Pelayanan Publik Sibernetik
18.Pemerintahan Sibernetika
19.Perubahan Sosial dan Budaya Administrasi
(Administrative Culture)
20.Problematika Anggaran Pembangunan Sebagai
Masalah Politik & Administrasi Publik
21. Problematika Privatisasi Sektor Publik
22. Problematika Relasi Negara, Masyarakat Sipil
dan Pasar (good governance)
23. Proses Anggaran dan Administrasi Publik
24. Sinergi Problematika Hukum Administrasi
Publik/Kebijakan Publik/Kebijakan
Pembangunan
25. Media dan Administrasi Publik
26. Terorisme & Administrasi Publik
27. Problematika Pengambilan Keputusan di
Sektor Publik, tbk
KATEGORISASI TEORI SOSIAL
(William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)

1.Teori Diskriptif
2.Teori Pre-skriptif
3.Teori Normatif
4.Teori Asumtif
5.Teori Instrumental
6. Teori Hubungan Manusia (Human
Relation)
7. Teori Pengambilan Keputusan (decesion
making)
8. Teori Perilaku (Behavior)
9. Teori Sistem (Integral Comprehensive)
10. Teori Kontingensi (Mixed Theory), dan
11. Teori Diskriptif - Eksplanatori
KETERANGAN
1. Teori diskriptif menggambarkan apa-apa
yang nyata-nyata terjadi dilapangan
(memotret apa adanya)
2. Teori pre-skriptif menggambarkan
perubahan-perubahan untuk melakukan
pembaharuan, koreksi dan perbaikan
suatu proses teori dan fenomena tertentu
3. Teori normatif pada dasarnya
mempersoalkan peranan suatu
kebijaksanaan/ perundang-undangan/
peraturan tertentu.
4. Teori asumtif lebih memusatkan
perhatian pada usaha-usaha untuk
memperbaiki suatu praktek dengan
memahami hakekat suatu fenomena yang
terjadi dalam lingkungannya
5. Teori instrumental bermaksud untuk
melakukan konseptualisasi mengenai cara-
cara memperbaiki suatu teknis sehingga
dapat dibuat sebagai sasaran yang lebih
realistik (tools of analysis)
6. Teori hubungan manusia (human relation
theory) menitik beratkan bahwa norma-norma
sosial merupakan faktor kunci dalam
menentukan sikap, perilaku dan tindakan
seseorang terutama dalam lingkungan kerja
7. Teori pengambilan keputusan (decesion
making theory) lebih mengkonsentrasikan diri
pada analisa proses pengambilan keputusan,
apakah mempergunakan model statistik, model
optimasi, model informasi, model simulasi, model
liniar programming, model critical path
scheduling, model inventory, model site location,
ataukah model resources allocation, dan
sebagainya (catatan : pada beberapa fakultas
dan program training sudah merupakan mata
pelajaran tersendiri).
8.Teori perilaku (behavior theory) orientasi yang
dikembangkan adalah efesiensi dan sasaran
dengan cara mengintegrasikan komponen-
komponen anggota organisasi, struktur dan
prosesnya. Dengan kata lain teori perilaku lebih
memahami pentingnya aspek dan faktor manusia
sebagai alat utama untuk mencapai tujuan
organisasi ( catatan : teori perilaku ini juga sudah
merupakan mata kuliah tersendiri sebagai mata
kuliah perilaku organisasi)
9. Teori sistem merupakan suatu cara
pendekatan yang memandang bahwa setiap
fenomena mempunyai berbagai komponen yang
saling berinteraksi satu sama lain agar dapat
bertahan hidup (survival). Dalam sistem memiliki
beberapa unsur sistem antara lain : unsur
lingkungan, unsur masukan (input), unsur
pengelola (konversi/throught put), unsur keluaran
(out put/product), unsur efek atau unsur akibat
(consequences), dan unsur umpan balik (feed
back)
10. Teori kontingensi sebagai perkembangan dari
teori sistem yang dipersamakan dengan
pendekatan situasional yang mengakui adanya
dinamika dan kompleksitas antar hubungan
(interaksi sosial)
11. Teori deskriptif eksplanatori menjelaskan
keaneka ragaman isi yang terkandung dalam
fenomena lingkungan nyata (cenderung ke
metode content analysis, discourse analysis,
framing analysis).
PERBEDAAN ANTAR TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
 Terletak pada dimensi atau sudut pandang yang
digunakannya dalam memahami, menelaah dan
mencermati masyarakat itu secara khusus, misal:
1. Ilmu Ekonomi mencoba memahami kehidupan
individu dan masyarakat dalam usahanya memenuhi
kebutuhannya, yaitu usaha manusia dalam
memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi
barang dan jasa yang terbatas dalam masyarakat
2. Ilmu Politik memahami tentang hak dan wewenang,
kekuasaan, proses pembuatan keputusan dalam
masyarakat serta konflik yang terjadi akibat distribusi
dan alokasi kekuasaan dalam masyarakat
3. Sosiologi memahami tentang struktur sosial,
mobilitas sosial, modernisasi, dsb.
SIFAT HUBUNGAN ANTAR
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

