tindak pidana persetubuhan terhadap anak dikenal dengan istilah statutory rape. “Statutory rape”
”
statutory rape adalah hubungan seksual yang telah dilakukan dengan seorang perempuan di bawah usia
yang ditentukan, dengan atau tanpa persetujuan dari perempuan tersebut.
Dengan perkataan lain, seorang anak wanita (a female juvenile) dapat secara pribadi setuju untuk
berhubungan seks, tetapi hukum tidak mengakui kemampuan untuk “setuju”, oleh karena itu, seorang
pria yang bersetubuh dengannya dianggap “tanpa persetujuan si wanita”.
modus operandi berupa serangkaian kebohongan, bujukan, ataupun tipu
muslihat sehingga korbannya mau melakukan persetubuhannya dengan
persetujuannya dengan penuh kerelaan tanpa adanya paksaan,
kekerasan ataupun ancaman kekerasan sebagaimana dalam kasus
perkosaan.
PERKOSAAN
”
2. Memiliki;
3. Menawarkan atau menyediakan;
4. Mengimpor atau mengekspor;
5. Mendistribusikan, menyebarkan atau mengirimkan;
6. Mendaftarkan;
7. Menjual
Tindakan sexting ini umumnya dilakukan dengan mengirimkan pesan singkat menggunakan
sarana chat messanger atau media sosial agar anak mau melakukan suatu perbuatan atau
suatu gestur seksual yang kemudian direkam dan dikirimkan kepada si pelaku.
Anak sebagai saksi
Bagian yang boleh di setuh : kepala, tangan dan kaki seizin pemilik
Bagian yang tidak boleh disentuh : yang tertutup baju bagian dalam
Bullying merupakan serangkaian aksi negative dan agresif dengan tujuan mengganggu, dilakukan oleh
satu atau kelompok terhadap pihak yang lemah, selama kurun waktu tertentu, bermuatan kekerasan, dan
secara tersembunyi. Pelakunya dapat dijerat sebagai mana diatur pasal 80 uu 35 tahun 2014 (1) setiap
orang yang melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 76c, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan atau denda paling banyak Rp. 72.000.000.00
MEDIA MASA IDENTITAS TERLINDUNGI
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan
korban hukum berhak dirahasiakan.