Anda di halaman 1dari 23

RELAKSASI OTOT (PROGRESIVE

MUSCLE RELAXATION)

R E G I N A O N A A D E S TA ,
S K E P, . N S . , M . K E P
Teknik relaksasi progresif diperkenalkan oleh ahli
fisiologi dan psikologis emund jacobson tahun 1929
dengan buku “progresif relaxation” menjelaskan
bahwa teknik relaksasi progresif adalah teknik
relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
imajinasi dan sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa
tubuh manusia berespon pada kecemasan dan
kejadian yang merangsang pikiran dan ketegangan.

Teknik relaksasi progresif memusatkan perhatian pada


suatu aktifitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan
dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan rileks.
Teknik relaksasi otot progresif dilakukan
dengan cara mengendorkan atau
mengistirahatkan otot-otot, pikiran dan
mental dan bertujuan untuk mengurangi
kecemasan (Ulya & Faidah, 2017).
TUJUAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri
leher dan punggung, tekanan darah, frekuensi
jantung, laju metabolik.
2. Mengurangi distritmia jantung, dan kebutuhan
oksigen.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi
ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian
relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas,
spasme otot, dan fobia ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
MANFAAT RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Latihan terapi relaksasi progresif merupakan


salah satu teknik relaksasi otot
yang telah terbukti dalam program untuk
mengatasi keluhan insomnia, ansietas,
kelelahan, kram otot, nyeri pinggang dan leher,
tekanan darah meningkat, fobia
ringan, dan gagap (Eyet, Zaitun, & Ati 2017).
LANGKAH-LANGKAH RELAKSASI
OTOT PROGRESIF
a. Bina hubungan saling percaya
b. Jelaskan prosedur
1) Tujuan
2) Posisi berbaring atau duduk di
kursi dengan kepala ditopang.
3) Waktu 2 x 15 menit per jam
Empat kelompok utama yang digunakan dalam teknik
relaksasi, Antara lain sebagai berikut:
a) Tangan, lengan bawah, dan otot bisep.
b) Kepala, muka, tenggorokan, dan bahu termasuk
pemusatan pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang,
bibir, lidah, dan leher. Sedapat mungkin perhatian
diarahkan pada kepala karena secara emosional,
otot yang paling penting ada di sekitar area ini.
c) Dada, lambung, dan punggung bagaian bawah.
d) Paha, bokong, dan kaki.
4) Anjurkan klien untuk mencari posisi yang
nyaman dan ciptakan lingkungan yang nyaman.
5) Bimbingan klien untuk melakukan teknik
relaksasi (prosedur di ulang paling tidak satu
kali). Jika area tetap, dapat diulang lima kali
dengan melihat respon klien.
a) Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau
duduk bersandar. ( sandaran pada kaki dan
bahu).
b) Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas
dalam dan menarik nafas melalui hidung dan
menghembuska dari mulut seperti bersiul.
 Berikut langkah awal
yang dilakukan adalah
sebuah ruangan (dapat
tertutup atau terbuka)
yang memungkinkan
udara bebas keluar
masuk sangat dianjurkan
dalam latihan relaksasi.
Kursi yang dapat
fleksibel naik dan turun
lebih diutamakan
daripada tempat tidur
sehingga dapat
diletakkan di tempat-
tempat yang diinginkan.
GERAKAN MENGENAI OTOT YANG DILATIH
Gerakan pertama : ditujukan
untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil
membuat suatu kepalan. Klien
diminta membuat kepalan ini
semakin kuat, sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi.
Pada saat kepalan dilepaskan,
klien dipandu untuk merasakan
rileks selama 10 detik. Gerakan
pada tangan kiri ini dilakukan
sebanyak dua kali sehingga klien
dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan
pada tangan kanan. (Gambar 1)
GERAKAN MENGENAI OTOT YANG DILATIH

Gerakan kedua : gerakan


untuk melatih otot tangan
bagian belakang. Gerakan
ini dilakukan dengan cara
menekuk kedua lengan ke
belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot
di tangan bagian belakang
dan lengan bawah
menegang, jari-jari
menghadap ke langit-
langit. (Gambar 2)
Gerakan ketiga : untuk
melatih otot-otot biceps.
Otot biceps adalah otot
besar yang terdapat
dibagian atas pangkal
lengan. Gerakan ini
diawali dengan
menggenggam kedua
tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian
membawa kedua kepalan
ke pundak sehingga
otot-otot biceps akan
menjadi tegang.
(Gambar 3)
G E R A K A N K E E M PAT :
Ditujukan untuk melatih
otot-otot bahu. Relaksasi
untuk mengendurkan
bagian otot-otot bahu
dapat dilakukan dengan
cara mengangkat kedua
bahu setinggi-tingginya
seakan-akan bahu akan
dibawa hingga menyentuh
kedua telinga. Fokus
perhatian gerakan ini
adalah kontras
ketegangan yang terjadi
di bahu, punggung atas,
d a n l e h e r. ( G a m b a r 4 )
Gerakan kelima sampai kedelapan : gerakan-gerakan yang
ditunjukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot
wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan
mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan
kulitnya keriput. (Gambar 5)
Gerakan yang ditujukan untuk mengendrukan otot-otot mata
diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata. (Gambar 6)
Gerakan ketujuh : bertujuan untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami oleh otot-otot rahang
dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang. (Gambar 7)
Gerakan kedelapan : ini dilakukan untuk
mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnyasehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
(Gambar 8)
Gerakan kesembilan (gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar
7) : ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan
maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu
meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian
diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga klien dapat meraskan ketegangan di
bagian belakang leher dan punggung atas. Sedangkan gerakan
kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan
(lihat gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa
kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan
dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher dan bagian muka.
Gerakan kesebelas : bertujuan untuk melatih otot-otot
punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara
mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak
seperti pada gambar 6. Kondisi tegang dipertahankan
selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali kekursi, sambil membiarkan otot-
otot menjadi lemas. (Gambar 11)
Gerakan keduabelas : dilakukan untuk melemaskan otot-otot
dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas
panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke
perut. Pada saat ketegangan dilepaskan, klien dapat bernafas
normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang lain,
gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan
perbedaan antara kondisi tegang dan rileks. 9gambar 12)
Gerakan ketigabelas : bertujuan untuk melatih otot-otot
perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-
kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai
perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti
gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15
adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan
ini dilakukan secara berurutan.
Gerakan keempat belas : bertujuan untuk melatih otot-
otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah
telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga otot paha
terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci
lutut (lihat gambar delapan), sedemikian sehingga
ketegangan pindah ke otot-otot betis. Sebagaimana
prosedur relaksasi otot, klien harus menahan posisi
tegang selama 10 detik baru setelah melepaskannya.
Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
Selama melakukan teknik relaksasi, catat
respons nonverbal klien. Jika klien
menjadi tidak nyaman, hentikan latihan,
dan jika klien terlihat kesulitan, relaksasi
hanya pada bagian tubuh. Lambatkan
kecepatan latihan latihan dan
berkonsentrasi pada bagian tubuh yang
tegang.
Dokumentasikan dalam catatan perawat,
respon klien terhadap teknik relaksasi,
dan perubahan tingkat nyeri pada pasien
THE END

SEE U NEXT TIME

Anda mungkin juga menyukai