ANTI KORUPSI
(PBAK)
Oleh :
Ade Surya, MESy., M.Si
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor Penyebab Korupsi
3. Dampak Masif Korupsi
4. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
5. Upaya Pemberantasan Korupsi
6. Gerakan, Kerjasama dan Instrumen
Internasional Pencegahan Korupsi
7. Tindak Pidana Korupsi Dalam Peraturan
Perundang-undangan Indonesia
8. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi
Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
arti kata dan definisi korupsi secara
tepat dan benar; Pengertian Korupsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
sejarah korupsi dan
pemberantasan korupsi di
Sub Pokok Bahasan
Indonesia dengan benar; 1. Definisi Korupsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 2. Bentuk-bentuk Korupsi
bentuk-bentuk korupsi dan perilaku
koruptif dengan benar;
3. Sejarah Korupsi
4. Mahasiswa mampu membedakan
bentuk tindak pidana korupsi dan
perilaku koruptif;
5. Mahasiswa mampu menganalisis
perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat;
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi
dan memahami berbagai bentuk
tindak korupsi dan perilaku
koruptif.
Kompetensi Dasar
POKOK BAHASAN :
Dampak Masif Korupsi
10
Kompetensi Dasar
PENDEKATAN BUDAYA
• Membangun dan memperkuat sikap anti-korupsi
individu melalui pendidikan
• Cenderung membutuhkan waktu yang lama
untuk melihat keberhasilannya,
• Biaya tidak besar (low costly), namun
• Hasilnya akan berdampak jangka panjang (long
lasting).
Pemberantasan korupsi
adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah
dan memberantas TPK
melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor,
penyelidikan –
penyidikan – penuntutan
dan pemeriksaan di
sidang pengadilan dengan
PP 71 TH 2000 peran serta masyarakat.
MAHASISWA
Perilaku Budaya ANTI-KORUPSI…
WAJIB SEMINAR/
KULIAH UMUM
INDEPENDEN
PILIHAN PELATIHAN,
SISIPAN KURSUS
KAMPANYE, DLL
TUJUAN : membangun karakter anti-korupsi.
kompetensi Mahasiswa :
MATERI :
kognitif, up
to date
DOSEN : METODE :
Fasilitator, afektif,
motivator psikomotorik
ANTUSIASME
MAHASISWA
& KELAS
YANG HIDUP
PERILAKU BUDAYA ANTI KORUPSI (PBAK)
RETENTION RATE
STUDENT-CENTERED LEARNING
PARTICIPATORY LEARNING
PROBLEM-BASED LEARNING
DISKUSI KELAS
STUDI KASUS
KULIAH UMUM
ANALISIS FILM/KEJADIAN
MENGUKUR KARAKTER
Keaktifan di
kelas
Tugas- MK.
Tugas
tugas Anti-
besar
kecil korupsi
Ujian Akhir
DEFINISI KORUPSI
Corruption, Corruptie,
Corruption
Corrupt Korruptie
Jahat, rusak,
Rusak
curang
Koruptor
3
artinya orang yg melakukan korupsi.
DEFINISI
KORUPSI “KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata “corrumpere”,
“corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).
PENDAPAT PAKAR
Abuse of power
(Penyalahgunaan kekuasaan)
Betrayal of trust
(Pengkhianatan kepercayaan)
Pengkhianatan terhadap kepercayaan
(betrayal of trust)
• Pengkhianatan merupakan bentuk
korupsi paling sederhana
• Semua orang yang berkhianat atau
mengkhianati kepercayaan atau
amanat yang diterimanya adalah
koruptor.
• Amanat dapat berupa apapun, baik
materi maupun non materi (ex:
pesan, aspirasi rakyat)
• Anggota DPR yang tidak
menyampaikan aspirasi
rakyat/menggunakan aspirasi
untuk kepentingan pribadi
merupakan bentuk korupsi
Apakah jika seseorang melakukan
perselingkuhan, dia juga sudah melakukan
korupsi, dan pantas disebut koruptor?
Penyalahgunaan kekuasaan
(abuse of power)
• Abuse of power merupakan korupsi
tingkat menengah
• Merupakan segala bentuk
penyimpangan yang dilakukan melalui
struktur kekuasaan, baik pada tingkat
negara maupun lembaga-lembaga
struktural lainnya, termasuk lembaga
pendidikan, tanpa mendapatkan
keuntungan materi.
