Anda di halaman 1dari 61

Perhitungan dan

Pengendalian Biaya
Bahan
Bambang Suripto
© www.paperhint.com
Bahan
Bahan adalah input dasar yang diubah menjadi
barang jadi dalam proses produksi.

Biaya bahan berdasar hubungannya dengan barang


jadi, dapat dibedakan menjadi biaya langsung
(bahan baku) dan biaya tidak langsung (bahan
penolong).

© www.paperhint.com
Pengendalian Bahan
Akuntansi untuk bahan dalam perusahaan
manufaktur melibatkan dua aktivitas.

(1) Pembelian bahan (2) Pemakaian bahan

(i) Permintaan (i) Sistem persediaan


pembelian periodik
(ii) Order pembelian (ii) Sistem persediaan
(iii) Penerimaan bahan perpetual

© www.paperhint.com
1. Permintaan Pembelian
Pembelian dimulai dengan sebuah permintaan pembelian.

PT Semangat Baru Nomor


Permintaan Pembelian
Departemen yang meminta ……………..
Tanggal pesan …………. Tanggal pengiriman yang diminta……………..

Kuantitas Nomor Katalog Deskripsi Harga Unit Total

Disetujui oleh ………………………….. Total cost

Peraga 1: Permintaan Pembelian

© www.paperhint.com
2. Order Pembelian
Setelah permintaan disetujui, departemen pembelian
memesan bahan dari pemasok.
PT Semangat Baru Nomor
(Alamat Lengkap)
Order Pembelian
Pemasok…………………. Tanggal order…………………
Alamat…………………… Tanggal pengiriman yang diminta………………
Termin pengiriman………. Termin pembayaran………………..
Kuantitas Nomor Katalog Deskripsi Harga Unit Total

Disetujui oleh………………………….. Total cost

Peraga 2: Order Pembelian


© www.paperhint.com
3. Penerimaan Bahan

Kuantitas dan kondisi barang yang diterima diperiksa oleh


departemen penerimaan dan dibuat laporan penerimaan.

PT Semangat Baru Nomor


Laporan Penerimaan
Pemasok ……………….
Nomor order pembelian……………
Tanggal penerimaan……………..
Kuantitas Nomor Katalog Deskripsi Harga unit Total

Disetujui …………

Peraga 3: Laporan Penerimaan


© www.paperhint.com
Penyimpanan dan Pengeluaran
Bahan
Catatan akuntansi pokok dalam setiap system persediaan adalah
dokumen untuk mengotorisasi dan mencatat perpindahan bahan
masuk/keluar gudang, yaitu kartu stok/gudang/bahan dan nota
permintaan bahan.

Kartu Stok/Gudang/Bahan

Mencatat kuantitas bahan yang diterima dari pemasok,


digunakan untuk proses produksi, dan sisa bahan. Mencakup
nomor akun; jenis/deskripsi bahan; lokasi; unit pengukuran;
kuantitas minimum yang disimpan; rincian bahan yang
diterima, digunakan, dan saldo.

© www.paperhint.com
Kartu Gudang
Kartu bahan mencatat kuantitas setiap jenis bahan yang diterima,
digunakan, dan dalam persediaan.
PT Semangat Baru
Kartu Gudang
Deskripsi ………………. Kartu gudang ………….
Nomor Gudang ………… Nomor kode ………….
Lokasi ………………… Satuan ………..
Tgl Diterima Dikeluarkan Saldo Cek

Dokumen Kuantita Dokumen Kuantit


s as

Figure 4: Kartu Gudang

© www.paperhint.com
Nota Permintaan Bahan
Pengeluaran bahan dari Gudang diotorisasi dengan penerbitan
nota permintaan bahan oleh manajer/supervisor departemen
produksi/peminta.

Nota Permintaan Bahan

Tanggal diminta …………….. Disetujui oleh …………….


Departemen Peminta …………… Tanggal diterbitkan……….
Nomor Perintaan……………….. Diserahkan kepada………
Kuantitas Deskripsi Nomor job Kos unit Total

Peraga 5: Nota Permintaan Bahan

© www.paperhint.com
Sistem Persediaan Periodik
Sistem persediaan periodic memerlukan perhitungan
fisik bahan yang ada pada setiap akhir periode
untuk mengetahui persediaan akhir.
Exhibit 1: Cost Bahan Dipakai
Persediaan bahan-awal
+ Pembelian bahan
= Bahan tersedia dipakai
– Persediaan bahan-akhir (berdasar perhitungan fisik)
= Cost bahan dipakai

© www.paperhint.com
Sistem Persediaan Perpetual

Sistem persediaan perpetual menunjukkan


cost bahan dipakai dan persediaan bahan
akhir secara langsung.

© www.paperhint.com
Pencatatan/Akuntansi untuk
Cost Bahan
Ketika system persediaan perpetual digunakan untuk mencatat
persediaan bahan, perlu dibuat kartu catatan persediaan.

Kartu Catatan Persediaan

Jenis………. Deskripsi…………….
Diterima Dipakai Saldo
Tgl Kuantitas Jumlah Tgl Kuantitas Jumlah Tgl Kuantitas Jumlah

Peraga 6: Kartu Catatan Persediaan


© www.paperhint.com
Penerapan system persediaan perpetual juga perlu perhitungan fisik yang
ada, paling tidak sekali dalam setahun, untuk mengecek kemungkinan
hilang atau susut.
Jika perhitungan fisik tidak cocok dengan saldo kartu persediaan, saldo
menurut catatan harus disesuaikan supaya sesuai dengan hasil
perhitungan fisik.

Penjurnalan: Pembelian dan pemakaian bahan (langsung atau tidak langsung)


dijurnal sebagai berikut:
(i) Ketika bahan dibeli:
Persediaan Bahan Baku
Dr
Kas/Utang Usaha (pembelian kredit)
Persediaan Bahan Penolong
Dr
Kas/Utang Usaha (pembelian kredit)
(ii) Pemakaian bahan baku untuk produksi:
Persediaan Barang Dalam Proses
Dr
Persediaan Bahan Baku
(iii) Pemakaian bahan penolong untuk produksi:
Biaya Overhead Pabrik
© www.paperhint.com
Dr
Penyesuaian Perbedaan
Perhitungan fisik bahan dalam system persediaan perpetual bisa tidak
cocok dengan kartu persediaan bahan. Perbedaan timbul karena
alasan: (a) tidak dapat dihindari (b) dapat dihindari

(a) Jika saldo pembukuan lebih banyak dari fisik persediaan dan kekurangan
normal:
Biaya Overhead Pabrik
Dr
Persediaan Bahan
(b) Jika perbedaan terjadi karena lupa tidak mencatat pemakaian bahan:

Persediaan Barang Dalam Proses


Dr
Persediaan Bahan
Dalam kedua situasi di atas, dalam kartu persediaan bahan kuantitas dan cost
dicatat di kolom pemakaian dan pengurangan dilakukan pada kolom saldo.

© www.paperhint.com
(c) Dalam kasus perhitungan fisik lebih banyak dari persediaan yang dicatat
dalam kartu, buat jurnal kebalikan dari (a) dan (b) di atas. Dalam kartu
persediaan, kuantitas dan nilai persediaan dicatat di kolom diterima dan
dan penambahan dilakukan pada kolom saldo.

(d) Penyesuaian di atas dilakukan jika perbedaan persediaan bersifat normal


dan terjadi secara normal dalam operasi perusahaan. Jika kerugian tidak
normal/terjadi karena kejadian tidak biasa seperti kebakaran, pencurian,
sabotase, maka tepat untuk memperlakukan sebagai kerugian:

Rugi/Laba Persediaan Dr
Persediaan Bahan
Rugi abnormal diperlakukan sebagai rugi non-produksi, dan diperlakukan
sebagai beban periode yang mengurangi laba pada periode terjadinya.
(e) Jika perbedaan hanya kecil, saldo kartu persediaan dapat digunakan
untuk verifikasi persediaan dan tujuan akuntansi. Tidak perlu
penyesuaian dalam situasi semacam itu.
© www.paperhint.com
Teknik-Teknik Pengendalian
Bahan
(i)
(i)ABC
ABC (ii)
(ii) Economic
Economic
Analysis
Analysis Order
Order Quantity
Quantity

(iii)
(iii) Reorder-
Reorder- (iv)
(iv) Safety
Safety Stock
Stock
Point
Point

© www.paperhint.com
ABC Analysis
Tahap pertama dalam proses perencanaan/pengendalian persediaan
adalah klasifikasi berbagai jenis persediaan untuk menentukan
jenis dan tingkat pengendalian yang diperlukan untuk setiap jenis.
Sistem ABC adalah Teknik klasifikasi yang banyak dipakai.
Berdasar nilainya, berbagai jenis barang diklasifikasi dalam tiga
kelompok:
(i) A, terdiri atas barang yang bernilai paling mahal.
(ii) C, terdiri atas barang yang bernilai murah, dan terdiri atas
banyak jenis barang.
(iii) B, terdiri atas barang dengan nilai di antara A dan C.
Kelompok A memerlukan pengendalian yang paling ketat, C
memerlukan pengendalian paling longgar, dan B memerlukan
pengendalian kurang ketat dari A tetapi lebih ketat dari C.

© www.paperhint.com
Perencanaan Bahan
n Perencanaan bahan terkait dua factor
penting: kuantitas dan waktu pembelian
bahan.
n Penentuan berapa banyak dan kapan
bahan harus dibeli menimbang dua jenis
biaya yang saling berlawanan:
n Biaya penyimpanan bahan
n Biaya kehabisan bahan
© www.paperhint.com
Contoh
Biaya Penyimpanan Bahan Biaya Kehabisan Bahan
Jenis biaya Estimasi n Biaya pembelian, penanganan,
Bunga investasi 10,00% dan transportasi tambahan
Asuransi 1,25% n Harga yang lebih mahal
Penyimpanan 1,80% karena beli sedikit
Penanganan 4,25%
n Gangguan jadwal produksi,
lembur, waktu setup tambahan
Penyusutan 2,60%
n Tambahan biaya klerikal
Keusangan 5,20%
n Harga lebih mahal karena
Total 25,10% inflasi
n Kehilangan penjualan

© www.paperhint.com
Economic Order Quantity (EOQ)

Masalah persediaan bahan penting lainnya berkaitan dengan


penentuan kuantitas bahan yang akan dibeli. Ini menyangkut
penentuan kuantitas bahan yang perlu diorder dari pemasok.
EOQ adalah kuantitas bahan yang perlu diorder dari pemasok yang
mengakibatkan total cost persediaan yang terdiri atas
(i) order cost, dan (ii) carrying costs
menjadi minimum.
Carrying Costs adalah biaya yang timbul untuk menyimpan bahan.
Semakin banyak kuantitas bahan yang dipesan, semakin besar
jumlah biaya penyimpanan bahan (jarang beli).
Ordering Costs adalah biaya yang timbul untuk memesan bahan.
Semakin sering memesan bahan, semakin besar jumlah biaya
pemesanan bahan (sering beli).

© www.paperhint.com
Contoh 1
Periode perencanan bahan perusahaan adalah satu tahun. Kebutuhan bahan periode ini adalah
1,600 unit. Dimisalkan biaya pemesanan sebesar Rp50 per order. Biaya penyimpanan diperkirakan
sebesar Rp1 per unit per tahun untuk bahan tersebut.

Perusahaan dapat memesan bahan pada berbagai lots sbb: (i) 1,600 units, (ii) 800 units, (iii) 400
units, (iv) 200 units, dan (v) 100 units. Manakah kuantitas pemesanan yang paling ekonomis?

Solusi
Cost persediaan pada berbagai kuantitas pesanan
1. Ukuran order (units) 1,600 800 400 200 100
2. Jumlah orders 1 2 4 8 16
3. Cost per order Rs 50 Rs 50 Rs 50 Rs 50 Rs 50
4. Total biaya order (2 × 50 100 200 400 800
3)
1 1 1 1 1
5. Biaya simpan per
800 400 200 100 50
unit
800 400 200 100 50
6. Persediaan rata2
(units) 850 500 400 500 850

7. Total biaya simpan (5


× 6)
Catatan
8.
(i) Jumlah Total= cost
orders Total(4kebutuhan
+ 7) bahan/ ukuran order, (ii) persediaan rata-rata = Ukuran
order /2
© www.paperhint.com
Pendekatan Matematis

𝐸𝑐𝑜𝑚𝑜𝑚𝑖𝑐 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑞𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦=


√ 2× 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑠×𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙×𝐶𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒

𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸𝑂𝑄=

2× 𝑅𝑈 × 𝐶𝑂
𝐶𝑈 × 𝐶𝐶
Number of orders place annually

Annual ordering cost

Avarage number of units in inventory at any point in time

© www.paperhint.com
Lanjutan
Annual carrying cost

= Total annual cost of ordering and carrying inventory, disingkat AC

Atau AC =

Atau AC = R

© www.paperhint.com
Contoh

1. Kebutuhan bahan 2.400 unit setahun


2. Cost bahan Rp0,75
3. Biaya pemesanan Rp20 per order
4. Biaya penyimpanan 20 persen

𝐸𝑂𝑄=

2× 2.400 × 𝑅𝑝 20
𝑅𝑝 0 ,75 × 20 %
=¿
𝑅𝑝 0 ,15√
𝑅𝑝 96.000
=600 𝑢𝑛𝑖𝑡 ¿

© www.paperhint.com
Contoh Diskon Kuantitas

1. Kebutuhan bahan 3.600 unit setahun


2. Cost bahan Rp1 tanpa diskon kuantitas
3. Biaya pemesanan Rp10 per order
4. Biaya penyimpanan 20 persen dari
investasi persediaan

𝐸𝑂𝑄=

2× 3.600 × 𝑅𝑝10
𝑅𝑝1 ×20 %
=¿
𝑅𝑝72.000
𝑅𝑝0 , 20 √
=600 𝑢𝑛𝑖𝑡 ¿

© www.paperhint.com
Ketentuan Diskon Kuantitas

Ukuran Order Diskon Kuantitas


3,600 8.0%
1,800 6.0%
1,200 5.0%
900 5.0%
720 4.5%
600 4.0%

© www.paperhint.com
Dampak Diskon Kuantitas

Frekuensi Order Per tahuan


1 2 3 4 5 6 8
Harga per unit Rp1.00 Rp1.00 Rp1.00 Rp1.00 Rp1.00 Rp1.00 Rp1.00
Diskon kuantitas 8% 6% 5% 5% 4.50% 4% 4%
Harga diskon Rp0.92 Rp0.94 Rp0.95 Rp0.95 Rp0.96 Rp0.96 Rp0.96
Ukuran order 3600 1800 1200 900 720 600 450
Unit sediaan rata2 1800 900 600 450 360 300 225
Cost sediaan rata2* Rp1,656.00 Rp846.00 Rp570.00 Rp427.50 Rp343.80 Rp288.00 Rp216.00
Cost bahan per setahun (a) Rp3,312.00 Rp3,384.00 Rp3,420.00 Rp3,420.00 Rp3,438.00 Rp3,456.00 Rp3,456.00
Biaya simpan (20% dari rata2) (b) 331.20 169.20 114.00 85.50 68.76 57.60 43.20
Baya pesan © 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 80.00
Total cost per tahun (a) + (b) + © Rp3,653.20 Rp3,573.20 Rp3,564.00 Rp3,545.50 Rp3,556.76 Rp3,573.60 Rp3,579.20

© www.paperhint.com
Penentuan Waktu Memesan
n Penentuan kapan memesan bahan dari
pemasok tergantung pada tiga factor:
n Waktu tunggu (lead time), yaitu jeda waktu
bahan dipesan dan bahan diterima dari
pemasok
n Tingkat pemakaian bahan
n Stok bahan pengaman

© www.paperhint.com
Reorder Point
Re-order point adalah tingkat persediaan yang menunjukkan saat
yang tepat untuk memesan bahan dari pemasok, merupakan jumlah
bahan yang digunakan selama waktu tunggu dan waktu perolehan.

Re-order level = (pamakaian harian × Waktu tunggu) + Stok pengaman.


Minimum level = Re-order level – (Pemakaian normal × Waktu
pengiriman rata-rata).

Maximum level = Re-order level – (Pemakaian minimum × Waktu


pengiriman maksimum) + Kuantitas re-order.
Average stock level = Minimum level + (Re-order quantity)/2.
Danger level = (Rata-rata konsumsi per hari × Waktu tunggu dalam hari
untuk pembelian emergensi).

© www.paperhint.com
Safety Stock
Stok pengaman adalah tambahan bahan minimum yang berperan
sebagai cadangan pengaman untuk memenuhi kenaikan kebutuhan
bahan yang tidak diantisipasi.
Tahap pertama adalah mengestimasi probabilitas kekurangan bahan,
serta jumlah kekurangan bahan.
Stock-out costs adalah biaya yang berkaitan dengan kekurangan
bahan (stock-out).
Setelah menentukan jumlah dan probabilitas kekurangan bahan,
tahap berikutnya adalah menghitung biaya kekurangan bahan.
Kemudian, biaya penyimpanan harus dihitung.
Terakhir, biaya penyimpanan dan perkiraan biaya kekurangan bahan
pada setiap level stok pengaman harus ditambahkan.
Stok pengaman optimum adalah tingkat stok bahan pengaman yang
total kedua biaya tersebut paling rendah.

© www.paperhint.com
Contoh Safety Stock
n Sebuah perusahaan menggunakan bahan yang diorder
10 kali setahun, biaya kehabisan bahan Rp30, biaya
penyimpanan Rp0,50 per unit per tahun. Probabilitas
kehabisan stok sbb:

Stok Pengaman (dalam unit) Probalilitas Kehabisan bahan


0 40%
50 20%
100 10%
200 5%

© www.paperhint.com
Safety Stock Optimum
(A) (B) © (D) (E)
Perkiraan Total Baya
Safety Stock Kehabisan per Total Biaya Total Biaya Kehabisan dan
(Dalam Unit) Tahun Kehabisan Penyimpanan Penyimpanan
0 4 Rp120 Rp0 Rp120
50 2 Rp60 Rp25 Rp85
100 1 Rp30 Rp50 Rp80
200 0.5 Rp15 Rp100 Rp115
Keterangan:
B = Jumlah order per tahun (10 kali) x probabilitas kehabisan
C = B x Biaya satu kehabisan
D = A x Biaya penyimpanan satu unit untuk satu tahun (Rp0,50)
E=C+D

© www.paperhint.com
Order Point Formula
I + QD = LTQ + SSQ
n I = Saldo sediaan bahan yang ada
n QD = Kuantitas bahan yang akan diterima dari
pemesanan sebelumnya, transfer bahan, dan
pengembalian bahan dari produksi
n LTD = Kuantitas waktu tunggu, sama dengan waktu
tunggu (bulan, minggu, atau hari) normal dikalikan
pemakaian selama waktu tunggu normal
n SSQ = Kuantitas sediaan pengaman

© www.paperhint.com
Contoh
Data:
n Pemakaian bahan per minggu 175 unit

n Waktu tunggu normal 4 minggu tapi bisa sampai 9

minggu.
Jawab:
n Order point = (175 unit x 4 minggu) + (175 unit x 5

minggu) = 1.575 unit.


Jika persediaan awal 2.800 unit, tidak ada order yang
beredar, maka pemakaian, order point, dan persediaan
maksimum adalah:

© www.paperhint.com
Perhitungan
Unit persediaan awal 2,800
Pemakaian s.d. reorder point (1.225 ÷ pemakaian per minggu 175
unit = 7 minggu) 1,225
Order point 1,575
Pemakaian selama waktu tunggu normal (700 unit ÷ pemakaian per
minggu 175 unit = 4 minggu) 700
Sediaan minimum atau stok pengaman pada tanggal pengiriman,
asumsi waktu tunggu dan pemakaian normal 875
Penerimaan unit kuantitas dipesan (asumsi) 2,090
Persediaan maksimum, asumsi waktu tunggu dan pemakaian
normal 2,965

© www.paperhint.com
Contoh: Variasi Pemakaian
Data:
n Pemakaian tingkat bahan paling tinggi per minggu 210

unit (normal 175 unit)


n Waktu tunggu normal 4 minggu tapi bisa sampai 9

minggu.

© www.paperhint.com
Order Point
Pemakaian normal selama waktu tunggu normal 4
minggu (175 unit x 4 minggu) 700
Sediaan pengaman:
Pemakaian normal untuk 5 minggu keterlambatan
(175 unit x 5 minggu) 875
Variasi pemakaian ((210 - 175) x 9 minggu 315 1,190
Order point 1,890

Jika persediaan awal 2.800 unit, tidak ada order yang beredar, maka
pemakaian, order point, dan persediaan maksimum adalah:

© www.paperhint.com
Perhitungan
Unit persediaan awal 2,800
Pemakaian s.d. reorder point (910 ÷ pemakaian per minggu 210 unit
= 4,3 minggu) 910
Order point 1,890
Pemakaian selama waktu tunggu normal (700 unit ÷ pemakaian per
minggu 175 unit = 4 minggu) 700
Sediaan minimum atau stok pengaman pada tanggal pengiriman,
asumsi waktu tunggu dan pemakaian normal 1,190
Penerimaan unit kuantitas dipesan (asumsi) 2,090
Persediaan maksimum, asumsi waktu tunggu dan pemakaian
normal 3,280

© www.paperhint.com
Peraga 7 digambar untuk menunjukkan secara jelas hubungan antar berbagai konsep persediaan bahan yang
sudah dibahas. Peraga tersebut digunakan untuk menyajikan sebuah gambar terintegrasi dalam satu tempat.
Dalam peraga, bahan 400 units diterima pada Day 0. Perusahaan memiki kebijakan menyediakan stok
pengaman 200 units. Dengan menerima 400 units bahan pada Day 0, tingkat persediaan bahan mencapai 600
units (the maximum level).

Dengan pemakaian
Y Maximum sediaan bahan dari
inventory level gudang sebanyak 40
600 units per hari, saldo
Us
560 Us (s a stok bahan berkurang
(s a g lo ge menjadi 360 units
lo e pe Ra
pe Ra ) ge setelah 6 hari [600 units
480 ) ge
– (40 units x 6 hari)].
Units of inventory

Level ini adalah reorder


400 point. Jika pengiriman
320 Reorder Average inventory tepat waktu, titik
point pengisian kembali
240 (ROP) terjadi pada Day 10.
Pada hari ke 10
200 perusahaan memiliki
160 Replenishment Lead time Safety stock tingkat persediaan
point (4 days) usage during lead maksimum sebanyak
Safety time delay 600 units. Namun jika
80
stock) persediaan tidak
0
diterima tepat waktu,
X perusahaan memiliki
0
16 stok pengaman untuk
2 4 6 8 10 12 14 lima hari.
Days Stock outs

Figure: 7
© www.paperhint.com
Cost Persediaan Bahan
Cost persediaan bahan terdiri atas dua unsur: (i) Kuantitas persediaan
yang ditentukan berdasar perhitungan fisik atau catatan persediaan
perpetual dan (ii) Unit cost.
Secara umum, dasar penilaian persediaan adalah “lower of cost or net
realizable value” atau disingkat dengan “LCNRV.”
Meskipun NRV dapat diestimasi untuk periode interim, dan dilakukan
setelahnya untuk mencerminkan kondisi mendekati akhir tahun, NRV
hanya diketahui dengan relative pasti hanya pada akhir periode.

Berkaitan dengan cost bahan, ada beberapa unsur yang


membentuknya, yaitu: (i) harga faktur, (ii) Biaya angkut dan costs
pembelian, penerimaan dan penyimpanan, dan (iii) Potongan
kuantitas/rabat serta potongan tunai.
© www.paperhint.com
Cost Bahan
n Cost bahan mencakup semua pengeluaran untuk
memperoleh dan menempatkan bahan hingga siap
digunakan.
n Mencakup harga faktur, biaya angkut, dan biaya
perolehan lainnya: biaya pembelian, penerimaan,
inspeksi, penyimpanan, dan akuntansi.
n Demi kepraktisan, bahan dapat dicatat pada harga
faktur, sedangkan biaya perolehan lainnya dan
penyesuaian harga diperlakukan sebagai biaya
overhead pabrik.

© www.paperhint.com
Cost Bahan
n Potongan pembelian:
n Potongan kuantitas/rabat: bahan dicatat bersih
setelah potongan kuantitas.
n Potongan tunai: bahan dicatat sebelum potongan
tunai.
n Biaya angkut dan biaya perolehan lainnya:
n Dialokasikan ke setiap jenis bahan berdasar
perbandingan harga atau kuantitas.
n Dialokasikan ke setiap jenis bahan berdasar tarif
n Diperlakukan sebagai bagian dari biaya overhead
pabrik
© www.paperhint.com
Contoh Alokasi Biaya Angkut
n PT Ninda membeli bahan A, B, dan C.
Total harga bahan yang dibeli Rp17.500
dengan rincian bahan A: Rp8.600, B:
Rp5.060, dan C: Rp3.840. Total bobot
bahan yang dibeli 1.400 kg, dengan
rincian bahan A: 630 kg, B: 490, dan C:
280 kg. Untuk mengangkut ketiga bahan
perusahaan membayar biaya angkut
Rp280.
© www.paperhint.com
Biaya Angkut Dialokasi Berdasar
Harga
Persentase biaya angkut = Rp280/Rp17.500 = 1,6%

Alokasi Total
Bahan Harga Biaya Angkut Cost
A Rp8.600 1,6% Rp137,60 Rp8.738
B 5.060 1,6% 80,96 5.141
C 3.840 1,6% 61,44 3.901
Rp17.500 Rp280 Rp17.780

© www.paperhint.com
Biaya Angkut Dialokasi Berdasar
Bobot
Alokasi Total
Bahan Bobot Harga Biaya Angkut Cost
A 630 Rp8.600 0,20 Rp126 Rp8.726
B 490 5.060 0,20 98 5.158
C 280 3.840 0,20 56 3.896
1.400 Rp17.500 Rp280 Rp17.780

© www.paperhint.com
Contoh Pembebanan Biaya Perolehan
Bahan Berdasar Tarif
n PT Bonafit mencatat bahan berdasar harga beli ditambah
biaya perolehan bahan yang dibebankan berdasar tarif. Data
tahun 2019 sbb:
Jenis Biaya Dianggarkan Sesungguhnya
Biaya angkut Rp2.500 Rp2.580
Biaya departemen pembelian 4.800 4.500
Biaya departemen penerimaan 3.900 4.200
Biaya penyimpanan 4.200 3.800
Biaya inspeksi dan pengujian 2.600 3.120

Total Rp18.000 Rp18.200

n Anggaran pembelian bahan setahun Rp144.000. Selama 2019


perusahaan membeli bahan A: Rp75.000 dan bahan B:
Rp70.000. © www.paperhint.com
Tarif pembebanan biaya perolehan bahan = Rp18.000/Rp144.000 = 12,5%
Alokasi Biaya
Bahan Harga Perolehan Jumlah Cost
A Rp75.000 12,5% Rp9.375 Rp84.375
B 70.000 12,5% 8.750 78.750
Rp145.000 Rp18.125 Rp163.125
(1) Pembelian bahan
Persediaan Bahan A Rp75.000
Persediaan bahan B 70.000
Kas/Utang Dagang Rp145.000
(2) Pembebanan biaya perolehan berdasar tarif
Persediaan Bahan A Rp9.375
Persediaan bahan B 8.750
Biaya Perolehan Bahan Rp18.125
(3) Pengeluaran biaya perolehan sesungguhnya
Biaya Perolehan Bahan Rp18.200
Kas/Utang Dagang Rp18.200
(4) Penutupan selisih ke HPP
HPP Rp75
Biaya Perolehan Bahan Rp75
© www.paperhint.com
Metode Penentuan Cost
Bahan
Penentuan kos persediaan yang tepat penting untuk
perhitungan laba dan pengukuran aset. Metode
penentuan kos persediaan:

Weighted
Weighted
FIFO
FIFO Method
Method Average
Average Method
Method

LIFO
LIFO Method
Method

© www.paperhint.com
FIFO Method

Metode FIFO mengasumsi persediaan bahan digunakan


secara kronolgis, bahan yang diterima lebih dulu adalah
yang lebih dulu dipakai.

LIFO Method
Metode LIFO mengasumsi bahan yang diterima terakhir
adalah yang lebih dulu dipakai.

Weighted Average Method

Menurut metode rata-rata tertimbang, harga rata-rata bahan


yang dibeli dan persediaan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan cost persediaan bahan.
© www.paperhint.com
Data Contoh
Tanggal Transaksi
1 Feb Persediaan bahan awal 400 unit @Rp6
10 Feb Pembelian bahan 700 unit @Rp7,5
15 Feb Pemakaian bahan 800 unit untuk produksi
20 Feb Pembelian bahan 600 unit @Rp8
25 Feb Pemakaian bahan 500 unit untuk produksi
28 Feb Pengembalian 100 unit bahan yang tidak
jadi dipakai untuk produksi dari pabrik ke
Gudang.
© www.paperhint.com
Sistem Periodik
Persediaan bahan awal 400
Total pembelian bahan 1.300
Bahan tersedia dipakai 1.700
Total pemakaian bahan 1.300
Pengembalian bahan -100
1.200
Persediaan bahan akhir 500

© www.paperhint.com
Sistem Periodik-FIFO
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 450 Rp8 Rp3.600
50 Rp7 350
Jumlah persediaan akhir 500 Rp3.950
Total cost bahan dipakai Rp8.000

© www.paperhint.com
Sistem Periodik-LIFO
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 400 Rp6 Rp2.400
100 Rp7 700
Jumlah persediaan akhir 500 Rp3.100
Total cost bahan dipakai Rp8.850

© www.paperhint.com
Sistem Periodik-Rata-rata
Tertimbang
Persediaan bahan awal 400 Rp6 Rp2.400
Pembelian 10 Feb 850 Rp7 5.950
Pembelian 20 Feb 450 Rp8 3.600
Total bahan tersedia dipakai 1.700 Rp7,03 Rp11.950
Persediaan bahan akhir 500 Rp7,03 * Rp3.515
Total cost bahan dipakai Rp8.435
*Tanpa pembulatan

© www.paperhint.com
Sistem Perpetual-FIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah
01-Feb 400 6 2.400
10-Feb 850 7 5.950 400 6 2.400
850 7 5.950
1.250 8.350
15-Feb 400 6 2.400 450 7 3.150
400 7 2.800
800 5.200
20-Feb 450 8 3.600 450 7 3.150
450 8 3.600
900 6.750
25-Feb 450 7 3.150 400 8 3.200
50 8 400
500 3.550
28-Feb -50 8 -400 50 7 350
-50 7 -350 450 8 3.600
-100 -750 500 3.950
© www.paperhint.com
Sistem Perpetual-LIFO
Pembelian Pemakaian Saldo
Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah
01-Feb 400 6 2.400
10-Feb 850 7 5.950 400 6 2.400
850 7 5.950
1.250 8.350
15-Feb 800 7 5.600 400 6 2.400
50 7 350
450 2.750
20-Feb 450 8 3.600 400 6 2.400
50 7 350
450 8 3.600
900 6.350
25-Feb 450 8 3.600 400 6 2.400
50 7 350
500 3.950
28-Feb -50 7 -350 400 6 2.400
-50 8 -400 50 7 350
-100 -750 50 8 400
© www.paperhint.com 500 3.150
Sistem Perpetual-Rata-rata
Bergerak
Pembelian Pemakaian Saldo

Tanggal Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah Unit @Rp Jumlah

01-Feb 400 6,00 2.400

10-Feb 850 7,00 5.950 1.250 6,68 8.350

15-Feb 800 6,68 5.344 450 6,68 3.006

20-Feb 450 8,00 3.600 900 7,34 6.606

25-Feb 500 7,34 3.670 400 7,34 2.936

28-Feb -100 7,34 -734 500 7,34 3.670

© www.paperhint.com
Implikasi Berbagai Metode Penilaian
Persediaan
Implikasi dari berbagai metode penilaian persediaan
adalah:
 Ketika harga bahan stabil, semua metode penilaian
persediaan menghasilkan jumlah cost yang sama,
 Ketika harga bahan baik, metode LIFO menghasilkan cost
bahan dipakai tertinggi dan persediaan terendah, dampak
metode FIFO sebaliknya.
 Ketika harga bahan turun, metode LIFO menghasilkan cost
bahan dipakai terendah dan persediaan tertinggi, dampak
metode FIFO sebaliknya,
 Metode LIFO dan adalah ekstrim dan metode rata-rata di
antara keduanya.
© www.paperhint.com
Dampak Metode Penilaian
Persediaan (Periodik)
FIFO LIFO Rata-rata
Persediaan awal Rp2.400,00 Rp2.400,00 Rp2.400,00
Pembelian bahan 9.550 9.550 9.550
Bahan tersedia dipakai Rp11.950 Rp11.950 Rp11.950
Persediaan akhir -3.950 -3.100 -3.515
Cost bahan dipakai Rp8.000 Rp8.850 Rp8.435

Dari table tersebut jelas bahwa setiap metode menghasilkan


jumlah yang berbeda untuk cost bahan yang ditransfer ke barang
dalam proses. Akhirnya, ketika barang dijual, berbagai metode
penilaian persediaan akan berdampak pada harga pokok penjualan
(HPP) dan laba.

© www.paperhint.com
Just-IN Time
JIT, sebuah system pemanufakturan inovatif, mengacu pada
perolehan bahan dan produksi barang hanya ketika
diperlukan untuk memenuhi order kustomer. Disebut juga
lean production system, merupakan demand-pull
manufacturing system karena setiap komponen dalam
sebuah lini produksi akan dihasilkan segera dan hanya
ketika diperlukan tahap produksi berikutnya.

JIT lebih dari sekedar sebuah pendekatan manajemen


persediaan, JIT merupakan sebuah filosofi untuk
mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.

© www.paperhint.com
Financial Benefits
Manfaat JIT selain menurunkan biaya persediaan, juga
meningkatkan kualitas, menurunkan pengerjaan ulang,
pengiriman lebih cepat, dan sebagainya.

Ukuran kinerja yang digunakan manajer untuk


mengevaluasi dan mengendalikan JIT adalah observasi
personal observations, ukuran financial, dan ukuran non-
financial.

Dampak JIT pada costing system adalah mengurangi


overheads dan penelusuran langsung beberapa biaya tidak
langsung.
© www.paperhint.com

Anda mungkin juga menyukai