Anda di halaman 1dari 86

Pemeriksaan Fisik kepala

dan leher
Anatomi dan fisiologi
KEPALA
Daerah kepala diberi nama menurut tulang
tengkorak di bawahnya.
Pengetahuan tentang anatomi ini akan membantu
kita dalam menentukan lokasi dan menguraikan
hasil pemeriksaan fisik.
Di dekat tulang mandibula terdapat dua pasang
kelenjar liur (glandula salivarius)
kelenjar parotis yang letaknya superfisial dan
berada di belakang mandibula ( kedua kelenjar
ini dapat dilihat dan diraba ketika membesar) ,
dan kelenjar submandibularis yang letaknya di
bagian dalam mandibula. Raba kelenjar ini ketika
Anda menundukkan kepala dan menekan lidah
Anda pada insisivus bawah. Permukaannya yang
lobuler sering kali dapat diraba jika ditahan oleh
otot yang mengencang. Muara mandibularis
dapat dilihat dalam rongga mulut.
Mata
Anatomi
Kelopak mata atas (palpebra superior) akan Kenali struktur yang diilustrasikan.
menutupi sebagian iris, tetapi dalam keadaan
normal tidak menutupi pupil.
Celah di antara kedua kelopak mata dinamakan
fisura palpebra.
Bagian sklera yang putih dapat terlihat
berwarna kekuning-kuningan pada daerah yang
paling ujung. Jangan keliru menilai warna ini
dengan warna ikterus yang berwarna kuning
lebih gelap.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
jernih dengan dua buah komponen yang mudah
terlihat.
Bola mata merupakan bangunan berbentuk sferis yang memfokuskan cahaya pada unsur-unsur
neurosensorik di dalam retina. Otot-otot iris akan mengendalikan ukuran pupil. Otot-otot pada
korpus siliaris mengendalikan ketebalan lensa yang memungkinkan mata memfokuskan
penglihatan pada benda yang dekat atau jauh.
Suatu cairan jernih yang disebut humor
aqueous mengisi bilik mata depan dan
belakang. Humor aqueous diproduksi oleh
korpus siliaris, kemudian beredar dari bilik
mata belakang melalui pupil ke dalam bilik
mata depan, dan akhirnya mengalir keluar
lewat kanalis Schlemm. Sistem sirkulasi ini
membantu pengendalian tekanan di dalam
mata.
Bagian posterior mata yang terlihat melalui alat oftalmoskop sering disebut fundus
okuli. Bangunan yang ada di sini meliputi retina, koroid, fovea, makula,diskus optikus,
dan pembuluh darah retina.
Lapang Pandang.
Lapang pandang adalah seluruh daerah yang dapat terlihat oleh sebuah mata ketika
melihat ke titik sentral.
Keliling lapang pandang di ukur dari 0-90° dari tiap garis pandang.

Jika seseorang menggunakan kedua matanya, akan terdapat dua lapang pandang yang
saling tumpang tindih di daerah penglihatan binokular. sebelah lateral, penglihatan
tersebut adalah monokular.
Lintasan Visual.
Agar sebuah bayangan dapat terlihat,
cahaya yang dipantulkannya harus
melewati pupil dan difokuskan pada
neuron sensorik di dalam retina.

- Reaksi pupil
- Reaksi cahaya
- Reaksi dekat
- Inervasi autonom pada mata
- Gerakan ektraokular
Lintasan reaksi cahaya
Reaksi dekat
Lapang pandang
TELINGA
Telinga memiliki tiga buah kompartemen: telinga luar, telingatengah,dan telinga dalam.
Lintasan Pendengaran.
Getaran bunyi berjalan melewati udara dalam telinga luar dan
ditransmisikan melewati membran timpani serta osikel pada telinga tengah
ke koklea yang merupakan bagian dari telinga dalam. Koklea akan
menangkap dan mengode getaran tersebut menjadi impuls saraf
yangdikirimkan ke otak melalui nervus koklearis.

Keseimbangan.
Labirin yang berada di telinga dalam akan
merasakan posisi serta gerakan kepala
dan membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh.
HIDUNG
Tinjau kembali istilah yang digunakan untuk menguraikan anatomi eksternal hidung.
Lebih-kurang sepertiga bagian atas hidung disangga oleh tulang,sedangkan dua pertiga
bagian bawahnya oleh tulang rawan atau kartilago.
Di sisi lateral,anatominya lebih rumit. Bangunan tulang melengkung,yang disebut konka
nasalis (turbinates), ditutupi oleh membran mukosa yang kaya akan pembuluh darah,
menonjol ke dalam rongga hidung.
Daerah permukaan tambahan dihasilkan oleh konka, dan mukosa yang melapisinya
membantu rongga hidung dalam melaksanakan tiga fungsi utama,yaitu membersihkan,
melembapkan, dan mengontrol suhu udara yang dihirup.
KAVUM NASI

KAVUM NASI
SINUS
Mulut dan Faring
Bibir merupakan lipatan otot yang mengelilingi mulut (lubang masuk ke dalam
rongga mulut [ kavum oris] ) . Ketika terbuka, gusi(gingiva) dan gigi (dental) dapat
dilihat.
Setiap gigi yang terutama tersusun dari dentin, memiliki akar yang tertanam dalam rongga
(socket) tulang dan hanya bagian mahkota gigi yang terbungkus enamel yang berada di luar.
Pembuluh darah kecil dan serabut saraf memasuki gigi melalui apeks dentis dan kemudian
berjalan ke dalam kanalis pulpa serta rongga pulpa.
Setiap duktus parotis (duktus Stensen) mengalirkan sekretnya (air liur) ke dalam
mulut di dekat molar kedua atas yang lokasinya sering kali ditandai dengan papila
kecil. Mukosa pipi (bukalis) melapisi kedua belah pipi sebelah dalam.
Di atas dan di belakang lidah terdapat sebuah lengkungan yang dibentuk
oleh pilar anterior serta posterior, palatum mole, dan uvula. Pada contoh
berikut ini,tonsil yang kanan dapat dilihat di dalam rongganya (fosa
tonsilaris) yang diapit oleh pilar anterior dan posterior. Pada orang dewasa,
kedua tonsil berukuran kecil atau tidak ada,seperti pada tonsil kiri yang ada
diperlihatkan pada gambar berikut ini. Jalinan pembuluh darah halus dapat
membentuk jaringan di dalam palatum mole.
Di antara palatum mole dan lidah terlihat faring.
Leher
Untuk tujuan deskriptif, setiap sisi leher dibagi menjadi dua buah segitiga oleh
muskulus sternomastoideus (sternokleidomastoideus). Segitiga (trigo-num) anterior
dibatasi di sebelah atas oleh mandibula, di sebelah lateral oleh muskulus
sternomastoideus, dan di sebelah medial oleh garis tengah leher. Segitiga (trigonum)
posterior membentang dari muskulus sternomastoideus kemuskulus trapezius dan di
sebelah bawah dibatasi oleh os klavikula. Satu bagian dari muskulus omohioideus
melintasi bagian inferior segitiga posteriordan dapat dikelirukan oleh pemeriksa yang
belum berpengalaman sebagai kelenjar limfe atau massa tumor.
Di sebelah dalam muskulus sternomastoideus berjalan pembuluh darah leher yang besar,
yaitu arteri karotis dan vena jugularis interna. Vena jugularis eksterna berjalan dengan
arah diagonal pada permukaan muskulus sternomastoideus.
Kini, perhatikan struktur yang ada pada garis tengah berikut ini. (1) os hioideus yang
dapat bergerak dan terdapat tepat di bawah os mandibula, (2) kartilago tiroidea yang
mudah diidentifikasi dengan adanya takik (notch) pada tepi superiornya, (3) kartilago
krikoideus, (4) cincin trakea, dan(5) kelenjar tiroid (glandulatiroidea) . Bagian ismus
kelenjar tiroid terletak menyilang trakea di bawah oskrikoideus. Lobus lateral kelenjar
ini melengkung ke arah posterior di sekeliling sisi trakea dan esofagus. Kecuali pada garis
tengah, kelenjar tiroid terbungkus oleh otot tipis yang mirip pita dan di antaranya hanya
muskulus sternomastoideus yang terlihat.
Kelenjar limfe pada kepala dan leher telah diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah
satu klasifikasi diperlihatkan di sini, beserta arah drainase limfatiknya. Rangkaian servikal
profunda terutama ditutupi oleh muskulus sternomastoideus yang berada di atasnya, tetapi
pada kedua ujung otot tersebut dapat diraba kelenjar limfe tonsilaris dan
supraklavikularis. Kelenjar limfe submandibularis terletak superfisial terhadap kelenjar
(ludah) submandibularis dan dengan demikian keduanya harus dibedakan. Kelenjar limfe
umumnya berbentuk bulat atau ovoid, licin, dan lebih kecil daripada kelenjar ludah.
Kelenjar ludah memiliki ukuran yang lebih besar dan permukaan yang berbenjol-benjol
serta sedikit tidak teratur
Pengetahuan tentang sistem limfatik penting untuk menciptakan kebiasaan klinis yang
baik: kapan saja terlihat lesi malignan atau inflamasi, carilah keterlibatan kelenjar limfe
regional yang menerima cairan limfe dari daerah lesi tersebut; apabila kelenjar tersebut
membesar atau terasa nyeri bila ditekan, carilah sumber penyebabnya seperti infeksi pada
daerah yang mengaliri sistem limfatik tersebut.
Pemeriksaan Fisik Kepala
Pemeriksaan Fisik Kepala
• Rambut
• Perhatikan kuantitas, distribusi, tekstur, dan pola kerontokan rambut
• Ex: Rambut yang halus ditemukan pada hipertiroidisme; rambut yang kasar pada hipotiroidisme.
• Kulit Kepala
• Bagi rambut pada beberapa tempat dan lakukan inspeksi untuk mencari skuama (sisik), benjolan nevus
atau lesi lainnya.
• Tulang Tengkorak
• Lakukan observasi terhadap ukuran kranium dan konturnya secala keseluruhan.
• Perhatikan setiap deformitas, lekukan, benjolan atau nyeri tekan.
• Kenali iregularitas pada tulang tengkorak yang normal seperti iregularitas di dekai garis sutura antara
os parietal dan oksipital.
• Wajah
• Perhatikan ekspresi wajah pasien dan konturnya.
• Lakukan observasi untuk menemukan keadaan asimetris, gerakan involunter, edema, dan massa.
• Kulit.
• Lakukan observasi kulit, perhatikan warna kulit pigmentasi, tekstur serta ketebalannya, distribusi
rambut pada kulit dan lesi yang lainnya.
Pemeriksaan Fisik Mata
Pemeriksaan Fisik Mata
Ketajaman Visus

• Untuk menguji ketajaman penglihatan sentral jika mungkin gunakan kartu Snellen dengan pencahayaan yang baik.
Tempatkan pasien pada jarak 20 feet (sekitar 6 meter) dari peta tersebut
• Pasien yang menggunakan kacamata seiain jenis kacamata-baca harus mengenakan kacamatanya.

• Minta kepada pasien untuk menutup salah satu matanya dengan sebuah kartu (agar pasien tidak mengintip lewat
celah di antara jari-jari tangannya), dan mencoba sedapat mungkin membaca baris huruf yang paling kecil dengan
menggunakan mata yang lain.
• membaca baris berikutnya dapat memperbaiki kemampuan pasien. Seorang pasien yang tidak dapat membaca
huruf-huruf yang terbesar harus menggeser tubuhnya mendekati kartu Snellen;
• perhatikan jarak antara pasien dan kartu Snellen.
• Tentukan baris huruf terkecil yang lebih dari separuh huruf tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh pasien.
• Catat ketajaman visus seperti yang tercantum di samping baris huruf ini beserta ukuran lensanya jika ada.
• Ketajaman visus dinyatakan dengan dua angka, misalnya 20/30 bilajaraknya
• diukur dalarnfeet (616 jikajaraknya diukur dalam satuan meter. Penj.).
• Angka pertama menunjukkan jarak antara pasien dan kartu Snellen dan angka
• kedua menunjukkan jarak mata yang normal dapat melihat baris huruf huruf
• tersebut dengan jelas.
Ketajaman Visus

• Pemeriksaan kemampuan melihat dekat dengan kartu huruf yang dipegang tangan dapat membantu menentukan
perlunya penggunaan kacamata-baca atau kacamata dengan lensa bifokus pada pasien yang berusia di atas 45
tahun.
• Anda juga dapat menggunakan kartu ini untuk menguji ketajaman visus di samping tempat tidur pasien. Dengan
memegang kartu dengan jarak 14 inci (sekitar 35 cm) dari tubuh pasiery kartu ini akan menyerupai kartu Snellen.
Namun, Anda dapat membiarkan pasien memilih sendiri jaraknya

• jika Anda tidak memiliki kartu Snellery lakukan skrining ketajaman visus dengan benda cetakan apapun yang
tersedia. jika pasien tidak bisa membaca huruf yang paling besar sekalipury lakukan pengujian kemampuan melihat
dengan menyuruhnya menghitung jari-jari tangan Anda yang diacungkan di depannya, dan dengan membedakan
terang (seperti cahaya dari lampu senter anda) dan gelap
Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Tes Konfontasi

Skrining.
Skrining dimulai dari lapang pandang temporal karena kebanyakan defek melibatkan daerah ini.
Bayangkan lapang pandang pasien diproyeksikan pada mangkuk kaca yang melingkupi bagian depan kepala
pasien.
Minta kepada pasien untuk melihat mata Anda dengan kedua matanya.
Ketika Anda bertatapan dengan pasien, tempatkan kedua tangan Anda
secara terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6 meter) di sebelah lateral tiap-tiap
telinga pasien.
Minta pasien untuk menunjuk jari tangan Anda begitu dia melihatnya. Kemudian gerakkan secara perlahan
jari-jari yang digoyang goyangkan dari kedua tangan Anda di sepanjang mangkuk imajiner dan ke
arah garis pandangan sampai pasien melihatnya.
Ulangi pola gerakan ini pada kuadran temporal atas dan bawah.
Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari tangan dari kedua tangan Anda disaat yang bersamaan. jika
demikiary biasanya lapang pandangnya normal.
Pengujian Lebih Lanjut.
Jika Anda menemukan suatu defek, coba untuk menentukan batas-batasnya.
Uji setiap mata satu per satu.

Sebagai contoh,
jikaAnda mencurigai defek temporal pada lapang pandang yang kiri, minta pasien
untuk menutup mata kanannya dan dengan menggunakan mata kiri,
minta pasien untuk menatap langsung mata Anda pada sisi yang berlawanan.
Kemudian secara perlahan gerakkan jari-jari tangan Anda yang digoyang goyangkan dari daerah defek ke
arah daerah yang penglihatannya lebih baik;
perhatikan, di daerah mana pasien pertama-tama bereaksi. Ulangi pengujian
ini pada beberapa level untuk menentukan batas defek.
Defek temporal pada lapang pandang salah satu mata menunjukkan defek
nasal pada mata yang lain. Untuk menguji hipotesis ini, periksa mata yang lain
dengan cara yang sama, yaitu dengan menggerakkan sekali lagi jari-jari
tangan dari daerah yang diperkirakan mengalami defek ke arah daerah yang
penglihatannya lebih baik.

Defek lapang pandang yang kecil dan bintik buta yang melebar memerlukan stimulus
yang lebih halus. Dengan menggunakan objek berwarna merah yang kecil
seperti batang korek api yang kepalanya berwama merah atau penghapus berwarna merah pada ujung pensil,
lakukan pengujian mata satu per satu.
Ketika pasien memandang langsung mata Anda pada sisi yang berlawanan
gerakkan objek tersebut di sekitar lapang pandang. Bintik buta yang normal
dapat ditemukan pada 15" sebelah temporal garis pandangan. (Untuk latihan,
tentukan bintik buta Anda sendiri.)
Posisi don Kesejajaran Kedua Mata.
Berdirilah di depan pasien dan lakukan inspeksi mata untuk melihat posisi dan kesejajaran (alignment) kedua
mata
antara yang satu dan lainnya. jika salah satu atau kedua mata terlihat menonjol,
lakukan pemeriksaan dari sisi atas (lihat hlm. 171).

Alis Mata.
Lakukan inspeksi alis mata dengan memperhatikan kuantitas,
distribusi dan setiap pembentukan skuama pada kulit yang melandasinya.

Kelopak Mata (Palpebra).


Perhatikan posisi kelopak mata terhadap bola mata. Lakukan inspeksi untuk melihat hal-hal berikut ini.
Lebar fisura palpebra
Edema kelopak mata
Wama kelopak mata (misalnya, kemerahan)
Lesi
Keadaan dan arah bulu mata
Kemampuan kelopak mata untuk mengatup sempurna harus dicari, terutama
jika kedua mata mengalami penonjolan abnormal, jika terdapat
paralisis fasialis, atau jika pasien tidak sadar.

Aparatus Lokrimolis.

Secara sepintas, lakukan inspeksi daerah kelenjar


lakrimalis dan sakus lakrimalis untuk menemukan pembengkakan.
Lakukan pemeriksaan untuk menemukan pengeluaran air mata yang berlebihan
atau kekeringan pada mata. Pemeriksaan kekeringan pada mata
mungkin memerlukan pemeriksaan khusus oleh seorang dokter spesialis
mata. Untuk memeriksa obstruksi duktus nasolakrimalis,
Konjungtiva don Sklero. Minta pasien
untuk melihat ke atas sementara
Anda menekan kedua kelopak mata ke
bawah dengan menggunakan ibu jari
tangan sehingga membuat sklera dan
konjungtiva terpajan. Inspeksi sklera
dan konjungtiva palpebralis untuk menilai
warnanya dan perhatikan pola
vaskularisasi terhadap latar belakang
sklera yangberwama putih. Cari setiap
nodulus atau pembengkakan.
Sklera yang berwarna kuning menunjukkan ikterus
|ika Anda ingin melihat mata pasien
secara lebih luas, letakkan ibu jari dan
jari telunjuk Anda pada tulang pipi
dan alis mata, dan kemudian renggangkan
kedua kelopak mata tersebut.
Minta pasien untuk melihat ke samping,
kanan dan kiri, serta ke bawah.
Teknik ini membuat Anda dapat melihat
sklera dan konjungtiva bulbaris
dengan baik, tetapi Anda tidak dapat
melihat konjungtiva kelopak mata atas.
Untuk melihat konjungtiva kelopak
mata atas, Anda harus membalikkan
kelopak mata tersebut
Kornea dan Lensa
. Dengan cahaya yang dipancarkan dari samping, lakukan
inspeksi setiap mata untuk menemukan kekeruhan (opasitas) dan perhatikan
setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terlihat melalui pupil.

lris

Pada saat yang sama, lakukan inspeksi setiap iris. Corak garis pada iris
harus dapat dilihat dengan jelas. Dengan lampu senter yang diarahkan langsung
dari sisi temporaf cari bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial
iris. Karena pada keadaan normal, permukaan iris cukup datar dan membentuk
sudut yang relatif terbuka dengan kornea . penyinaran ini tidak akan menghasilkan bayangan
Pupil.
Lakukan inspeksi 'ukuran, bentuk, dan kesimetrisan kedua pupil. jika
kedua pupil berukuran besar (>5 mm), kecil (<3 mm), atau tidak sama
(anisokoria), ukur pupil tersebut. Kartu dengan lingkaran bulat berwarna
hitam yang memiliki berbagai ukuran akan memudahkan pemeriksaan ini.

Perbedaan ukuran diameter pupil yang kurang dari 0,5 mm (anisokoria) dapat
terlihat pada sekitar 20"/" orcngnormal. Jika reaksi pupilnya normal, anisokoria
tersebut dianggap tidak berbahaya.

Lakukan pemeriksaan reaksi pupil terhadap cahaya. Minta pasien untuk memandang
suatu titik di tempat jauh, dan arahkan cahaya lampu senter Anda
dari samping ke masing-masing pupil secara bergantian. (Pandangan jauh dan
penyinaran dari samping membantu mencegah reaksi dekat.) Lakukan
pemeriksaan untuk menentukan:
Reaksi pupil yang langsung (konstriksi pupil pada mata yang sama)
Reaksi pupil konsensual (konstriksi pupil pada mata yang lain)
Kamar periksa harus selalu digelapkan dan gunakan lampu senter dengan
cahaya yang terang sebelum memutuskan tidak adanya reaksi cahaya.

]ika reaksi terhadap cahaya terganggu atau diragukan lakukan tesreaksi dekat
dengan penerangan ruangan yang normal. Pemeriksaan setiap mata satu per
satu akan memudahkan pemusatan perhatian kita pada reaksi pupil dan tidak
terganggu oleh gerakan ekstraokular. Pertahankan jari tangan Anda atau pensil
yang Anda pegang pada jarak sekitar 10 cm dari mata pasien. Minta pasien
untuk melihat secara bergantian pada pensil dan pada tempat jauh yang
langsung ada di belakangnya. Amati konstriksi pupil ketika mata mencoba melihat dekat
Otot-Otot Elstraokuldr.
Dari jaraksekitar2feet (sekitar0,6meter) langsung di depan pasiern arahkan cahaya lampu senter Anda pada
kedua mata pasien dan minta pasien untuk menatap cahaya tersebut. Lakukan inspeki pantulan
cahaya pada tiap-tiap kornen. Pantulan ini harus terlihat sedikit di sebelah nasal
Tes tutup-buka dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan otot yang
ringan atau laten yang tidak terlihat pada tes lainnya

Kini lakukan pemeriksaan gerakan ekstrrnkular untuk mencari hal-hal berikut ini.
• Gerqkan konjugat normal mata pada setiap arah atau setiap deaiasi dari
keadaan normal
•Nistagmus, yaitu gerakan osilasi halus bola mata yang berirama. Beberapa
gerakan nistagmus pada pandangan lateral yang ekstrim masih berada
dalam batas-batas normal. jika Anda melihat gerakan nistagmus ini,
gerakkanlah jari tangan Anda ke dalam lapang pandang binokular dan
lihatlah kembali.
•Lid lag pada saat mata bergerak dari atas ke bawah
Untuk melakukan pengamatan ini, minta pasien agar mengikuti gerakan jari
tangan atau pensil yang Anda pegang ketika Anda menggerakkannya sesuai
enam arah utama pandangan. Dengan membuat gerakan yang menyerupai
huruf H yang lebar di udara, bimbing pandangan mata pasien
(1) ke sisi paling kanan pasien
(2) ke kanan serta ke atas, dan
(3) ke bawah pada sisi kanan;
(4) tanpa berhenti di tengah, ke sisi paling kiri,
(5) ke kiri serta ke atas,
(6) ke bawah pada sisi kiri.
Berhenti pada saat pasien memandang ke atas dan ke lateral untuk mendeteksi nistagmus.
Gerakkan jari tangan atau pensil Anda pada jarak yang nyaman bagi pasien. Karena orang yang berusia
pertengahan atau lanjut mungkin sulit memfokuskan penglihatannya pada objek
dekat, buatlah jarak yang lebih jauh bagi orang yang berusia menengah ke atas
daripada bagi orang muda.
Sebagian pasien mungkin akan menggerakkan kepala mereka untuk mengikuti gerakan jari tangan Anda. |ika
perlu tahan kepala pasien agar tetap berada dalam posisi garis tengah yang benar.
jika Anda mencurigai kemungkinan lid lag atau hipertiroidisme, minta pasien untuk sekali lagi mengikuti
gerakan jari tangan Anda ketika Anda menggerakkannya secara perlahan dari atas ke bawah pada garis
tengah. Kelopak mata harus agak menutupi iris selama pandangan mata pasien mengikuti Gerakan ini
Terakhir, lakukan tes konvergensi.Minta pasien untuk mengikuti gerakantangan
atau pensil Anda ketika Anda menggerakkannya ke arah pangkal hidung
pasien. Dalam keadaan normaf kedua mata yang mengadakan konvergensi
akan mengikuti gerakan objek tersebut dalam jarak 5 cm hingga 8 cm dari
hidung.
Kini Anda siap untuk melakukan inspeksi diskus optikus dan retino, Anda
harus melihat diskus optikus-struktur berwarna oranye kekuningan hingga
merah muda yang berbentuk oval atau bulat dan mengisi lapang pandang
Anda atau bahkan melebihinya. Hal yang menarik, oftalmoskop akan memperbesar
retina normal hingga sekitar 15 kali dan iris normal hingga sekitar
4 kali. Ukuran sebenarnya diskus optikus adalah sekitar 1,5 mm.
Anamnesis Riwayat Medis
Anamnesis Riwayat Medis
• Sakit kepala
• Perubahan pengelihatan
• Hyperopia, presbyopia, myopia, scotoma
• Pengelihatan ganda (diplopia)
• Gangguan pendengaran, nyeri telinga, tinnitus
• Vertigo
• Epiktasis
• Nyeri tenggorokan, suara parau
• Pembengkakan kelenjar
• Goiter
Cephalgia
• Keluhan yang sangat sering dijumpai
• Anamnesis sangat penting untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap, seperti:
• Bilateral atau Unilateral
• Persisten atau berdenyut
• Terus menerus atau hilang timbul
• Meminta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri kepala
• Anamnesis terpenting adalah POLA KRONOLOGIS dan TINGKAT KEPARAHAN
• Kronis atau akut
• Terdapat perubahan pola nyeri kepala
• Sering berulang
• Adanya progresifitas nyeri atau tidak ada perubahan
• Dipengaruhi posisi kepala
• Anamnesis keluhan penyerta:
• Naussea
• Vomitus
• Defisit neurologis
Mata
• Anamnesis sangat penting untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap, seperti:
• Keluhan sekarang
• Onset nya mendadak atau berangsur angsur
• Faktor yang memperberat (cont: dipengaruhi oleh peningkatan daya akomodasi)
• Terdapat gangguan pada lapang pandang
• Keseluruhan
• Sebagian
• Tengah / Tepi / terjadi hanya pada satu mata
• Riwayat pemakaian kacamata sebelumnya
Mata
• Anamnesis sangat penting untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap, seperti:
• Keluhan sekarang
• Onset nya mendadak atau berangsur angsur
• Faktor yang memperberat (cont: dipengaruhi oleh peningkatan daya akomodasi)
• Terdapat gangguan pada lapang pandang
• Keseluruhan
• Sebagian
• Tengah / Tepi / terjadi hanya pada satu mata
• Riwayat pemakaian kacamata sebelumnya
• Ada atau tidaknya floaters
• Riwayat melihat kilatan cahaya
• Nyeri pada daerah sekitar mata
• Kemerahan pada mata
• Lakrimasi berlebihan
Px mata diplopia
• Pengecekan keluhan diplopia atau penglihatan ganda.
• Bila ada, kedua bayangannya berseblahan (diplopia horizontal) atau saling bertumpuk
(diplopia vertikal).
• Cara pemeriksaanya: acungkan satu jari tangan anda sekitar 6 inci di depan wajah anda
sementara tumpukan jari lainnya seajuh Panjang lengan.
Telinga
• Riwayat penyakit yang terjadi di telinga sebelumnya
• Terjadi unilateral atau bilateral
• Mendadak atau progresif
• Keluhan yang menyertai gangguan pendengaran : Nyeri telinga atau vertigo
• Demam, sakit tenggorok, batuk dan infeksi ISPA.
• Sekret yang keluar dari dalam telinga
• Riwayat vertigo
• Riwayat tinnitus

Cara membedakan apakah dia GG. Pendengaran tipe CHL atau SNHL dengan anamnesis, yaitu:
•Apakah pasien memiliki kesulitan tertentu ketika memahami pembicaraan orang lain?
•Adakah perbedaan yang terjadi bila pasien berada di lingkungan yang berisik?

Pasien dengan SNHL seringkali kesulitan untuk memahami kata – kata dan sering mengeluh bahwa lawan
bicaranya bergumam dan lingkungan yang berisik membuat gangguan pendengarannya semakin parah

Sedangkan pasien CHL, pendengarannya justru membaik pada lingkungan yang berisik
Hidung dan Sinus
• Riwayat rhinorrhea: pengeluaran sekret dari dalam hidung dan sering terjadi dengan kongesti
nasal
• Anamnesis yang perlu ditanyakan :
• Onset
• Faktor yang memperberat dan memperingan
• Riwayat obat – obatan yang telah diminum (Dosis, merk, dan efek obat pada pasien)
• Terdapat rasa nyeri tekan pada daerah wajah tertentu
• Terdapat nyeri kepala
• Demam
• Riwayat epitaksis
• Identifikasi sumber perdarahan: posterior atau anterior
• Riwayat epitaksis berulang
• Terdapat gejala memar atau mudah berdarah di daerah lain
Mulut, Tenggorok, Leher
• Nyeri tenggorokan:
• Lidah terasa nyeri ( Sore Tongue)  lesi fokal atau penyakit sistemik
• Perdarahan dari gusi ( Gum Bleeding) adakah lesi local dan kecenderungan mengalami
perdarahan atau memar pada bagian tubuh yang lain.
• Suara Parau (Hoarseness)  adakah penggunaan suara yang berlebihan, reaksi alergi, Riwayat
merokok atau iritan yang terhirup lainnya.
• Pembesaran kelenjar atau benjolan pada leher
• Pembesaran kelenjar Tiroid  pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid, adakah intoleransi
terhadap premature dan gejala perspirasi
PENYULUHAN DAN KONSELING
KESEHATAN
• Perubahan Penglihatan : Katarak , degenerasi macula, glaucoma
Untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi defek visual  kartu Snellen
Pemeriksaan lensa dan fundus okuli  menemukan kekeruhan lensa (katarak)
bintik bintik pada macula
variasi pada pigmentasi retina
eksudasi atau perdarahan dibawah retina
perubahan ukuran serta warna pada papilla N II
TEKNIK PEMERIKSAAN
• Kepala

1. Rambut  Kuantitas, distribusi, tekstur, pola kerontokan rambut jika ada, Ketombe
2. Kulit Kepala  skuama (sisik), benjoaln, nervus atau lesi
PENYULUHAN DAN KONSELING
KESEHATAN
• Gangguan Pendengaran
Kuesioner dan audioskop yang portable cukup membantu dalam skrining berkala

• Kesehatan mulut
Pemeriksaan skrining yang efektif dimulai dengan pemeriksaan mulut secara seksama.
inspeksi rongga mulut  gigi karies atau tanggal, inflamasi gingiva, perdarahan,pus,napas bau
inspeksi membrane mukosa, palatum, dasar mulut, permukaan lidah untuk mendapatkan
ulkus dan leukoplakia ( tanda-tanda peringatan kanker mulut dan HIV)
Edukasi penggunaan pasta gigi mengandung fluoride, dental floss serta control dokter gigi tiap
6 bulan sekali
Cara membuat Laporan

Kepala-Tulang tengkorak normosefalik/atraumatik iNS/AT). Rambut dengan


teksur rata-rata. Mata - Ketajaman visus 20/20 bilateral. Sklera putih, konjungtiva
merah muda. Kedua pupil berukuran 4 mm yang bila dalam keadaan konsriki
berukuran 2 mm, berbentuk bulat, isokor dan bereaksi positifterhadap cahaya serta
akomodasi. Tepi diskus opikus taiam; tidak tampak perdarahan atau eksudar, tidak
tampak penyempitan arteriole. Te/inga*Ketajaman pendengaran baik terhadap suara
bisikan. Flembran timpani (MT) terlihat dengan cone of tightyangnyata. Hasil tes
Weber pada garis tengah. Hantaran udara > hantaran tulang. Hidung-Mukosa nasal
merah muda, septum pada garis tengah, tidak ada nyeri tekan di daerah sinus.
Tenggorok (otau Mulut)-Mukosa oral merah muda, gigi-geligi tampak baik, faring tanpa
eksudat.
Leher-trakea pada garis tengah. Leher teraba supel (lemas); ismus tiroid teraba, lobus
tidak teraba.
Kelenjor lrmfe- Tidak ditemukan adenopati seruikal, aksiler, epitroklear, inguinal.
Telinga
Aurikulus
Lakukan inspeksi setiap aurikulus (daun
telinga)
dan jaringan di sekitarnya untuk
menemukan deformitas, benjolan, atau
lesi kulit.

jika pada telinga terdapat rasa nyeri,


pengeluaran sekret, atau inflamasi, tarik
aurikulus ke atas dan ke bawah
menekan tragus dan menekan dengan
kuat daerah tepat di belakang daun
telinga tersebut.
Kanalis Auditorius dan Membran Timpani
•Gunakan otoskop dengan spekulum telinga berukuran paling besar
yang dapat masuk ke dalam kanalis auditoris

•Perhatikan setiap sekret yang ada, benda asing, kemerahan atau


pembengkakan. Serumen yang ada, warna dan konsistensi
•inspeksi membrnn timpani, perhatikan warna dan konturnya. Cone of
light akan membantu untuk mengenali arah

•Lihat membran timpani termasuk pars flasida yang berada di sebelah


atas (superior) dan margo pars tensa. Cari setiap perforasi yang
mungkin ada.

•Mobilitas membran timpani dapat dievaluasi dengan otoskop


pneumatik
Ketajaman Pendengaran (Akuitas Auditorius)
• Untuk memperkirakan kemampuan pendengaran, lakukan pengujian pada setiap telinga
satu per satu.

• Bunyi yang ditimbulkan akan membantu mencegah agar telinga yang tersumbat tidak
melakukan pekerjaan dari telinga yang hendak Anda periksa. Kemudian berdiri 1 atau 2
kaki dari pasien dan berbisik dengan perlahan-lahan ke arah telinga yang tidak tersumbat.

• Pilih bilangan atau kata-kata dengan dua suku kata yang beraksen sama seperti "dua tiga"
atau "sepak bola." ]ika perlu, tingkatkan intensitas suara hingga bisikan sedang, bisikan
keras, dan kemudian suara yang perlahan sedang, dan keras.

• Untuk memastikan pasien tidak membaca gerak bibir Anda, tutupi mulut Anda atau
halangi penglihatan pasien.
Hantaran Udara dan Tulang
• ika pendengaran berkurang, bedakan antara gangguan pendengaran
konduktif, dan sensorineural. Anda memerlukan kamar periksa yang sunyi
dan sebuah garpu tala 572 Hz atau 1024 Hz.

• Garpu tala dengan nada yang lebih rendah dapat menghasilkan perkiraran
yang berlebihan pada hantaran tulang dan dapat juga dirasakan sebagai
getaran

• Getarkan garpu tala untuk menghasilkan vibrasi ringan dengan


mengetukkannya secara cepat antara ibu jari dan jari telunjuk Anda atau
dengan mengetukkannya pada buku-buku jari tangan Anda.
• Tes untuk lateralisasi (tes Weber).

Letakkan ujung tangkai garpu tala yang bergetar ringan tersebut


pada puncak kepala pasien. Normalnya bunyi akan terdengar
pada garis tengah atau sama kerasnya pada kedua telinga.

• Membandingkan hantaran udara dengan hantaran


tulang (tes Rinne).

Letakkan ujung tangkai garpu tala yang bergetar ringan tersebut


pada tulang mastoideus. Ketika pasien sudah tidak lagi
mendengar bunyinya, cepat-cepat tempatkan garpu tala
tersebut di dekat saluran telinga dan pastikanlah apakah
bunyinya dapat didengar kembali. Normalnya, bandingkan
bunyi akan terdengar lebih lama lewat hantaran udara dilewat
hantaran tulang (AC > BC)
Hidung dan Sinus Paranasal
• lnspeksi permukaan anterior dan inferior hidung.Dengan bantuan lampu senter kecil
(penlight) atau cahaya otoskop, dapat dilihat sebagian pemandangan setiap
vestibulum hidung. Perhatikan setiap ketidaksimetrisan atau deformitas pada
hidung.

• Tes Obstruksi Nasal, jika diperlukan, dilakukan dengan menekan kedua cuping
hidung secara bergantian dan meminta kepada pasien untuk menarik napas.

• Inspeksi bagian dalam rongga hidung dengan alat otoskop dan spekulum telinga
yang terbesar. Dengan mengarahkan spekulum ke posterior, kemudian ke atas
melalui beberapa langkah kecil coba untuk melihat konka inferior dan media,
septum nasi, dan saluran hidung yang sempit antara kedua struktur ini. Beberapa
keadaan asimetris pada kedua sisi tersebut merupakan hal yang normal.
Perhatikan

•Mukosa hidung yang menutupi septum dan konka nasalis. Perhatikan warnanya dan
setiap pembengkakar; perdarahan atau eksudat. Jika terdapat eksudat, perhatikanlah
karakternya: jernih, mukopurulen atau purulen.

•Septum nasi (sekat rongga hidung). Perhatikan setiap deviasi, inflamasi atau perforasi
pada septum nasi. Bagian anterior bawah septum merupakan daerah yang sering
menjadi sumber epistaksis (mimisan).

•Setiap abnormalitas seperti ulkus atau polip

•Palpasi untuk menemukan nyeri tekan pada sinus. Tekan daerah sinus frontalis dari
sebelah bawah alis mata dengan menghindari penekanan pada bola mata. Kemudiary
tekan daerah sinus msksilaris.
Mulut dan Faring
Bila Anda menemukan kecurigaan nodulus atau ulkus, kenakan
sarung tangan dan lakukan palpasi lesi, tenitama dengan
memperhatikan penebalan atau infiltrasi jaringan yang dapat
menunjukfan malignansi.

Lakukan inspeksi berikut ini.

•Bibir. Amati warna dan kelembapannya, dan perhatikan setiap


benjolary ulkus, fisura, atau pembenfukan skuama.

•Mukosa Oral. inspeksi mukosa oral untuk menentukan wamanya,


adanya ulkus, bercak putih (leukoplakia), dan nodulus. Garis putih
berombak pada mukosa pipi ini terjadi pada tempat pertemuan gigi
atas dan bawah. Iritasi akibat mengisap atau mengunyah dapat
menyebabkan garis tersebut atau membuatnya bertambah tebal.
• Gusi dan Gigi. Perhatikan warna gusi yang normalnya merah muda. Dapat ditemukan
bercak kecokelatan.

• Lakukan inspeksi bagian tepi gusi (margo gingiva) dan papila interdental untuk
menemukan pembengkakan atau ulserasi.

• Lakukan inspeksi gigi. Apakah ada gigi yang tanggar, berubah wama, berubah bentuk
atau terletak pada posisi yang abnoimup A.rdu dapat mengecek gigi yang goyah
dengan ibu jari dan jari telunjuk.

• Atap Mulut. Lakukan inspeksi untuk melihat warna dan arsitektur palatum durum

• Lidah dan Dasar Mulut. Minta pasien untuk menjulurkan lidah. Lakukan inspeksi lidah
untuk menentukan kesimetrisannya-tes untuk memeriksa nervus hipoglosus (Nervus
Kranialis XII).
Faring. Minta pasien untuk mengucapkan "ah" atau menguap untuk melihat
faring dengan baik. jika tidak, tekan bagian tengah lidah yang melengkung itu
dengan spatel lidah-yang diletakkan cukup posterior untuk dapat melihat
faring dengan baik. Pada saat yang sama minta pasien untuk mengucapkart
“ah" atau menguap. Perhatikan gerakan naik palatum mole-yang merupakan
tes untuk memeriksa Nervus Vagus.

Lakukan inspeksi palatum mole, pilar anterior serta posterior, uvula kedua
tonsil dan daerah faring. Perhatikan warna serta kesimetrisannya, dan cari
eksudat pembengkakan, ulserasi, atau pembesaran tonsil. Tonsil memiliki
kripta atau lipatan epitel skuamosa yang dalam. Bintik-bintik normal eksfoliasi
epitel yang berwama putih terkadang ditemukan dalam kripta ini.
Leher
Inspeksi leher dengan memperhatikan kesimetrisannya dan setiap massa
atau jaringan parut yang ada. Cari pembesaran kelenjar ludah parotis
atau submandibular dan perhatikan setiap nodus limfatikus yang terlihat.

Nodus Limfotikus (Ketenjar Limfe).


Lakukan palpasi nodus limfatikus. Biasanya Anda dapat memeriksa kedua
sisi leher dalam satu pemeriksaan. Namun untuk memeriksa nodus
limfatikus submental, tindakan palpasi dengan tangan yang satu
sementara bagian puncak kepala pasien ditahan dengan tangan lainnya
merupakan manuver yang akan membantu pemeriksaan ini.
Raba nodus limfatikus berikut ini becara berurutan.
1.Preaurikular- di depan telinga
2.Aurikular posterior - superfi sial prosesus mastoideus
3.Oksipital-pada basis kranii di sebelah posterior
4.Tonsilar - pada angulus mandibula
5.Submandibular-pada titik tengah garis yang menghubungkan angulus
(sudut) mandibula dengan ujung mandibula.
6.Submental-pada garis tengah beberapa sentimeter di belakang ujung
mandibula.
7.Servikal superfisial-superfisial mu skulus sternomastoideus Servikal
posterior-di sepanjang tepi anterior muskulus trapezius
8.Rangkaian servikal profunda terletak dalam pada daerah sternomastoideus.
9.Supraklavikular-terletak dalam pada sudut yang dibentuk oleh tulang
klavikula dan muskulus sternomastoideus
• Perhatikan ukuran nodus limfatikus, bentuk, batas (diskrit atau menyatu), mobilitas,
konsistensi, dan setiap nyeri tekan yang ditemukan.

• Palpasi nodus limfatikus preaurikular dengan melakukan gerakan berputar yang hati-
hati. Kemudian, lakukan pemeriksaan terhadap nodus limfatikus aurikular, posterior dan
oksipital.

• Palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior (anterior ceruiccrl
chain) yang lokasinya di sebelah anterior dan superfisial muskulus sternomastoideus.

• Kemudiary lakukan palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal posterior
(posterior ceraical chain) di sepanjang muskulus trapezius (tepi anterior) dan muskulus
sternomastoideus (tepi posterior).

• Lakukan pemeriksaan nodus limfatikus supraklavikular pada sudut di antara tulang


klavikula dan muskulus stetnomastoideus.
Trakea dan Kelenjor Tiroid
Lakukan inspeksi leher untuk meraba kelenjar tiroid
inspeksi pada daerah di bawah kartilago krikoidea
untuk mencari kelenjar tiroid. Garis-bentuk bayangan
tepi-bawah setiap kelenjar tiroid.

Minta pasien untuk minum sedikit air dan


mengekstensikan kembali lehernya serta menelan air
tersebut. Amati gerakan kelenjar tiroid ke atas
dengan mrmperhatikan kontur dan kesimetrisannya.
Kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan kelenjar
tiroid semuanya akan bergerak naik ketika pasien
menelan dan. kemudian kembali ke posisi diam.
Arteri Karotis dan Veno lugularis
Lihat vena jugularis dapat terlihat dalam posisi duduk dan waspada terhadap
pulsasi arteri yang menonjol serta tidak lazim dijumpai.

Teknik Khusus

Untuk Memeriksa Mata yang Menonjol. Lakukan inspeksi mata yang menonjol
secara abnormal dari sebelah atas. Berdiri di belakang pasien yang sedang duduk,
tarik kelopak mata atasnya dengan hati-hati ke arah atas dan kemudian
bandingkan posisi kedua mata serta perhatikan hubungan kornea dengan kelopak
mata bawah. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan alat eksoftalmometer,
untuk mengukur penonjolan bola mata dari samping.

Untuk Obstruksi Duktus Nosolokri malis


Tes ini akan membantu mengenali penyebab lakrimasi yang berlebihan. Minta
pasien untuk melihat ke atas. Lakukan penekanan pada kelopak mata bawah di
dekat kantus medialis yang letaknya tepat di sebelah dalam bingkai tulang orbit.
Cari cairan yang mengalir balik (regurgitasi) dari pungtum lakrimalis ke dalam
mata.
Untuk lnspeksi Konjungtiva Palpebro Superio

Ikuti langkah-langkah berikut ini.


•lnstruksikan kepada pasien untuk melihat ke bawah. Naikkan sedikit
kelopak mata atas agar bulu mata menonjol keluar, dan kemudian
pegang bulu mata atas tersebut serta tarik dengan hati-hati ke bawah
dan ke depan.

•Letakkan sebilah kayu kecil seperti aplikator atau spatel lidah dengan
jarak sedikitnya 1 cm di atas margo palpebra Dorong bilah kayu ke
bawah ketika Anda menarik margo palpebra ke atas dan dengan
tindakan ini, Anda membalikkan kelopak mata atau memutar "bagian
dalam kelopak mata ke luar.

•Tahan bulu mata atas pada bagian alis mata dengan ibu jari Anda dan
lakukan inspeksi konjungtiva palpebra. Sesudah selesai melakukan
inspeksi, pegang bulu mata atas dan tarik dengan hati-hati ke bawah.
Tes Senter yang Digerakan
Tes ini menentukan apakah penurunan penglihatan itu
disebabkan oleh kelainan okular ataukah oleh kelainan nervus
optikus. Dengan ruangan yang penerangannya digelapkan,
perhatikan ukuran pupil. Gerakkan cahaya penlight Anda
secara berpindah-pindah dari pupil yang ke mata lainnya dan
setiap kali menyenteri pupil, fokuskan perhatian Anda kepada
ukuran serta reaksi pupil pada mata yang disinari. Dalam
keadaan normaf setiap mata yang disinari akan mengalami
konstriksi secara cepat. Mata lainnya juga mengalami
konstriksi secara konsensual

Pada penyakit okular seperti katarak, gangguan penglihatan


kedua pupil tetap bereaksi secara normal.
Transiluminosi Sinus

Penerangan pada ruang periksa harus dimatikan sampai benar-benar


gelap. Dengan sumber cahaya yang kuat dan tipis, tempelkan ujung sinus
frontal, namun dapat juga lampu penlight dengan erat di bawah setiap alis
mata dekat dengan hidung. sebagai akibat dari tidak Tutupi pancaran
sinamya dengan tangan Anda. Cari berkas cahaya merah terbentuknya
satu atau kedua yang ditransmisikan lewat sinus frontalis yang berisi udara
tersebut ke dahi

Minta pasien untuk mendongakkan kepala seraya membuka mulutnya


lebar- lebar. Arahkan cahaya penlight Anda ke bawah dari daerah tepat di
bawah permukaan dalam setiap mata. Kemudian, lihat palatum durum
melalui mulut yang terbuka. Cahaya kemerahan pada palatum durum
menunjukkan sinus maksilaris
Thanks
Add your text

Anda mungkin juga menyukai