Penyalahgunaan kekuasan untuk mendapatkan
keuntungan material (material benefit)
Suap Menyuap
Pemerasan
Perbuatan Curang
Gratifikasi
Dampak KORUPSI
LISTRIK: 70 juta penduduk setiap malam masih dirundung kegelapan
ENERGI: 52.5% konsumsi energi tergantung pada BBM, subsidi untuk 62
juta kiloliter BBM tahun 2005 sebesar 20% APBN.
KESEHATAN: 2/3 penduduk Indonesia masih mengkonsumsi makanan
kurang dari 2.100 kalori per hari.
AIR: ...50 juta penduduk miskin tidak memiliki akses air bersih.
Penyediaan air bersih menjangkau 9% dari total penduduk.
KERUSAKAN ALAM: 1.6 juta hektar hutan di Indonesia dibabat setiap
tahunnya, 39% habitat alami turut musnah, Padahal 30 juta jiwa tergantung
hidupnya dari hutan.
4
3
Dampak Korupsi (2)
b. Terhadap Sumber Daya Alam
• Minyak akan habis sebelum tahun 2030
(52.5% konsumsi enerji bergantung pada BBM. Subsidi untuk
62 juta kiloliter BBM tahun 2005 menghabiskan hampir 20%
APBN. 70 juta rakyat Indonesia setiap malam kegelapan,
tanpa listrik)
• Hutan sudah dalam keadaan stadium 4 (1,6 juta hektar hutan
dibabat setiap tahun, 39% habitat alami musnah)
• 50 juta penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses
terhadap air bersih. Penyediaan air bersih saat ini baru
menjangkau 9% dari total penduduk Indonesia
• Pencemaran laut dan hilangnya potensi kelautan sebagai
primadona perekonomian nasional
• Bencana alam marak secara nasional
2
1
4 3
2
1
3
Dampak Korupsi (3)
c. Terhadap Keamanan & Keutuhan Negara
4
3
Dampak Korupsi (4)
d. Terhadap Sosial Budaya
• Keretakan kehidupan rumah tangga
• Lahir generasi yang split personality
• Lahir budaya keganasan
• Lahir budaya hedonisme
2
1
4
3
DAMPAK lain KORUPSI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
Dampak Korupsi
DAMPAK KORUPSI
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI
DAMPAK KORUPSI
Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit
demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses
formal.
Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah
sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya
rakyat luas.
Mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat kekacauan dan ketidak efisienan yang
tinggi
• LISTRIK: 70 juta penduduk Indonesia setiap malam
masih dirundung kegelapan - tanpa listrik
• ENERGI: 52.5% konsumsi energi di negeri ini sangat
tergantung pada BBM → subsidi untuk 62 juta kiloliter
BBM pada tahun 2005 menghabiskan hampir 20%
APBN.
• KESEHATAN: 2/3 penduduk Indonesia masih
mengkonsumsi makanan kurang dari 2.100 kalori per
hari → sebagaian besar masyarakat kita hidup di bawah
standar garis kemiskinan.
• AIR: 50 juta penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki
akses terhadap air bersih. Penyediaan air bersih saat ini
baru menjangkau 9% dari total penduduk Indonesia.
• KERUSAKAN ALAM: 1.6 juta hektar hutan di Indonesia
dibabat setiap tahunnya, belum lagi yang disebabkan
oleh kebakaran. Akibatnya, 39% habitat alami turut
musnah.
