BAB II
KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF HADIS
A. Definisi Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan adalah perihal pemimpin atau cara
memimpin. Dari kata tersebut, kemudian para pakar memberikan defenisi
tentang kepemimpinan. Ordway Tead sebagaimana yang dikutip
Kartono
mendorong,
mengajak,
menuntun,
menggerakkan,
mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Di samping memahami makna kepemimpinan, penting juga memahami
makna pemimpin. Persepsi selama ini tentang pemimpin memang terbatas
hanya pada orang-orang yang memiliki jabatan dalam organisasi/instansi atau
1
Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Cet. VIII, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998),
hlm. 49.
2
Ibid.
21
Term
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa term ar-R'in pada dasarnya
berarti penggembala yang bertugas memelihara ibnatang, baik yang terkait
dengan pemberian makanan maupun dengan perindungan dari bahaya.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, kata tersebut juga dimaknai
pemimpin, karena tugas pemimpin sebenarnya hampir sama dengan tugas
penggembala yaitu memelihara, mengawasi dan melindungi orang-orang
yang dipimpinnya.
Hal ini berarti bahwa ketika kata pemimpin disebut dengan term arR'in maka itu lebih dikonotasikan pada makna tugas dan tanggung jawab
pemimpin tersebut. Lebih jauh lagi, term ri'yah yang merupakan salah
satu bentukan dari akar kata
hanya
Qur'an, yakni pada QS. Al-Hadd (57): 27. Di dalam ayat tersebut, kata
ri'yah dihubungkan dengan kata ganti/dhamir
kata
Ab at-Tayyb Muhammad Syams al-Haq al-'Am Abd, 'Aun al-Ma'bd Syarh Sunan Ab
Dud, Juz. VIII , Cet. II; (Beirut: Dr al-Kutub al-'Ilmiyah, 1415 H), hlm. 105.
22
Dari akar kata tersebut, lahir beberapa kata yang lain, seperti
(pengganti), khilf (
(
).
Sahabuddin et.al., Ensklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata, Juz. III (Jakarta: Lentera Hati,
2007), hlm. 829
5
Ibid., Juz. II, hlm. 452
6
QS. Al-Baqarah (2): 30
7
QS. Sd (38): 26
8
Lihat QS. Sd (38): 26, dan QS. Tha (20): 16
23
3. Term
Kata amr merupakan bentuk isim f'il dari akar kata amara yang
'
"!
!" '
12
!"
. '
!"
'
24
fiqh dustr.14 adalah ahl al-Hl wa al-'Aqd, yaitu orang yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan dan atau mempunyai wewenang
membuat undang-undang yang mengikat kepada seluruh ummat di dalam
hal-hal yang tidak diatur secara tegas oleh al-Qur'an dan hadis.15
4. Term
Kata imm merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata
-. yang
Akan tetapi menurut Ibn Mansr di dalam Lisn al-'Arab, kata imm
mempunyai beberapa arti. Di antaranya berarti setiap orang yang diikuti
oleh suatu kaum, baik untuk menuju jalan yang lurus maupun untuk
menuju jalan yang sesat. Sebagaimana firman Allah:
34
56 01 /
/.
"Ingatlah pada suatu hari Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya".
(QS. Al-Isra'): 71
Di samping itu, imm juga berarti misl (contoh, teladan). Imm juga
dapat berarti "benang yang dibentangkan di atas bangunan untuk dibangun
dan guna menyamakan bangunan tersebut.17 Sedangkan Ibn Fris di dalam
Maqys al-Lugah menyebutkan bahwa kata imm memiliki dua makna
dasar, yaitu "setiap orang yang diikuti jejaknya dan didahulukan
urusannya", karena itulah Rasulullah saw disebut sebagai imm al-aimmah
dan khalfah sebagai pemimpin rakyat sering juga disebut imm al-ra'iyyah
atau dalam hadis digunakan kata al-imm al-a'zam. Di samping itu,
menurut Ibn Faris, imm juga berarti "benang untuk meluruskan
bangunan".18
14
Fiqh Dustr adalah salah satu bagian dari fiqh siysah (fiqh dustr, fiqh mli, fiqh daul, dan
fiqh harb), yang mengatur hubungan antara warga Negara dengan lembaga Negara yang satu dan
warga Negara dengan lembaga Negara yang lain dalam batas-batas administratif suatu Negara.
15
H. A. Djazuli, Op. Cit., hlm. 92 dan 118
16
A.W. Munawwir, Op. Cit., hlm. 39
17
Lihat Muhammad ibn Mukrim ibn Mansr al-Misr, Lisn al-'Arab, Juz. XII (Beirut; Dr
dir, t.th.), hlm. 22.
18
Ibn Fris, Op. Cit., Juz. I, hlm. 28-29
25
.< =
19
26
lain. Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
meskipun kedua istilah ini berbeda dalam defenisi. Namun, seorang pemimpin
pasti memiliki kepemimpinan dan setiap kepemimpinan pasti memiliki seorang
pemimpin.
Dalam kajian hadis, hadis-hadis yang membicarakan kepemimpinan
banyak ditemukan dalam kitab-kitab hadis, hanya saja terkadang hadis Nabi
saw. yang sampai kepada kaum muslimin saat ini dengan berbagai bentuk dan
coraknya,21 kadang-kadang bertentangan atau tidak sesuai dengan konteks
zaman dan pemikiran modern.22
Oleh karena itu, untuk mendukung tujuan penelitian ini, sangat penting
mengatahui terlebih dahulu bagaimana kepemimpinan dalam hadis Nabi saw.,
apa sebenarnya hakikat kepemimpinan, tanggungjawab, kriteria, urgensi dan
semua hal yang terkait dengannya. Salah satu cara yang penulis tempuh dalam
hal ini adalah menginventarisir hadis-hadis tentang kepemimpinan dengan
melakukan klasifikasi hadis-hadis terkait.
B. Definisi Hadis
Hadis menurut etimologi berasal dari bahasa Arab; al-Had juga nama
dari tahd yang memiliki banyak arti di antaranya: al-Jadd (yang baru), lawan
dari al-Qadm (yang lama), juga memiliki arti al-Akhbr (Kabar atau Berita).23
Ibnu Hajar al-Aqalani mengatakan ketika mensyarah shahih Bukhari: Yang
dimaksud dengan hadis menurut bahasa syara adalah apa-apa yang
disandarkan kepada Rasulullah saw.24 Diriwayatkan oleh Imam bukhari pada
bab mencari hadis di Kitb al-ilmi.
Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: Ya Rasulullah siapakah manusia
paling bahagia dengan memperoleh syafaatmu pada hari kiamat nanti?
21
Lihat Mahmd at-Tahhn, Taisr Mustalah al-Hads (Beirut: Dr al-Qurn al-Karm, 1972),
hlm. 78, Lihat juga Syihb ad-Dn Ab al-Fadl Ah}mad ibn Al ibn Hajar al-Asqaln, Nuzhat
an-Nazr Syarh Nukhbah (Mesir: al-Munawwarah, t.th.), hlm. 98
22
Lihat selengkapnya Muhibin, Hadits-hadits Politik Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 63
23
Bayumi Ajlan, Dirasah fi al-Hadits an-Nabawi, (Iskandariyyah: Muassasah Syabab alJamiah, 1986), hlm. 20
24
Ibn Hajar al-Atsqalani, Fathul Bari li Syarh as-Sahih al-Bukhari, Juz I (Beirut: Dar al-Ilmi,
2003), hlm. 11-12
27
25 Ibid., hlm. 12
26 M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, t.th.), hlm. 55
28
27
Peter salim, The Contemporary English Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern English
Press, 1991), hlm. 1167
28
M. Zulkani Yahya, Teologi al-Ghazali: Pendekatan Metodologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 6
29
M. Thahir al-Jawabi,
30
Al-Hakim Ab Abdullah an-Naisabur, Marifah Ulm al-Hads, (Kairo-Mesir: Maktabah alMutanabbi, t.th.), hlm. 63
29
hadis. Hal ini menegasikan bahwa agar dapat memperoleh kesimpulan makna
yang benar dan sesuai dengan yang dikehendaki Nabi saw., maka empat
komponen di atas mutlak diperlukan, karena keempatnya memiliki interrelasi
yang kait mengkait. Dalam pada itu, peran metode lebih menentukan dalam
menemukan makna yang dimaksud dari kandungan hadis, sebab metode itu
alat yang berperan aktif dalam menemukan kebenaran makna suatu hadis.
Kebenaran simpulan sangat bergantung pada ketepatan metode yang dipakai
dan akurasi penerapannya di lapangan.31
Dalam memahami hadis Nabi, secara garis besar dapat dibagi dalam dua
kelompok, yakni: (1) Kelompok yang lebih mementingkan makana lahiriyah
teks hadis disebut dengan Ahl al-Hadis, tekstualis. (2) Kelompok yang
mengembangkan penalaran terhadap faktor-faktor yang berada di belakang
teks disebut ahl ar-Rayi, kontekstualis.
Ahl-al-Hadis telah muncul sejak generasi sahabat, dengan pelbagai
persoalan kehidupan yang belum begitu kompleks. Kelompok ini berpegang
pada arti lahiriyah nash, karena dalam pandangan mereka, kebenaran al-Quran
bersifat mutlak, sedangkan kebenaran rasio adalah nisbi. Sesuatu yang nisbi
tidak akan mungkin dapat menjelaskan sesuatu yang mutlak. Keengganan
mereka menggunakan akal inilah yang menjadikan mereka dijuluki ahl alHasyw. Dengan demikian, hadis-hadis ahad memperoleh kedudukan yang
cukup penting di kalangan kelompok ini.
Ahl-al-Hadis juga mengabaikan sebab-sebab terkait yang berada di
sekeliling teks. Dalam kultur yang relatif dekat dengan Nabi, dampak yang
ditimbulkan belum begitu kelihatan, karena perubahan yang signifikan dalam
budaya dan gesekan antara kebudayaan lokal dan luar belum terlalu terasa.
Namun ketika hadis telah melintasi banyak generasi dan lintas kultural serta
berhadapan dengan pelbagai kemajuan ilmu pengetahuan mengimbas pada
semakin kompleksnya persoalan kehidupan.
31
Safrodin, Metode Pemahaman Hadits Ibn Taimiyyah;Suatu Kajian Metodologis Terhadap Kitab
As-Siyasah asy-Syariah, Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, 1999
30
31
kembali salafisme dalam bentuknya yang baru. Mazhab ini dianut secara rigid
oleh Wahabiah di Saudi Arabia, dan disebar luaskan ke seluruh penjuru dunia
Islam melalui buku-buku yang mereka cetak dengan dana yang cukup besar.32
Dewasa ini, banyak pakar hadis telah memberikan tawaran metode
pemahaman hadis Nabi. Menurut Muhammad Iqbal (1877-1938 M.), dalam
memahami hadis Nabi secara kontekstual harus memperhatikan latar sosiologis
dan setting situasional masa Nabi dan masa sekarang melalui studi historis
yang memadai.33 Dalam penerapan aspek metodologinya, Muhammad Iqbal
lebih menfokuskan kepada hadis-hadis hukum. Menurut Iqbal, ketika
seseorang hendak mengambil hadis, (1) harus membedakan hadis-hadis yang
membawa konskuensi hukum dan yang bukan. (2) harus teliti, sejauh mana
hadis-hadis hukum tersebut mengandung kebiasaan bangsa Arab pra Islam
yang membiarkan beberapa kasus tetap berjalan dan beberapa kasus yang lain
dimodifikasi oleh Nabi.
Fazlur Rahman (1919-1988 M.) mengintroduksi teori tentang penafsiran
situasional terhadap hadis, dengan bebrapa langkah strategis, sebagai berikut:
(1) Memahami makna teks hadis (2) Memahami latar belakang situasionalnya,
yakni menyangkut situasi Nabi secara umum, termasuk dalam hal ini asbab alWurud, disamping itu juga memahami petunjuk-petunjuk al-Quran yang
relevan. (3) Merumuskan prinsip ideal moral dari hadis tersebut untuk
diaplikasikan dan diadaptasikan dalam latar sosiologis dewasa ini.34
Sementara itu, M. Syuhudi Ismail lebih mengarahkan pemahaman hadis
Nabi kepada perbedaan makna tekstual dan kontekstual. Perbedaan ini dapat
dilakukan dengan (1) Memperhatikan sisi-sisi linguistik hadis menyangkut
style bahasa, seperti Jawami al-Kalim (ungkapan-ungkapan singkat namun
padat makna), tamsil (perumpamaan), ungkapan simbolik, bahasa percakapan
32
Suryadi, Metode Kontemporer Pemahaman Hadis Nabi perspektif Muhammad al-Ghazali dan
Yusuf Qaradhawi, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2008), hlm. 75-77
33
Shalah ad-Din bin Ahmad al-Adlabi, Manhaj Naqd al-Matn (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah,
1403 H./1972 M.), hlm. 230
34
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago:
The University of Chicago Press, 1982), hlm. 2
32
dan ungkapan analogi. (2) Melibatkan studi historis menyangkut peran dan
fungsi Nabi serta latar situasional yang turut melahirkan hadis.35
Sementara M. Amin Abdullah juga menerapkan dua metode pemahaman
hadis. Metode tekstualis dan Metode kontekstual. Metode tekstualis
definisikan sebagai tipe pemahaman yang mempercayai hadis sebagai sumber
kedua dari ajaran Islam, tampa mempedulikan proses panjang sejarah
terkumpulnya hadis dan proses pembentukan ajaran ortodoksi. Tipologi
pemahaman ini disebut juga ahistoris. Sedangkan metode kontekstual aialah
upaya memahami hadis yang dipercayai sebagai sumber kedua dari ajaran
Islam, tetapi dengan kritik konstruktif melihat dan mempertimbangkan asalusul (asbab al-Wurud) hadis tersebut.36
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan metode dan
pendekatan yang analitis dan kritis terhadap teks hadis merupakan suatu
keniscayaan, dan tentunya pendekatan dalam memahami teks tidak harus
terpaku dengan satu pendekatan. Untuk pendekatan historis, antropologis dan
sosiologis, bahkan pendekatan kebangsaan, sebaiknya menjadi perangkat yang
selalu diikutsertakan dalam mengkaji sebuah kandungan hadis.
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Telaah Maani al-Hadits
tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm.
10-18
36
M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, t.th.), hlm. 6
37
Secara etimologi kata Takhrj berasal dari kata kharraja - yakhariju takhrj yang berarti
menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan, dan menumbuhkan. Maksudnya
menampakkan sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan, dan masih samar. Sedangkan
secara terminologi, kata ini memiliki banyak definisi, antara lain : 1. menjelaskan hadis pada orang
lain dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad hadis dengan menggunakanperiwayatan
yang mereka tempuh. 2. mengeluarkan dan meriwayatkan hadis dari beberapa kitab. 3.
menunjukkan asa-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis
yang disusun oleh para mukharrij-nya dan menisbatkannya dengan cara menyebutkan metode
periwayatan dan sanadnya masing-masing. 4. menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber
aslinya kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan. Akan tetapi pengertian takhrj yang
33
SA 3: 1 3: 1
13 1 20 1 :Z 90 81 : 19 17 X= 9 . W
.121 111 55108 54 5 2 3Z 27 4B
21 228 227 H. 8 :Z ......3 "
=K
=K H 34 U K 5"
38
b. Term
.297
42 e 1 1 d 33 :Z : ....34
cQ6 /K bQ6
C W : 18 =" 40 4B
.437 327 137 :4 311
digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis adalah pengertian yang disebutkan terakhir.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ada tiga hal yang mendasar dari pengertian tersebut, yaitu :
pertama, kegiatan penelusuran suatu hadis untuk mengetahui tempat atau sumber-sumbersnya.
Kedua, sumber-sumber pengambilan hadis itu merupakan sumber-sumber asli. Ketiga, hadis yang
termuat dalam sumber-sumber yang asli itu dikemukakan secara lengkap sanad dan matannya.
Lihat Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi; Refleksi Pemikiran Prof. Dr.
Muhammad Syuhudi Ismail, Cet. I, (Jakarta; Renaisan' 2005), hlm. 71, dan Abd al-Raf alManwi, Faid al-Qadr Syarh al-Jami as-Sagr, Juz. I, Cet. I, ( Mesir: al-Maktabah al-Tijriyah alKubr, 1356 H.), hlm. 17. Sedangkan metodenya ada lima, yaitu: 1) Metode dengan menggunakan
lafal pertama matan hadis, 2) menggunakan salah satu lafal matan hadis, 3) menggunakan perawi
terakhir atau sanad pertama yaitu sahabat, 4) menggunakan topik tertentu dalam kitab hadis dan 5)
Menggunakan status hadis dan derajatnya. Lihat: Ab Muhammad Mahd Abd al-Qdir ibn Abd
al-Hdi. T}uruq Takhrj Hads Rasulillah saw. diterjemahkan oleh Said Aqil Husain Munawwar
dan Ahmad Rifqi Mukhtar, Metode Takhrij Hadis, Cet. I, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm. 15
38
A.J. Wensinck Ter. Muhammad Fuad Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras l Alfz al-Hads
an-Nab, Juz. II (Brill: Laeden, 1936 H.), hlm. 273-274.
34
3:
.23 : < n C
1 H. 6 5 :Z : ....
m K .80 4B : 3 Z S "
4= q p 5" ; -Ao N
5 f_ : 5r : 92 : 19 H. 13 : 10 1
39
c.
.63 62 :5 :3Z 9r :
Term
19 X= 20 =! K 11 ........ <=
SA ;
.191 3 3Z 6 :Z 1 :Z 81 : 9 . W
4 :Z : 91 1 : 19 Z 16 1 : .. 34 s. Q K
305 :2 :3Z 14 Qd : 48 W : 2 f_ : 53 2 B
.445 444 439
3:=HU
HUm
d. Term
.28 24
"
31 6 g'C 0U f" :
Mo....uC 6 6
41
.30u_
.... /K
: 338 :3 :3Z 32
39
35
mengumpulkan hadis-hadis sesuai dengan isi dan kandungannya dalam sub bab
tertentu sebagai berikut:
a. Pengertian Kepemimpinan
W
: _ 3 K <
C : H 6 w " /.
< = /@A /
C r C m " /@A
6 H C /@A / = < 6 0
4B F
42
. /@A 3 : 1
3 : : " N /@A / K
0 H K Z
3 : 1
3 : 1
0 B C
Q C C /@A
Z
u
6 : 6 Z : _ K m 6 Q d
W
/
K Z 0 1 < Z c. Z p Z p C 6 y
!Z 3 : 3 4C t
C
6
. _ H Um : " < "! g F
Q B 6 H g Z
C _ : _ Th C
_ 3 K <
/C /H : Z /" /H Z " /H Z =K p
C 0 c !Z 3 4 3 : C
43
. Q H B
C : U H C QC < Q " 3 4 pC 0Q . 3 C H "
Artinya: Ahmad berkata: diriwayatkan kepada kami oleh Muhammad ibn
Jafar, diceritakan kepada kami oleh Syubah dari Al Ab al-Asad berkata:
diceritakan kepadaku oleh Bukair ibn Wahab al-Jazar, Anas ibn Mlik
berkata kepadaku: Aku ceritakan kepadamu sebuah hadis di mana tidak
semua orang saya ceritakan bahwa Rasulullah saw. berdiri di hadapan
baitullah bersama kami lalu beliau bersabda :Para pemimpin itu adalah
42
al-Bukhr, Op.Cit., hlm. 848. Dan Muslim ibn al-Hajjj an-Naisabr, Op.Cit.,, hlm. 1459
Ab Abd Allh Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal as-Syaibn. Musnad Ahmad, Juz. III,
Cet. I, (Bairut: lam al-Kutub, 1419 H./1998 M), hlm. 183
43
36
dari suku Quraisy. Sesungguhnya mereka mempunyai hak atas kamu dan
kamu juga mempunyai hak yang sama atas mereka, selagi mereka diminta
mengasihi, maka mereka akan mengasihi, jika berjanji mereka akan
menepati (janji itu) dan jika menghukum mereka berlaku adil. Maka barang
siapa di antara mereka yang tidak berbuat hal yang demikian, maka laknat
Allah, malaikat dan manusia seluruh atas mereka.
6 H g Z _ r H C 6 3 6 Z " | Z _ K 6 H g Z
6 Z _ 6 Z | _
: _ . 6 A . 6 q
"
W
g . y
= : "! 6 B c. Z /!C
B " 3 K <
C H 6
W
g . 3 K <
_ w H K /! C Q6 "!
/K f
H " A C
C . : _ <c. Z f
Q6 _ _ : "
_ = Z w H A . 3 C 06 :3 4f
0 U A
C s = " m F
: _ A
5" : _ /
K . : _ A C
Q
44
. A C s = " < n C m K : _ 4=
1
Artinya: al-Bukhr berkata: Diriwayatkan kepada kami oleh Muhammad
ibn Sinn, diceritakan kepada kami oleh Fulaih dan diceritakan kepadaku
oleh Ibrhm ibn al-Munzir, diceritakan kepada kami oleh Muhammad ibn
Fulaih, diceritakan kepadaku oleh ayahku (yang keduanya) dicertikan
kepadaku oleh Hill ibn Al dari A ibn Yasr dari Ab Hurairah berkata,
ketika Rasulullah sedang memberikan pengajian dalam suatu majlis,
datanglah seorang pedalaman seraya bertanya Kapan hari kiamat? akan
tetapi Rasulullah tetap melanjutkan pengajiannya, sebagian hadirin berkata
bahwa Rasulullah mendengar pertanyaannya akan tetapi tidak suka.
Sebagian yang lain berkata bahwa Rasulullah tidak mendengarnya. Setelah
Rasulullah selesai pengajian, beliau bertanya Mana orang yang bertanya
tentang hari kiamat? Saya wahai Rasulullah, lalu beliau menjawab Jika
amanah sudah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat, orang tersebut
bertanya lagi Bagaimana menyia-nyiakan amanah Rasulullah menjawab
Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah Kiamat."
C Z b
6 Z b
Q K 6 b
Q d
Q d
C 6 u
C 6 u
Z
g C H 6 : 6 u
6 fg C . T . 6
6
_ _ 6
f
" _ H Q =A o N /K . F
44
6 p H C Z
6 6 . T . Z
1 m h
Z
37
N
T !C /. 4 4 Q
6 . _ 3
p
45
. 4 " < r C 4!g 6
:
r
Artinya: Muslim berkata: Diceritakan kepada kami oleh Abd al-Malik ibn
Syuaib ibn al-Lais, diceritakan kepadaku oleh Ayahku Syuaib ibn al-Lais,
diceritakan kepadaku oleh al-Lais ibn Saad, diceritakan kepadaku oleh
Yazd ibn Ab Hubaib dari Bakar ibn Amar dari al-Hris ibn Yazd alHadram dari Ibn Hujairah al-Akbar dari Ab Zar, Saya berkata kepada
Rasulullah, wahai Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi
pejabat, lalu Rasulullah menepuk pundaknya seraya berkata wahai Ab
Zarr, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah
dan merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali
bagi orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya
dengan baik dan benar.
g C 3 6 6
g
/ . 6 A s
K Z
m Z y
_ 6 3 A Z 6 X
:p C 6
/
. 6 B 6 . T . 6
/'
. 3 : / g . 3 4 / g o . r C 3 : =H U : _ 3 K < W
/K
. T .
Z M 6 C Z
H 6 . 6 Z _ H K
W
Q 6 : _ H 4
. 6 K 3 4 cQ 6 3 K <
C b
45
46
38
o :3 K <
W
"
< o " / Q q
C "! < o "
C Q6 Q q
o !"
uZ H C 1
C ! MC 1 3 . 0 _ < 6 " / Q q
47
. Q6 C
C uZ H C r C
C
Artinya: Al-Bukhr berkata: Diceritakan kepada kami oleh Khlid ibn
Mukhlid, diceritakan kepada kami oleh Sulaimn, diceritakan kepadaku oleh
Abdullah ibn Dnr dari Abdullah ibn Umar berkata: Nabi saw. mengutus
utusan dan Nabi mengangkat Usmah ibn Zaid sebagai panglimanya,
sebagian sahabat mencaci kepemimpinan atau tidak senang dengan
kepemimpinannya, kemudian Nabi bersabda: jika kalian mencaci dari segi
kepemimpinannya maka sungguh kalian mencaci kepemimpinan ayahnya
dulu. Demi Allah Sungguh dia tercipta sebagai pemimpin dan sungguh
ayahnya termasuk orang yang paling aku cintai dan sungguh anak ini
adalah orang yang paling aku cintai setelahnya.
c. Tanggung Jawab Pemimpin
! #$
( 3 % & ( #! )# * - *
1 * 2 $
#E
5$
() $
( = 5 > & #@ C % D
7 * 79( $
; )# %
K 5 #$
I J !
G H
7 # !
= 9J L M 9 % # F
L M 9 % = 9 #*
N
5 #! C J I ( M % - % 7 9#* 7 9J 7 !
48
Artinya: Telah bercerita kepada kami Sulaiman bin Abd ar-Rahmn adDimasyq bercerita kepada kami Yahya bin Hamzah, Ibn Ab maryam
bercerita kepadaku bahwa al-Qsim bin Mukhaimirah memberitakan bahwa
Ab Maryam al-Ard berkata aku masuk ke rumah muwiyah dan dia
berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang
diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia
sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka Allah akan menolak hajat
kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian
Muwiyah berkata dia telah mengangkat seorang untuk melayani segala
hajat kebutuhan manusia .
47
39
Q( J K -
$ ! & ( H
#E
7 #!
Q ( M & # $
R$
- 7
5$
# ! )
! R% 3 R> % 3 5( = 3 5 RF
;
! S
I & # ! !
- )
3 % #$
7 Y M % & ; ;% & 3 ;% 7 R$
( H
5( $
1
- W
7 !
! R% 7 R$
7 !
- X
& H
& H
Z 5 9# Z # ! 5# = # ! 3[% 5(
7 Y M % - 7# ; $
#E
( H
7 # !
1
]
% W
5$
- X
Y = $ ! & ( H
49
#$
9# Z # ! 5# = # ! 3[% 5( 5( $
atau penggembala. Karena memang tugas dasar atau tanggung jawab seorang
pemimpin tidak jauh berbeda dengan tugas penggembala, yaitu memelihara,
mengawasi, dan melindungi gembalaannya.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus betul-betul memperhatikan
dan berbuat sesuatu sesuai dengan aspirasi rakyatnya. Sebagaimana
diperintahkan oleh Allah swt.
e C : H C g C
4 . 6 !C= . A Z;
Q C 6 -.
1 r o 3 : Q C 3 : sQ .
40
50
41
/. C
C uZ 3 K <
A h < 3 Q 6 C
C e 6
W
/K _ _ Q K
A h < 3
54
6
!C
U B
Artinya:
Dari Abu Said, ia berkata; Rasululullah saw bersabda; sesungguhnya
orang yang paling dicintai oleh Allah di hari kemudian dan paling dekat
tempatnya dengan-Nya adalah pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang
paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempatnya adalah pemimpin yang
aniaya.
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang paling dicintai oleh
Allah dan paling dekat kedudukannya dengan-Nya adalah pemimpin yang
adil. Akan tetapi orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh
tempatnya dari-Nya adalah pemimpin yang berlaku aniaya.
Dengan demikian, tugas dan fungsi pemimpin tidaklah mudah
bahkan hal tersebut adalah sesuatu yang sangat berat. Seorang pemimpin
tidak hanya duduk di kursi empuk sambil memerintah pada bawahannya,
tanpa terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut secara baik dan efektif.
Di samping berlaku adil, pemimpin juga harus menyadari amanah
yang telah diberikan Allah kepadanya sehingga dengan kesadaran tersebut,
ia akan berusaha memberikan pelayanan yang baik dan menaburkan
kerahmatan.
Rasulullah saw. bersabda:
/K . F
_ _ 6
3 : 6
f
" _ H Q =A o N
T !C /. 4 4 Q
r N
p 6 . _
55
. 4 " < r C 4!g 6
Artinya:
54
55
42
/K _ /!. . 6 w H K < H Z C 6 H K /6
W
3 !A C Q fC
3 K<
C " 5" M "
C 3 1 Z W
57
B g C
pemimpin
hendaknya
mempelajari
banyak
ilmu
43
@ d = C < X !d " 3 4 X
@ " d = C 3 4 C
58
.< 6 X " " 3 4 6 X
" "
Artinya: "Ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu
mempersulit mereka, maka persulitlah baginya. Dan siapa yang mengurusi
umatku dan berlemah lembut kepada mereka, maka permudahlah baginya".
Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, sehingga
Rasulullah dalam sabdanya di atas sebagai bentuk isyarat yang
mengingatkan setiap manusia untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan
kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan
Allah swt.
d. Sifat-sifat yang ada dalam diri Pemimpin
Dalam
suatu
kehidupan
bermasyarakat
yang
mengenal
hadis
dengan
tegas
menjelaskan
tentang
jiwa
44
- $1
: I@ 7
#! ! & (H
= _ -
& 1 % 7 %
5 Z 5% ! 5
59
Q(J
W3
3 )
#! - #$ 7 #! #E 5$ -
% 5
9$
- - M L
D I;
= #! Z
Z #!
% 5 !
Artinya:
Abd Allh menceritakan, menceritakan kepadaku ayahku, Muhammad
bin Jafar bercerita Syubah dari Al Ab al-Asad ia berkata:
Menceritakan kepadaku Bukair bin Wahab al-Jazari ia berkata: berkata
kepadaku Anas bin Malik, aku akan menceritakan kepadamu cerita yang
dibicarakan oleh setiap orang, yaitu sesungguhnya Rasulullah saw. berdiri
di muka pintu, sedangkan kami berada disitu, dan ia bersabda:
Kepemimpinan itu ada di tangan Quraisy sesungguhnya mereka
mempunyai hak atas kalian dan kalian pun mempunyai hak atas mereka.
Apabila mereka diminta untuk berbelas kasih, mereka akan memberikan
belah kasih, apabila mereka berjanji, mereka menepati janji, dan apabila
mereka menghakimi, mereka berlaku adil. Barang siapa di antara mereka
tidak melaksanakan hal tersebut diatas, maka laknat Allah, malaikat, dan
seluruh manusia atas mereka.
:
(e
73 :
73[% (
: -
7# 5
#E 5$!
@ : - ! L (H 3 * :
! :_ #!
% % ! 5 & ( g# 73
R% % & ( LSh% e -
i> K (> 9@ % )F X 5
D# 5Z $
9 Z K J
h#
#E 5$ () $ 3[% =# IS> 9 3 1[ @ % Z =J DG R% #$ 7 #!
5 -
7=J #! 7 @ K
( = K _ - %
1 Y ) :5
#$ 7 #!
60
.(
45
nepotisme
dan
rasialis.
Karena
secara
tekstual,
Muhajirin,
hadis
kepemimpinan
Quraisy
dan
61
46
W
g . y
c. Z /!C
B " 3 K <
C H 6 : _ . 6
W
g . 3 K <
/K f
H " A C = : "! 6 B
= Z w H A . 3 C 06 :3 4f
Q 6 _ _ : " _ w H K /!C Q6 " !
memiliki ciri-ciri suku Quraisy dan tidak mesti harus selalu orang Quraisy. Lihat: Ibn Khaldn,
Muqaddimah (Beirut: Dr al-Fikr, t.th.), hlm. 194
63
Kepemimpinan profetik yang dimaksud adalah kepemimpinan yang berlandaskan pada nilainilai wahyu yang dibawa oleh Rasulullah saw. Nilai-nilai wahyu itu telah dituangkan-Nya ke dalam
al-Quran, yang menjadi pedoman hidup bagi manusia agar mampu keluar dari kondisi jahiliyyah
menuju terciptanya kehidupan di dunia ini yang harmonis dan seimbang sehingga kebahagiaan di
dunia dan akhirat akan tercapai.
47
5" : _ /K . : _ A C 0 U A C . : _ <c. Z f
_
C s = " m F
1 : _ A
Q
n C m K : _ 4=
64
. A C s = " <
Artinya:Dari Abu Hurairah berkata, ketika Rasulullah sedang
memberikan pengajian dalam suatu majlis, datanglah seorang
pedalaman seraya bertanya Kapan hari kiamat? akan tetapi
Rasulullah tetap melanjutkan pengajiannya, sebagian hadirin berkata
bahwa Rasulullah mendengar pertanyaannya akan tetapi tidak suka.
Sebagian yang lain berkata bahwa Rasulullah tidak mendengarnya.
Setelah Rasulullah selesai pengajian, beliau bertanya Mana orang yang
bertanya tentang hari kiamat? Saya wahai Rasulullah, lalu beliau
menjawab Jika amanah sudah disia-siakan, maka tunggulah hari
kiamat, orang tersebut bertanya lagi Bagaimana menyia-nyiakan
amanah Rasulullah menjawab Apabila suatu urusan diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat."
Untuk mengungkap kandungan hadis tersebut, maka perlu mengkaji
apa yang dimaksud dengan
m, <
n dan
m adalah
bukan
<
keturunan
masyarakat).66 Sedangkan
baik-baik
(tidak
punya
pengaruh
dalam
48
68
Muaf al-Galyain, Izzah an-Nsyin: Kitb Akhlq, wa Adb wa Ijtima (Bairut: Salim
ibn Saud Nabhan, t.th.), hlm. 35
69
Ab Muhammad Badr ad-Dn al-Hanaf, Umdah al-Qri Syarh Sahh al-Bukhr, Juz. II
dalam DVD ROOM al-Maktabah al-Symilah), hlm. 378
49
_ _ 6
_ 3 : 6
f
" _ H Q =A o N /K . F
T !C /. 4 4 Q
4!g 6 r N
p 6 .
70
. 4 " < r C
Artinya: Dari Ab Zarr, Saya berkata kepada Rasulullah, wahai
Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku menjadi pejabat, lalu
Rasulullah menepuk pundaknya seraya berkata wahai Ab Zarr,
sesungguhnya engkau lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah dan
merupakan kehinaan serta penyelasan pada hari kiamat nanti kecuali
bagi orang yang mendapatkannya dengan hak serta melaksanakannya
dengan baik dan benar.
Untuk mendapatkan makna yang baik penulis menganggap perlu
menjebarkan kosa kata
50
51
. r C 3 : =H U : _ 3 K < W
C 6
/
/K :p
3 4 /fe o . r C 3 : =H U d 3 4 /'
o 3 : /'
. 3 : / g . 3 4 / g o
C 6 3 r 6 " /K . 0 _ 3 : / Q . 3 4 / Q o 3 : /fe .
N : "! A
C 3 : " / _
/ T o N < H / 1 " < / : o @ d 3 : oN 3 =. '
75
. .
Artinya: Dari Auf ibn Malik, dari Rasul saw. Bersabda sebaik-baik
pemimpin kalian adalah orang yang mencintai kalian begitu pula
sebaliknya dan mereka selalu mendoakan kalian dan kalian juga selalu
mendoakan mereka, dan sejela-jeleknya pemimpin kalian adalah yang
kalian benci dan mereka juga membernci kalian dan kalian melaknat
mereka begitu pula sebaliknya, Rasul ditanya: apakah mereka boleh
diperengi? Rasul menjawab tidak selama masih mengerjakan shalat dan
jika kalian melihat pada diri mereka sesuatu yang tidak disukai maka
bencilah pekerjaannya dan membangkang/tidak patuh.
73 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Juz. VI (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm. 484
74 Bai'at sesungguhnya dipergunakan sejak masa nabi. Nabi seringkali melakukannya seperti
tercatat dalam sejarah Islam, yakni berlangsungnya Baiah al-Ridwn dan Baiah al-Aqbah. AnNas dalam Sunan-nya mengelompokkan bai'at ke dalam sepuluh macam. Lihat An-Nas,
Sunan an-Nas, Juz. VI (Beirut: Dr al-Jal,1989), hlm. 683-684. Intinya, Bai'at itu berisi janji
setia dan patuh kepada Nabi serta akan mengamalkan dan membela ajaran Islam. Penggunaan
istilah bai'at ini diteruskan sepeninggal Nabi saw. tetapi telah terjadi pergeseran makna. Pada masa
kekhalifahan, bai'at menjadi ikrar politik, yang tanpanya tak akan sempurna atau tidak diakui
seorang khalifah. Lebih lanjut tentang bai'at lihat: al Mahm Ahmad Husain Yaqb, an-Nizm
As-Siys f al-Islm (Qum: Anriyyah, 1312 H.), hlm. 69-75
75 Muslim, Op.Cit., Juz. III, hlm. 1481
52
bila
sebuah
kalimat
yang
sering
digunakan
dalam
f
"! TB /C _ < / -" u
W
Z : _ H 6
Z 6
/ C = Z 3 1 0 H g o "! M =K /C _ u un
4 sZ
: 6 6 Q . / M =K "! M =K 5" C N N : C
( _ 3 K < W
/K ) / 3 : 1 o !" 3 : 1 o
76
" Q " :
. M =A n 3 K < W
/K 1 Z < F
76 Muslim, Op.Cit., Juz. III, hlm. 1454
53
Artinya: Dari Ibn Umar berkata: saya berada bersama ayahku ketika
dia terluka, kemudian orang berdatangan seraya berkata semoga Allah
membalas kebaikanmu, Umar berkata sama-sama, lalu orang yang hadir
berkata angkatlah calon penggantimu maka dia berkata apakah saya
harus menanggung urusanmu dunia akhirat? Saya tidak ingin
keputusanku merugikan bagiku dan tidak pula menguntungkanku, maka
jika saya mengangkat pengganti maka orang yang lebih mulia dari saya
telah melakukannya (Abu Bakar) dan jika saya tidak melakukannya atau
mendiamkannya maka sungguh itu telah dilakukan oleh orang yang lebih
mulia dariku yakni Rasulullah, Ibn Umar berkata: maka sejak saat itu
saya mengetahui bahwa Rasulullah tidak akan menentukan
penggantinya.
Cerita dalam hadis ini pada prinsipnya menggambarkan suasana
pasca ditikamnya khalifah Umar bin Khattab, pada saat itu orang yang
datang
menjenguk
meminta
Umar
berwasiat
untuk
menunjuk
W
3 K <
C "! < o
0 _ < 6"
Q 6 : _ H 4
H 6
C b
" . 6 K 3 4
"
C Q6 Q q
o !" < o " / Q q
o :3 K <
/ Q q
cQ 6
W
H C r C
C ! MC 1 3 .
C uZ H C 1
77
. Q 6 C
C uZ
Artinya: Dari Abdullah ibn Umar berkata: Nabi saw. mengutus utusan
dan Nabi mengangkat Usamah ibn Zaid sebagai panglimanya, sebagian
sahabat mencaci kepemimpinan atau tidak senang dengan
kepemimpinannya, kemudian Nabi bersabda: jika kalian mencaci dari
77 Al-Bukhr, Op.Cit., Juz. III, hlm. 1365
54
termasuk
Umar
ibn
Khattab,
akan
tetapi
Rasulullah