Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH

PERKEMBANGAN SAINS
NAMA : SITI MAHMUDAH
NPM : 23326003
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
APA ITU SAINS ?

• Sains atau science diambil dari kata scientia, sebuah kata latin yang bermakna pengetahuan. Pada dasarnya,
sains merupakan kaidah keilmuan alam yang dapat diamati, diteliti, dan dirumuskan melalui sebuah
pengamatan dan penalaran. Jadi, seluruh objek atau materi fisik dan nonfisik yang ada di alam semesta, yang
dapat dijabarkan melalui pemikiran, maka hal tersebut sudah termasuk sains.
• Materi fisik dapat berupa semua benda-benda yang dapat kita lihat di mana saja, termasuk objek terjauh di
alam semesta seperti bintang, galaksi, dan lain sebagainya. Sedangkan, nonfisik merupakan pikiran, psikologi,
energi, dan segala hal yang tak tampak oleh indra namun dapat dijabarkan ke dalam sebuah rumusan ilmiah.
• Menurut James Conan, sains sebagai deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain,
dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
HAKEKAT SAINS
menurut toharudin, et al., (2011) hakikat sains terdiri dari sians sebagai proses, sains sebagai produk dan sains sebagai
sikap. berikut penjabaran masing-masing aspek:

a. Sains sebagai Proses


Sains sebagai proses, merupakan aktivitas kognitif. Sains sebagai proses akan selalu merujuk pada suatu aktivitas ilmiah
yang dilaksanakan oleh para ahli sains. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri-ciri yang rasional, kognitif dan bertujuan.
Aktivitas seorang dalam mencari ilmu pasti memerlukan pikiran untuk menalarnya. Dalam melaksanakan ktivitas ilmiah
yang merupakan kegiatan terbaik harus dipayungi oleh kegiatan yang bernama penelitian.
b. Sains sebagai sikap
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuan saat mereka melakukan berbagai kegiatan
ilmiah terkait dengan profesinya sebagai seoarang ilmuwan. Dengan perkataan lain, sikap ilmiah merupakan
kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan masalah sistematis melalui langkah-
langkah. Karena itu, seorang peneliti harus mampu mengembangkan beberapa sikap ilmiah.
c. Sains sebagai produk
Sains sebagai produk ilmiah, dapat berupa pengetahuan-pengetahuan sains yang didapat dari bahan ajar, makalah-
makalah ilmiah, buku teks, artikel ilmiah dan pernyataan para ahli sains berupa teori, postulat, hukum dan lain-lain.
Secara umum, ada beberapa produk sians seperti faka, konsep, lambang, konsepsi atau penjelasan dan teori.
Berdasarkan definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan baru yang berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan
yang disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari sains haruslah melakukan suatu
kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah. Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan
menanamkan sikap yang ada dalam dirinya melalui Sains ditempuh melalui berbagai proses
penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk
sistem yang unik. Seorang sains juga dituntut untuk memiliki sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
disiplin dan lain-lain. Salah satu proses yang ditempuh para ilmuwan dalam mengembangkan sains
adalah metode ilmiah (scientific method).
KARAKTER & PRINSIP SAINS :
1. Sains harus rasional
2. Sains harus Objektif
3. Sains harus dapat dibuktikan secara empiris
4. Sains harus bersifat akumulatif
5. Sains wajib bersikap netral dan tidak politis
KARAKTER & PRINSIP SAINS :
1. Sains Harus Rasional
• Jurnal sains berjudul Rationality and Science yang pernah diterbitkan oleh Oxford University
mencatat bahwa sains dan rasionalitas adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Itu
sebabnya sains bisa didapatkan melalui pemikiran yang menggunakan nalar secara logis.
Prinsip dan karakter ini juga menjadikan sains sebagai sebuah kaidah keilmuan yang pasti, alias
bukan takhayul.
• Rasionalitas merupakan aspek sentral yang dijadikan pijakan dalam dunia sains. Pertanyaan-
pertanyaan yang ada di alam, baik di sekitar kita maupun di alam semesta, harus dicari
jawabannya serasional mungkin. Sebab, pada dasarnya, sains harus dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
KARAKTER & PRINSIP SAINS :
2. Sains Harus Objektif
Objektif berarti sesuai dengan fakta tanpa dipengaruhi oleh pandangan pribadi. Dalam hal
ini, sains tidak boleh menutupi fakta yang ada, apalagi sampai mengubah fakta-fakta di lapangan.
Jika pun ada pendapat atau pandangan pribadi, maka pendapat tersebut juga harus didasarkan pada
prinsip dan karakter sains yang ada.
3. Sains Harus Dapat Dibuktikan Secara Empiris
Selain rasional dan objektif, sains juga harus dapat dibuktikan secara empiris. Pembuktian
ini hanya bisa didapatkan melalui pengamatan, eksperimen, studi, dan penelitian yang mendalam
akan suatu hal. Setelah pengamatan empiris tersebut dilakukan, maka seorang ilmuwan dapat
membentuk sebuah model dasar yang bisa dijadikan panduan dalam membuat hipotesis.
KARAKTER & PRINSIP SAINS :
4. Sains Harus Bersifat Akumulatif
Harus kamu ketahui bahwa hipotesa dan teori sains itu bisa saja salah, meskipun digagas
oleh seorang ilmuwan besar. Itu sebabnya sains harus dapat bersifat akumulatif. Artinya, sains harus
terbuka dengan segala kemungkinan yang ada. Teori atau hipotesa terbaru harus bisa
menyempurnakan teori dan hipotesa sains yang lama.
5. Sains Wajib Bersikap Netral Dan Tidak Politis
Sains harus dapat menunjukkan bahwa segala yang digagas olehnya adalah netral dan murni
ilmu pengetahuan. Sains bukanlah sebuah keilmuan yang dapat dijadikan propaganda politis bagi
siapa pun. Itu sebabnya sains wajib bersikap netral dan tidak bersifat politis terhadap siapa atau
apapun. Sikap netral dibutuhkan supaya kesimpulan yang digagas dalam sebuah penelitian tidak
bersifat bias, serta tidak condong memihak pada satu sisi saja.
PERKEMBANGAN SAINS DALAM BERBAGAI
PENDEKATAN:
1. Paradigma Flogiston
Teori Flogiston merupakan teori kimia awal yang menjelaskan proses oksidasi, yaitu reaksi
yang terjadi selama pembakaran dan pengaratan. Kata “flogiston” adalah istilah Yunani kuno
yang berarti “terbakar”. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh john Joachim (JJ) Becher
pada tahun 1667. Teori ini dikemukakan lebih formal oleh Georg Ernst Stahl pada tahun 1773.
• Pada dasarnya, cara kerja teori ini adalah bahwa semua materi yang mudah terbakar
mengandung zat yang di sebut flogiston. Kehilangan phlogiston ini menyebabkan massa
dari suatu padatan atau bahan menjadi berkurang.
• Ini terdengar sangat masuk akal, terutama untuk menjelaskan fenomena sehari-hari seperti
saat terbakarnya kayu, daun atau benda lainnya maka akan kehilangan massa.
• Konsep sederhana lainnya dari phlogiston sebagai gas ialah pada pembakaran lilin di dalam
gelas. Jika kita membakar lilin di dalam sebuah ruangan tertutup, maka beberapa saat lilin
akan mati dengan sendirinya. Pada masa lalu, dijelaskan bahwa ini disebabkan karena
kandungan phlogiston keluar dari lilin dan memenuhi ruangan, karena ruangan penuh oleh
gas phlogiston maka phlogiston yang masih terkandung di dalam lilin tidak lagi bisa keluar,
akibatnya api pada lilin akan padam.
• Di dalam proses pembakaran logam, ternyata logam tersebut bertambah berat. Ini sangat
tidak masuk akal dengan konsep keberadaan phlogiston. Jika pembakaran itu mengeluarkan
phlogiston, maka seharusnya massa dari logam akan berkurang setelah pembakaran, tetapi
kenapa kenyataanya tidak?
• Ini menyebabkan tanda tanya besar pada keberadaan teori phlogiston yang diungkapkan oleh
Stahl.
• Diawali dari penemuan bahwa pembakaran logam membuat massanya bertambah, Pristley (1774) melakukan percobaan
pembakaran langsung logam merkuri. Pembakaran Merkuri dihasilkan zat yang saat itu disebut Merkuri calx atau yang sekarang
dikenal sebagai Merkuri oksida. Zat Merkuri calx ini kemudian dipanaskan lagi, dari pemanasan ini disilkan gas. Gas yang
dihasilkan ini disebut “deplogisticated gas” oleh Pristley dan dianalisis lebih lanjut.