NO JABATAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 JUMLAH
1 Anggota DPR dan DPRD 2 7 8 27 1 45
2 Kepala Lembaga/Kementerian 1 1 1 1 2 6
3 Duta Besar 2 1 1 4
4 Komisioner 3 2 1 1 7
5 Gubernur 1 2 2 2 1 8
6 Walikota/Bupati dan Wakil 3 7 5 5 4 3 27
7 Eselon I, II dan III 2 9 15 10 22 14 12 5 89
8 Hakim 1 1 2
9 Swasta 1 4 5 3 12 11 8 4 48
10 Lain-lain 6 1 2 4 4 9 3 29
JUMLAH 4 23 29 27 55 45 65 17 265
5
Penanganan Perkara TPK oleh KPK
(data jenis TPK)
JENIS PERKARA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 JUMLAH
Pengadaan Barang/Jasa 2 12 8 14 18 16 16 4 90
Perijinan 5 1 3 1 0 10
Penyuapan 7 2 4 13 12 19 10 67
Pungutan 7 2 3 0 12
Penyalahgunaan Anggaran 5 3 10 8 5 3 34
JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 17 213
1. Pemiskinan Massif
DAMPAK
4. Hegemoni
“Korupsi Sebagai Style Of Life”
13
PROBLEM BUDAYA
Ekstorsif
(ancaman)
Intensif
(penawaran)
Otogenik
(krn org dalam)
PENGARUH Suportif
(dukungan-perlindungan)
Defensif
(pertahanan diri)
Friday, November 17, 2023
Korupsi Berdasarkan Motif
• Corruption by Need
• Corruption by Greed
• Corruption by Opportunity
• Corruption by Exposure
Bentuk Perbuatan Korupsi
• Material Corruption
• Political Corruption
• Intellectual Corruption
PRINSIP-PRINSIP
ANTI KORUPSI
Transparansi
Akuntabilitas Kewajaran
PRINSIP-
PRINSIP
ANTI-
KORUPSI
Kontrol Aturan
Aturan Main
Main
Akuntabilitas
• Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara
aturan dan pelaksanaan kerja
• Semua lembaga mempertanggung jawabkan
kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi
(de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga.
Bagaimana mengukur Akuntabilitas ?
Laporan Pertanggungjawaban
Out Put
(Teknisi Fisik dan Administrasi)
Fairness
Pembuat
Isi
Kebijakan Anti-korupsi
Kultur Pelaksana
4 Aspek Kebijakan ….
Isi kebijakan:
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-
unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.
Pembuat kebijakan:
Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.
Pelaksana kebijakan:
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-
aktor penegak kebijakan; yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
Kultur kebijakan:
Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,
persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Kontrol Kebijakan
Partisipasi Oposisi
KEBIJAKAN
Revolusi
3 Model Kontrol Kebijakan
Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan
ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya.
Oposisi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Revolusi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan
yang dianggap tidak sesuai.
Perbedaan kontrol terhadap kebijakan
tergantung pada sistem yang
terbangun. Dalam sistem demokrasi
yang sudah mapan (established),
kontrol kebijakan tersebut dapat
dilakukan melalui partisipasi dan
oposisi.
Pengertian Korupsi 13
Perbuatan korupsi menyangkut :
Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi
Peran Mahasiswa
Dalam Pemberantasan Korupsi
PERAN MAHASISWA..
PERILAKU BUDAYA ANTI KORUPSI (PBAK)
Contoh Pencegahan
PERAN MAHASISWA…
NILAI-NILAI
Anti KORUPSI
NILAI-NILAI ANTI-KORUPSI
1 2 3
KEJUJURAN KEPEDULIAN KEMANDIRIAN
4 5 6
TANGGUNG
KEDISIPLINAN KERJA KERAS
JAWAB
7 8 9
KESEDERHANAAN KEBERANIAN KEADILAN
• Pemerintah
1. Monitoring kajian sistemsi
– Reformasi Birokrasi/Reformasi Sektor Peradilan/Good Governance
• Masyarakat
1.Pelayanan Publik
2.Pendidikan Anti-Korupsi
3.Peran serta Masyarakat/Laporan
- Koalisi Masyarakat Anti Korupsi
- Sanksi Sosial
Strategi Pemberantasan
KORUPSI
PREVENTIF
JANGKA
PENDEK
JANGKA
STRATEGI
MENENGAH DETEKTIF GOOD
GOVERNANCE
JANGKA
PANJANG
REPRESIF
STRATEGI PREVENTIF
• Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat.
• Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
• Membangun Kode Etik di sektor publik.
• Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Politik, dan Asosiasi
Bisnis.
• Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
• Penyempurnaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan
kesejahteraan Pegawai Negeri .
• Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan akuntabilitas
kinerja bagi instansi pemerintah.
• Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
• Penyempurnaan manajamen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN).
• Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
• Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara nasional.
STRATEGI DETEKTIF
3 th 12 th 18 th
Pra Dalam Dunia
kehamila kandung
Dasar Menengah Tinggi kerja
n an
0 th 6 th 15 th 23 th
- Doa Pendidikan
- makanan norma &
Baligh
- bacaan perilaku dasar
- yang didengar,
dilihat
12
Multiplier Effect MoU Kerjasama Pendidikan Antikorupsi
Training of the
Trainers (TOT)
Liputan di majalah remaja
mahasiswa
Wawancara Radio, TV
Penayangan PSA
Mahasiswa
dapat Pelatihan SMP/SMU
membantu Peliputan koran lokal
kampanye &
pendidikan MoU KPK – Perguruan Tinggi ditindaklanjuti
antikorupsi
KPK
dengan tindakan nyata pendidikan dan kampanye
128
antikorupsi
C = corruption; P = power; A = accountability;
BG = bad governance; GG = good governance
UU Pidana yang masih dikualifikasikan sebagai Hukum Tindak Pidana Khusus adalah
UU No 7 Drt 1955 (Hukum Pidana Ekonomi), UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun
2002 dan UU No 1/Perpu/2002 dan UU No 2/Perpu/2002.
Hukum Tindak Pidana Khusus mengatur perbuatan tertentu atau untuk orang/golong-
an tertentu. Hukum Tindak Pidana Khusus menyimpang dari Hukum Pidana Materiil
dan Hukum Pidana Formal. Penyimpangan diperlukan atas dasar kepentingan hukum.
Dasar Hukum UU Pidana Khusus dilihat dari hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP.
Pasal 103 ini mengandung pengertian :
1. Semua ketentuan yang ada dalam Buku I KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP
sepanjang UU itu tidak menentukan lain.
2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak
mengatur seluruh tindak pidana di dalamnya (tidak lengkap dan tidak mungkin
lengkap).
Perundang-undangan Pidana :
1. UU pidana dalam arti sesungguhnya, yaitu hak memberi pidana dari negara;
2. Peraturan Hukum Pidana dalam arti tersendiri, adalah memberi sanksi pidana
terhadap aturan yang berada di luar hukum pidana umum
Apabila diperhatikan suatu undang-undang dari segi hukum pidana ada bebebarapa substansi:
1. UU saja yang tidak mengatur ketentuan pidana (seperti UU No 1 Tahun 1974, UU No 7/1989
yang diubah dengan UU No 3/2006, UU No 8/1974 yang diubah dengan UU No 43/1999, UU No
Kedua undang-undang hukum pidana ini dikenal dengan sebutan “Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana” (seperti KUHP, UU No 8/ 1981 tentang
KUHAP, KUHP Militer).
5. Hukum Pidana Khusus ada yang berhubungan dengan Hukum administrasi ( HPE, Hk. Pidana
Fiscal, UU No 31 th 1999 khusus masalah penyalahgunaan kewenangan).
C. KEKHUSUSAN T.P. KHUSUS.
KKN
Menurut Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah
Prevention
Strategy
TERAPI
KORUPSI
MENGENDALIKAN NAFSU
SYAHWAT TERHADAP HARTA
Hawa Nafsu (Al-Hawa) adalah
dan Al-Huda.
Setiap orang yg tidak mengikuti ilmu
Koordinasi Supervisi
(Pasal 7) (Pasal 8)
TUGAS
Penyelidikan,
Monitoring KPK Penyidikan &
(Pasal 14) (Pasal 6) Penuntutan
(Pasal 11)
Pencegahan
(Pasal 13)
163
PENDAHULUAN
Dilihat dalam garis - garis besarnya, dengan berpijak pada kodifikasi sebagai
sumber utama atau sumber pokok hukum pidana, hukum pidana merupakan
bagian dari hukum publik yang memuat ketentuan-ketentuan tentang :
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
merusak dan mengancam sendi-sendi kehidupan bangsa. Pelbagai peraturan
peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk memberantas korupsi
telah diterbitkan. Namun, praktik korupsi masih terus berulang dan semakin
kompleks dalam realisasinya.
Pada tahun 2010, menurut data Pacific Economic and Risk Consultansy, Indonesia
menempati urutan teratas sebagai negara terkorup di Asia. Jika dilihat dalam
kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi disetiap tingkatan dan aspek
kehidupan masyarakat. Mulai dari mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),
Proyek Pengadaan Barang/Jasa di instansi pemerintah, sampai proses
penegakkan hukum.
Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar
oleh masayarakat umum, seperti memberi hadiah kepada Pejabat / Pegawai
Negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan itu
dipandang lumrah sebagai kebiasaan dari budaya ketimuran. Kebiasaan koruptif ini
lama-lama menjadi bibit-bibit korupsi yang nyata.
Kebiasaan berperilaku koruptif yang terus berlangsung di kalangan masyarakat salah
satunya disebabkan karena masih kurangnya pemahaman mereka terhadap pengertian
korupsi. Selama ini, kosakata korupsi sudah populer di Indonesia. Hampir semua orang
pernah mendengar kata korupsi. Dari mulai rakyat yang tinggal di pedalaman, mahasiswa,
pegawai negeri, orang swasta, aparat penegak hukum sampai pejabat negara. Namun jika
ditanya kepada mereka apa itu korupsi, jenis perbuatan apa saja yang bisa dikategorikan
tindak pidana korupsi? Hampir dipastikan sangat sedikit yang bisa menjawab secara benar
bentuk / jenis korupsi sebagaimana dimaksud oleh undang-undang.
Pengertian korupsi sebenarnya telah dimuat secara tegas di dalam Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebagian besar pengertian
korupsi didalam undang-undang tersebut dirujuk dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang lahir sebelum negara ini merdeka. Namun hingga saat ini pemahaman
masyarakat terhadap pengertian korupsi masih sangat kurang.
Menjadi lebih memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang mudah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kebiasaan berperilaku koruptif yang selama
ini dianggap sebgai hal wajar dan lumrah dapat dinyatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi.
Seperti Gratifikasi (pemberian hadiah) kepada penyelenggara negara dan berhubungan
dengan jabatannya, jika tidak dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat
menjadi salah satu bentuk Tindak Pidana Korupsi.
PERBUATAN
PEMERASAN
Ps 12, e,g, f KORUPSI
UU NO 31 TH 1999
JO
UU NO 20 TH 2001
PERBUATAN CURANG
Ps 7 ayat (1) a,b,C,d
Ps 7 (2)
Ps 12.b
Benturan
Kepentingan Gratifikasi
Ps 12 i Ps 12 c
169
SELAIN DEFENISI TINDAK PIDANA KORUPSI YANG SUDAH DIJELASKAN DIATAS,
MASIH ADA TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA
KORUPSI. JENIS TINDAK PIDANA LAIN TERSEBUT TERTUANG DALAM PASAL 21,
22, 23, DAN 24 BAB III UU NO.31 TAHUN 1999 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI.
Janis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
terdiri atas :
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak
benar.
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka.
4. Saksi atau Ahli yang tidak memberika keterangan atau memberi
keterangan palsu.
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan palsu.
6. Saksi yang membuka identitas pelapor.
TINDAK TINDAK
PIDANA PIDANA TREND
KORUPSI KORUPSI SEMAKIN
SEBAGAI DAPAT CANGGIH
BERAKIBAT CARA YANG
EKSTRA
MERUSAK DIGUNAKAN
ORDINARY PEREKONOMIAN PELAKU
CRIME NEGARA
EKSTRA ORDINARY CRIME
(Kejahatan Luar Biasa):
Institusi/Administrasi
Manusia
KORUPSI
Sosial/Budaya
prepared by mulia ardi
1. Kerugian Keuangan Negara ;
Pasal 2
Pasal 3
2. Suap – Menyuap ;
• Pasal 5 Ayat (1) huruf a
• Pasal 5 Ayat (1) huruf b
• Pasal 13
• Pasal 5 Ayat (2)
• Pasal 12 huruf a
• Pasal 12 huruf b
• Pasal 11
• Pasal 6 Ayat (1) huruf a
• Pasal 6 Ayat (1) huruf b
• Pasal 6 Ayat (2)
• Pasal 12 huruf c
• Pasal 12 huruf d
3. Penggelapan Dalam Jabatan ;
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10 huruf a
Pasal 10 huruf b
Pasal 10 huruf c
4. Pemerasan ;
Pasal 12 huruf e
Pasal 12 huruf g
Pasal 12 huruf f
5. Perbuatan Curang ;
Pasal 7 Ayat (1) huruf a
Pasal 7 Ayat (1) huruf b
Pasal 7 Ayat (1) huruf c
Pasal 7 Ayat (1) huruf d
Pasal 7 Ayat (2)
Pasal 12 huruf h
6.Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan ;
Pasal 12 huruf i
7.Gratifikasi ;
Pasal 12 B jo. Pasal 12 C
Unsur Pasal 2 :
Setiap orang ;
Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi ;
Dengan cara melawan hukum ;
Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Unsur Pasal 3 :
Setiap orang ;
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi ;
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana ;
Yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ;
Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Unsur Pasal 5 ayat (1) huruf a :
Setiap orang ;
Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu ;
Kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara ;
Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
sehingga bertentangan dengan kewajibannya.
Unsur Pasal 13 :
Setiap orang ;
Memberi hadiah atau janji ;
Kepada Pegawai Negeri ;
Dengan mengingat kekuasan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap, melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut.
Unsur Pasal 5 ayat (2) :
Pegawai Negeri atau Penyelanggara Negara ;
Menerima pemberian atau janji ;
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
lama 5 tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50 juta dan
paling banyak Rp 250 juta
dalam jabatannya;
yang bertentangan dengan kewajibannya.
Pengecualian
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak
30
-PERENCANAAN, -PELAKSANAAN
MARK - UP HARGA / JUMLAH
-PELAPORAN
PERBUATAN
CURANG PENGADAAN BARANG/JASA TIDAK SESUAI OWNER ESTIMATE
Kerugian keuangan / perekonomian negara harus dibuktikan secara konkrit (didasarkan alat
bukti yang sah) tidak boleh menggunakan asumsi, kerugian yang propestif; walaupun
kegiatan institusi negara tersebut mendapat keuntungan tidak berarti perbuatan terdakwa
tidak merugikan negara
Korporasi :
adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum.
PERLUASAN PENGERTIAN PEGAWAI NEGERI
PREVENTIF REPRESIF
(Pencegahan) (Penindakan)
Penyelidikan
Penyidikan
Pelaksanaan
Penuntutan
Program
Binmatkum
UPAYA PENEGAKAN HUKUM :
Kesimpulan
3. Temuan sendiri.
4. Media massa.
Kegiatan penyelidikan dilakukan segera setelah aparat penegak hukum menerima
informasi / laporan / pengaduan tentang dugaan adanya suatu tindak pidana
korupsi. Kegiatan penyelidikan ditujukan untuk Mencari, Menggali, Mengumpulkan
Bahan Keterangan, dan Data-Data sebanyak dan selengkap mungkin dari berbagai
sumber, baik dilakukan secara terbuka maupun tertutup, yang selanjutnya bahan
keterangan dan data-data tersebut diolah dalam satu proses sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan.
Oleh karena tugas penyelidikan berfungsi sebagai dasar untuk tugas penyidikan
selanjutnya maka hasil tugas penyelidikan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesimpulan bahwa :
Apakah suatu peristiwa pidana itu adalah merupakan suatu kejahatan yang
sekaligus dapat menentukan arah dan alat bukti yang telah diperoleh, sehingga
dapat mempermudah penyidikanya.
Selanjutnya dari bahan keterangan dan data maupun dokumen yang diperoleh
tersebut diolah dalam satu proses analisa yuridis sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan tentang “Apakah suatu perkara yang dilakukan penyelidikan tersebut
telah diperoleh ataupun ditemukan bukti permulaan / bukti awal yang cukup telah
terjadinya suatu tindak pidana ?”
“ BUKTI PERMULAAN “
Dalam hal Penyidik yang melakukan Penyidikan menetapkan seorang yang karena perbuatannya
atau keadaannya patut diduga sebagai tersangka pelaku tindak pidana, maka penetapan
Penyidik itu harus didasarkan pada “Bukti Permulaan” (Prima Facie Evident)
Demikian pula dalam hal Penyidik melakukan tindakan penangkapan terhadap seorang yang
diduga keras sebagai pelaku tindak pidana, maka perintah penangkapan itu harus didasarkan
pada “Bukti Permulaan”
ALAT BUKTI YANG SAH :
“ BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP “ 1. Keterangan Saksi
Adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana. 2. Keterangan Ahli
Sekurang-kurangnya terdapat 2 (dua) alat bukti yang sah. 3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa
Dalam penjelasan Pasal 17 KUHAP diterangkan bahwa : “Yang dimaksud dengan Bukti
Permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana
sesuai dengan bukyi Pasal 1 butir 14”
Pasal tersebut menunjukkan bahwa perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan
sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul melakukan tindak
pidana.
Dengan membaca penjelasan Pasal 17, ternyata apa yang dimaksud dengan Bukti
Permulaan (Prima Facie Evident) masih tetap tidak jelas, apakah bukti permulaan itu
berbentuk Barang Bukti ataukah berbentuk Alat Bukti Yang Sah.
Hal ini dapat menimbulkan munculnya berbagai penafsiran, berhubung tindakan
Penyidikan itu mempunyai tujuan utama untuk mengumpulkan Bukti yang pada
akhirnya akan bermuara pada penyajian pembuktian di muka sidang Pengadilan, maka
penafsiran terhadap pengertian “Bukti” harus didasarkan dan tidak boleh dilepaskan
dari pengertian “Alat-Alat Bukti Yang Sah”
Dengan demikian dapat diketahui bahwa alat pembuktian yang berlaku dan bernilai
untuk memutuskan bahwa terdakwa benar-benar bersalah melakukan tindak pidana
adalah “Alat Bukti Yang Sah” sekurang-kurangnya sebanyak 2 (dua) alat bukti yang
sah.
Untuk dapat lebih memahami bahwa yang dimaksud dengan pengertian Bukti
Permulaan itu adalah merupakan alat bukti yang sah, maka hal tersebut perlu
dikaitkan dengan keseluruhan proses peradilan perkara pidana yang dimulai
dari proses PENYIDIKAN, yaitu dalam bentuk serangakaian tindakan
PENYIDIK dalam hal dan menurut cara-cara yang diatur dalam KUHAP untuk
mencari serta mengumpulkan “Bukti” (alat-alat bukti dan barang bukti) yang
dengan bukti itu tindak pidana yang ditangani menjadi terang / jelas
(jenis/kualifikasinya, apakah pencurian, penggelapan, penipuan, penganiayaan,
pembunuhan, atau korupsi) dan sekaligus untuk menentukan dan menemukan
siapa orang yang menjadi tersangka pelaku tindak pidana yang sedang
ditangani oleh Penyidik yang bersangkutan.
Sebagai target utama dari tindakan penyidikan adalah mengumpulkan bukti
yang terdiri dari barang bukti dan alat bukti yang sah.
Dengan demikian alat bukti yang dikumpulkan/diketemukan/diperoleh dalam
pemeriksaan Penyidikan tersebut dinamakan sebagai Bukti Permulaan, karena
kedudukan dan dan fungsinya baru sebagai “Calon Alat Bukti Yang Sah”.
Calon alat bukti tersebut setelah disajikan atau diajukan oleh Penuntut Umum
di muka persidangan, maka calon alat bukti yang sah atau bukti permulaan
tersebut benar-benar berubah menjadi “Alat Bukti Yang Sah
Penyidikan
Adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
YAKNI meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan formalitas / persyaratan, yang
diantaranya meliputi :
Tatacara penyidikan yang harus dilengkapi dengan surat perintah
Berita Acara
Izin atau persetujuan pengadilan.
Disamping penelitian kuantitas kelengkapan syarat formil perlu diteliti pula kualitas
kelengkapan syarat formal, yakni keabsahannya sesuai ketentuan UU.
KELENGKAPAN MATERIIL
PENERIMAAN BERKAS
PERKARA TAHAP-2
Alat Bukti Yang Sah sebagaimana tercantum dalam Pasal 184 KUHAP adalah
sebagai berikut :
1 KETERANGAN SAKSI
2 KETERANGAN AHLI
3 SURAT
4 PETUNJUK
5 KETERANGAN TERDAKWA
Adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana berupa
keterangan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
KETERANGAN SAKSI
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri, dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Keterangan dari saksi yang tidak disumpah, meskipun sesuai satu dengan yang
lain bukan merupakan alat bukti yang sah. (Pasal 185 ayat 7 KUHAP).
Keterangan Saksi yang diberikan dalam pemeriksaan penyidikan tersebut
diberikan dibawah sumpah (Pasal 116 ayat 1), maka keterangan saksi itu berlaku
sebagai alat bukti yang sah.
Keterangan Saksi kepada Penyidik yang dituangkan dalam BAP berlaku sebagai
alat bukti “SURAT” (Pasal 187 huruf b atau d KUHAP)
Tidak berlaku sebagai Keterangan Saksi, apabila keterangan itu diperoleh dari
orang lain (testimonium de auditu)
Saksi a charge : Saksi yang memberatkan Terdakwa.
