Karakter Dan Kepemimpinan
Karakter Dan Kepemimpinan
Qur’an
By Arin Setiyowati,MA.
FAKTA
Kepemimpinan perempuan sampai saat ini di masyarakat masih menimbulkan perbedaan pendapat.
Karena latar belakang budaya, kedangkalan agama, peradaban dan kondisi sosial kehidupan manusia sehingga
menyebabkan terjadinya benturan dan perbedaan persepsi dikalangan masyarakat.
Islam sebagai agama yang ajarannya sempurna, mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara baik
sebagai hamba (`Abid) maupun posisinya sebagai penguasa bumi (kholifatullah fil ardh).
Kepemimpinan perempuan menurut Islam diperbolehkan selama kepemimpinan itu baik dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Kepemimpinan Dalam Perspektif Al-Qur’an
Kekuasaan Kemampuan
01 kekuatan, otoritas dan legalitas yang
memberikan wewenang kepada pemimpin
guna mempengaruhi dan menggerakkan
03 segala daya, kemampuan, kesanggupan,
kekuatan dan kecakapan/ ketrampilan teknis
maupun sosial yang dianggap melebihi dari
bawahan untuk berbuat sesuatu. kemampuan anggota biasa.
Kewibawaan
02 kelebihan, keunggulan, keutamaan, shingga orang
mampu ‚mbawani‛ atau mengatur orang lain, sehingga
orang tersebut patuh pada pimpinan dan bersedia
melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu.
PRINSIP-PRINSIP DALAM KEPEMIMPINAN
—QS. At-Taubah ayat 7 = pemimpin laki2 dan perempuan, profesi apapun untuk semua
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-
cari jalan untuk menyusahkannyaSesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
—QS. An-Nisa 34 :kepemimpinan suami dalam ruma tangga, memimpin istrinya. Bukan
untuk menjadi penusaha atau diktator
Quraisy Shihab mengatakan maksud ayat 34 surat An-Nisa’: Kepemimpinan laki-laki (suami)
terhadap seluruh keluarganya dalam bidang kehidupan rumah tangga. Kepemimpinan ini pun tidak
mencabut hak-hak isteri dalam berbagai segi termasuk dalam hal kepemilikan harta pribadi dan hak
pengelolaannya walaupun tanpa persetujuan suami.
Kata “Pemimpin” yang ada dalam ayat 34 Surat An-Nisa’ tersebut lebih pada pengertian pengayom,
saling menghargai, saling menghormati dan saling memahami kondisi masing-masing, bahu
membahu dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan.
Eksistensi kepemimpinan tidak boleh menjurus kepada sewenang-wenang, sebab disisi lain banyak
ayat Al-Qur’an yang secara gamblang memerintahkan untuk saling tolong-menolong, saling diskusi,
saling bermusyawarah antara laki-laki dan perempuan.
3 catatan Yusuf Qardlawi TTG penetapan hadits yang Menjadikan dalil penolakan
kepemimpinan wanita
Berjejaring
Berani
Berilmu
Iman
Terimakasih