Anda di halaman 1dari 18

Peraturan Pemerintah dalam

Mengatur Sektor Industri Jasa


Keuangan dan Profesi dalam
Industri Jasa Keuangan

Oleh : Anisatul Munirah


Peraturan Pemerintah dalam Mengatur
Sektor Industri Jasa Keuangan
• rrUn
ng-
10
da
24
Un
Tah
ng-
Tah
da
un
Un
un
ng
19
da
20
No
98
ng
04
mo
ten
Re
ten
r
tan
pu
tan
g25
gbli
per
kTah
Le
un
ub
Ind
mb
19
ah
on
aga
92
an
esi
Pe
ten
aAta
nja
stan
No
mi
g
Un
mo
n
Per
rda
Si
ko
ng-
21
mp
per
Un
Tah
an
asi
da
un
an
an
ng
Sektor Jasa Keuangan
20
No
11
Peraturan Pemerintah yang Mengatur
mo
tan
r7
tan
Undang-
Undang
Nomor 6
Tahun 2009
tentang
Penerapan
Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-
Undang
Nomor 2
Tahun 2008
• Undang-
tentang
Undang
Perubahan
20
NomorAtas
Kedua
Tahun 2008
Tentang Bnak
tentang Usaha
Indonesia
Mikro, Kecil
Menjadi
dan
Undang-
Menengah
Undang
(UMKM)
(Undang-
Undang BI)
• Undang-
• Undang
Undang-
Nomor
Undang21
Tahun
Nomor 32
2008
Tahun
tentang
2004
Perbanka
sebagaim
n Syariah
an telah
(Undang-
diubah
Undang
terakhir
Perbanka
dengan
n Syariah)
Undang-
Undang
Nomor 12
Tahun
2008
tentang
Pemerint
ahan
Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2011 tantang Otoritas Jasa Keuangan.

• Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara


yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011
yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
• OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK
dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal dan
lembaga keuangan, dan menggantikan peran Bank
Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank,
serta untuk melindungi konsumen industri jasa
keuangan.
• Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa
keuangan yang percaya, melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan
industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian
nasional yang berdaya saing global serta dapat
memajukan kesejahteraan umum.
• Adapun misi OJK adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan secara teratur,
andil, transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.
• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap :
– Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan
– Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan
– Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian,
dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga
jasa keuangan lainnya.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan

Dalam Undang-Undang Perbankan, pengaturan mengenai BPR merujuk


pada beberapa pasal, yaitu: Pasal 13, Pasal 16, Pasal 19, dan Pasal 29.
Dalam Pasal 13 Undang-Undang Perbankan, usaha BPR meliputi:
1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
2. memberikan kredit;
3. menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.;
4. menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan
pada bank lain.
Lanjutan
• Pasal 16 Undang-Undang Perbankan menyatakan
bahwa BPR terlebih dahulu memperoleh izin usaha
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank
Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan
Undang‑undang tersendiri, dimana persyaratan
yang wajib dipenuhi paling sedikit memuat:
1. susunan organisasi dan kepengurusan;
2. permodalan;
3. kepemilikan;
4. keahlian di bidang Perbankan;
5. kelayakan rencana kerja.
Lanjutan
• Pasal 29 Undang-Undang Perbankan, pembinaan
dan pengawasan BPR dilakukan oleh Bank
Indonesia, dimana terkait ini, BPR wajib
memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas
aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati‑hatian.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian

• Pasal 9 Undang-Undang Koperasi,


memperoleh status badan hukum setelah akta
pendiriannya disahkan oleh Pemerintah
• Pasal 44 Undang- Undang Perkoperasian
menyatakan bahwa dalam menjalankan
usahanya melalui kegiatan usaha simpan
pinjam dari dan untuk:
1. anggota Koperasi yang bersangkutan;
2. koperasi lain dan/atau anggotanya.
Lanjutan
• Peraturan pelaksana telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
• Definisi KSP menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 adalah koperasi yang
kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
• permintaan pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan
Pinjam diajukan dengan tambahan lampiran:
1. rencana kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;
2. administrasi dan pembukuan;
3. nama dan riwayat hidup calon Pengelola;
4. daftar sarana kerja.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan

• Dalam Pasal 8 Undang-Undang LPS,


dinyatakan bahwa setiap Bank, termasuk
diantaranya BPR, yang melakukan kegiatan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia
wajib menjadi peserta Penjaminan.
Profesi-Profesi yang ada dalam
Industri Jasa Keuangan
Macam-macam Profesi dalam Industri
Jasa Keuangan

Akuntan

Konsultan Hukum

Penilai

Notaris
Akuntan Pihak yang bertugas
menyusun, membimbing,
mengawasi,
menginspektasi, dan
memperbaiki tata buku
serta administrasi
perusahaan atau instansi
pemerintah

Ahli hukum yang memberikan


Konsultan Hukum pendapat hukum kepada
pihak lain dalam bentuk
konsultasi, dan terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan
Pihak yang memberikan
Penilai penilaian atas aset perusahaan
dan terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan

Notaris Pejabat umum yang berwenang


membuat akta otentik dan
terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan

Anda mungkin juga menyukai