Pengendalian Biaya
Bahan
Bambang Suripto
© www.paperhint.com
Bahan
Bahan adalah input dasar yang diubah menjadi
barang jadi dalam proses produksi.
© www.paperhint.com
Pengendalian Bahan
Akuntansi untuk bahan dalam perusahaan
manufaktur melibatkan dua aktivitas.
© www.paperhint.com
1. Permintaan Pembelian
Pembelian dimulai dengan sebuah permintaan pembelian.
© www.paperhint.com
2. Order Pembelian
Setelah permintaan disetujui, departemen pembelian
memesan bahan dari pemasok.
PT Semangat Baru Nomor
(Alamat Lengkap)
Order Pembelian
Pemasok…………………. Tanggal order…………………
Alamat…………………… Tanggal pengiriman yang diminta………………
Termin pengiriman………. Termin pembayaran………………..
Kuantitas Nomor Katalog Deskripsi Harga Unit Total
Disetujui …………
Kartu Stok/Gudang/Bahan
© www.paperhint.com
Kartu Gudang
Kartu bahan mencatat kuantitas setiap jenis bahan yang diterima,
digunakan, dan dalam persediaan.
PT Semangat Baru
Kartu Gudang
Deskripsi ………………. Kartu gudang ………….
Nomor Gudang ………… Nomor kode ………….
Lokasi ………………… Satuan ………..
Tgl Diterima Dikeluarkan Saldo Cek
© www.paperhint.com
Nota Permintaan Bahan
Pengeluaran bahan dari Gudang diotorisasi dengan penerbitan
nota permintaan bahan oleh manajer/supervisor departemen
produksi/peminta.
© www.paperhint.com
Sistem Persediaan Periodik
Sistem persediaan periodic memerlukan perhitungan
fisik bahan yang ada pada setiap akhir periode
untuk mengetahui persediaan akhir.
Exhibit 1: Cost Bahan Dipakai
Persediaan bahan-awal
+ Pembelian bahan
= Bahan tersedia dipakai
– Persediaan bahan-akhir (berdasar perhitungan fisik)
= Cost bahan dipakai
© www.paperhint.com
Sistem Persediaan Perpetual
© www.paperhint.com
Pencatatan/Akuntansi untuk
Cost Bahan
Ketika system persediaan perpetual digunakan untuk mencatat
persediaan bahan, perlu dibuat kartu catatan persediaan.
Jenis………. Deskripsi…………….
Diterima Dipakai Saldo
Tgl Kuantitas Jumlah Tgl Kuantitas Jumlah Tgl Kuantitas Jumlah
(a) Jika saldo pembukuan lebih banyak dari fisik persediaan dan kekurangan
normal:
Biaya Overhead Pabrik
Dr
Persediaan Bahan
(b) Jika perbedaan terjadi karena lupa tidak mencatat pemakaian bahan:
© www.paperhint.com
(c) Dalam kasus perhitungan fisik lebih banyak dari persediaan yang dicatat
dalam kartu, buat jurnal kebalikan dari (a) dan (b) di atas. Dalam kartu
persediaan, kuantitas dan nilai persediaan dicatat di kolom diterima dan
dan penambahan dilakukan pada kolom saldo.
Rugi/Laba Persediaan Dr
Persediaan Bahan
Rugi abnormal diperlakukan sebagai rugi non-produksi, dan diperlakukan
sebagai beban periode yang mengurangi laba pada periode terjadinya.
(e) Jika perbedaan hanya kecil, saldo kartu persediaan dapat digunakan
untuk verifikasi persediaan dan tujuan akuntansi. Tidak perlu
penyesuaian dalam situasi semacam itu.
© www.paperhint.com
Teknik-Teknik Pengendalian
Bahan
(i)
(i)ABC
ABC (ii)
(ii) Economic
Economic
Analysis
Analysis Order
Order Quantity
Quantity
(iii)
(iii) Reorder-
Reorder- (iv)
(iv) Safety
Safety Stock
Stock
Point
Point
© www.paperhint.com
ABC Analysis
Tahap pertama dalam proses perencanaan/pengendalian persediaan
adalah klasifikasi berbagai jenis persediaan untuk menentukan
jenis dan tingkat pengendalian yang diperlukan untuk setiap jenis.