Saksi a de charge : Saksi yang meringankan Terdakwa.
Adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki “KEAHLIAN KHUSUS” tentang hal yang diperlukan
KETERANGAN AHLI untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan (di Sidang Pengadilan)
Keterangan Ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh Penyidik atau
Penuntut Umum yang dituangkan dalam bentuk “Laporan” dan dibuat “Dengan
mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.”
Jika hal tersebut tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh Penyidik atau
Penuntut Umum, maka pada waktu pemeriksaan di Sidang Pengadilan diminta
untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam BAP (Sidang). Keterangan
tersebut diberikan setelah ia (orang ahli) mengucapkan sumpah atau janji
dihadapan Hakim.
Dalam hal Penyidik untuk kepentingan Peradilan menangani seorang korban,
baik luka, keracunan, ataupun mati diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan “Keterangan Ahli” kepada
Ahli Kedoketran Kehakiman (Kedokteran Forensik) atau dokter dan/atau ahli
lainnya (Pasal 133 ayat 1 KUHAP)
Adalah surat yang dibuat atas kekuatan sumpah jabatan
ALAT BUKTI SURAT
atau dikuatkan dengan sumpah.
A. Berita Acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh Pejabat Umum
yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, atau yang dialaminya
sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
B. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yang dibuat oleh Pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana
yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian
sesuatu hal atau sesuatu keadaan.
C. Surat keterangan dari seorang Ahli yang memuat perndapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi daripadanya.
D. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.
surat
Adalah Perbuatan, Kejadian, atau Keadaan yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain,
ALAT BUKTI PETUNJUK
maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana.
KETERANGAN SAKSI
PERBUATAN
SURAT PETUNJUK
KEJADIAN
KEADAAN
KETERANGAN TERDAKWA
Penyitaan :
Adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan
dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam Penyidikan, Penuntutan,
dan Pengadilan.
Laporan
Masyarakat/
Hasil temuan Ditelaah
Penunjukan
Instansi lain Jaksa Penyelidik
Surat
Hasil Ada Perintah
telaaha
n
Indikasi TP Penyelidikan
Tidak ada bukti `
permulaan
Proses
TAHAP
Penyelidika
PENYIDIKAN
n
Tidak ditindak
lanjuti
Bukan merupakan
tindak pidana/tidak Hasil
cukup bukti Penyelidika Cukup Bukti
n
Penunjukan
Jaksa Penyidik Dikembalikan Penelitian
untuk dilengkapi kelengkapan
Surat Perintah berkas
Penyidikan
Cukup Bukti
Pemeriksaan
Saksi, Ahli &
Tersangka Berita Acara
Pendapat
Penggeledahan / Hasil
Proses
Penyitaan Penyidikan Lengkap
Penyidikan
Barang Bukti
Penunjukan
Penahanan JPU
Tersangka Bukan merupakan
Dihentikan
tindak pidana /
Tidak Cukup Bukti Penyidikan
SP 3
• Dakwaan PENGADILAN
• NEGERI Putusan
Berkas
Perkara
• Barang bukti
Proses
Sikap
Persidangan Satu Pihak
Kedua Tidak
Surat
belah Menerima
Pelimpahan
pihak
Perkara
Penetapan / UPAYA
Keputusan HUKUM
Ketua PN /
Hakim Kedua Pihak
Menerima
Surat
Dakwaan
Eksekusi
UPAYA HUKUM
• Banding
• Kasasi
Penunjukan Surat • Kasasi Demi
Pembacaan
JPU Tuntutan Kepentingan
Tuntutan
Hukum
• Grasi
• Peninjauan
Kembali
Panitera Rohaniawan
Terdakwa
MEJA PENASIHAT HUKUM
MEJA PENUNTUT UMUM
Penuntut Umum
Penasihat Hukum
Kursi Pemeriksaan
PENGUNJUNG SIDANG
CARA PELAPORAN TP
KORUPSI
Gratifikasi tersebut dapat dilaporkan :
1. Lapor langsung ke kantor KPK.
2. melalui Unit Pengendalian Gratifikasi
(UPG) di masing-masing instansi.
3. Melalui e-mail ke
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id,
faksimili ke 021-5289-2459, dan
4. situs gol.kpk.go.id.