Anda di halaman 1dari 38

FIQIH HAJI

(Problem Solving Permasalahan


Dalam Haji)

Oleh
Ahmad Fatah
HUKUM HAJI DAN UMRAH
• Hukum Umrah
Menurut Imam Syafii dan Imam Hambali, wajib
sekali seumur hidup bagi yang mampu. Sedangkan
menurut Imam Hanafi dan Imam Malik, hukumnya
sunnah muakkadah. (Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam
wa Adillatuhu, Juz III hal. 9)
• Hukum Haji
Ibadah haji diwajibkan bagi yang mampu, sekali
seumur hidup. Hukum haji kedua dan seterusnya
adalah sunat. Tapi, bagi mereka yang bernadzar
haji, hukum haji itu menjadi wajib.
SYARAT DAN RUKUN HAJI/UMRAH
• Syarat Haji dan Umrah
1. Islam, 2. Baligh (dewasa), 3. Aqil (berakal sehat), 4.
Merdeka (bukan hamba sahaya), 5. Istitha’ah
(mampu)
• Rukun Umrah
1. Ihram (niat), 2. Thawaf, 3. Sa’i, 4. Cukur atau
memotong rambut kepala, 5. Tertib
• Rukun haji
1. Ihram (niat), 2. Wukuf di Arafah, 3.Thawaf ifadhah,
4. Sa’i, 5. Cukur atau mencukur rambut kepala, 6.
Tertib (tapi tidak mutlak)
WAJIB HAJI DAN UMRAH
• Wajib Umrah
Wajib umrah adalah berihram dari mīqāt. Bila kewajiban ini
dilanggar, ibadah umrah seseorang tetap sah tapi dia harus
membayar dam.
• Wajib haji
Wajib haji adalah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam
ibadah haji, yang bila salah satu amalan itu tidak dikerjakan ibadah
haji seseorang tetap sah tapi dia harus membayar dam. Jika sengaja
meninggalkannya tanpa adanya uzur syar’i, ia berdosa.
1. Ihram, yakni niat berhaji dari mīqāt;
2. Mabit di Muzdalifah;
3. Mabit di Mina;
4. Melontar Jamrah Ulā, Wustha dan Aqabah;
5. Thawaf wada’ (bagi yang akan meninggalkan Makkah).
TAHALLUL UMRAH DAN UMRAH SUNAH
• Tahallul Umrah
Tahallul umrah : keadaan seseorang setelah melaksanakan semua
rukun umrah dan karena itu dihalalkan (dibolehkan) melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ber-ihram umrah.
• Hukum Umrah Sunah Berulangkali Saat Haji
Menurut Imam Malik dan Ibn Taimiyah, makruh umrah lebih satu kali
dalam setahun.
Imam Syafi’i dan Imam Hanbali berpendapat boleh, namun Imam
Hanbali mensyaratkan minimal jeda sepuluh hari dari umrah
sebelumnya.
Ibn Abbas, Atha’ dan Thawus berpendapat bagi orang yang sudah
mukim di Makkah (minimal empat hari), lebih utama melaksanakan
thawaf sunah ketimbang umrah sunnah berulangkali.
(Ibnu Qudamah, Al-Mughni, juz 5 hlm. 14-17 Ibnu taimiyah, Al-Majmu’ al-Fatawa, juz 26 hlm. 142-
143. Wahbah az Zuhaili, Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, juz 3 hlm. 16. Al-Jazairi, Fiqh alal Mazahib al-
arba’ah, juz 1, 618)
MACAM-MACAM HAJI
• Tamattu’ : melaksanakan umrah sebelum haji
• Qiran : melaksanakan haji bersama dengan umrah (satu ibadah
dua niat)
• Ifrad : melaksanakan haji sebelum umrah
• Orang berhaji mesti melaksanakan umrah, baik sebelum,
sesudah atau bersamaan dengan haji

‫ َعاَم‬- ‫ صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫ َخ َرْج َنا َمَع َالَّنِّيِب‬: ‫• قالت عائشة رضى اهلل عنها‬
‫ َو ِم َّنا َمْن َأَه َّل‬,‫ َو ِم َّنا َمْن َأَه َّل َحِبٍّج َو ُعْم َرٍة‬,‫ َفِم َّنا َمْن َأَه َّل ِبُعْم َرٍة‬, ‫َح َّج ِة َاْلَوَداِع‬
‫ متفق عليه‬. ‫َحِبٍّج‬
’Aisyah r.a. berkata: “Kami keluar (untuk berhaji) bersama
Rasulullah saw di tahun haji wada’, di antara kami ada yang
berihram umrah, ada yang berihram haji dan umrah, dan ada
yang berihram haji”.
HAJI IFRAD
• Haji ifrad dapat dilaksanakan dengan cara, yaitu:
 Melaksanakan haji saja (tanpa melaksanakan umrah);
 Melaksanakan haji dulu, lalu melaksanakan umrah
setelah selesai berhaji.
• Selain kedua cara tersebut, haji ifrad juga bisa dilakukan
dengan dua cara yang lain:
 Melaksanakan umrah di luar bulan-bulan haji,
menyusul melaksanakan haji pada bulan haji;
 Melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji kemudian
pulang ke tanah air, menyusul pergi haji pada bulan-
bulan haji di tahun yang sama.
MIQAT
MIQAT
• Miqat = batas memulai, start
• Miqat zamani = waktu memulai haji, yaitu dari 1 Syawal sampai terbit
fajar 10 Dzul hijah. Untuk umrah tidak ada miqat zamani, dan bisa
dilakukan kapan saja. Bagi yang berhaji tamattu’ boleh melakukan umrah
di saat menunggu datangnya hari arafah.
(al-Idlah, 263)
• Miqat makani = tempat mulai ihram haji/umrah
MIQAT MAKANI
• Dzulhulaifah (Bir Ali, 410 km) bagi orang Madinah
• Juhfah (187 km) bagi penduduk Syam
• Rabigh bagi penduduk Mesir, Syiria dan orang-orang yang melaluinya
• Qarnul Manazil (80 km) bagi penduduk Najd
• Yalamlam (130 km) bagi penduduk Yaman
• Dzatu ‘Irqin (90 km) bagi penduduk Iraq.
‫‪DALIL MIQAT‬‬

‫َّق‬ ‫>لم‪-‬‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫>ه‬ ‫ي‬ ‫عل‬ ‫اهلل‬ ‫>لى‬ ‫ص‬ ‫‪-‬‬ ‫• عن ابن عب>اس رض>ى اهلل عنهما ق>ال ‪َ :‬أَّن وَل الَّلِه‬
‫َو َت‬ ‫َرُس‬
‫َألْه ِل اْلَم ِد يَنِة َذا >اُحْلَلْيَف ِة َوَألْه ِل >الَّش اِم ا>ُجْلْح َفَة َوَألْه ِل >ْجَنٍد َقْرَن اْلَم َناِزِل َوَألْه ِل اْلَيَم ِن‬
‫َيَلْم َلَم ‪َ .‬و َق اَل >« ُه َّن ُهَلْم >َو ِلُك ِّل آٍت َأَتى َعَلْيِه َّن ِم ْن َغِرْيِه َّن َّمِمْن َأَراَد اَحْلَّج َواْلُعْم َرَة‬
‫َو َمْن َك اَن ُدوَن َذِلَك َفِم ْن َح ْيُث َأْنَش َأ َح ىَّت َأْه ُل َم َّك َة ِم ْن >َم َّك َة‪( .‬البخ>ارى> ومس>لم)‬
‫• عن ابن عمر رض>>ى اهلل عنهما ق>>ال ‪َ :‬لَّم ا ُفِتَح َه َذ اِن اْلِم ْص َراِن َأَتْوا ُعَم َر َفَق اُلوا َي ا‬
‫ٍد‬ ‫ِل‬ ‫َّد‬ ‫َّل‬ ‫ِه‬ ‫َّل‬ ‫َّل‬ ‫ِه‬ ‫َّل‬ ‫َّن‬ ‫ِمِن‬ ‫ِم‬
‫>‬ ‫>‬ ‫ا‬ ‫>‬ ‫>‬ ‫َأِل‬
‫ُه َع ْي َو َس َم َح ْه ْجَن َقْرًن َوُه َو َج ْو ٌر‬ ‫>‬ ‫َل‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫>‬ ‫ى‬ ‫َص‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫>‬ ‫َل‬‫و‬ ‫َأ َري ُم ْؤ َني َرُس‬
‫إ‬‫>‬ ‫>‬ ‫ْل‬ ‫ا‬
‫َّد‬ ‫َف‬ ‫ُك‬ ‫>َطِريِق ا > ِإَّن ا إْن َأ َن ا ُّق َل ا >َق ا>َل َف اْنُظ وا > ْذ ا ِم َط ِريِق‬
‫ْم َح ُهَلْم‬ ‫ُر َح َوَه ْن‬ ‫َرْد ُه َيُش َع ْيَن‬ ‫َعْن َن َو‬
‫َذاَت ِعْرٍق ‪( .‬اْلُبَخ اِرُّي )‬
‫• من س >>لك البحر أو طريقا ليس في >>ه ش >>يئ من املواقيت اخلمس >>ة أحرم إذا حاذى‬
‫أق >>رب >املواق>يت إل>يه‪ .‬فإن مل >حياذ ش >ي>ئا أحرم >عل >ى مرحل >>تني >من مكة ‪>( .‬اإليض >>اح‬
‫‪)121-120‬‬
MIQAT JAMAAH HAJI INDONESIA
 Miqat makani jemaah haji gelombang I yang datang dari Madinah
adalah Zulhulaifah (Abyar Ali).
 Miqat makani jemaah haji gelombang II yang turun di Jeddah
adalah :
• Asrama haji embarkasi di tanah air. Menurut jumhur ulama,
berihrām sebelum miqat manshush (yang ditentukan) adalah
sah, berdasar hadis riwayat Umi Salamah:

‫ َمْن َأَه َّل‬: ‫ َقاَل َرُس ْو ُل اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫َعْن ُأِّم َس َلَم َة رضى اهلل عنها َقاَلْت‬
‫َحِبَّج ٍة َأْو ُعْم َرٍة ِم َن اْلَمْس ِج ِد اَألْقَص ى ِإىَل اْلَمْس ِج ِد اَحْلَراِم ُغِف َر َلُه َم ا َتَق َّد َم ِم ْن َذْنِبِه َو َم ا‬
)‫َتَأَّخ َر َأْو َوَجَبْت َلُه اَجْلَّنُة (رواه البيهقى‬
• Berihram sebelum miqat, menurut Abu Hanifah lebih afdhal.
Hanya saja penting diperhatikan bahwa bagi jemaah haji yang
memulai ihram dari asrama haji embarkasi harus menjaga
larangan ihram sejak niat ihram, selama dalam perjalanan
(penerbangan lebih kurang 8-11 jam), hingga tahallul.
MIQAT JAMAAH HAJI INDONESIA GELOMBANG II
• Di dalam pesawat, sesaat sebelum pesawat berada pada posisi
sejajar dengan Qarnul manazil atau Yalamlam. Namun,
mengingat pesawat bergerak dengan kecepatan lebih dari 800
km/jam, atau lebih dari 1 km/detik, jemaah haji hendaknya
segera melaksanakan niat ihram setelah kru pesawat
menyampaikan pengumuman bahwa pesawat mendekati
posisi miqat.
• Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Berdasar pada fatwa Mejelis
Ulama Indonesia (MUI) 28 Maret 1980 , yang dikukuhkan
kembali pada 19 September 1981.
• Jemaah haji yang sudah berada/mukim di Makkah mengambil
miqat dan berihram haji bagi yang berhaji tamattu’ dari
tempat tinggal/pemondokannya. Sedang untuk ihram umrah
mengambil miqat di Ji’ranah, Tan’im, Hudaibiyah, dan tanah
halal lainnya.
PETA MIQAT
MIQAT UMRAH
IHRAM HAJI DAN UMRAH
• ihrām adalah ‫ نية الدخول فى الحج اوالعمرة‬artinya niat masuk
(mengerjakan) ibadah haji atau umrah dengan
mengharamkan hal-hal yang dilarang selama berihrām.
• Pakaian Ihram
Jemaah pria memakai dua helai kain ihram. Satu kain
disarungkan dan satu kain lainnya diselendangkan di kedua
bahu dengan menutup aurat. Saat ia tawaf, disunahkan
memakai kain ihram dengan cara idhtiba’, yaitu meletakkan
bagian tengah selendang di bawah bahu kanan, sedangkan
kedua ujungnya di atas bahu kiri.
Jemaah perempuan memakai pakaian yang menutup
seluruh tubuh kecuali muka dan kedua tangan dari
pergelangan tangan sampai ujung jari (kaffain), baik
telapak tangan maupun punggung tangan.
LARANGAN SELAMA IHRAM
– Laki-laki dilarang:
• Memakai pakaian berjahit
• Memakai kaos kaki atau sepatu yang menutupi mata kaki dan tumit;
• Menutup kepala yang melekat seperti topi atau peci dan sorban.
– Perempuan dilarang:
• Menutup kedua telapak tangan dengan kaos tangan;
• Menutup muka dengan cadar atau lainnya.
– Laki-laki maupun perempuan dilarang:
• Memakai wangi-wangian
• Memotong kuku dan mencukur atau mencabut rambut dan bulu badan;
• Memburu dan membunuh binatang
• Memakan hasil buruan;
• Memotong kayu-kayuan dan mencabut rumput;
• Menikah, menikahkan atau meminang perempuan untuk dinikahi;
• Bersetubuh dan pendahuluannya yang mendatangkan syahwat;
• Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor;
• Melakukan kejahatan dan maksiat;
• Memakai pakaian yang dicelup dengan bahan yang wangi.
IHRAM BERSYARAT DAN MENGGANTI NIAT
– Ihram Isytirath (bersyarat)
Ihram isytirath adalah ihram yang disertai dengan persyaratan. Hal ini dilakukan bila
seseorang khawatir dia bakal terhalang oleh suatu masyaqqah (kesulitan) seperti sakit
atau halangan lain saat melaksanakan ibadah haji atau umrah. Niat isytirat dilakukan
dengan menambah kalimat ‫َفِإْن َحَب ىِن َح اِب الَّلُه َّم َفَم ِح ِّلى َح ْيُث َحَب ىِن‬
‫َس‬ ‫ٌس‬ ‫َس‬
– Tabdilun Niyat Atau Mengganti Niat
Tabdilun niyat adalah mengubah niat dari ihram haji menjadi niat ihram umrah atau
sebaliknya. Hal ini dibolehkan jika:
• Jemaah terbentur halangan akibat perawatan kesehatan; misalnya sejak awal berniat
haji ifrad tapi karena kondisi kesehatannya menuntutnya segera mengakhiri ihram,
dia dibolehkan mengubah niat ihram menjadi niat umrah, berubah jadi haji tamattu’;
• Jemaah terbentur halangan syar’i seperti haidh. Misalnya seorang jemaah
perempuan berniat ihram umrah dari miqat tapi sesampai di Mekkah dia tidak bisa
menyelesaikan umrahnya karena belum suci, sementara waktu wukuf sudah tiba,
dalam kondisi ini dia bisa mengubah niat ihram umrahnya menjadi niat haji qiran.
- Jemaah haji yang melakukan perubahan niat dikenakan dam dengan menyembelih
seekor kambing.
WUQUF
• Wuquf = berhenti, berdiri, berada secara fisik di Arafah.
• Waktunya mulai tergelincir matahari/dhuhur tanggal 9
Dzulhijah sampai terbit fajar hari nahar tanggal 10
Dzulhijah
• Nabi saw bersabda :
.‫ فقد َّمَت َح ُّج ُه‬، ‫ فمن أْد َرَك َعَرَفَة قبَل ُطلوع الفجر من ليلة مَج ِع‬، ‫• احلُّج عرفُة‬
)‫(الرتمذى وأبو داود والنسائى‬
• Jemaah haji yang sakit dan berada dalam perawatan di
rumah sakit atau KKHI dan memungkinkan dibawa ke
Arafah bisa melaksanakan wukuf lewat proses safari
wukuf.
MABIT DI MUZDALIFAH
• Mabit di Muzdalifah adalah bermalam atau beristirahat
di Muzdalifah pada 10 Dzulhijjah setelah wukuf di
Arafah. Mabit di Muzdalifah dianggap sah bila jemaah
berada di Muzdalifah melewati tengah malam, walau ia
hanya mabit sesaat.
• Beberapa hal yang terkait hukum mabit di Muzdalifah :
 Menurut sebagian besar ulama’, hukum mabit di
Muzdalifah adalah wajib.
 Sebagian ulama’ lain menyatakan sunat.
 Jemaah haji yang tidak mabit karena uzur syar’i
seperti sakit, mengurus orang sakit, tersesat jalan
dan lain sebagainya, tidak diwajibkan membayar
dam.
MABIT DI MINA
• Mabit di Mina adalah bermalam pada malam hari tanggal 11
sampai 12 Dzulhijjah bagi nafar awal dan bermalam pada malam
hari tanggal 11 sampai 13 Dzulhijjah bagi nafar tsani. Hukum mabit
di Mina adalah wajib.
• Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal,
hukum mabit di Mina adalah wajib.
• Menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat baru (qaul
jadid) Imam Syafi’i, hukum mabit di Mina sunat. Bagi jemaah haji
yang tidak mabit di Mina tidak diwajibkan membayar dam.
• Mabit di Mina dinyatakan sah bila Jemaah haji berada di Mina lebih
dari separuh malam. Namun, sebagian ulama’ berpendapat bahwa
mabit di Mina sah bila jemaah sempat hadir di Mina sebelum terbit
fajar yang kedua (fajar shadiq).
(An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarkh al-Muhadzab li Syairazi, juz 8, hlm.
223; lihat juga al-Izz bin Abdl Salam, al-Ghayah fi Ikhtishar an-
Nihayah, jilid 3, hlm. 108)
MABIT DI PERLUASAN MINA
• Tempat mabit bagi sebagian besar jamaah haji Indonesa
adalah Harratul Lisan. Sejak 1984-2001 pemerintah Arab Saudi
terus memperluas kawasan Mina, sehingga sebagian jemaah
haji berada di perluasan mina atau disebut tausi’atu mina.
• Mabit di perluasan Mina (tausi’atu Mina) adalah sah. Hal ini
diputuskan dalam Mudzakarah ulama’ Indonesia tentang
‘’Mabit di Luar Kawasan Mina’’ pada 10 Januari 2001 di
Jakarta yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia.
• Menurut Syaikh Bin Baz “Jemaah haji yang tidak mendapatkan
tenda di kemah Mina, hendaknya dia keluar ke Muzdalifah dan
Aziziyah atau selain keduanya untuk melaksanakan mabit,”.
(Bin Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 17 hal 359-364. Sedangkan
menurut Syaikh ‘Utsaimin, “Tidak ada masalah melakukan mabit di wilayah
Muzdalifah karena alasan kepadatan jamaah di Mina, selama kemah di Muzdalifah
tersambung dengan Mina.” Al-‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa, juz 23 hal.241).
PETA PERKEMAHAN MINA
BATAS WILAYAH MINA
MELONTAR JUMRAH
• Hukum melontar jamrah adalah wajib; bila seseorang tidak melaksanakannya
dikenakan dam/fidyah
• Melontar Jamrah Aqabah dilakukan pada 10 Dzulhijjah dimulai sejak lewat
tengah malam dan lebih afdhol dilakukan setelah Matahari terbit.
• Waktu melontar pada hari Tasyriq tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah menurut
jumhur ulama dimulai setelah tergelincir Matahari. Namun, Imam Rafi’i dan
Imam Isnawi dalam mazhab Syafi’i membolehkan melontar sebelum Matahari
tergelincir (qabla zawāl), yang dimulai sejak terbit fajar. Pendapat tersebut
dapat diamalkan meskipun sebagian ulama menilai dha’īf/lemah (Keputusan
Muktamar ke-29 NU 4 Desember 1994).
• Jemaah haji yang mengalami udzur syar’i diperbolehkan mengakhirkan
melontar jamrah dengan cara melontar Jamrah Sughra, Wustha dan Kubra
secara sempurna sebagai qadha lontaran untuk hari pertama. Setelah itu
jemaah berbalik lagi menuju posisi Jamrah Ula kemudian memulai lagi
melontar tiga jamrah yang sama secara berturut-turut sebagai qadha hari
kedua. Setelah itu, jemaah menuntaskan lontaran hari terakhir bagi nafar
tsani.
SYARAT THAWAF
– Suci dari hadas dan najis;
– Menutup aurat;
– Berada di dalam Masjidil Haram termasuk di area perluasan pada
lantai dua, tiga, atau empat, meskipun dengan posisi melebihi
ketinggian Ka’bah dan terhalang antara dirinya dengan Ka’bah;
– Memulai dari Hajar Aswad;
– Ka’bah berada di sebelah kiri;
– Di luar Ka’bah (tidak di dalam Hijir Ismail);
– Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran;
– Niat tersendiri, jika thawaf yang dia lakukan berdiri sendiri, tidak
terkait dengan haji dan umrah.

‫• َو َعِه ْدَنا ِإىَل ِإْبَراِه يَم َو ِإَمْساِعيَل َأْن َطِّه َرا َبْيَيِت ِللَّطاِئِف َني َواْلَعاِكِف َني َوالُّرَّك ِع‬
(125 : ‫الُّس ُج وِد (البقرة‬
MACAM-MACAM THAWAF
o Tawaf rukun haji (tawaf ifadhah), dan tawaf rukun umrah.
o Tawaf qudum, merupakan penghormatan kepada Baitullah,
dilakukan oleh jemaah yang melakukan haji ifrad atau qiran,
dan sunat dilaksanakan di hari pertama kedatangannya di
Mekkah. Bagi jemaah haji yg melakukan haji tamattu’ cukup
melakukan tawaf umrah.
o Tawaf sunat, yaitu tawaf yang dikerjakan dalam setiap
kesempatan masuk ke Masjidil Haram dan tidak diikuti
dengan sa’i.
o Tawaf wada’, merupakan penghormatan akhir kepada
baitullah. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, dan kebanyakan ulama, hukum tawaf wada’ adalah
wajib.
MACAM-MACAM THAWAF
o Perempuan yang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan
tawaf wada’. Penghormatan kepada Baitullah cukup
dilakukan dengan berdoa di depan pintu gerbang Masjid al-
harām.
o Menurut pendapat Imam Malik, Dawud, dan Ibnu Mundzir,
hukum tawaf wada’ adalah sunah. Seseorang yang tidak
mengerjakan tawaf wada’ tidak diharuskan membayar dam.
Menurut Imam Malik, orang sakit atau użur dapat mengikuti
pendapat ini. (Muhammad Ahmad, Fiqh al-Haj wa al-‘Umrah
wa al Ziyarah, hlm. 112)
o Tawāf nazar, hukumnya wajib dikerjakan dan waktunya
kapan saja.
THAWAF BAGI JAMAAH UZUR
• Jemaah uzur atau sakit dapat melakukan tawaf dengan kursi
roda di lantai dua, tiga atau lantai empat, atau dengan
menggunakan ‘arabah kahrubaaiyyah (skuter matik).
• Menurut Syafi’iyah, tawaf dengan berjalan kaki hukumnya
sunnah.
• Namun, bagi jemaah yang tidak dalam kondisi uzur, para ulama’
berbeda pendapat. Ada yang tidak membolehkan. Kalangan
Malikiyah dan Hanifiyah membolehkannya namun harus
membayar dam karena berjalan kaki saat tawaf adalah wajib.
Imam Ibn Mundzir membolehkannya, dengan alasan Nabi
sendiri pernah melaksanakan tawaf dengan mengendarai unta.
‫َعِن اْبِن َعَّباٍس رضى اهلل عنه قال َطاَف الَّنُّيِب صلى اهلل عليه وسلم ىِف‬
)‫َح َّج ِة اْلَوَداِع َعَلى َبِعٍرْي َيْس َتِلُم الُّرْك َن ِمِبْح َج ٍن (رواه البخارى‬
SA’I DAN SYARATNYA
• Sa’i = Berjalan dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan
sebaliknya sebanyak 7 kali
• Sa’i dikerjakan sesudah thawaf ifadlah atau thawaf qudum
bagi orang yang berhaji ifrad/qiran
• Dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah
• 7 kali perjalanan
• Dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali perjalanan dan dari
Marwah ke Shafa satu kali perjalanan
• Menurut jumhur ulama’, dalam sa’i tidak dipersyaratkan suci
dari hadas besar dan hadas kecil
• Tidak ada syarat muwalah dan boleh berhenti istirahat
sebelum selesai.
• Tidak ada sa’i sunah
SA’I DENGAN NAIK KENDARAAN
• Bagi orang yang sehat, kuat dan mampu berjalan, sebaiknya sa’i
dilakukan dengan berjalan kaki
• Bagi yang udzur disebabkan lemah atau sakit, boleh dilakukan
dengan digendong, menggunakan kursi roda atau naik skuter
matik.
• Sa’i boleh naik kendaraan berdasarkan hadits sebagai berikut.
‫َعْن َج اِبِر ْبِن َعْبِد اهلل َيُقْو ُل َطاَف النيب صلى اهلل عليه وسلم ىِف َح َّج ِة اْلَوَداِع َعَلى‬
‫َغ‬ ‫َّنا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َّن‬ ‫ِإ‬‫َف‬ ‫ُل‬‫َأ‬ ‫ِل‬ ‫َف‬‫ِر‬ ‫ْش‬ ‫ِل‬ ‫َّنا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اِح َلِتِه ِباْل ِت ِبالَّصَف ا اْل ِة ِل‬
‫ُش‬
‫َس ْوُه‬ ‫َيْس ْوُه‬ ‫َو َمْرَو َيَر ُه ُس َو ُي‬ ‫َبْي َو‬ ‫َر‬
Dari Jabir bin ‘Abdullah ra. berkata; Nabi saw. ketika tawaf pada
haji wada’ dengan menaiki tunggangannya, dan juga ketika sa’i
di Shafa dan Marwah, orang ramai melihatnya dan beliau
dapat menyelia untuk mereka bertanya kepada beliau, maka
sesungguhnya orang ramai mengerumuni beliau. (HR.Muslim).
TALBIYAH DAN MEMOTONG RAMBUT
MEMBACA TALBIYAH
• Talbiyah disunatkan dan dianjurkan setelah ihram dari miqat.
• Talbiyah berakhir setelah tahallul bagi orang yang berihram
umrah, dan setelah melempar jumrah aqabah bagi yang
mendahulukannya, atau setelah putaran pertama thawaf ifadlah.

MEMOTONG RAMBUT
• Memotong rambut, bercukur, menggundul, memendekkan atau
menggunting beberapa helai rambut kepala termasuk rukun
haji/umrah
• Untuk ibadah umrah, waktunya setelah selesai melaksanakan sa’i
• Untuk ibadah haji, waktunya setelah melempar jumrah ‘aqabah di
hari nahar atau setelah selesai thawaf ifadlah dan sa’i
TAHALLUL
• Tahallul = keadaan seseorang yang telah dihalalkan
(dibolehkan) melakukan perbuatan yang sebelumnya
dilarang selama berihram
• Tahallul awal = keadaan seseorang yang telah melakukan
dua di antara tiga perbuatan, yaitu :
- melempar jumrah ‘aqabah dan bercukur,
- melempar jumrah ‘aqabah, thawaf ifadlah dan sa’i
- thawaf ifadlah, sa’i dan bercukur.
• Tahallul tsani = keadaan seseorang yang telah melakukan
melempar jumrah ‘aqabah, bercukur, thawaf ifadlah dan sa’i
• Berhubungan suami istri (jima’) baru boleh dilakukan
setelah tahallul tsani
DAM
 Dam = menyembelih kambing, unta atau sapi di tanah haram
untuk memenuhi ketentuan manasik haji
 Dam Nusuk (sesuai ketentuan ibadah) bagi orang yang
melakukan haji tamattu’ atau haji qiran.
 Waktu wajibnya setelah ihram haji, tapi boleh menyembelihnya
setelah tahallul umrah tamattu’, sebelum ihram haji.
 Bila tidak sanggup menyembelih seekor kambing, dia wajib
menggantinya dengan berpuasa 10 hari dengan ketentuan tiga
hari dilakukan selama dia beribadah haji di Makkah dan tujuh
hari sisanya dilakukan sesudah kembali ke Tanah Air.
‫َف ْن َمَتَّتَع ِباْلُعْم ِة ِإىَل اَحْلِّج َف ا اْس َتْي ِم اَهْلْد ِي َف ْن ْمَل ِجَي ْد َفِص َياُم َثاَل َثِة َأَّياٍم يِف‬
‫َم‬ ‫َسَر َن‬ ‫َم‬ ‫َر‬ ‫َم‬
]196/‫اَحْلِّج َو َس ْبَعٍة ِإَذا َرَج ْعُتْم ِتْلَك َعَش َرٌة َك اِم َلٌة [البقرة‬
DAM ISA’AH
• Dam Isa’ah dikenakan pada orang yang melanggar
aturan atau melakukan kesalahan karena
meninggalkan salah satu wajib haji atau wajib umrah,
masing-masing:
– Tidak berihram/niat dari mīqāt;
– Tidak melakukan mabit di Muzdalifah;
– Tidak melakukan mabit di Mina;
– Tidak melontar jamrah;
– Tidak melakukan thawaf wada’.
• Apabila melanggar salah satu wajib haji di atas,
seseorang dikenakan dam dengan menyembelih
seekor kambing.
DAM KIFARAT
• Dam kifarat (tebusan) dikenakan pada orang yang
mengerjakan sesuatu yang diharamkan selama ihram.
• Melanggar larangan ihram dengan sengaja seperti :
 Mencukur/mencabut rambut,
 memotong kuku,
 memakai wangi-wangian,
 memakai pakaian biasa bagi laki-laki,
 menutup muka, serta
 memakai sarung tangan bagi perempuan.
• Sangsinya :
 Membayar dam seekor kambing;
 Membayar fidyah, yaitu bersedekah kepada enam orang
miskin masing-masing ½ sha’ (2 mud = 1 ½ kg) berupa
makanan pokok; atau
 Menjalankan puasa tiga hari.
DALILNYA
‫َف َك اَن ِم ْنُك ِريًض ا َأ ِبِه َأًذى ِم ْأِس ِه َفِف ْد ٌة ِم ِص اٍم َأ َد َقٍة َأ ُن ٍك‬
‫َي ْن َي ْو َص ْو ُس‬ ‫ْن َر‬ ‫ْو‬ ‫ْم َم‬ ‫َم ْن‬
)196/‫(البقرة‬
“Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu
dia bercukur), dia wajib membayar fidyah, yaitu berpuasa, bersedekah,
atau berkurban”. (QS. Al-Baqarah 196)

‫ َلَعَّلَك آَذاَك‬: ‫ َقاَل َلُه‬، ‫ َأَّن َرُس وَل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم‬، ‫َعْن َك ْعِب ْبِن ُعْج َرَة‬
‫ ا ِل‬:‫ َق اَل وُل اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬، : ‫ ُقْل‬: ‫ َقاَل‬، ‫اُّم‬
‫ْح ْق‬ ‫َف ُت َنَعْم َف َرُس‬ ‫َه َو َك‬
)‫ أْو َأْطِعْم ِس َّتَة َم َس اِكَني َأِو اْنُس ْك ِبشاٍة (ُمَّتَف ٌق َعَليه‬، ‫ َو ُصْم َثالَثَة َأَّياٍم‬، ‫َرْأَس َك‬
Dari Ka’b bin ‘Ujrah, bahwa Rasulallah saw. bertanya kepadanya :
“Rupanya kamu sakit karena banyak kutu di kepalamu?” Maka aku
jawab : “ya, betul”. Kemudian Rasulullah berkata : “Cukurlah kepalamu,
puasalah kamu 3 hari, atau memberi makan kepada 6 orang miskin,
atau menyembelih seekor kambing”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Membunuh hewan buruan
Melanggar larangan ihram berupa membunuh hewan
buruan. Sanksinya berupa denda :
 Menyembelih ternak yang sebanding dengan hewan
yang dibunuh. Jika tidak sanggup
 Membayarnya dengan makanan pokok seharga
binatang tersebut. Bila benar-benar tidak mampu,
dia harus menggantinya dengan
 Puasa, dengan perbandingan setiap hari = 1 mud
makanan (¾ kg beras).
‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَل َتْق ُتُلوا الَّص ْيَد َوَأْنُتْم ُح ُرٌم َو َمْن َقَتَلُه ِم ْنُك ْم ُمَتَعِّم ًد ا َفَج َزاٌء ِم ْثُل َم ا‬
‫َقَتَل ِم َن ا>لَّنَعِم ْحَيُك ُم ِبِه َذَوا َع ْد ٍل ِم ْنُك ْم َه ْد ًيا َباِلَغ اْلَك ْع َبِة َأْو َك َّف اَرٌة َطَع اُم َم َس اِكَني ْوَأ‬
]95 : ‫َعْد ُل َذِلَك ِص َيا>ًم ا ِلَيُذ وَق َو َباَل >َأْم ِرِه > [املائدة‬
Bersetubuh dengan istri/suami
• Bersetubuh dengan istri/suami dilakukan sebelum tahallul awal,
maka hajinya batal, tetapi :
 wajib menyelesaikan hajinya dengan tetap berlaku larangan
ihrām,
 wajib mengulang haji tahun berikutnya, dan
 harus membayar kifarat seekor unta.
• Apabila bersetubuh dengan istri/suami dilakukan setelah
tahallul awal, hajinya sah, tetapi wajib
 membayar kifarat seekor unta. Bila tidak sanggup,
 menyembelih seekor sapi. Bila tidak mampu,
 menyembelih tujuh ekor kambing. Bila tidak mampu,
 memberi makan seharga unta kepada fakir miskin di tanah
haram. Kalau tidak mampu juga,
 berpuasa dengan hitungan satu hari untuk setiap mud dari
harga unta.
TERIMA KASIH
SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR

Anda mungkin juga menyukai