Sistem ABC adalah Teknik klasifikasi yang banyak dipakai.
Berdasar nilainya, berbagai jenis barang diklasifikasi dalam tiga
kelompok:
(i) A, terdiri atas barang yang bernilai paling mahal.
(ii) C, terdiri atas barang yang bernilai murah, dan terdiri atas
banyak jenis barang.
(iii) B, terdiri atas barang dengan nilai di antara A dan C.
Kelompok A memerlukan pengendalian yang paling ketat, C
memerlukan pengendalian paling longgar, dan B memerlukan
pengendalian kurang ketat dari A tetapi lebih ketat dari C.
© www.paperhint.com
Perencanaan Bahan
n Perencanaan bahan terkait dua factor
penting: kuantitas dan waktu pembelian
bahan.
n Penentuan berapa banyak dan kapan
bahan harus dibeli menimbang dua jenis
biaya yang saling berlawanan:
n Biaya penyimpanan bahan
n Biaya kehabisan bahan
© www.paperhint.com
Contoh
Biaya Penyimpanan Bahan Biaya Kehabisan Bahan
Jenis biaya Estimasi n Biaya pembelian, penanganan,
Bunga investasi 10,00% dan transportasi tambahan
Asuransi 1,25% n Harga yang lebih mahal
Penyimpanan 1,80% karena beli sedikit
Penanganan 4,25%
n Gangguan jadwal produksi,
lembur, waktu setup tambahan
Penyusutan 2,60%
n Tambahan biaya klerikal
Keusangan 5,20%
n Harga lebih mahal karena
Total 25,10% inflasi
n Kehilangan penjualan
© www.paperhint.com
Economic Order Quantity (EOQ)
© www.paperhint.com
Contoh 1
Periode perencanan bahan perusahaan adalah satu tahun. Kebutuhan bahan periode ini adalah
1,600 unit. Dimisalkan biaya pemesanan sebesar Rp50 per order. Biaya penyimpanan diperkirakan
sebesar Rp1 per unit per tahun untuk bahan tersebut.
Perusahaan dapat memesan bahan pada berbagai lots sbb: (i) 1,600 units, (ii) 800 units, (iii) 400
units, (iv) 200 units, dan (v) 100 units. Manakah kuantitas pemesanan yang paling ekonomis?
Solusi
Cost persediaan pada berbagai kuantitas pesanan
1. Ukuran order (units) 1,600 800 400 200 100
2. Jumlah orders 1 2 4 8 16
3. Cost per order Rs 50 Rs 50 Rs 50 Rs 50 Rs 50
4. Total biaya order (2 × 50 100 200 400 800
3)
1 1 1 1 1
5. Biaya simpan per
800 400 200 100 50
unit
800 400 200 100 50
6. Persediaan rata2
(units) 850 500 400 500 850
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸𝑂𝑄=
√
2× 𝑅𝑈 × 𝐶𝑂
𝐶𝑈 × 𝐶𝐶
Number of orders place annually
© www.paperhint.com
Lanjutan
Annual carrying cost
Atau AC =
Atau AC = R
© www.paperhint.com
Contoh
𝐸𝑂𝑄=
√
2× 2.400 × 𝑅𝑝 20
𝑅𝑝 0 ,75 × 20 %
=¿
𝑅𝑝 0 ,15√
𝑅𝑝 96.000
=600 𝑢𝑛𝑖𝑡 ¿
© www.paperhint.com
Contoh Diskon Kuantitas
𝐸𝑂𝑄=
√
2× 3.600 × 𝑅𝑝10
𝑅𝑝1 ×20 %
=¿
𝑅𝑝72.000
𝑅𝑝0 , 20 √
=600 𝑢𝑛𝑖𝑡 ¿
© www.paperhint.com
Ketentuan Diskon Kuantitas
© www.paperhint.com
Dampak Diskon Kuantitas
© www.paperhint.com
Penentuan Waktu Memesan
n Penentuan kapan memesan bahan dari
pemasok tergantung pada tiga factor:
n Waktu tunggu (lead time), yaitu jeda waktu
bahan dipesan dan bahan diterima dari
pemasok
n Tingkat pemakaian bahan
n Stok bahan pengaman
© www.paperhint.com
Reorder Point
Re-order point adalah tingkat persediaan yang menunjukkan saat
yang tepat untuk memesan bahan dari pemasok, merupakan jumlah
bahan yang digunakan selama waktu tunggu dan waktu perolehan.
© www.paperhint.com
Safety Stock
Stok pengaman adalah tambahan bahan minimum yang berperan
sebagai cadangan pengaman untuk memenuhi kenaikan kebutuhan
bahan yang tidak diantisipasi.
Tahap pertama adalah mengestimasi probabilitas kekurangan bahan,
serta jumlah kekurangan bahan.
Stock-out costs adalah biaya yang berkaitan dengan kekurangan
bahan (stock-out).
Setelah menentukan jumlah dan probabilitas kekurangan bahan,
tahap berikutnya adalah menghitung biaya kekurangan bahan.
Kemudian, biaya penyimpanan harus dihitung.
Terakhir, biaya penyimpanan dan perkiraan biaya kekurangan bahan
pada setiap level stok pengaman harus ditambahkan.
Stok pengaman optimum adalah tingkat stok bahan pengaman yang
total kedua biaya tersebut paling rendah.
© www.paperhint.com
Contoh Safety Stock
n Sebuah perusahaan menggunakan bahan yang diorder
10 kali setahun, biaya kehabisan bahan Rp30, biaya
penyimpanan Rp0,50 per unit per tahun. Probabilitas
kehabisan stok sbb:
© www.paperhint.com
Safety Stock Optimum
(A) (B) © (D) (E)
Perkiraan Total Baya
Safety Stock Kehabisan per Total Biaya Total Biaya Kehabisan dan
(Dalam Unit) Tahun Kehabisan Penyimpanan Penyimpanan
0 4 Rp120 Rp0 Rp120
50 2 Rp60 Rp25 Rp85
100 1 Rp30 Rp50 Rp80
200 0.5 Rp15 Rp100 Rp115
Keterangan:
B = Jumlah order per tahun (10 kali) x probabilitas kehabisan
C = B x Biaya satu kehabisan
D = A x Biaya penyimpanan satu unit untuk satu tahun (Rp0,50)
E=C+D
© www.paperhint.com
Order Point Formula
I + QD = LTQ + SSQ
n I = Saldo sediaan bahan yang ada
n QD = Kuantitas bahan yang akan diterima dari
pemesanan sebelumnya, transfer bahan, dan
pengembalian bahan dari produksi
n LTD = Kuantitas waktu tunggu, sama dengan waktu
tunggu (bulan, minggu, atau hari) normal dikalikan
pemakaian selama waktu tunggu normal
n SSQ = Kuantitas sediaan pengaman
© www.paperhint.com
Contoh
Data:
n Pemakaian bahan per minggu 175 unit
minggu.
Jawab:
n Order point = (175 unit x 4 minggu) + (175 unit x 5
© www.paperhint.com
Perhitungan
Unit persediaan awal 2,800
Pemakaian s.d. reorder point (1.225 ÷ pemakaian per minggu 175
unit = 7 minggu) 1,225
Order point 1,575
Pemakaian selama waktu tunggu normal (700 unit ÷ pemakaian per
minggu 175 unit = 4 minggu) 700
Sediaan minimum atau stok pengaman pada tanggal pengiriman,
asumsi waktu tunggu dan pemakaian normal 875
Penerimaan unit kuantitas dipesan (asumsi) 2,090
Persediaan maksimum, asumsi waktu tunggu dan pemakaian
normal 2,965
© www.paperhint.com
Contoh: Variasi Pemakaian
Data:
n Pemakaian tingkat bahan paling tinggi per minggu 210
minggu.
© www.paperhint.com
Order Point
Pemakaian normal selama waktu tunggu normal 4
minggu (175 unit x 4 minggu) 700
Sediaan pengaman:
Pemakaian normal untuk 5 minggu keterlambatan
(175 unit x 5 minggu) 875
Variasi pemakaian ((210 - 175) x 9 minggu 315 1,190
Order point 1,890
Jika persediaan awal 2.800 unit, tidak ada order yang beredar, maka
pemakaian, order point, dan persediaan maksimum adalah:
© www.paperhint.com
Perhitungan
Unit persediaan awal 2,800
Pemakaian s.d. reorder point (910 ÷ pemakaian per minggu 210 unit
= 4,3 minggu) 910
Order point 1,890
Pemakaian selama waktu tunggu normal (700 unit ÷ pemakaian per
minggu 175 unit = 4 minggu) 700
Sediaan minimum atau stok pengaman pada tanggal pengiriman,
asumsi waktu tunggu dan pemakaian normal 1,190
Penerimaan unit kuantitas dipesan (asumsi) 2,090
Persediaan maksimum, asumsi waktu tunggu dan pemakaian
normal 3,280
© www.paperhint.com
Peraga 7 digambar untuk menunjukkan secara jelas hubungan antar berbagai konsep persediaan bahan yang
sudah dibahas. Peraga tersebut digunakan untuk menyajikan sebuah gambar terintegrasi dalam satu tempat.
Dalam peraga, bahan 400 units diterima pada Day 0. Perusahaan memiki kebijakan menyediakan stok
pengaman 200 units. Dengan menerima 400 units bahan pada Day 0, tingkat persediaan bahan mencapai 600
units (the maximum level).
Dengan pemakaian
Y Maximum sediaan bahan dari
inventory level gudang sebanyak 40
600 units per hari, saldo
Us
560 Us (s a stok bahan berkurang
(s a g lo ge menjadi 360 units
lo e pe Ra
pe Ra ) ge setelah 6 hari [600 units
480 ) ge
– (40 units x 6 hari)].
Units of inventory
Figure: 7
© www.paperhint.com
Cost Persediaan Bahan
Cost persediaan bahan terdiri atas dua unsur: (i) Kuantitas persediaan
yang ditentukan berdasar perhitungan fisik atau catatan persediaan
perpetual dan (ii) Unit cost.
Secara umum, dasar penilaian persediaan adalah “lower of cost or net
realizable value” atau disingkat dengan “LCNRV.”
Meskipun NRV dapat diestimasi untuk periode interim, dan dilakukan
setelahnya untuk mencerminkan kondisi mendekati akhir tahun, NRV
hanya diketahui dengan relative pasti hanya pada akhir periode.
© www.paperhint.com
Cost Bahan
n Potongan pembelian:
n Potongan kuantitas/rabat: bahan dicatat bersih
setelah potongan kuantitas.
n Potongan tunai: bahan dicatat sebelum potongan
tunai.
n Biaya angkut dan biaya perolehan lainnya:
n Dialokasikan ke setiap jenis bahan berdasar
perbandingan harga atau kuantitas.
n Dialokasikan ke setiap jenis bahan berdasar tarif
n Diperlakukan sebagai bagian dari biaya overhead
pabrik
© www.paperhint.com
Contoh Alokasi Biaya Angkut
n PT Ninda membeli bahan A, B, dan C.
Total harga bahan yang dibeli Rp17.500
dengan rincian bahan A: Rp8.600, B:
Rp5.060, dan C: Rp3.840. Total bobot
bahan yang dibeli 1.400 kg, dengan
rincian bahan A: 630 kg, B: 490, dan C:
280 kg. Untuk mengangkut ketiga bahan
perusahaan membayar biaya angkut
Rp280.
© www.paperhint.com
Biaya Angkut Dialokasi Berdasar
Harga
Persentase biaya angkut = Rp280/Rp17.500 = 1,6%
Alokasi Total
Bahan Harga Biaya Angkut Cost
A Rp8.600 1,6% Rp137,60 Rp8.738
B 5.060 1,6% 80,96 5.141
C 3.840 1,6% 61,44 3.901
Rp17.500 Rp280 Rp17.780
© www.paperhint.com
Biaya Angkut Dialokasi Berdasar
Bobot
Alokasi Total
Bahan Bobot Harga Biaya Angkut Cost
A 630 Rp8.600 0,20 Rp126 Rp8.726
B 490 5.060 0,20 98 5.158
C 280 3.840 0,20 56 3.896
1.400 Rp17.500 Rp280 Rp17.780
© www.paperhint.com
Contoh Pembebanan Biaya Perolehan
Bahan Berdasar Tarif
n PT Bonafit mencatat bahan berdasar harga beli ditambah
biaya perolehan bahan yang dibebankan berdasar tarif. Data
tahun 2019 sbb:
Jenis Biaya Dianggarkan Sesungguhnya
Biaya angkut Rp2.500 Rp2.580
Biaya departemen pembelian 4.800 4.500
Biaya departemen penerimaan 3.900 4.200
Biaya penyimpanan 4.200 3.800
Biaya inspeksi dan pengujian 2.600 3.120
Weighted
Weighted
FIFO
FIFO Method
Method Average
Average Method
Method
LIFO
LIFO Method
Method
© www.paperhint.com
FIFO Method
LIFO Method
Metode LIFO mengasumsi bahan yang diterima terakhir
adalah yang lebih dulu dipakai.
© www.paperhint.com
Sistem Periodik-FIFO
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 450 Rp8 Rp3.600
50 Rp7 350
Jumlah persediaan akhir 500 Rp3.950
Total cost bahan dipakai Rp8.000
© www.paperhint.com
Sistem Periodik-LIFO
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 400 Rp6 Rp2.400
100 Rp7 700
Jumlah persediaan akhir 500 Rp3.100
Total cost bahan dipakai Rp8.850
© www.paperhint.com
Sistem Periodik-Rata-rata
Tertimbang
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp7,03 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 500 Rp7,03 * Rp3.515
Total cost bahan dipakai Rp8.435
*Tanpa pembulatan
© www.paperhint.com
Sistem Perpetual-FIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah
01-Feb 400 6 2.400
10-Feb 850 7 5.950 400 6 2.400
850 7 5.950
1.250 8.350
15-Feb 400 6 2.400 450 7 3.150
400 7 2.800
800 5.200
20-Feb 450 8 3.600 450 7 3.150
450 8 3.600
900 6.750
25-Feb 450 7 3.150 400 8 3.200
50 8 400
500 3.550
28-Feb -50 8 -400 50 7 350
-50 7 -350 450 8 3.600
-100 -750 500 3.950
© www.paperhint.com
Sistem Perpetual-LIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah
01-Feb 400 6 2.400
10-Feb 850 7 5.950 400 6 2.400
850 7 5.950
1.250 8.350
15-Feb 800 7 5.600 400 6 2.400
50 7 350
450 2.750
20-Feb 450 8 3.600 400 6 2.400
50 7 350
450 8 3.600
900 6.350
25-Feb 450 8 3.600 400 6 2.400
50 7 350
500 3.950
28-Feb -50 7 -350 400 6 2.400
-50 8 -400 50 7 350
-100 -750 50 8 400
© www.paperhint.com 500 3.150
Sistem Perpetual-Rata-rata
Bergerak
Pembelian Pemakaian Saldo
Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah
© www.paperhint.com
Implikasi Berbagai Metode Penilaian
Persediaan
Implikasi dari berbagai metode penilaian persediaan
adalah:
Ketika harga bahan stabil, semua metode penilaian
persediaan menghasilkan jumlah cost yang sama,
Ketika harga bahan baik, metode LIFO menghasilkan cost
bahan dipakai tertinggi dan persediaan terendah, dampak
metode FIFO sebaliknya.
Ketika harga bahan turun, metode LIFO menghasilkan cost
bahan dipakai terendah dan persediaan tertinggi, dampak
metode FIFO sebaliknya,
Metode LIFO dan adalah ekstrim dan metode rata-rata di
antara keduanya.
© www.paperhint.com
Dampak Metode Penilaian
Persediaan (Periodik)
FIFO LIFO Rata-rata
Persediaan awal Rp2.400,00 Rp2.400,00 Rp2.400,00
Pembelian bahan 9.550 9.550 9.550
Bahan tersedia dipakai Rp11.950 Rp11.950 Rp11.950
Persediaan akhir -3.950 -3.100 -3.515
Cost bahan dipakai Rp8.000 Rp8.850 Rp8.435
© www.paperhint.com
Just-IN Time
JIT, sebuah system pemanufakturan inovatif, mengacu pada
perolehan bahan dan produksi barang hanya ketika
diperlukan untuk memenuhi order kustomer. Disebut juga
lean production system, merupakan demand-pull
manufacturing system karena setiap komponen dalam
sebuah lini produksi akan dihasilkan segera dan hanya
ketika diperlukan tahap produksi berikutnya.
© www.paperhint.com
Financial Benefits
Manfaat JIT selain menurunkan biaya persediaan, juga
meningkatkan kualitas, menurunkan pengerjaan ulang,
pengiriman lebih cepat, dan sebagainya.