• Hasil analisisnya membuktikan bahwa "deplogisticated gas" memiliki sifat kimia dan fisika yang unik sehingga disimpulkan
bahwa ini adalah unsur baru yang kemudian disebut Oksigen. Kemudian ditemukan bahwa gas Oksigen merupakan salah satu
komponen utama dari udara.

• Setelah penemuan tentang Oksigen, mekanisme pembakaran diperbaiki sehingga dinyatakan bahwa teori phlogiston tidak tepat
dan zat phlogiston itu sendiri tidak ada. Reaksi pembakaran menyerap Oksigen yang reaktif dari udara sehingga terbentuk
senyawa baru.

• Peristiwa lilin mati di ruangan tertutup itu disebabkan karena gas Oksigen di udara habis sehingga reaksi berhenti.
Berkurangnya massa saat reaksi pembakaran senyawa organik ialah karena dilepaskannya uap air dan gas karbon dioksida.
Sementara bertambahnya massa saat reaksi pembakaran pada logam disebabkan karena Oksigen di udara berikatan dengan
logam membentuk oksida logam yang lebih berat.
2. TEORI GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS

Teori Geosentris dimana bumi dianggap sebagai pusat dari tata surya dan semua benda langit mengelilinginya. Bumi dianggap diam dan
bintang dan benda langit lainynya berputar.
• Pada jaman dulu terdapat pengamatan yang dapat digunakan untuk membuktikan teori ini yaitu :

1. Bintang-bintang, matahari dan planet-planet tampak berputar mengitari bumi setiap hari, membuat bumi adalah pusat sistem ini. Setiap
bintang berada pada suatu bulatan stelar atau selestial di mana bumi adalah pusatnya. Bumi dianggap berkeliling setiap hari, di seputar
garis yang menghubungkan kutub utara dan selatan sebagai aksisnya. JIka dilihat dari khatulistiwa maka bintang-bintang yang terlihat
seperti naik dan turun paling jauh, walaupun kemudian setiap bintang kembali ke titik terbitnya.
2. Dari sudut pandang pengamat, bahwa bumi tampaknya tidak bergerak. Bumi terlihat solid, stabil dan tetap di tempat atau benar-benar
dalam posisi diam.
• Teori geosentris ini sebenarnya sudah ada dikemukakan pada jaman Yunani Kuno yaitu oleh Sokrates melalui filsafat-filsafatnya.
• Teori Geosentris sendiri pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles pada abad ke-3 SM dan Phytagoras pada abad ke-5 SM. Keduanya
sepakat bahwa objek-objek di tata surya mengitari bumi.
• Kemudian geosentris dikembangkan lagi oleh Claudius Ptolomeus. Teori geosentris ini kemudian dijadikan ajaran pada gereja selama
ratusan tahun. Hingga pada akhirnya, Copernicus muncul dengan teori yang lebih relevan untuk menjelaskan tata surya melalui teori
heliosentris
• Teori Heliosentris adalah ilmu yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat dari segala macam objek yang ada di tata surya,
seperti planet-planet.

• Heliosentris berasal dari susunan dua kata dari bahasa Yunani, yaitu helios atau matahari, dan sentris atau kentron yang artinya
adalah pusat.

• Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori ini adalah seorang ahli astronomi asal Polandia bernama Nicolaus Copernicus. Ia
mengamati dan melihat bahwa pergerakan planet memang mengitari matahari bukan sebaliknya. Ia lantas mengemukakan teori
bahwa planet-planet dan bintang bergerak mengitari suatu alur yang berbentuk seperti bola di sekitar matahari.

• Teori ini kemudian menjawab sekaligus membantah mengenai teori geosentris yang telah lama dianut oleh orang-orang pada
masa itu oleh karena ciri heliosentris itu.

• Sebenarnya, penjelasan mengenai rotasi planet terhadap matahari mengitari matahari sudah dipaparkan tak hanya oleh
Copernicus, tetapi sebelumnya filsuf asal Yunani yang bernama Aristarchus juga mengungkapkan hal yang sama. Namun,
ketika itu Aristarchus hanya memaparkan teori tersebut lewat hipotesisnya, belum dijelaskan secara detail. Ditambah lagi,
ketika itu pernyataannya bertentangan dengan pendapat Aristoteles sehingga teori mengenai heliosentris menurut Aristarchus
tidak valid.

• Setelah itu, barulah Copernicus menjelaskan mengenai teori ini untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab pada teori
geosentris.
3. ABIOGENESIS DAN BIOGENESIS
Teori abiogenesis awalnya dikemukakan oleh Aristoteles pada abad ke-4. Teorinya, yang disebut
generasi spontan, mengusulkan bahwa kehidupan yang berkembang sempurna dengan cepat muncul
dari benda mati, seperti senyawa anorganik atau zat mati lainnya. abiogenesis , gagasan bahwa
kehidupan muncul dari benda mati lebih dari 3,5 miliar tahun yang lalu di Bumi . Abiogenesis
menyatakan bahwa bentuk kehidupan pertama yang dihasilkan sangat sederhana dan melalui proses
bertahap menjadi semakin kompleks.
teori generasi spontan mengasumsikan bahwa makhluk hidup muncul secara spontan atau tidak
terduga dari materi tak hidup (abiotik). Misalnya, Aristoteles mencatat bahwa ikan tampaknya tiba-
tiba muncul di badan air di mana tidak ada ikan pada awalnya.
Bahkan, Antonie Van Leeuwenhoek (abad ke-17), penemu mikroskop, juga mendukung teori
abiogenesis. Leeuwenhoek mengamati air rendaman jerami dengan mikroskop buatan sendiri dan
menemukan protozoa. Dia juga mengklaim bahwa hewan itu baru saja bangkit dari air yang
direndam dalam jerami.
Teori biogenesis adalah teori asal usul kehidupan yang menyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup lain. Adapun para ilmuwan yang mengemukakan teori
ini Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Mereka melakukan
pengamatan tersendiri yang lebih terencana dan terstruktur.
Teori biogenesis berasal dari pertengahan abad ke-19 dan masih dipercaya hingga saat ini.
Hipotesisnya adalah bahwa kehidupan kompleks hanya muncul dari makhluk hidup yang
sudah ada sebelumnya melalui alat reproduksi. Ada teori yang mengatakan bahwa
kehidupan di Bumi awalnya berkembang melalui abiogenesis sebelum beralih ke
biogenesis.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai