1. Infeksi:
Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri, bakteri dari saluran kemih atau lingkungan sekitar masuk ke dalam
kandung kemih. Mereka berkembang biak dan menyebabkan infeksi pada lapisan dinding kandung kemih.
2. Respon peradangan:
Infeksi ini memicu respons peradangan tubuh, yang menyebabkan pelepasan zat kimia inflamasi seperti sitokin
dan histamin. Hal ini mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah, yang pada gilirannya menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada jaringan di sekitar
kandung kemih.
Patofisiologi
3. Gejala:
Peradangan dan iritasi pada kandung kemih menyebabkan gejala seperti nyeri saat buang air kecil, seringnya
buang air kecil, perasaan ingin buang air kecil meskipun jumlahnya sedikit, dan terkadang darah dalam urine.
4. Perlindungan tubuh:
Tubuh merespons infeksi dengan mengirimkan sel-sel kekebalan untuk melawan bakteri. Namun, reaksi ini
juga dapat menyebabkan iritasi tambahan pada kandung kemih.
Proses ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan mempengaruhi fungsi normal kandung
kemih serta kualitas hidup penderitanya.
1. Nyeri saat buang air kecil (disuria).
2. Perasaan ingin buang air kecil terus-menerus (urgensi
buang air kecil)
3. Seringnya buang air kecil (polidipsia).
1. Antibiotik:
Dokter akan meresepkan antibiotik yang tepat sesuai dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi kandung kemih.
2. Analgesik:
Penggunaan obat pereda nyeri atau analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan saat
buang air kecil.
Minum banyak air dapat membantu membersihkan bakteri dari kandung kemih dan juga membantu mengurangi gejala.
4. Istirahat:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis cystitis meliputi:
1. Analisis Urine:
Pemeriksaan urine akan menunjukkan adanya leukosit (sel darah putih), eritrosit (sel
darah merah), dan bakteri yang merupakan tanda infeksi kandung kemih. Tes urine juga
bisa melibatkan tes strip untuk deteksi adanya darah, protein, nitrit, dan leukosit.
2. Kultur Urine:
Kultur urine dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan infeksi
kandung kemih dan sensitivitasnya terhadap antibiotik tertentu. Hal ini membantu dokter
memilih antibiotik yang paling tepat untuk mengobati infeksi tersebut.
3. Tes Imaging:
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merujuk untuk melakukan tes pencitraan seperti
ultrasound, CT scan, atau MRI untuk mengevaluasi kondisi kandung kemih dan organ
lainnya jika ada kekhawatiran adanya komplikasi atau penyebab lain dari gejala yang
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang diperlukan pada klien dengan cystitis menurut Nursalam dan Fransisca (2011) adalah
sebagai berikut:
1. Kaji riwayat gejala infeksi saluran kemih: nyeri, sering berkemih, mendadak, hestensi dan perubalun warna
urine.
2. Kaji hubungan antara infeksi salumn kemih dengan hubungan kelamin, kontrasepsi, dan kebersihan pribadi
3. Kaji volume urine, warna, konsentrasi dan hau
4. Tanyakan kebiasaan berkemil: personal hygiene, metode kontrasepsi (jika menggunakan diafragma dan
spermatsid di hubungkan dengan sistisis,
5. Tanyakan passen gejala yang berhubungan dengan cairan pervagina (keputihan), nasi,disuria merupakan
gejala vaginitis atou PMS (Penyakit Monular Seksual.
6. Pemerksam suprapubik (benjolan)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan cystitis adalah
sebagai berikut: