Anda di halaman 1dari 62

DETEKSI DINI

DAN TATALAKSANA
GANGGUAN JIWA
DI LAYANAN PRIMER

dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ


PDSKJI Cab NTB
TUJUAN Setelah mempelajari materi ini, peserta

PEMBELAJARAN mampu melakukan deteksi dini,


memahami gangguan jiwa dan GME
serta memberikan tatalaksana kasus
gangguan jiwa yang lazim ditemui.
Topik Bahasan
01
Prinsip umum
layanan Keswa 02
Melakukan deteksi
dini / skrinning
03
Penatalaksanaan
Gangguan Jiwa dan
GME di Layanan
Primer
PENDAHULUAN

• Berdasarkan data Riskesdas 2018 didapatkan data kasus ODGJ berat adalah
1,8 per 1000 penduduk atau 429.332 ODGJ Berat.

• Terget layanan keswa terhadap ODGJ berat pada tahun 2024 adalah sebesar
100% sesuai Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan.

• Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan jiwa dasar memegang


peranan penting dalam menanggulangi gangguan jiwa.
• Program  adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
Medis. di pelayanan kesehatan dasar agar mereka mampu
melakukan deteksi dini dan penatalaksanaan masalah
kesehatan jiwa pada pasien yang datang berobat ke pelayanan
kesehatan dasar.
UU no 35 tahun 2009
tentang Narkotika

Tujuan: mencegah, melindungi, dan


menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan narkotika
PERMENKES NO.5 TAHUN
2014 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASYANKES
PRIMER
Gangguan psikotik (kompetensi 3A)
Gangguan campuran ansietas dan depresi
(kompetensi 3A)
Demensia (kompetensi 3 A)
Insomnia (kompetensi 4 A)
Gangguan Somatoform ( Kompetensi 4A)
Prevalensi Berdasar Riskesdas 2018

0,25%

Prevalensi 4,4%

7,7%

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00%

Skizofrenia/ Psikotik Depresi GME


Prinsip Umum Layanan Keswa

1. Komunikasi dengan orang yang mencari layanan (pasien) dan pelaku


rawatnya (carers)
2. Penilaian/pemeriksaan (assessment)
3. Tatalaksana dan monitoring
4. Penggerakan dan penyediaan dukungan sosial
5. Perlindungan terhadap hak asasi
6. Perhatikan kesehatan secara umum
1. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN
KELUARGA/CARERS
o Komunikasi jelas, empatik
o Bersikap ramah, menghargai, tidak menghakimi.
o Memberi perhatian sepenuhnya.
o Berikan jaminan terhadap keterbukaan informasi dari
pasien yang bersifat pribadi dan sulit diungkapkan
dengan sensitif dan sesuai.
o Berikan informasi tentang status kesehatannya dalam
bahasa yang mereka pahami.
o Tanyakan pemahaman orang tersebut terhadap
kondisinya.
2. PENILAIAN/PEMERIKSAAN
(ASSESSMENT)

o Riwayat medis, riwayat keluhan saat ini, riwayat dahulu, dan


riwayat keluarga yang relevan.
o Lakukan penilaian fisik umum.
o Nilai, tatalaksana atau rujuk, yang untuk semua kondisi medis yang
menyertai.
o Nilai problem psikososial, masa lalu dan yang saat ini terjadi
3. TATALAKSANA DAN MONITORING

o Jelaskan pentingnya terapi, tujuan terapi dan buat rencana terapi


dengan menghargai pilihan mereka dalam terapi
o Pemantauan ( Follow up kondisi dan pemahaman ) terapi melalui
komunikasi.
o Informasikan lama terapi yang diharapkan, kemungkinan efek
samping dari intervensi, pilihan tatalaksana alternatif lainnya,
pentingnya kepatuhan terhadap terapi, dan kemungkinan prognosis.
o Jawab pertanyaan yang mengkhawatirkan pasien dengan jelas
o Libatkan keluarga dan masyarakat dalam pemantauan kepatuhan
obat dan kegiatan harian
o Pemantauan komorbiditas dan memastikan tatalaksana fisik dan jiwa
4. PENGGERAKAN DAN PENYEDIAAN
DUKUNGAN SOSIAL

o Libatkan keluarga atau pelaku rawat lainnya dalam melakukan


perawatan.
o Dorong keterlibatan keluarga dalam kelompok swabantu dan dukungan
keluarga, bila tersedia.
o Identifikasi dan gerakkan sumber daya sosial dan dukungan sosial yang
mungkin di area lokal
5. PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI

o Berikan layanan dengan menghargai martabat, sensitif, sesuai dengan


kultur, bebas dari diskriminasi.
o Beri perhatian khusus pada isu kerahasiaan dan privasi
o Pastikan pasien memahami tatalaksana yang diusulkan dan memberikan
persetujuan terhadap tatalaksana tersebut.
o Libatkan anak-anak dan remaja dalam pengambilan keputusan sesuai
kapasitas perkembangan mereka, beri mereka kesempatan untuk
mendiskusikan secara pribadi hal-hal yang menjadi kekhawatiran.
6. PERHATIKAN KESEHATAN SECARA UMUM

o Beri saran tentang aktivitas fisik dan pemeliharaan berat badan yang sehat.
o Dorong penghentian penggunaan tembakau dan zat lainnya.
o Edukasi tentang bahaya penggunaan alkohol.
o Sediakan pendidikan tentang perilaku berisiko lainnya (contoh: seks
bebas).
o Adakan pemeriksaan kesehatan fisik secara reguler.
o Persiapkan orang dengan perubahan perkembangan hidup, seperti pubertas
/menopause, berikan dukungan yang diperlukan.
o Diskusikan perencanaan untuk hamil dan metode kontrasepsi dengan
perempuan di usia reproduksi.
Alur Deteksi Dini dan Rujukan Self-Reporting Questionnaire – SRQ 20
• Kuesioner untuk mendeteksi adanya GANGGUAN MENTAL
EMOSIONAL (GME) / Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
• Bukan alat diagnosis gangguan jiwa
• Ada 20 dan 29 pertanyaan
• Untuk pertanyaan 1-20, jika terdapat ≥ 6 Jawaban “YA” dan/ atau
untuk pertanyaan 21-29, jika terdapat minimal 1 Jawaban “YA”
• Interpretasi: Ada masalah mental emosional
• Maka sebaiknya dirujuk ke profesional kesehatan jiwa
(psikiater, psikolog, dokter umum dan perawat yang sudah
dilatih keswa)

Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)


 Kuesioner untuk deteksi dini masalah perilaku dan emosi pada anak
dan remaja usia 6 – 18 tahun.
 SDQ memiliki beberapa versi untuk memenuhi kebutuhan
penelitian, klinisi dan pengajar.
 Banyak klinik kesehatan mental anak dan remaja saat ini
menggunakan kuesioner ini sebagai penilaian awal
 Berguna untuk pendekatan pada orang tua, guru dan remaja >11
thn, sebelum dilakukan pemeriksaan klinis pertama kali.
S E L F R AT I N G Q U E S I O N E R ( S R Q 2 0 )
U n t u k l e b i h m e n g e r ti k o n d i s i k e s e h a t a n a n d a , k a m i a k a n m e n g a j u k a n 2 0 p e r t a n y a a n y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n k e l u h a n a t a u m a s a l a h t e r t e n t u y a n g m u n g k i n
dirasakan menganggu anda selama 30 hari terakhir . Jika keluhan/masalah yang ditanyakan sesuai dengan keadaan anda, maka berilah tanda cek (√) pada
k o l o m Y A , s e d a n g k a n j i k a k e l u h a n / m a s a l a h t e r s e b u t ti d a k d i a l a m i a t a u ti d a k s e s u a i d e n g a n k e a d a a n a n d a m a k a b e r i l a h t a n d a c e k ( √ ) p a d a k o l o m T I D A K .

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda sering menderita sakit kepala?

2 Apakah anda tidak nafsu makan?

3 Apakah anda sulit tidur?

4 Apakah anda mudah takut?

5 Apakah anda merasa tegang, cemas atau kuatir?

6 Apakah tangan anda gemetar?

7 Apakah pencernaan anda terganggu/ buruk?

8 Apakah anda sulit untuk berpikir jernih?

9 Apakah anda merasa tidak bahagia?

10 Apakah anda menangis lebih sering?

11 Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari?

12 Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan?

13 Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu?

14 Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup?

15 Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal?

16 Apakah anda merasa tidak berharga?

17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?

18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?

19 Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut?