Ketiga ilmu tersebut sama-sama


membicarakan dan menelaah objek yang
sama yakni tingkahlaku manusia dalam
masyarakat, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok masyarakat serta
berbagai gejala-gejala sosial yang
ditimbulkannya akibat dari interaksi, status
dan peran mereka dalam masyarakat
Walaupun membicarakan objek yang
sama, namun munculnya ketiga disiplin
ilmu tersebut didasarkan pada sudut
pandang (point view) yang berbeda
tentang tingkah laku manusia dengan
berbagai gejala-gejala sosial yang
ditimbulkannya
Apabila ditelaah lebih mendalam,
sesungguhnya gejala yang muncul
kepermukaan didasarkan pada
“kepentingan” atau alasan yang saling
berkaitan dan saling membutuhkan satu
sama lainnya (multidisiplin & interdisiplin)
SIFAT HUBUNGAN ANTAR
ILMU-ILMU SOSIAL

 Monodisipliner Teori Klasik


 Multidisipliner
 Interdisipliner Teori Modern
 Transdisipliner
 Supradisipliner Teori Post-Modern
I. PENDEKATAN MONODISIPLINER

Kesimpulan IE Kesimpulan IP Kesimpulan Sos

Masalah Masalah Masalah

Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi


II. PENDEKATAN MULTIDISIPLINER
Kesimpulan Gabungan (Konklusi)

Kesimpulan IE Kesimpulan IP Kesimpulan Sos

Masalah

Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi


III. PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KESIMPULAN KOMPREHENSIF Team Work
(Tim Ahli)

Masalah

Rencana Pendekatan Bersama

Pendekatan Pendekatan Pendekatan


Ekonomi Politik Sosiologi

Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi


IV. PENDEKATAN TRANS-DISIPLINER
 Menghilangkan ethnocentrisme atau fanatisme
teori
 Memiliki rasa skeptis (rendah hati) terhadap
ilmunya sendiri dengan mencari bantuan disiplin
lain yang dianggap lebih mampu melengkapi dan
menyempurnakan ekspedisi (kajian) ilmiahnya
dalam memecahkan persoalan publik yang
dihadapi
 Contoh: Ekonomi Pancasila/Ekonomi
Kerakyatan(Alm.Mubyarto)
V. PENDEKATAN SUPRA DISIPLINER
 Pendekatan ilmu-ilmu sosial (contoh: ilmu ekonomi politik) yang
melampaui batas-batas disiplin berkait dengan masalah visi
(konsep dan teori), presisi (metodologi), maupun substansi
kajian (studi kasus/fenomena) yang kompleks
 Tergolong Contemporary Theory (teori kontemporer)
 Menggunakan gabungan banyak/ beberapa metode
(multhymethode)
PERSYARATAN STUDI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
SYARAT STUDI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
 Empirik (hasil pengamatan dan penalaran yang
rasional dari realita sosial)
 Teoritik (adanya kalimat ilmiah yang
menggambarkan hubungan sebab akibat/ kausal
antar variabel/indikator-komponen/fokus)
 Kumulatif (dibentuk, disusun berdasarkan teori,
ditambah, diperluas, disempurnakan dan dikritik)
 Non-etik (tidak ada maksud menanyakan
apakah sesuatu itu baik atau buruk)
KARAKTERISTIK TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
(Babbie, 1973)

Logik
Deterministik
Umum
Hemat
Spesifik
Dapat dibuktikan secara empirik
Antar subyek (replikasi)
Terbuka bagi adanya perubahan
PENDEKATAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
PENDEKATAN INTERPRETATIF :
 Manusia sebagai subyek interpretatif dalam
pembentukan dunia (konsep) sosial dengan
melalui proses empathi
 Pendekatan ini cenderung statusquo, karena
mengabaikan rekonsiliasi antara tindakan
manusia dengan kenyataan sosial
PENDEKATAN POSITIVISTIK :
 Manusia sebagai obyek perspektif hukum kausal
 Dunia (konsep) sosial terbentuk melalui hukum-
hukum sosial yang memiliki kekuatan sendiri dan
bekerja dengan caranya sendiri terlepas dari
kehendak manusia
PENDEKATAN KRITIS :
 Menawarkan perubahan yang bersifat
partisipatoris
 Seluruh anggota masyarakat terlibat secara aktif
untuk menentukan siapa mereka, apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana memenuhi
keinginanya, dan bukan elit manusia yang
menentukan arah tindakan manusia
 Teori dialektika Hegel: these + antithese =
synthese; teks + konteks = aktualisasi
RUANG LINGKUP
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
Teori Ilmu Sosial pada hakikatnya
berbicara tentang objek yang sama yaitu
masyarakat (kumpulan individu yang
bertempat tinggal pada suatu wilayah,
dalam waktu yang relatif lama dan terus
menerus)
Kumpulan individu ini mempunyai
karakteristik tersendiri yang dapat
dibedakan dengan kumpulan individu dan
masyarakat yang lain
FOKUS TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
1. Mengkaji, memahami, meneliti, dan
menemukan makna tentang: Persamaan dan
perbedaan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lainnya
2. Interaksi dalam masyarakat, yakni: interaksi
individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan organisasi,
kelompok dengan kelompok, kelompok
dengan organisasi, dan organisasi dengan
organisasi lain
3. Pikiran, gagasan (ide), dan lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat
4. Sistem dan Struktur sosial yang muncul
sebagai akibat dari perbedaan nilai dan
norma, serta pemilikan atas barang-barang
dan jasa yang dianggap bernilai
5. Kerjasama, persaingan, konflik dan kompromi
yang timbul sebagai akibat dari usaha-usaha
memperebutkan nilai-nilai yang dianggap
bermanfaat dan menguntungkan
6. Perubahan sosial: baik dalam artian
perubahan pikiran, gagasan, struktur sosial
maupun perubahan dalam kelembagaan
sosial secara keseluruhan
JENIS TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

 BERCORAK LIBERAL (BEBAS NILAI):


dikarenakan ia tidak berusaha mempromosikan
suatu cita-cita sosial, nilai-nilai kebajikan tertentu,
dan bersifat netral (taken for granted)
 BERCORAK PERFEKSIONIS (TERIKAT NILAI):
berusaha mencari wahana dari cita-cita
mengenai kebajikan, bersifat partisipan,
memperhatikan dan menghargai nilai-nilai objek
yang diamati bahkan menjadikannya sebagai
subjek/aktor (Contoh: teori Marxisme yang
mencita-citakan masyarakat tanpa kelas, dan
teori feminisme yang mencita-citakan
masyarakat tanpa eksploitasi seksual)
PERSPEKTIF PERKEMBANGAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
TIGA PERSPEKTIF TEORI SOSIAL
(Ignas Kleden, 1987)

Teori Struktural Fungsional


(Konstruksionisme, Social Redudency)
Teori Struktural – Historis (Struktural
Equilibrium)
Teori Struktural- A Historis (Struktural
Konflik)
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
(KONSTRUKSIONISME)

 Teori ini menjelaskan tingkah laku manusia


berdasarkan suatu sistem sosial yang terbentuk
oleh jaringan hubungan berbagai fungsi yang
ada dalam suatu masyarakat, yaitu fungsi-fungsi
seperti : peran, status, pendapatan, pekerjaan
dll. Hubungan antara fungsi-fungsi sosial
tersebut dianggap sama dengan hubungan
antara fungsi-fungsi biologis dalam suatu
organisme (Talcott Parson).
TEORI STRUKTURAL HISTORIS
Dimana tingkah laku manusia seakan-akan
ditentukan hanya oleh pranata ekonomi
dengan tekanan khusus, padahal
kenyataannya bahwa tingkah laku manusia
berhubungan langsung dengan hubungan
produksi yang melibatkannya (Max Weber=
Legal Formal, Ekonomi, Tradisi,
Emosi/Afeksi --- Action)
Dengan demikian orang-orang yang
mempunyai akses terhadap faktor-faktor
produksi akan mempunyai bentuk tingkah
laku yang berbeda dari mereka yang tidak
memiliki akses tersebut (Hegel = Ide ---
Action ---Sejarah)
Relasi produksi tersebut menimbulkan
klas-klas sosial dalam masyarakat, dan
tingkah laku sosial sebetulnya tidak lebih
dari masalah yang muncul dari
pertarungan antar klas (Karl Marx =
Materi --- Action----Sejarah)
TEORI STRUKTURAL A-
HISTORIS

Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku


manusia ditentukan oleh beberapa struktur
apriori yang asal-usulnya tidak dapat
dijelaskan oleh perkembangan sejarah,
bahkan sebaliknya sejarah dibentuk oleh
watak struktur-struktur tersebut (Levi
Strauss).
PENGEMBANGAN TEORI SOSIAL
ABAD XIX DAN ABAD XX
ABAD XIX ABAD XX
• Teori klasik & modern • Teori kontemporer
• Data empirik • Konsep – Teoritik
• Generalis-Praktisi • Teoritisi – Profesional
• Proses teoritisasi • Kepentingan Politik/Publik
• Uni Linear • Multi Linear
• A – Historis • Historis
• Definisi tidak jelas • Definisi jelas
• Sebagai alat analisis (mean) • Sebagai tujuan (end)
• Untuk tujuan praktis dan • Sebagai wilayah profesionalis
memecahkan masalah untuk tujuan akademik
(problem solving)

Sumber: Patrick Baert, 1998, Social Theory in The Twentieth Century,Cambridge, Polity Press.
ANATOMI
DAN
JENIS TEORI ILMU SOSIAL
ANATOMI TEORI SOSIAL
 KLASIK: teori perkembangan/ kemajuan
(Comte), teori siklus perubahan budaya
(Sorokin), teori integrasi/solidaritas sosial
(Durkheim), teori konflik/ pertentangan kelas
(Marx), teori rasionalitas (Weber), teori interaksi
(Simmel), teori konstruksi sosial (Berger)
 MODERN: teori fenomenologi (Weber), teori
interaksionisme simbolik (Mead), teori dramaturgi
(Goffman), teori etnometodologi (Garfinkel), teori
pertukaran sosial (Homans), teori fungsional
(Parson), teori fungsionalisme-struktural
(Merton), teori neo-fungsionalisme (Alexander),
teori kritis (Marx)
KONTEMPORER: teori hegemoni
(Gramsci), teori strukturasi (Giddens),
teori pilihan rasional (Elster), teori
konflik (Dahrendorf), teori post-
modernism (Bourdieu, Michel
Foucault, Derrida), teori kritis (Jurgen
Habermas)
KARAKTERISTIK TEORI
KONTEMPORER
 Teori kontemporer menjelaskan hubungan
(aksi dan interrelasi) antara struktur dan
agensi
 Kelompok kontemporer (strukturasionis) tidak
memandang struktur dan agensi sebagai dua
hal yang dikotomis sehingga menghasilkan
dualisme struktur; melainkan dua hal tersebut
saling berhubungan secara dialektis dan
kontinuum sehingga menghasilkan dualitas
struktur
Aktor atau agensi menurut pandangan
aliran ini adalah partisipan yang aktif
dalam mengkonstruksi kehidupan sosial,
setidak-tidaknya menjadi tuan atas
nasibnya sendiri. Setiap tindakan
manusia selalu mempunyai tujuan
 Artinya bahwa aktor secara rutin dan
diam-diam memonitor apa yang sedang
ia lakukan, sebagaimana reaksi orang
terhadap tindakannya dan lingkungan
dimana ia melakukan aktivitas tersebut
 Sedangkan struktur, selain dapat membatasi
aktivitas manusia (constraining) tetapi juga
memberikan kebebasan bertindak (enabling)
kepada manusia
 Dualitas struktur melihat kekuasaan sosial
sebagai simuka janus (the janus face of
power) yang berfungsi sebagai alat analisis
kehidupan sosial yang penting, terutama
mengenai hubungan antara tindakan manusia
dan struktur.
JENIS TEORI SOSIAL
 TEORI SOSIAL MAKRO: teori fungsional, teori
struktural , teori equilibrium, teori konflik
 TEORI SOSIAL MIKRO: teori fenomenologi, teori
interaksionisme simbolik, teori etnometodologi,
dan teori dramaturgi
PARADIGMA
(ILMU) SOSIAL
PARADIGMA
 Sebagai suatu cara pandang terhadap suatu
persoalan yang didalamnya terdapat sejumlah
asumsi tertentu, teori tertentu, metodologi
tertentu, model tertentu, dan solusi tertentu
 Setiap paradigma diandaikan otonom, mandiri
dan terpisah dengan paradigma yang lain
(memiliki jargon, simbul dan konsep sendiri-
sendiri), sehingga paradigma pada
hakekatnya tidak dapat disatukan (apalagi
disamakan), tetapi hanya bisa dibandingkan
sebagai studi komparatif
PERKEMBANGAN PARADIGMA SOSIAL
 Dalam diskursus ilmu-ilmu sosial kajian
paradigma sebagai aliran utama pada
umumnya dikaitkan dengan persoalan tingkah
laku sosial, kehidupan, dan perubahan sosial
dalam masyarakat
 Misalnya: bermula dari penelitian dan penulisan
pemikir-pemikir sosial klasik seperti Karl Marx,
Emile Durkheim dan Max Weber, sampai
dengan perkembangan pemikiran teoritis di
zaman modern dan kontemporari seperti Karl
Manheim, C. Wright Mills, Erving Goffman,
Gramsci, Habermas, Foucault yang membentuk
pelbagai aliran dan usaha mengintegrasikan
pelbagai aliran pemikiran teoritis
MANFAAT PARADIGMA SOSIAL
 Dalam kedudukan ilmu pengetahuan, tiga
paradigma tersebut merupakan metode untuk
memahami masalah dan kenyataan sosial
(penjelas realita)
 Sebagai peta metode (map method) kedudukan
ilmu dan fungsinya
 Secara bersama-sama dapat juga dipergunakan
untuk melihat suatu realitas sosial dan masa
depan kehidupan sosial sebagai pokok bahasan
suatu penelitian sosial
TIGA PARADIGMA SOSIAL
 Paradigma Fakta Sosial
 Pardigma Definisi Sosial, dan
 Paradigma Perilaku Sosial.
FAKTA SOSIAL
(Emile Durkheim)
 Paradigma ini memberi arti penting pada pranata dan
struktur sosial sebagai dasar realitas kehidupan sosial
 Pranata dan struktur merupakan suatu kenyataan
eksternal yang memiliki daya paksa atau koersif
 Pranata dan struktur sosial merupakan kunci
memahami dan mengerti tindakan seseorang atau
sekelompok orang
 Paradigma ini berpendapat bahwa tindakan manusia
tidak dapat dilakukan secara bebas, karena ada fakta
lain yang memiliki kemampuan daya paksa terhadap
tindakan manusia tersebut
DEFINISI SOSIAL
(Max Weber)
 menyatakan bahwa problem kehidupan sosial
berkaitan dengan tindakan individu (person) sebagai
pelaku kehidupan sosial
 Weber memandang bahwa tindakan individu adalah
kunci kehidupan bersama
 Bagi Weber apa yang dimaksud dengan pranata dan
struktur adalah sesuatu yang impersonal yang
merupakan konsep rasional tindakan individu yang
disadari dan berdasar motif dan tujuan tertentu
 Impersonalitas pranata dan struktur sosial menjadi
ukuran rasionalitas suatu konsep kehidupan sosial
 Tindakan sosial bersifat subyektif, karena setiap
tindakan selalu dilandasi oleh motivasi dan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sadar
PERILAKU SOSIAL
(BF. Skiner)
 memandang bahwa tata hubungan sosial adalah
merupakan suatu mekanisme hubungan kausal yakni
hubungan stimulus dan respon
 Dengan demikian tindakan manusia adalah
tanggapan atau respon terhadap stimuli yang
ditujukan kepadanya
 Suatu tindakan sosial akan dapat diulang jika stimulus
disajikan kembali dan jika menyangkut suatu
kebutuhan dan kepentingannya
 Secara teknis kebutuhan dan kepentingan itu disebut
ganjaran atau hadiah (reward)
 Jadi, dinamika hidup sosial esensinya adalah sebagai
suatu mekanisme stimuli dan respon (aksi dan reaksi)
PERJALANAN PARADIGMA SOSIA

L
Paradigma 1 Normal Anomali

Paradigma 2 Revolusi Ilmu Krisis

Sumber: Kuhn, Thomas.S, 1970, The Structure of Scientific Revolutions.


MODEL
 Model lahir dari proposisi minor dan proposisi
mayor sebagai hasil temuan penelitian empiris
 Replikasi atau refleksi dari realita
 Model ideal (hasil bacaan/ referency/ theoritical
model)
 Model yang senyatanya (exsisting/ empiric
model)
 Model yang diajukan/ disarankan (recommended/
alternative model)
PETA TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
1. SKETSA/PARAMETER
Idealis - Materialis (Platoian, Marxian)TEORI
2. Deskriptif - Normatif (Durkheimian, Weberian)
3.
SOSIAL (Tom Campbell,
Individualistis - Holistis (Hobbesian)
1994)
4. Konflik - Konsensus (Aristotelesian, Marxian)
5. Positivis - Interpretatif (Comteian, Weberian)
TEORI-TEORI SOSIOLOGI
 TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN SISTEM -
TALCOT PARSONS: Teori Tindakan Sosial; Teori
Sistem Sosial
 TEORI EVOLUSI SOSIAL HERBERT SPENCER
 TEORI TEKNOLOGI DAN KETINGGALAN
BUDAYA (CULTURAL LAG) - WILLIAM
F.OGBURN
 TEORI DRAMATURGI ERVING GOFFMAN
 TEORI STRUKTURASI - ANTHONY GIDDENS
 TEORI GLOBALISASI “OF NOTHING” -
GEORGE RITZER
TEORI-TEORI ANTROPOLOGI

 TEORI ORIENTASI NILAI BUDAYA -


KLUCKHOHN
 TEORI EVOLUSI SOSIOKULTURAL PARALEL-
KONVERGEN-DIVERGEN SAHLINS DAN
HARRIS
 TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN LEWIS
H.MORGAN
 TEORI EVOLUSI ANIMISME DAN MAGIC -
TAYLOR DAN FRAZER
 TEORI EVOLUSI KELUARGA - J.J.BACHOVEN
 TEORI UPACARA SESAJI SMITH
TEORI-TEORI ILMU GEOGRAFI

 TEORI LEDAKAN PENDUDUK - THOMAS


ROBERT MALTHUS
 TEORI PENGARUH IKLIM TERHADAP
PERADABAN - ELLSWORT HUNTINGTON
 TEORI LOKASI LAHAN - JOHANN HEINRICH
VON THUNEN
 TEORI KOTA KONSENTRIS – BURGESS
 TEORI KONFLIK ANTAR SUKU BANGSA
NOMADIK – SEDENTER JEAN BUNHES
TEORI-TEORI ILMU SEJARAH
 TEORI GERAK SIKLUS SEJARAH – IBNU
KHALDUN
 TEORI DAUR KULTURAL SPIRAL –
GIAMBATTISTA VICO
 TEORI TANTANGAN DAN TANGGAPAN –
ARNOLD TOYNBEE
 TEORI DIALEKTIKA KEMAJUAN – JAN
ROMEIN
 TEORI DESPOTISME TIMUR – WITTFOGEL
 TEORI PERKEMBANGAN SEJARAH DAN
MASYARAKAT – KARL MARX
 TEORI FEMINISME – WOLLSTONECRAFT
TEORI-TEORI ILMU EKONOMI

 TEORI EKONOMI KLASIK – ADAM SMITH:


Kebijaksanaan pasar bebas; Keuntungan
mendorong investasi; Keuntungan cenderung
menurun; Keadaan stationer
 TEORI TAHAPAN PERTUMBUHAN EKONOMI
MODERNISASI - WW.ROSTOW: Tahap
tradisional; Tahap prakondisi tinggal landas;
Tahap tinggal landas; Tahap kematangan
(maturity); Tahap konsumsi massa tinggi
 TEORI DAMPAK BALIK DAN DAMPAK
SEBAR – GUNNARD MYRDAL: Dampak
balik; Dampak sebar; Ketimpangan
regional; Dampak balik dan dampak sebar;
Peranan pemerintah; Ketimpangan
internasional; Perpindahan modal
 TEORI NILAI SURPLUS – KARL MARX
 TEORI MONETARISME PASAR BEBAS -
FRIEDMAN
TEORI-TEORI PSIKOLOGI

 TEORI AGRESI PSIKOANALISIS –


SIGMUND FREUD
 TEORI DISONANSI KOGNITIF –
FESTINGER
 TEORI KEPRIBADIAN – ERICH FROMM
 TEORI DEPRIVASI RELATIF – GURR
 TEORI KECERDASAN MAJEMUK –
HOWARD GARDNER
BENTUK PEMETAAN TEORI
DALAM ILMU POLITIK

TEORI POLITIK EMPIRIS


TEORI POLITIK FORMAL
TEORI POLITIK NORMATIF
TEORI-TEORI ILMU POLITIK
 TEORI POLITIK KEKUASAAN – NICCOLO
MACHIAVELLI
 TEORI NEGARA BERDAULAT – JEAN BODIN
 TEORI KEKUASAAN NEGARA TERBATAS –
JOHN LOCKE
 TEORI PEMISAHAN KEKUASAAN – BARON DE
MONTESQUIEU
 TEORI HAK PEMILIKAN LEGAL – ROBERT
NOZICK
PEMAHAMAN SUBYEK THD OBYEK
• PENGENALAN MANUSIA THD OBYEK SHG MEMILIKI
PENGETAHUAN THD OBYEK YG DIAMATINYA
DILAKUKAN MELALUI, PROSES;
• KNOWER  KEMAMPUAN MANUSIA SBG SUBYEK UNTUK MENGETAHUI, MERASAKAN, DAN
MENCAPAI APA YG DIRASAKAN, DILAKUKAN BERDASARKAN KESADARAN;

• KNOWING-KNOWLEDGE  MANUSIA BERPIKIR BAIK YG SIFATNYA EMPIRICAL MAUPUN


TRANSEDENTAL MELALUI PROSES KNOWING MANUSIA MEMPEROLEH “KNOWLEDGE” SBG
PENGETAHUAN DARI NALAR YG DILAKUKANNYA;

• INTELECTUAL ACTIVITY  KEGIATAN PEMAHAMAN OLEH MANUSIA MULAI DARI


PENGAMATAN, MEMBEDA-BEDAKAN UNTUK MENENTUKAN PILIHAN SD PEROLEHAN
PENGETAHUAN. INTELECTUAL ACTIVITY BERHUBUNGAN DG PERKEMBANGAN
PENGETAHUAN KRN BERKEMBANGNYA PENGETAHUAN YG DIMILIKI MANUSIA AKAN
TERGANTUNG INTELECTUAL ACTIVITINYA
METHODS OF KNOWING
• The Method of Tenacity, suatu metode dlm mencari validitas atau
keabsahan untuk memperoleh kebenaran;

• The Method of Authority, suatu metode untuk membangun


kepercayaan sebagai pegangan dalam bersikap;

• The Method of Intuition, atau disebut The Priori Method, suatu metode
untuk mencari pembenaran dengan persepsi yg sdh umum;

• The Method of Science, metode memperoleh pengetahuan dengan


/melalui proses penelitian secara ilmiah.
PENGERTIAN ILMU SOSIAL
LEON BRAMSON (1966) membedakan tiga
makna dasar teori sosial:
1. Upaya memahami hakikat dan bekerjanya masyarakat 
menjelaskan fenomena sosial dengan cara yang sama
sebagaimana fakta-fakta dunia fisik dijelaskan oleh ilmu-ilmu
alam.
2. Pengilmiahan teori masyarakat seharusnya “bebas nilai” (value-
free) dan “netral nilai” (value netral)  dipengaruhi pandangan
positivistik Max Weber tentang pentingnya objektivitas dalam
ilmu-ilmu sosial.
3. Ilmu sosial adalah bagian dari ideologi politik seperti fasisme
dan komunisme dalam pengertian –meminjam teori partai
Lenin, menjadikan “teori sosial” sebagai bagaimana politik
bekerja dan bagaimana untuk menyelenggarakan kegiatan
OBJEK KAJIAN ILMU
SOSIAL
WALTER WALLACE: TEORI SOSIAL  merupakan
bagian sederhana dari proses umum penelitian
sosiologis yang menggunakan metode-metode,
pengamatan-pengamatan, generalisasi empiris,
hipotesis, dan teori-teori.
Teori memiliki dua peran penting:
- Mengukur sebelum penelitian dilakukan
- Pemakaian setelah penelitian dilakukan
Teoretisasi ilmu sosial pembuatan model-model
abstraksi dari realitas yang dapat diamati untuk
memahami lebih baik apa yang berlangsung di dunia
manusia (Richard Jenkins, 2002).
OBJEK KAJIAN ILMU
SOSIAL 2
TEORI SOSIAL yang baik  sebagaimana argumentasi hukum yang
baik, cenderung menjadi persuasif, masuk akal, dan cermat.

Teori sosial yang baik dapat menjadi kumulatif daripada sekadar


penyederhanaan diskontinuitas dan fashionable.

Metafora dari Barry Markovsky (2005):


Pembuat teori seperti argumen hukum seorang pengacara (lawyer)
[peneliti] yang meyakinkan suatu kasus dengan bukti-bukti yang
acapkali tidak lengkap dan bertentangan di hadapan dewan juri
(sistem peradilan anglo saxon) atau majelis hakim (sistem peradilan
kontinental) [audiens akademik] mulai dari referensi hingga bukti-
bukti.
Sebuah teori sosial  suatu argumen di mana seorang teoretikus sosial
convince terhadap orang lain tentang hakekat realitas sosial dengan
menggunakan bukti-bukti, naratif, konsep-konsep, dan objek-objek
OBJEK KAJIAN ILMU
SOSIAL 3
Metafora Teoretisasi ILMU SOSIAL
Teoritisi Lawyer

Penyajian pembelaan kebenaran didukung


Fenomena, fakta, data, konsep, generalisasi Bukti-bukti, fakta-fakta, saksi-saksi

di hadapan
Masyarakat akademik Majelis hakim/juri

Keajegan/ketangguhan teori Keputusan hukum menjadi


diuji oleh fenomena sosial/Ilmuwan yurisprudensi hakim atau mengalami
berikutnya banding dalam proses peradilan
berikutnya
PENDEKATAN KAJIAN
ILMU SOSIAL
positi
vistik

huma herme
niora neutik

Post-
positivistik
PROGRAM PAASCASARJANA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
SKETSA/PARAMETER TEORI
PROGRAM DOKTOR ILMU PEMERINTAHAN
SOSIAL (Tom Campbell, 1994)
TUGAS TAKE HOME UNTUK ANGKATAN VII TA/.2019
Petunjuk : Buatlah paper yang berhubungan dengan ilmu-ilmu soasial dengan
penjelasan sbb :
1. Thema paper berhubungaan obyek kajian ilmu-ilmu sosial, jelaskan
permasalahan dari thema tema paper tersebut
2. Pendekatan teori yang akan digunakan dengan pendekatan grand theory,
midle range theory dan aplaid theory/case/substantive, apa yang akan
dugunakan.
3. Analisis permasalahan tersebut menggunakan pendekatan interdisipliner
ilmu-ilmu sosial disesuaikan dengan thema paper.
4. Kesimpulan,, saran dan catumkan daftar referensi yang duguanakan
TERIMA KASIH
SEMOGA
BERMANFAAT !!

Anda mungkin juga menyukai