Anda di halaman 1dari 34

PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan

Pendahuluan
Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan
perwujudan wadah bagi para guru untuk selalu
berjuang dan berjuang dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak
azasi guru baik sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan pemangku profesi
keguruan. Lewat wadah ini, PGRI berjuang untuk
mewujudkan misi hak-hak guru, kesejahteraan guru,
dan profesionalitas guru.
PGRI SEBAGAI ORGANSASI PERJUANGAN

Semua perjuangan dilakukan melalui berbagai


cara dan bentuk yang konstitusional,
prosedural, dan konsepsional dalam
memperoleh kehidupan guru yang layak dan
sejahtera dalam pergaulan bermasyarakat
dan bernegara dengan mengedepankan
profesionalitas sebagai tenaga profesi bidang
pendidikan.
PGRI SEBAGAI ORGANSASI PERJUANGAN

PGRI secara konsisten dan konsekuen terus


menerus memperjuangkan kesejahteraan
guru baik lahir maupun batin, baik material
dan nonmaterial agar mereka dapat
memperoleh kepuasan kerja yang didukung
oleh imbalan jasa yang memadai, rasa aman
dalam bekerja, lingkungan kerja yang
kondusif, pergaulan antarpribadi yang baik
dan sehat, serta memperoleh pengembangan
diri dan karir
Prinsip Perjuangan PGRI

Segenap pengurus dan anggota PGRI harus


memiliki kemurnian perjuangan. Artinya,
seluruh pengurus dan anggota PGRI dalam
menjalankan kiprah perjuangannya
bersungguh sungguh; dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab dengan berdasarkan
ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PGRI serta program program
kerja PGRI yang telah diputuskan melalui
kongres, konferda, konkerda, konfercab, dan
konkercab.
LANJUTAN

Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam


melakukan perjuangan mengutamakan kepentingan
organisasi dan kepentingan anggota sejalan dengan
aspirasi, kehendak, tuntutan dan kebutuhan anggota
PGRI di atas segala galanya. Dengan mengutamakan
kepentingan organisasi dan anggota, perjuangan PGRI
akan mendapatkan dukungan dan berarti menguatkan
perjuangan untuk menuju sukses.
LANJUTAN

Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam


melakukan perjuangan mengedepankan nilai‑nilai
solidaritas dan setia kawan serta kekompakan dan
keharmonisan; sekaligus melakukan sharing
secara sinergis dengan berbagai elemen
masyarakat dalam memecahkan bersama‑sama
persoalan‑persoalan pendidikan.
LANJUTAN

Segenap pengurus dan anggota PGRI dalam


melakukan perjuangan mengedepankan nilai‑nilai
profesionalitas dengan menegakkan kaidah ilmiah
yang berbasiskan ilmu pengetahuan dan bertumpu
pada upaya peningkatan mutu tenaga pendidikan
pada khususnya dan umumnya mutu pendidikan.
Fokus Perjuangan

Garis perjuangan PGRI difokuskan pada aspek :


1. peningkatan kinerja organisasi,
2. peningkatan profesionalisme guru,
3. pemberdayaan potensi PGRI,
4. peningkatan kesejahteraan, dan
5. peningkatan peran serta PGRI terhadap masyarakat.
LANJUTAN

Titik fokus perjuangan PGRI adalah pemberdayaan guru


sehingga guru dapat menjalankan tugas dan
pengabdiannya dengan penuh tanggung jawab, penuh
loyalitas dan dedikasi sehingga dapat melakukan tugas
profesionalnya itu sesuai dengan prinsip‑prinsip
profesional dalam pembimbingan, pengajaran dan
pelatihan terhadap peserta didik sejalan dengan tuntutan
kemajuan dan peradaban.
Strategi Perjuangan PGRI

Strategi yang harus ditempuh PGRI adalah memahami


tantangan yang dihadapi dan melakukan kesiapan
dengan mencari jawab terhadap tantangan yang
dihadapi dengan mengantisipasi dan beradaptasi
terhadap tuntutan perubahan.
Potensi Perjuangan PGRI
LANJUTAN

Potensi Perjuangan PGRI

PGRI juga harus memahami kebutuhan tenaga kendidikan


khususnya guru dengan mengakselerasi dan mengembangkan
hasil, proses, dan layanan yang lebih baik berupa pelayanan
prima. Memahami dan mengetahui persaingan dunia pendidikan
dengan menjadi lebih cakap belajar dari pesaing dan mitra kerja
yang bergerak dalam lapangan pendidikan, bukan lagi
berhadap‑hadapan, saling menyalahkan, apalagi bermusuhan.
Jalur Perjuangan PGRI

Strategi dasar dalam reformasi organisasi sebagai organisasi


perjuangan adalah meningkatkan kualitas komunikasi
organisasi dan peningkatan keberdayaan sumber daya manusia
organisasi dalam berbagai jenjang.
PGRI menggunakan empat strategi dasar dengan metode:

1. intensifikasi silaturahmi secara vertikal, horizontal, dan diagonal


baik internal maupun eksternal,
2. optimalisasi kemitraan secara seimbang dengan berbagai pihak
terkait atas dasar saling menghormati,
3. aktualisasi program kerja yang lebih berpusat pada hak dan
martabat anggota,
4. transparansi manajemen organisasi dalam berbagai tingkatan
organisasi.
Beberapa Catatan Hasil Perjuangan PGRI Seja Era Reformasi

Tahun 1999
1. Juni 1999 Pengurus Besar PGRI kerjasama dengan RCTI
dengan sponsor B-29 dapat memberikan bantuan kepada +
200 orang guru masing-masing Rp. 1.000.000,00.
2. 8 November 1999 Pengurus Besar PGRI kerjasama dengan
UNIVERSITAS TERBUKA yang mendapat dana dari Menko
Kesra bagi 1.000 orang guru untuk program D2 SD dan 1.000
orang anak guru yang kuliah pada Perguruan Tinggi Negeri.
3. Melaksanakan advokasi kepada Presiden (BJ. Habibie) dan
desakan ke DPR-RI yang kemudian membuahkan hasil
berupa seluruh pegawai negeri mendapat tambahan
tunjangan penghasilan sebesar Rp 155.250,00
Tahun 2000

1. Mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden (Megawati Soekarno


Putri). Pengurus Besar PGRI mengajukan agar Anggaran Pendidikan
dinaikkan menjadi 25%.
2. Advokasi dengan Mendiknas dengan substansi yang sama.
3. Advokasi dengan Ketua/Pimpinan DPR-RI substansi sama dengan
yang diajukan kepada Presiden.
4. Karena anggaran pendidikan pada zaman Suharto + 9%, pada masa
BJ. Habibie dijanjikan 20%, tapi pada masa KH. Abdurahman Wahid
anggaran pendidikan hanya 3,8 %, yang kemudian memicu Pengurus
Besar PGRI untuk berjuang lebih intensif.
LANJUTAN

5. Pengurus Besar PGRI membuat satuan tugas yang dikenal “KOMITE


PERJUANGAN PERBAIKAN KESEJAHTERAAN GURU” disingkat KP2KG.
Satgas ini bertugas secara khusus dan intensif untuk memperjuangkan
kesejahtraan guru melalui berbagai pendekatan dan cara.
6. Dengan KP2KG, Pengurus Besar PGRI mengadakan advokasi ke Wakil
Presiden (Megawati Sukarno Putri), Mendiknas, BAPPENAS, Pimpinan
DPR-RI dan 10 Fraksi di DPR-RI. Sambutan cukup baik meskipun dalam
pelaksanaan kurang memberikan harapan yang nyata kepada PGRI.
7. KP2KG menyerukan kesiapan perjuangan kepada KP2KG tingkat I dan II
bahkan sampai anggota agar memperjuangkan isu yang telah dirumuskan
secara Nasional dengan tema “GURU MENGGUGAT”.
Tahun 2001

 Keluarnya Keppres 64/2001 tentang kenaikan gaji (pokok gaji) dan


kenaikan tunjangan fungsional yang diberlakukan mulai Januari 2001.
Kondisi ini cukup memicu para guru di daerah untuk menuntut pembayaran
rapel gaji. PB PGRI melakukan pemantauan aksi-aksi di daerah dan
melakukan koordinasi dengan pihak Departemen Keuangan, Depdiknas,
Menko Kesra agar pembayaran rapel guru dapat dibayarkan dengan
segera. Peristiwa ini telah memberikan shock therapy bagi para pimpinan di
daerah dan selanjutnya memberikan hasil yang cukup baik.
LNJUTAN

Melalui kerjasama dengan Ditjen Dikdasmen (Direktorat Tenaga


Kependidikan) dihasilkan adanya bantuan subsidi bagi guru-guru
swasta masing-masing Rp.75.000,- dengan total dana + Rp. 500 miliyar.
Dalam pelaksanaannya PGRI di semua tingkatan diikutsertakan dalam
komite pengelolaan.
LANJUTAN

Menjelang Hari Guru Nasional 2001, dalam kesempatan audiensi dengan


Presiden RI (Megawati Sukarno Putri) disampaikan berbagai kenyataan
penderitaan kesejahteraan guru di daerah terutama daerah terpencil. Beliau
memberikan tanggapan yang positif, dan kemudian diungkapkan dalam
pidatonya pada peringatan Hari Guru Nasional 25 Nopember 2001 di Istana
Negara. d. Sebagai tindak lanjut dari pidato Presiden diadakan audiensi
dengan MenPAN dan kemudian diadakan satu lokakarya khusus bertempat di
Kantor Menpan. Lokakarya itu membahas kemungkinan pengembangan satu
sistem Renumerasi Guru.
Tahun 2002

1. Pengurus Besar PGRI terus mendorong pemerintah dan DPR agar


semua komitmen yang telah dinyatakan di tahun 2001 segera
direalisasikan.

2. Menjelang sidang tahunan MPR, PB-PGRI melalukan lobi dan


advokasi dengan berbagai unsur di DPR dan MPR dalam kaitan
dengan amandemen UUD 45. Hasil yang dicapai ialah adanya
amandeman pasal 31 UUD 1945 termasuk hal yang berkenaan
dengan anggaran pendidikan.(pasal 31 ayat 4).
LNJUTAN

3. PB-PGRI terus memperjuangkan agar otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan


dapat dilaksanakan dengan memposisikan pendidikan dan guru sebagai prioritas
utama pembangunan baerah dalam kerangka kesatuan nasional. Guru dan tenaga
kependidikan lainnya diupayakan berada dalam kendali nasional tanpa melawan
arus semangat otonomi daerah.
4. Bekerjasama dengan Dikdasmen telah terjadi kesepakatan bersama Perum DAMRI
yang isinya memberikan keringanan berupa potongan harga bagi para guru yang
menggunakan jasa angkutan DAMRI. Masih terus diupayakan adanya kerjasama dan
bantuan dari perusahaan angkutan lainnya.
LNJUTAN

PB PGRI terus secara aktif bersama Depdiknas dalam upaya


reformasi pendidikan nasional dalam berbagai aspek dan
dimensi. f.Dengan dukungan dari Ditjen Dikdasmen, mulai tahun
2003 akan dilaksanakan pemberdayaan LKBH PGRI sebagai
wahana pemberian perlindungan dan pembelaan hukum bagi
para guru. Bersama dengan Depdiknas, Depag, Kantor Menpan,
dan BKN sedang dikembangkan satu sistem kenaikan pangkat
para guru yang lebih berkeadilan dari unsur pangkat, jabatan,
golongan/ruang, dan tunjangan.
UU 20/2003 Tentang Sisdiknas

Hak pendidik dan tenaga kependidikan:


1. penghasilan dan jaminan kesejahteraan
2. penghargaan
3. pembinaan karier
4. perlindungan hukum
5. promosi dan penghargaan berdasarkan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan dan prestasi
UU No. 14/2005 Tentang Guru dan Dosen

Hak Guru:
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jamkesos:
1. gaji pokok
2. tunjangan melekat pada gaji:
 tunjangan isteri/suami
 tunjangan anak
 tunjangan beras
LNJUTAN

3. penghasilan lain:
 tunjangan fungsional
 tunjangan khusus
4. maslahat tambahan:
 tunjangan pendidikan
 asuransi pendidikan
 beasiswa
 penghargaan
 kemudahan untuk pendidikan anaknya
 bentuk lain
5. Batas usia pensiun 60 tahun
6. Beban mengajar 24 jam
Pasal 41 UU No. 14/2005

1. Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.


2. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
4. Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru
dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Pasal 42 UU No. 14/2005

1. Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:


2. menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
3. memberikan bantuan hukum kepada guru;
4. memberikan perlindungan profesi guru;
5. melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
6. memajukan pendidikan nasional.
Menggugat UU APBN karena bertentangan dengan UUD
1945

1. Tahun 2006: menang –> pemerintah membangkang


2. Tahun 2007: menang –> pemerintah membangkang
3. Tahun 2008: menang –> pemerintah patuh, RAPBN 2009
alokasikan 20%
4. Permendiknas No. 18 Tahun 2007
5. Lahir karena desakan PGRI untuk mengatur sertifikasi Guru
dalam Jabatan (portofolio
PP 74 Tahun 2008

1. Pasal 66: Guru dalam jabatan yang belum memenuhi


kualifikasi akademik S-1 atau D-4 dpt mengikuti uji
kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik apabila
sudah:
2. Mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
tahun sebagai guru; atau
3. Mempunyai gol IV/a, atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan gol IV/a.
PP 74 Tahun 2008

1. Pasal 66: Guru dalam jabatan yang belum memenuhi


kualifikasi akademik S-1 atau D-4 dpt mengikuti uji
kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik apabila
sudah:
2. Mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
tahun sebagai guru; atau
3. Mempunyai gol IV/a, atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan gol IV/a.
4. Perpres 52 Tahun 2009
5. Tambahan penghasilan bagi Guru PNS yang belum mendapat
Tunjangan Profesi
Penilaian, Penghargaan, dan Sanksi oleh Guru kepada
Peserta Didik

 žGuru memiliki kebebasan memberikan penilaian hasil belajar kepada


peserta didik žGuru ikut menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (Pasal 37 PP
74/2008) ž
 Guru dapat memberikan sanksi kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran yang berada dibawah kewenangannya, dan sanksi dapat
berupa teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta
hukuman yang sifatnya mendidik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru dan perundang-undangan. (Pasal 39 PP 74/2008)
Perlindungan dalam Melaksanakan Tugas dan Hak atas
Kekayaan Intelektual

 Guru berhak mendapat perlindungan dlm melaksanakan tugas dlm bentuk rasa aman
dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan,
organisasi preofesi guru, dan/atau masyarakat sesuai dgn kewenangan masing-
masing (Ayat 1 Pasal 40 PP 74/2008).

 Berupa: Hukum, Profesi, dan Keselamatan dan Kesehatan kerja (Ayat 2 Pasal 40 PP
74/2008).
Perpres 52 Tahun 2009

Tambahan penghasilan bagi Guru PNS yang belum mendapat Tunjangan Profesi.
Tambahan penghasilan diterimakan kepada Guru yang belum menerima tunjangan
profesi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Besarnya tambahan penghasilan
Guru adalah Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan, diberikan
terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009
a) Tugas :

1. Satu diantara perjuangan PGRI yang berhasil di


perjuangkan adalah UUG/D No 14 tahun 2005,mengapa
guru perlu dilindungan oleh undang – undang ?
Jelaskan !
2. Jelaskan perjuangan PGRI dengan cara:
- Konstitusional,
- Prosedural,
- Dan konsepsional
3 .Menurut Anda apa yang harus diperjuangkan PGRI saat
ini ? Berikan alasannya

Anda mungkin juga menyukai