20 Apakah anda mudah lelah?


STRENGTH AND DIFFICULTIES
QUESTIONNAIRE (SDQ)
 Kuesioner untuk deteksi dini masalah perilaku dan emosi pada anak dan remaja
usia 6 – 18 tahun.
 SDQ memiliki beberapa versi untuk memenuhi kebutuhan penelitian, klinisi dan
pengajar.
 Banyak klinik kesehatan mental anak dan remaja saat ini menggunakan kuesioner
ini sebagai penilaian awal
 Berguna untuk pendekatan pada orang tua, guru dan remaja >11 thn, sebelum
dilakukan pemeriksaan klinis pertama kali.

20
BERISI 25 PERNYATAAN TERDIRI DARI

1) Ranah masalah emosi - emotion (E) (5 butir)


2) Ranah masalah perilaku - conduct (C) (5 butir)
3) Ranah hiperaktivitas / inatensi (H) (5 butir)
4) Ranah masalah hubungan dengan
teman sebaya - peer (P) (5 butir)
5) Ranah perilaku pro-sosial (Pr) (5 butir)

21
PENILAIAN DARI NILAI TOTAL KESULITAN

Menjumlahkan semua ranah kecuali ranah perilaku prososial (berfungsi sebagai


faktor pendukung/ kekuatan)
Hasil akhir 0 sampai 40
Skor kesulitan = E + C + H + P
o Gejala emosonal (E)
o Masalah perilaku (C)
o Hiperaktivitas (H)
o Masalah teman sebaya (P)
Skor Kekuatan = Pr
o Perilaku Prososial (Pr)

22
PERHITUNGAN SDQ
Skor Gejala Emosional: (E) =E1+E2+E3+E4+E5

• (pertanyaan nomor 3 + 8 + 13 + 16 + 24)

Skor Masalah Perilaku (C)=C1+C2+C3+C4+C5

• (pertanyaan nomor 5 + 7 + 12 + 18 + 22)

Skor Hiperaktivitas (H)= H1+H2+H3+H4+H5

• (pertanyaan nomor 2 + 10 + 15 + 21 + 25)

Skor Masalah Teman Sebaya (P)=P1+P2+P3+P4+P5

• (pertanyaan nomor 6 + 11 + 14 + 19 + 23)

Skor Prososial (Pr)=Pr1+Pr2+Pr3+Pr4+Pr5

• (pertanyaan nomor 1 + 4 + 9 + 17 + 20)

23
SKORING
Tidak benar 0
Agak benar 1
Benar 2

Catatan:
Kecuali pertanyaan 7, 11,14, 21 dan 25 (terbalik)

24
INTERPRETASI
SDQ Bukan alat diagnosis, hanya alat deteksi dini
• Normal
• Abnormal → memiliki masalah perilaku dan emosi.
Kategori ini menjadi perhatian utama dan harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
• Garis ambang/ borderline → memiliki potensi untuk menderita
masalah emosi dan perilaku.

25
NILAI ANAK 4 -10 TH/ORANG TUA/ GURU

Gejala/ Masalah Normal Ambang Abnormal


Emosional (E) 0-3 4 5-10
Perilaku (C) 0-2 3 4-10
Hiperaktivitas (H) 0-5 6 7-10
Teman Sebaya (P) 0-2 3 4-10
Prososial (Pr) 6-10 5 0-4
Total Nilai Kesulitan 0-13 14-16 17-40
26
NILAI ANAK 11-18 THN (SELF RATING)

Gejala/ Masalah Normal Ambang Abnormal


Emosional (E) 0-5 6 7-10
Perilaku (C) 0-3 4 5-10
Hiperaktivitas (H) 0-5 6 7-10
Teman Sebaya (P) 0-3 4-5 6-10
Prososial (Pr) 6-10 5 0-4
Total Nilai Kesulitan 0-15 16-19 20-40

27
SELF REPORTING
QUESTIONNAIRE (SRQ)
o Merupakan alat skrining yang dikembangkan oleh WHO dalam meningkatkan
temuan kasus gangguan mental termasuk dalam hal ini adalah depresi, gangguan
terkait ansietas dan gangguan somatoform
o Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menggunakan Self Reporting
Questionnaire (SRQ), menunjukkan bahwa rata-rata 6,4% penduduk di NTB
mengalami gangguan mental emosional.
o Namun saat ini, hanya sedikit bahkan tidak ada kasus yang terlaporkan dari
Puskesmas.
o Perlu pemahaman bagi tenaga kesehatan apalagi dengan adanya bencana, hal ini
dapat meningkat.

28
PETUNJUK
o Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan nyeri tertentu dan masalah
yang mungkin mengganggu selama 30 hari.
o Jika pertanyaan-pertanyaan berikut dirasakan selama lebih dari 30 hari, maka
jawab : YA, Jika pertanyaan-pertantaan berikut TIDAK dialami selama lebih dari
30 hari, maka jawab : TIDAK.
o Jangan membahas pertanyaan dengan siapa pun saat menjawab kuesioner.
o Jika tidak yakin tentang bagaimana menjawab pertanyaan tolong beri jawaban
terbaik.

29
INTERPRETASI
Jawaban “YA” memiliki skor 1 dan “TIDAK” memiliki skor 0
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) nilai pisah ditetapkan 5/6. Artinya,
jika subjek menjawab “YA” pada 6 atau lebih pertanyaan (dari total 20 pertanyaan),
maka subjek tersebut dianggap mengalami gangguan mental emosional atau distres
yang berpotensi pada terjadinya gangguan jiwa
Untuk saat ini Nilai 8 atau lebih dianggap mengalami gangguan mental emosional

30
SKOR SUB SKALA
N GEJALA NOMOR
O
1 Depresi 6, 9, 10, 14, 15, 16 dan 17
2 Cemas 3, 4 dan 5
3 Somatik 1, 2, 7, dan 19
4 Kognitif 8, 12 dan 13
5 Penurunan energi 8, 11, 12, 13, 18 dan 20
31
DIAGNOSA YANG DAPAT
TERDETEKSI
KODE DIAGNOSA
KODE DIAGNOSA
DEPRESI
F32 Episode depresi GANGGUAN SOMATOFORM
F33 Gangguan depresi berulang
F45.0 Gangguan somatisasi
F34.1 Distimia
F45.1 Gangguan somatoform tak terdiferensiasi
GANGGUAN BERHUBUNGAN KECEMASAN
F40 Gangguan cemas fobik
GANGGUAN NEUROTIL LAIN
F41.0 Gangguan panik
F41.1 Gangguan cemas menyeluruh F48.0 Neurastenia
F41.2 Gangguan campuran cemas-depresi

F42 Gangguan obsesif-compulsif


F43.2 Gangguan Penyesuaian
32
TINDAK LANJUT HASIL
 SRQ bukan pengganti diagnosa
 Bila menemukan kasus, lakukan anamnesis mendalam pada setiap item dengan
jawaban YA
 Penegakan diagnosis dilakukan oleh dokter
 Bila kondisi cukup berat, lakukan rujukan ke layanan kesehatan sekunder atau
primer

33
III. GANGGUAN MENTAL
EMOSIONAL RISIKO
GANGGUAN JIWA
SUATU KONDISI YANG MENGINDIKASIKAN SESEORANG MENGALAMI
PERUBAHAN PSIKOLOGIS YANG MUNGKIN MERUPAKAN SEBUAH
KONDISI NORMAL, TETAPI DAPAT JUGA MERUPAKAN KONDISI
PATOLOGIS
MERUJUK PADA “DISTRESS PSIKOLOGIK” ATAU “MENTAL DISTRESS”
SESEORANG YANG MENGALAMI MASALAH MENTAL EMOSIONAL
ADALAH ORANG YANG MENGALAMI MASALAH FISIK, MENTAL,
SOSIAL, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ATAU KUALITAS HIDUP
SEHINGGA MEMILIKI RISIKO MENGALAMI GANGGUAN JIWA ATAU
DISEBUT ORANG DENGAN MASALAH KEJIWAAN (ODMK)
GANGGUAN MENTAL
EMOSIONAL
GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL BUKAN MERUPAKAN DIAGNOSIS
GANGGUAN JIWA.
GME  PERUBAHAN DALAM PIKIRAN, PERASAAN DAN PERILAKU
YANG DAPAT MENGGANGGU AKTIVITAS SEHARI HARI, TETAPI TIDAK
DIJUMPAI TANDA DAN GEJALA GANGGUAN DALAM DAYA NILAI
REALITAS
KRITERIA GME
 USIA >18 TAHUN DENGAN SRQ 20 PADA CUTOFF ≥ 6
 USIA 15-18 TAHUN SDQ DENGAN HASIL AMBANG ATAU ABNORMAL
MASTER CHART: KONDISI PRIORITAS

• Merasa murung, mudah sedih


• Hilang minat & ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya DEPRESI
menyenangkan
• Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala, atau
keluhan fisik lain yang berkepanjangan
• Gangguan tidur

MENYAKITI
• Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau DIRI/USAHA
bunuh diri yang dimiliki saat ini / riwayat sebelumnya BUNUH DIRI
MASTER CHART: KONDISI PRIORITAS

• Merasa kuatir atau takut yang berlebihan


• Merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang ANSIETAS
• Mudah berkeringat dingin, berdebar-debar, gemetar,
keluhan fisik lain seperti pusing, mual

• Mengalami ketakutan atau mempunyai pikiran-pikiran tidak masuk


akal (merasa seseorang bermaksud mencelakai, curiga berlebihan,
orang-orang membicarakan dirinya) – (waham)
• Melihat bayangan atau suara-suara yang tidak jelas sumbernya PSIKOSIS
(halusinasi)
• Gejala manik (gembira abnormal, terlalu bersemangat, banyak
bicara, mudah tersinggung)
GANGGUAN
• Apakah pernah/saat ini menggunakan alkohol atau PENYALAHGUNAAN
napza? ZAT DAN ALKOHOL

• Masalah dengan memori (kepikunan yang berat) dan DEMENSIA


orientasi (kesadaran akan waktu, tempat, dan orang) (BPSD)
• Kehilangan kontrol emosional – mudah kecewa, mudah
marah (iritabel), atau mudah menangis
• Problem pada perilaku dan kesulitan dalam aktivitas sehari-
hari

• Mengalami kejang atau riwayat epilepsi sebelumnya EPILEPSI


• Keterlambatan perkembangan: lebih lambat belajar
dibandingkan anak -anak seusianya dalam hal:
tersenyum, duduk, berdiri, berjalan, bicara/komunikasi, GANGGUAN
dan area perkembangan lainnya seperti membaca dan PERKEMBANGA
menulis N
• Abnormalitas dalam berkomunikasi: perilaku yang
(anak-remaja)
terbatas, berulang
• Kesulitan untuk melakukan aktivitas normal harian
sesuai usianya
• Kesulitan dalam memusatkan perhatian yang berlebihan,
berhenti mengerjakan tugas sebelum selesai secara GANGGUAN
berulang, dan berpindah ke aktivitas lainnya PERILAKU
• Aktivitas berlebihan: berlarian, kesulitan untuk duduk (anak-remaja)
tenang, banyak bicara atau gelisah
• Impulsivitas yang berlebihan: sering melakukan sesuatu
tanpa berpikir lebih dahulu
• Perilaku mengganggu yang berulang dan berlanjut
(seperti temper tantrum yang tidak biasanya dan berat,
perilaku kejam, ketidakpatuhan yang menetap dan berat,
mencuri)
TINDAK LANJUT
Setelah terdeteksi kemungkinan adanya masalah kesehatan jiwa,
maka selanjutnya dilakukan proses diagnosis melalui wawancara
psikiatrik dan pemeriksaan lain, mengacu pada kriteria diagnostik
dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia (PPDGJ) atau International Classification of Diseases
(ICD) untuk masing-masing penyakit/gangguan jiwa.
DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA – ICD
10 PC
1. F00# Gangguan Mental Organik 7. F40# Gangguan Neurotik (ansietas)
Demensia (F00#) Gangguan fobik (F40), Gangguan panik
(F41.0), Gangguan ansietas menyeluruh
Delirium (F05)
(F41.1), Gangguan campuran ansietas &
2. F10# Gangguan Penggunaan NAPZA depresi ( F41.2), Gangguan obsesif
Gangguan penggunaan alkohol (F10) kompulsif (F42), Gangguan penyesuaian

Gangguan penggunaan zat (F11#) (F43.2), Gangguan somatoform ( F45)

Gangguan penggunaan tembakau (F17.1) 8. F70 Retardasi Mental

3. F20# Skizofrenia dan Gangguan Psikotik 9. F80-90# Gangguan kesehatan jiwa


Kronik Lain anak dan remaja
4. F23 Gangguan Psikotik Akut Gangguan perkembangan pervasif

5. F31 Gangguan Bipolar (F84), Gangguan hiperkinetik (F90)

6. F32# Gangguan Depresi 10. G40# Epilepsi


Penatalaksanaan Pada
Fasilitas Tingkat Pertama
FORNAS 2019 VS FORNAS 2021
FORNAS 2019  FORNAS 2021
FORNAS 2019  FORNAS 2021
FORNAS 2019  FORNAS 2021
FORNAS 2019  FORNAS 2021
DEMENSIA
Non Farmakologis
• Modifikasi Faktor Risiko Penyakit Fisik
• Modifikasi Lingkungan
• Jadwal harian teratur
Farmakologis
Haloperidol dosis kecil 0,5-1 mg/hari hanya bila pasien agresive dan
perilaku tidak terkontrol
DEPRESI
Non Farmakologis
• Konseling edukasi pada pasien dan keluarga
• Intervensi psikososial ( reassurance, penjelasan
hubungan faktor fisik dan psikologis, sepakati
follow up pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, olah raga dan management stres
Farmakologis
• Fluoxetine dapat diberikan 1 x 10-20 mg / hari
• Amitriptiline 1x 12,5-25 mg/ hari
ANXIETAS
Non Farmakologis
• Konseling edukasi pada pasien dan keluarga
• Intervensi psikososial ( reassurance, penjelasan
hubungan faktor fisik dan psikologis, sepakati
follow up pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, olah raga dan management stres
Farmakologis
• Fluoxetine dapat diberikan 1 x 10-20 mg / hari
• Amitriptiline 1x 12,5-25 mg/ hari
• Kombinasikan dengan Benzodoazepine Diazepam
1 x 2-5 mg/hari, Lorazepam 2 x 0,25-0,5 mg/ hari
( 2-4 minggu tapering off )
PSIKOTIK
Non Farmakologis
PSIKOTERAPI: Katarsis ( Curhat), memberi saran ( Sugesti),
membujuk ( persuasif), Meyakinkan ( reassurance), Konseling.
SOSIOTERAPI: terapi kerja, terapi kelompok, rehabilitasi kognitif
ANTIPSIKOTIK YANG SERING DIGUNAKAN
EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK
TATALAKSANA EFEK SAMPING
PARKINSONISM
• CIRI-CIRI : TREMOR, RIGIDITAS,
BRADIKINESIA, YANG GEJALANYA MIRIP
DENGAN PENYAKIT PARKINSON (BIASANYA
TERJADI DALAM WAKTU 4 MINGGU SETELAH
PENGOBATAN)
• PENANGANAN
1. INJEKSI DIPENHIDRAMIN 10-50 MG
INTRAMUSCULAR
2. MENURUNKAN DOSIS ANTIPSIKOTIK
3. MEN-SWITCHING DENGAN ANTIPSIKOTIK
GOLONGAN LAIN (OLANZAPINE,
QUETIAPINE, RISPERIDONE, CLOZAPINE,
ARIPRIPAZOLE)
4. MENGGUNAKAN OBAT
ANTIKOLINERGIK (TRIHEXYPHENIDYL)
DISTONIA
• REAKSI AKUT KARENA PEMAKAIAN ANTIPSIKOTIK YANG
DITANDAI DENGAN SPASME OTOT, POSTUR YANG
ABNORMAL
• BIASANYA TERJADI PADA WAKTU LEVEL ANTIPSIKOTIK
DIDALAM DARAH MENURUN.
• PENANGAN :
 STOP OBAT PENYEBAB
 DARURAT : INJEKSI ANTIKOLINERGIK/ INJ
BENZODIAZEPINE
 TERUSKAN PEMBERIAN ANTIKOLINERGIK 1-2 HARI,
JIKA ANTIPSIKOTIK DIPERLUKAN MAKA
DITAMBAHANKAN ANTIKOLINERGIK 2-3 MINGGU DAN
KEMUDIAN DI TAPERING OFF
 LORAZEPAM 0,5- 2 MG/ HARI
 JIKA ADA RIWAYAT DISTONIA , MAKA TETAP
DIPERTIMBANGKAN PROFILAKSIS ANTIKOLINERGIK
AKATHISIA
DEFINISI :
 SUBYEKTIF : PERASAAN RESTLESSNESS (DORONGAN YANG
MELIBATKAN AKTIFITAS MOTORIK SEPERTI ; EKTREMITAS
BAWAH DAN BADAN)
 OBJECTIF: PERGERAKAN ; TIDAK MAMPU BERDIRI, DUDUK,
DAN BERJALAN
PENANGANAN :
MENURUNKAN DOSIS OBAT/ PELAN-PELAN MENAIKKAN DOSIS
OBAT ANTIPSIKOTIK  PERTIMBANGKAN MAMAKAI OBAT POTENSI
RENDAH
PEMBERIAN ANTIKOLINERGIK (TRIHEXIPHENIDYL)
PROPANOLOL 20-30 MG
JIKA TIDAK EFEKTIF  BENZODIAZEPINE (LORAZEPAM, DIAZEPAM,
CLONAZEPAM)
TARDIVE DISKINESIA

• ONSET LAMBAT (BULAN  TAHUN, RATA-RATA 7 TAHUN)


• GERAKAN INVOLUNTER, BERULANG, DAN TANPA TUJUAN,
DARI PENGGUNAAN JANGKA PANJANG ANTIPSIKOTIK :
 SERING : GERAKAN DI SEKITAR MULUT (PERIORAL),
LIDAH, BIBIR, DAGU
 BISA ADA PERGERAKAN TORTICOLIS BAHU
 PERGERAKAN YANG CEPAT PADA JARI TANGAN ATAU
KAKI
 GEJALA AKAN MEMBURUK JIKA ADA STRESS DAN
OBAT ANTIPARKINSONISM DAN HILANG PADA SAAT
TIDUR
PENANGANAN
 MENURUNKAN DOSIS OBAT PENYEBAB
 ANTIKOLINERGIK AKAN MEMPERBURUK KEADAAN (STOP/
DITURUNKAN PELAN-PELAN)
 FIRST LINE : BIOGENIC AMINE  TETRABENAZINE MULAI
12,5 MG/HR MAX 200 MG/HR
 BENZODIAZEPINE (CLONAZEPAM JIKA ADA DISTONIA)
SINDROM NEUROLEPTIK
MALIGNA (SNM)
Intisari Jarang, mengancam nyawa, reaksi idiosinkrasi pada pemberian
obat antipsikotik (dan lainnya) yang ditandai dengan panas tinggi,
rigiditas pada otot, perubahan status mental dan disfungsi otonomik

Gejala dan tanda : PENANGANAN :


• Terapi suportif : oksigen, infus intravena, menurunkan suhu
• Hipertemia >38 (dengan antipiretik, handuk dingin)
• Rigiditas pada otot • Hentikan agen penyebab (antipsikotik) dan mulai dengan
• Perubahan status mental & disfungsi pemberian antiparkinsonism.
otonomik • BDZs : gangguan akut (restrain dan injeksi kemungkinan akan
• Hiper /hipotensi memperburuk serum kreatinin)
• Tremor • Farmakoterapi untuk mengurangi rigiditas –
• 1st line  Dantrolane iv 0.8-2.5 mg/kgBB, 50-100 mg io, lorazepam
• Myoglobin uria
(mencapai 5mg),
• Leukositosis • 2nd line  Bromokriptin 2.5-10 mg 3 kali sehari maksimal
• Asidosis metabolik 60mg/hari, amantadine (peroral 100-2—mg dua kali sehari)

RUJUK!!!
KAPAN MERUJUK?
 Ada ide/tanda-tanda usaha bunuh diri atau risiko membahayakan orang lain;
 Disabilitas berat hingga ia tidak dapat meninggalkan rumah, merawat anak, atau
melakukan aktivitas sehari-hari;
 ketika membutuhkan keahlian spesialistik untuk mengkonfirmasi diagnosis atau
melakukan terapi spesialistik;
 ketika relasi dokter-pasien sudah tidak berefek terapeutik
 ketika upaya yang dilakukan tidak membawa hasil yang optimal;
 jika ada gangguan fisik yang berat dari pasien;
 ketika pasien membutuhkan obat spesifik yang tidak disediakan oleh puskesmas;
 jika pasien meminta untuk dirujuk.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai