Anda di halaman 1dari 82

AKAD-AKAD SYARIAH

HK EKONOMI SYARIAH PERTEMUAN 3


PENENTUAN AKAD TABUNGAN
 Akad Tabungan bisa menggunakan ;
1. Wadiah
 Aplikasi Wadiah Yad Amanah ; perbankan selaku

penerima titipan tidak boleh menggunakan dana


yang dititipkan oleh nasabah atau mencampur-
aduknya dengan dana nasabah yang lain
 Aplikasi wadiah yad dhamanah; perbankan syariah

selaku penerima titipan boleh menggunakan dana


yang dititipkan oleh nasabah. Bank syariah boleh
memberi bonus untuk nasabah.
LANDASAN SYARIAH (AL-QUR’AN)
‫ِإَّن َهَّللا َي ْأُمُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّدوا اَأْلَم اَن اِت ِإَلى َأْه ِلَه ا‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya “(An-
Nisaa’: 58)

‫َّت‬
‫َي ِق‬ ‫ْل‬ ‫َو‬ ‫َتُه‬‫َن‬‫ا‬ ‫َم‬‫َأ‬ ‫َن‬ ‫ِم‬ ‫ُت‬ ‫ْؤ‬‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِذ‬‫َّل‬‫ا‬ ‫ِّد‬ ‫َؤ‬ ‫ْل‬ ‫َف‬ ‫ا‬ ‫ًض‬ ‫ْع‬‫َب‬ ‫ْم‬ ‫ُك‬ ‫ُض‬ ‫ْع‬‫َب‬ ‫َن‬ ‫ِم‬‫َأ‬ ‫َفِإْن‬
‫ُي‬
‫الَّلَه َرَّبُه‬
“Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanahnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya” (Al-Baqarah: 283)
Landasan Syariah (Al-Hadits)
‫َأل‬
‫ « َأِّد ا َم اَن َة ِإَلى َم ِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُه َر ْي َر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
» ‫اْئ َت َم َن َك َو َال َت ُخ ْن َم ْن َخ اَن َك‬
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda
“sampaikanlah (tunaikanlah amanat kepada yang
berhak menerimanya dan jangan membalas khianat
kepada orang yang telah mengkhianatimu” (HR. Abu
Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini Hasan,
sedang Imam Hakim mengkategorikannya Sahih)
Ibnu Umar Berkata bahwasanya Rasulullah telah
bersabda, “Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang
yang tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tidak
bersuci” (HR. Thabrani)
Landasan Syariah (Ijma’)

Para tokoh ulama’ Islam sepanjang zaman telah


melakukan sensus terhadap legitimasi al-wadi’ah
karena kebutuhan manusia terhadap ini sangat
jelas terlihat seperti yang dikutip oleh Dr. Azzuhaili
dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
Wadi’ah Yad Amanah

Adapun karakteristik dari Wadi’ah Yad al-amanah


adalah :
 Pihak yang menerima tidak bertanggung jawab

atas kehilangan atau kerusakan barang yang


dititipakan selama tidak karena kelalaian.
 Pihak yang penerima tidak boleh menggunakan

dan memanfaatkan uang atau barang yang


dititipkan
 Pihak penerima dapat membebankan biaya
penitipan
Skema Wadi’ah Yad Amanah

1 Titip Barang
LKS
ANGGOTA Mustawda’
Muwaddi’ (Penerima
(Penitip) Titipan)
2 Beban Biaya Penitipan
Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
 Wadia’ah Yad adh-dhamanah:
 Pihak penerima bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan barang titipan.
 LKS sebagai penerima bisa menggunakan dana
wadi’ah tersebut serta keuntungannya menjadi
milik LKS.
 LKS diperbolehkan memberikan semacam
bonus dengan catatan tidak disyaratkan
sebelumnya serta jumlahnya tidak ditetapkan
dalam nominal atau persentase.
BEBERAPA KETENTUAN YAD
DHAMANAH (1)
 Pihak yang dititipi (LKS) bertanggung jawab atas
keutuhan harta yang dititipkan
 LKS boleh memanfaatkan harta yang dititipkan
 Implikasi hukumnya sama dengan qardh
BEBERAPA KETENTUAN YAD
DHAMANAH (2)
 LKS dapat memanfaatkan & menyalurkan dana
yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut
dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana
 Keuntungan & kerugian sepenuhnya milik LKS
(pemilik dana dapat diberi bonus tanpa perjanjian
didepan)
 Dapat mengenakan biaya administrasi
Skema Wadiah
KETENTUAN AKAD WADI’AH
 Bersifat simpanan (bukan investasi)
 Simpanan bisa diambil kapan saja atau berdasar-kan
kesepakatan.
 Tidak ada imbalan yang disyaratkan waktu akad, kecuali
dalam bentuk pemberian (‘athaya / bonus) yang bersifat
sukarela (tidak mengikat) dari pihak LKS.
 Dengan seijin penyimpan, LKS dapat menggunakan dana
wadi’ah untuk kegiatan usaha yang sesuai prinsip
syariah
* FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO: 02/DSN-MUI/IV/2000
2. Mudharabah
Aplikasi akad ; Bank syariah bertindak sebagai
Mudharib / Amil dan Nasabah sebagai Shohibul
Mal dengan akad mudharabah Muthlaqah
Dalam akad Mudharabah harus menyebutkan Nisbah
Bagi Hasil dengan jelas seperti 30% untuk Nasabah
dan 70% untuk Bank syariah, bila tidak
menyebutkan Nisbah maka kembali pada Nisbah
50% : 50% (al_fiqh islami 5:3937)
Simpanan Berjangka Syariah
Simpanan dimana pemilik harta/anggota sebagai
(Shohibul maal) meletakkan dananya pada LKS
dengan akad Mudharabah mutlaqah.
Simpanan ini akan salurkan kepada anggota yang
membutuhkan pembiayaan.
Simpanan bisa di setor sewaktu-waktu sedangkan
untuk penarikannya satu kali sesuai jenis
produknya.
LKS akan memberikan bagi hasil bulanan dari
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan nisbah
yang disepakati diawal.
Jenis Simpanan Berjangka Syariah
• Ziarah / Wisata
• Idul Fitri
• Qurban dan Aqiqah
• Pendidikan
• Kesehatan
• Haji / Umrah
Keuntungan Menyimpan
 Insya Allah pahalanya berlipat delapan belas kali
bila diniati menghutangi.
 Aman dan terhindar dari RIBA dan haram.
 Ikut membantu sesama ummat (ta’wun).
 Mendapat bagi hasil/ bonus yang halal.
 Bisa dijadikan jaminan pembiayaan
 Bebas potongan administrasi bulanan
Ketentuan Permohonan
Mengisi formulir permohonan menjadi calon anggota
Mengisi formulir permohonan pembukaan tabungan
Fotocopy identitas diri (KTP, SIM / KARTANU).
Biaya pembukaan rekening Rp. 5.000
Setoran awal minimal Rp.10.000,-
Setoran berikutnya minimal Rp.1.000,-
Saldo minimal Rp.10.000,-
Ketentuan lain menurut jenis tabungan.

17
Simpanan Mudharabah Berjangka
Adalah simpanan dimana Pemilik harta/ anggota
sebagai (Shohibul maal) meletakkan dananya pada
LKS dengan akad Mudharabah mutlaqah.Dana ini
hanya bisa di tarik berdasarkan waktu yang di
tentukan. Berikut jenis- jenis MDA Berjangka dan
contoh nisbah bagi hasil antara LKS dengan anggota.
• Deposito 3 bulan 48% : 52%
• Deposito 6 bulan 45% : 55%
• Deposito 9 bulan 43% : 57%
• Deposito 12 bulan 40% : 60%
PENGHIMPUNAN DANA PENYALURAN DANA

SHAHIBUL MUDHARIB
MAAL

menyerahkan menyerahkan
dana dana
=======> =======>

<======= <=======
menerima bagi menerima bagi
hasil hasil
SHAHIBUL MUDHARIB

MAAL
KETENTUAN AKAD MUDHARABAH *
 Dalam transaksi ini Anggota bertindak sebagai
shahibul mal atau 100 % pemilik dana, dan LKS
bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, LKS
dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
 Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya,
dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
 Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
 LKS tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan Anggota tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
 Jika terjadi kerugian,maka kerugian finansial ditanggung oleh Shahibul Mal (
anggota penabung )
 Tetapi menurut sebagian madzhab Malikiyah “Mudharib boleh menanggung
kerugian sebagai amal kebajikannya(tabarru')” (al-Muamalatul Maliyah al-
Mu'ashirah, Lil Wahbah al-Zuhaili. Hal- 444)
 Contoh Nisbah Tabungan Umum untuk LKS dan Anggota 55 : 45 dan Nisbah
Tabungan Umum Berjangka antara LKS dan Anggota 50 : 50
 Tabungan Umum dengan akad Mudharabah boleh menurut Imam Abu
Hanifah,Syafi’i dan Ahmad (al Fiqh al Islami lil Wahba al Zuhaili 5 : 3935)
IJAB QABUL ( REDAKSI AKAD ) TABUNGAN
 Shighot Akad adalah sesuatu yang timbul dari
Muta’aqidain (dua orang yang bertransaksi) untuk
menunjukkan keinginan dan kesepakatannya dalam
transaksi.
 Shighot akad itu bisa berbentuk lafadz (perkataan),
perbuatan, isyaroh dan tulisan (baina ikhtilafi al
Madzahib Al Arba’ah). Tidak ada ketentuan baku tentang
redaksi lafadz akad,yang terpenting menunjukkan
keinginan dan kesepakatannya sesuai kondisi
masyarakat dan tidak akan menimbulkan perselisihan.
 Akad tanpa lafadz (perkataan) atau lebih dikenal dengan
akad Mu’athoh dan dapat menunjukkan kesepakatan,
hukumnya boleh menurut Imam Hanafiyah,Malikiyah dan
Hanabilah.
 Akad dengan menggunakan tulisan, sah menurut imam
Hanafiyah dan Malikiyah bahkan ini lebih kuat dan lebih
bisa dipertanggung jawabkan.
 Didalam lembaga keuangan harus diupayakan akad
menggunakan lafadz(qaul) dan tulisan sekaligus,untuk
menghindari perselisihan

( Al Fiqh al Islami lil Wahbah al Zuhaili 5 :2932-2942)


PERBEDAAN AKAD QARD DENGAN
MUDHARABAH

 Dalam akad Qard nasabah akan mendapatkan


bonus setiap bulan sedangkan akad mudharabah
bagi hasil fluktuatif sesuai hasil riil Bank syariah
setiap bulan dan bisa disebut Equivalent-nya.
PENENTUAN AKAD PEMBIAYAAN

 Akad pembiayaan yang sesuai dengan syariah,


ditinjau ;
 Tujuan Penggunaan dana
 Sumber Pengembalian
 Agunan
Produk Pembiayaan (Financing)
Muthlaqah
(tidak bersyarat)
Mudharabah
Muqayyadah
(bersyarat)
Equity
Financing

Musyarakah
Musyarakah
(Kerjasama dua pihak atau lebih)
Produk Pembiayaan-lanjutan
Barang vs barang Barter

Jual Beli (bai’)


Barang vs uang • Murabahah
(margin)
Debt • Bitsaman ajil (cicil)
Financing Sewa Menyewa (ijarah)
• Ijarah (sewa)
• Ijarah Muntahiyah Bit
Uang vs barang Tamlik
Salam (cont: pertanian)

Istishna’ (cont: manufaktur)

Uang vs uang Sharf (tukar valas)


PENENTUAN AKAD PEMBIAYAAN

 Akad yang berbasis BAGI HASIL digunakan


untuk tujuan penggunaan dana MODAL
USAHA
 Akad yang berbasis Jual Beli digunakan untuk
tujuan penggunaan dana PENGADAAN
BARANG KONSUMTIF atau MODAL USAHA
(BARANG DAGANGAN)
Aplikasi produk pembiayaan berbasis Jual Beli pada LKS adalah :

1. Bai’ Al-Murabahah (include  BBA)


2. Bai’ As-Salam (Pesan barang dibidang pertanian)
3. Bai’ Al-Istishna’ (Pesan barang bidang industri)
 Akad yang berbasis JUAL BELI (SALAM atau
ISTISHNA’ ) digunakan untuk penggunaan
dana MODAL PERTANIAN,MODAL USAHA
GARMENT BIAYA PENDIDIKAN, BIAYA RUMAH
SAKIT dan JASA-JASA LAINNYA, karena
melihat SUMBER PENGEMBALIAN
ALUR – MURABAHAH
MENURUT FIKIH KLASIK
Penjual
Pembeli
Jual barang dgn MRB

Bayar Harga Jual brg

 Penjual memberitahukan secara jujur harga pembelian


barang tersebut kepada pembeli. Karena itulah jual beli
ini disebut sebagai jual beli amanah. Karena pembeli
mengetahui besaran keuntungan yang diperoleh penjual
dalam jual beli tersebut .
Jenis Bai’ Murabahah

H AH Tanpa pesanan
ABA
R
MU Mengikat
JENIS

Berdasarkan
pesanan
CARA PEMBAYARAN
Tidak mengikat

Tunai Tangguh
ALUR – MURABAHAH TANPA PESANAN

PROSES PENGADAAN BARANG PROSES JUAL BELI MURABAHAH


dilakukan sebelum transaksi jual beli murabahah
– ada yang beli atau buat
1. Negosiasi dan Persyaratan
(“persediaan barang”)

2. Akad Jual Beli


Pengadaan barang

 LKS membeli kas/


tangguh (murabahah)
(murabahah)
 Membuat sendiri /
pesan (istishna)
 Memproduksi
sendiri / pesan 4. Bayar
(salam) Kewajiban /
 Barang harga barang
mudharabah /
musyarakah
BS ANGGOTA
 dsb

3. Kirim / penyerahan Barang


PRAKTIK IDEAL

ALUR – MURABAHAH BERDASARKAN PESANAN

2. Beli Barang ke Suplier 1. Pesan Beli Barang (Negosiasi dan Persyaratan)

4. Akad Jual Beli (murabahah)

5. Bayar harga barang /


kewajiban

Pemasok LKS ANGGOTA

3. Penyerahan barang ke LKS 6. Kirim / penyarahan Barang


PRAKTIK YANG BANYAK DILAKUKAN

MURABAHAH BASITHAH BIL WAKALAH


1. Anggota Pesan Beli Barang ke LKS (Negoisasi
3. Beli Barang yg tlh disepakati Harga dan Suplier yg disepakati)

2. LKS mewakilkan pembelian


barang ke Anggota pd suplier
yg tlh disepakati bersama

5. Akad Jual Beli (murabahah)


dgn margin yg disepakati
bersama
Pemasok
LKS
ANGGOTA

Harga Jual Barang = HPP + Margin

4. Penyerahan barang ke Anggota 6. Bayar harga Jual Barang


Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan umum murabahah dalam LKS


1) Akad murabahah bebas riba
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan
3) LKS membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
4) LKS membeli barang yang diperlukan ANGGOTA atas nama LKS
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5) LKS harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
6) LKS menjual barang kepada ANGGOTA (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya.
=> LKS harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada ANGGOTA berikut
biaya yang diperlukan.
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

7) ANGGOTA membayar harga barang yang disepakati


pada jangka waktu tertentu
8) Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad
=> LKS dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
ANGGOTA.
9) Jika LKS mewakilkan kepada ANGGOTA untuk
membeli barang dari pihak ketiga, pengakadan jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, telah menjadi milik LKS.
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan murabahah kepada ANGGOTA


1) ANGGOTA mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau asset kepada LKS
2) Jika LKS menerima => ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesannya secara sah dengan pedagang
3) LKS menawarkan aset tersebut kepada ANGGOTA dan ANGGOTA
harus menerima (membeli)-nya, karena secara hukum perjanjian tsb
mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual
beli
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

4. LKMS/LKS/UJKS dibolehkan meminta ANGGOTA untuk


membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan
5. Jika ANGGOTA menolak membeli barang, biaya riil LKS harus
dibayar dari uang muka tersebut
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian LKS, LKS dapat meminta
kembali sisa kerugiannya kepada ANGGOTA.
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang
muka, maka :
a. Jika ANGGOTA membeli => ia tinggal membayar sisa harga
b. Jika ANGGOTA batal membeli => menjadi milik LKS maksimal
sebesar kerugian LKS; dan jika tidak mencukupi, ANGGOTA wajib
melunasi kekurangannya
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

 Jaminan Murabahah :
 Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar
ANGGOTA serius dengan pesanannya.
 LKS dapat meminta ANGGOTA untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

 Hutang dalam murabahah


1) Secara prinsip, penyelesaian hutang tidak ada kaitannya dengan
transaksi lain. Jika ANGGOTA menjual barang dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya
kepada LKS
2) Jika ANGGOTA menjual barang
 sebelum masa angsuran berakhir => ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya
 menyebabkan kerugian => tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan
awal.
 tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan
Ketentuan Murabahah
(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

 Penundaan pembayaran dlm murabahah


 ANGGOTA yang memiliki kemampuan tidak
dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya
 Jika ANGGOTA telah dinyatakan pailit dan
gagal menyelesaikan hutangnya, LKS harus
menunda tagihan hutang sampai ia sanggup
kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
Ketentuan Uang Muka Murabahah (Fatwa DSN : 13/DSN-MUI/IX/2000)

1. Dalam akad murabahah, LKS dibolehkan untuk meminta


uang muka
2. Besar => ditentukan berdasarkan kesepakatan
3. Jika ANGGOTA membatalkan akad => ANGGOTA harus
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tsb
4. Jika uang muka lebih kecil dari kerugian => LKS dapat
meminta tambahan kepada ANGGOTA
5. Jika uang muka lebih besar dari kerugian => LKS harus
mengembalikan kelebihannya kepada ANGGOTA
Ketentuan Diskon Murabahah (Fatwa DSN No :
16/DSN-MUI/IX/2000)

1. Harga jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh


kedua belah pihak.
2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya
yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan
kesepakatan
3. Jika dalam murabahah LKS mendapat diskon dari supplier
=> diskon adalah hak ANGGOTA
4. Jika diskon setelah akad => pembagian diskon sesuai
perjanjian (persetujuan) dalam akad
5. Dalam akad => pembagian diskon setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditandatangani
Ketentuan potongan pelunasan (Fatwa DSN No: 23/DSN-MUI/III/2002)

1. Jika ANGGOTA melakukan pelunasan


pembayaran tepat waktu atau lebih cepat
dari waktu yang disepakati, LKS boleh
memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran, dengan syarat tidak
diperjanjian dalam akad
2. Besarnya potongan => diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan LKS
 LKS dapat meminta uang muka pembelian (urbun) kepada ANGGOTA
setelah akad murabahah disepakati. Dalam murabahah urbun harus
dibayarkan oleh ANGGOTA kepada LKS, bukan kepada pemasok.
 Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila
murabahah jadi dilaksanakan (tidak diperkenankan sebagai
pembayaran angsuran).
 Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada
ANGGOTA setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan, antara lain:
 Potongan urbun LKS oleh pemasok;
 Biaya administrasi;
 Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lainnya.
 Apabila terdapat uang muka
dalam transaksi murabahah
berdasarkan pesanan, maka
keuntungan murabahah
didasarkan pada porsi harga
barang yang dibiayai oleh LKS.
 Apabila transaksi murabahah pembayarannya
dilakukan secara angsuran atau tangguh, maka
pengakuan porsi pokok dan keuntungan harus
dilakukan secara merata dan tetap selama
jangka waktu angsuran.
 Apabila ANGGOTA melakukan pembayaran
angsuran lebih kecil dari kewajibannya maka
pengakuan pendapatan untuk perhitungan
distribusi hasil usaha dilakukan secara
proporsional atau sebanding dengan porsi
margin yang terkandung dalam angsuran.
Skema Pembiayaan Bai’ Salam
Karakteristik salam (Fatwa DSN
No.05/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan tentang pembayaran


(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang atau manfaat.
(2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
(3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
 Ketentuan tentang barang
(1) Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
(2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
(3) Penyerahan dilakukan kemudian
(4) Waktu dan tempat penyerahan barang hrs ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
(5) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
(6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dng brg sejenis sesuai kesepakatan.
Karakteristik salam (Fatwa
DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan tentang salam parallel


(1) Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
(2) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah
Karakteristik salam
(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

 Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya :


(1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan
kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
(2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi,
penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
(3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah,
dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut
pengurangan harga (diskon)
(4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat : kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga
Karakteristik salam
(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

 Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya :


(lanjutan)
(5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan,
atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya,
maka ia memiliki dua pilihan :
(a) Membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya
(b) Menunggu sampai barang tersedia

 Pembatalan kontrak
 Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak
merugikan kedua belah pihak
Perbedaan Salam dengan Ijon
 Dalam Ijon barang dibeli tidak menurut ukuran dan
timbangannya yang asli, sementara salam mengukur barang
pada ukuran dan timbangannya
 Contoh Ijon : Pembeli membeli beras yang saat itu masih belum

dipanen sebanyak satu hektar dan dihantar pada saat panen.


Terdapat spekulasi disini yang akan merugikan salah satu pihak
 Contoh Salam : pembeli membeli padi sebanyak satu ton padi

dari petani yang dihantar pada waktu panen


Perbedaan Salam dan Istishna

Salam Istishna
 Barang terukur dan  Harus diukur dan ditimbang,
tertimbang. Hutang pada Al modelnya dipesan
Muslam Ilaih  Bisa dimuka, dicicil sampai
 Uang / modal dimuka selesai, atau dibelakang
 Mengikat  Barang milik pembuat
 Akad (Shani’)
 Akad tidak mengikat
Skema Pembiayaan Istishna’
Karakteristik Istishna
(Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)

 Ketentuan tentang pembayaran


(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat
(2) Pembayaran dilakukan sesuai dengan manfaat

(3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan


hutang.
Karakteristik Istishna (Fatwa
DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan tentang barang


(1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang
(2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
(3) Penyerahnnya dilakukan kemudian
(4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
(5) Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjua barang sebelum menerimanya.
(6) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
(7) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sdengan kesepakatan, pemesan memiliki
hak khiyar (hak memilih) utnuk melanjutkan atau membatalkan akad
Karakteristik Istishna (Fatwa
DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan lain :
(1) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan, hukumnya mengikat.
(2) Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak
disebutkan diatas berlaku pula pada jual beli isthisna’
 Akad yang berbasis UJRAH / FEE digunakan
untuk tujuan penggunaan dana MODAL
USAHA BERUPA JASA, BIAYA PENDIDIKAN,
BIAYA RUMAH SAKIT DAN JASA-JASA
LAINNYA.
SYARAT APLIKASI AKAD BERBASIS BAGI
HASIL

 Menggunakan sistem perhitungan REVENUE


SHARING ATAU GROSS REVENUE SHARING
 Mudharib betul-betul Amanah
 Mudharib harus membuat LAPORAN
PERHITUNGAN HASIL USAHA setiap bulan
 Atau Bank syariah membantu membuat
LAPOPAN PERHITUNGAN HASIL USAHA
mudharib
SYARAT APLIKASI AKAD BERBASIS JUAL BELI

 Bank syariah membangun kerjasama dengan


Agen penyedia barang dagangan seperti ;
Toko Grosir Peracangan, Pertanian,
Elektronik, Grosir HP, Showroom/ Dealer
Kendaraan bermotor dll.
 BMT membangun kerjasama dengan
tengkulak, pedagang, pabrik atau perusahaan
 BMT harus tahu perkembangan harga
SYARAT APLIKASI AKAD BERBASIS JASA

 Penentuan Jasa / Ujrah tidak boleh


berdasarkan Plafond Pembiayaan
 Penentuan Ujrah berdasarkan Agunan
(RAHN)
 Penentuan Ujrah berdasarkan Ujrah Wakalah
atau Resiko / Tanggung Jawab
(WAKALAH,HAWALAH,KAFALAH)
 Bank syariah Boleh memberikan Potongan
Ujrah
SYARAT APLIKASI AKAD QARD
o Akad QARD adalah akad DARURAT
o Akad QARD digunakan ketika sudah tidak
memungkinkan menggunakan akad yang
berbasis BAGI HASIL, JUAL BELI ATAU JASA.
CONTOH IJAB QABUL
 AKAD MUDHARABAH/MUSYARAKAH ;
 IJAB ; Saya investasi modal kepada Anda
sebesar Rp 50 juta untuk usaha Peracangan
dengan nisbah bagi hasil 40% utk Bank
syariah dan 60% utk Anda dengan metode
perhitungan REVENUE SHARING selama 4
bulan
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD MURABAHAH pokok plus margin;
 IJAB ; Saya Jual Sepeda motor Honda Supra
X yang saya beli dengan harga Rp 15 juta
kepada Anda dengan harga Rp 18 juta dan
diangsur setiap bulan “pokok plus margin”
selama 10 Bulan
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD MURABAHAH Margin saja dan
pokok diakhir kontrak;
 IJAB ; Saya Jual Sepeda motor Honda Supra
X yang saya beli dengan harga Rp 15 juta
kepada Anda dengan harga Rp 16 juta dan
diangsur setiap bulan margin saja selama 4
Bulan, sedangkan pokok diakhir kontrak
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD SALAM ;
 IJAB ;Saya pesan beli padi jenis IR 64 dan
diserahkan 2 bulan lagi ketika sudah panen
dengan harga Rp 3000,- per KG sebanyak 2
Ton, total harga Rp 6 juta dan saya wakilkan
kepada anda untuk menjualkan ke Pabrik Padi
Joyo Mulyo ketika panen
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD ISTISHNA’ ;
 IJAB ; Saya pesan kepada anda untuk
dibuatkan baju seragam olah raga sebanyak
100 setel dengan harga per setel Rp 50 ribu,
total Rp 5 juta dan saya wakilkan kepada
anda untuk dijualkan pada Ketua STIE Bank
BPD Jateng dengan harga Rp 60 ribu per
setel
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD RAHN ;
 IJAB ; Saya hutangkan uang sebesar Rp 9
juta kepada anda dengan diangsur selama 10
bulan, dengan agunan Emas 20 Gram jenis
Kalung. Dan saya minta biaya / ujrah
penitipan agunan setiap hari Rp 7.500
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
 AKAD QARD ;
 IJAB ; Saya hutangkan uang sebesar Rp 500
ribu kepada anda dan diangsur selama 5
bulan
 QABUL ; Ya saya terima dan sepakat
APLIKASI PRODUK BANK SYARIAH
Produk Penghimpunan Dana
No Produk Prinsip syariah
1 Giro Wadi’ah Yad Dhamanah

2 Tabungan Wadi’ah Yad Dhamanah dan


Mudharabah Mutlaqah (Investasi
Tidak Terikat)
3 Deposito Mudharabah Mutlaqah (Investasi
Tidak Terikat)
4 Investasi Mudharabah Muqayyadah (Investasi
Khusus Terikat)

72
PENYALURAN DANA

Prinsip jual beli  Murabahah


 Istishna, Istishna Paralel
 Salam, Salam Paralel

Prinsip bagi hasil  Pembiayaan Mudharabah


 Pembiayaan Musyarakah

Ujroh  Ijarah, Ijarah Muntahia


Bitamlik

73
PRODUK PENYALURAN
DANA
N Produk Prinsip syariah
o
1 Pembiayaan modal kerja Mudharabah, Musyarakah
2 Pembiayaan proyek Mudharabah, musyarakah
3 Pengadaan barang investasi (jual beli Murabahah
barang)
4 Produksi agribisnis / sejenis Salam, salam paralel
5 Manufactur, kontruksi Istishna, Istishna Paralel
6 Penyertaan Musyarakah
7 Leter of Credit - Ekspor (pembiayaan Mudharabah, musyarakah, murabahah (Al-Ba’I)
ekspor)
8 LC - Impor Murabahah, Salam / Istishna dan Murabahah,
Mudharabah
9 Surat berharga (Obligasi) Mudharabah, Ijarah

74
PRODUK JASA PERBANKAN
No Produk Prinsip syariah
1 Dana Talangan dan Talangan Haji Qardh
2 Anjak piutang Hiwalah
3 Transfer, inkaso, kliring Wakalah
4 Pinjaman sosial Qardhul Hasan
5 Safe deposit Wadi’ah Amanah, Ijarah (sewa)
6 Penukaran valas (bank notes) Sharf
7 Gadai (jaminan) Rahn
8 Pay roll Ujrah, wakalah
9 Bank garansi Kafalah
10 Leter of Credit - Ekspor Wakalah bil Ujroh, Qardh
11 LC - Impor Wakalah bil Ujrah, wakalah bil Ujroh dan Qardh,

75
PRODUK SEWA

No produk Prinsip syariah


1 Sewa beli Ijarah Muntahiya Bittamlik (Ijarah Wa
Igtina)
2 Sewa dengan Ijarah Muntahiya Bittamlik
opsi
pemindahan
hak

76
PRODUK LAIN

No produk Prinsip syariah


1 Sertifikat Investasi Mudharabah
Mudharabah Antar Bank
(SIMA)
2 Sertifikat Wadiah Bank Wadiah
Indonesia

77
BANK SEBAGAI FUNGSI SOSIAL

 Penyaluran dana kebajikan


 Qardhul hasan
 Santunan kebajikan
 Pengumpul Zakat Infaq dan Sadaqah
 Pengeluaran lainnya

78
PRINSIP DISTRIBUSI
HASIL USAHA

 Revenue Sharing
 Yang dibagikan adalah pendapatan (revenue)
 Shahibul maal menaggung kerugian => usaha dilikiuidasi,
jumlah aktiva lebih kecil dari kewajiban

 Profit Sharing
 Yang dibagikan adalah keuntungan (profit)
 Tidak Loss Sharing => kerugian bukan kelalaian mudharin
ditanggung oleh shahibul maal

79
Lap Laba Rugi Bank
Sistem bagi hasil Lap L/R Pengelolaan Dana
/LKS Mudharabah (sbg
(sbg mudharib) mudharib)

Pendapatan:
Pengelolaan dana
= Pendapatan penyaluran
Revenue sharing Mudharabah
(-/- Bagi hasil (prinsip bagi hasil)
) Margin (prinsip jual beli)
Hak pihak ketiga atas bagi Lainnya (SWBI, IMA dsb)
hasil Investasi Tidak Terikat Tabel

(-/-)
(+/+)

Pendapatan :
Fee base income
Porsi shahibul maal

 Beban Pengelolaan Mudharabah


(-/-)  Beban tenaga kerja mudharabah

Profit sharing
 Beban administrasi mudharabah
Beban mudharib:  Beban penyusutan mudharabah
 Beban Tenaga kerja  Beban opr mudharabah lainnya

=
 Beban Administrasi
 Beban Opr Lainnya
=
Laba/Rugi Mudharabah
RUGI LABA SAHIBUL MAAL
PRINSIP DISTRIBUSI
HASIL USAHA

Uraian Jumlah Metode


Penjualan 100 Revenue sharing
Harga pokok penjualan 65
----------
Laba kotor 35 Gross Revenue
Beban 25 Sharing
----------
Laba rugi bersih 10
Profit Sharing

81
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai