Anda di halaman 1dari 25

Kajian Kelayakan

Usaha

kegiatan untuk menilai


sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu
kegiatan usaha
MANFAAT

 1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan kemanfaatan paling


besar atau paling layak untuk dilaksanakan.

 2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah kerugian.

 3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usaha akan
memudahkan dalam menyusun perencanaan usaha (business plan).

 4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga desa dalam
mengelola usaha ekonomi secara rasional dan modern.

 5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang dapat menarik warga
desa dan pihak lain untuk men-dukung pengembangan usaha. Misalnya,
warga desa atau lembaga keuangan (bank) tertarik menanamkan modal
atau meminjamkan uang untuk mendukung pengembangan usaha yang
dilakukan BUM Desa.
Tujuan dilakukan Kajian
Kelayakan Usaha meliputi:
 Memperhitungkan keadaan internal desa (potensi de­sa dan kebutuhan
masyarakat) dan eksternal desa (pe-luang dan ancaman pengembangan usaha)
sebagai acuan dalam perencanaan usaha ekonomi desa,

 Memantapkan gagasan usaha ekonomi, Kelayakan Usaha BUM Desa 3

Merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM), teruta-ma untuk menyiapkan orang-


orang yang berkualitas sebagai pengelola unit usaha,

 Merancang organisasi unit usaha,

 Memperhitungkan peluang dan risiko usaha,

 Menentukan jenis usaha yang memungkinkan dan me­nguntungkan­untuk


dijalankan.
Aspek Apa yang Perlu Dikaji untuk Menentu-kan
Kelayakan Usaha?
 Aspek Pasar dan Pemasaran

 Aspek Teknis dan Teknologi

 Aspek Manajemen dan SDM

 Aspek Keuangan

 Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan

 Aspek Hukum (Yuridis)
ASPEK KEUANGAN

 Kajian aspek keuangan untuk menentu-kan rencana investasi melalui


perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan
antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang
telah ditentukan
 dan menilai apakah usaha akan dapat berlanjut.

 Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk mengetahui­perkiraan
pendanaan dan aliran kas dari renca­na usaha, sehingga dapat diketahui layak
atau tidaknya suatu­unit usaha BUM Desa dijalankan.

 Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:

 kebutuhan dana serta sumbernya,
 aliran kas,
 perkiraan laba-rugi, dan
 penilaian investasi rencana usaha.

Perhitungan (Modal Awal) Unit Usaha Pengelolaan Air Minum
BUM Desa “GANTING”
NO URAIAN VOLUME SATU- HARGA JUMLAH
AN SATUAN

A. BIAYA INVESTASI TANAH dan BANGUNAN:

1. Tanah *)

2. Bangunan **)

TOTAL INVESTASI TANAH & BANGUNAN

B. BELANJA PERALATAN INSTALASI AIR:

1. Meteran air 400 buah 75,000 30,000,000

2. Pipa type AW 204 batang 15,000 3,060,000

3. Sambungan L 1,600 buah 2,000 3,200,000

4. Double Neppel 800 buah 5,000 4,000,000

5. Stop kran 400 buah 35,000 14,000,000

TOTAL BIAYA PERALATAN (A) 54,260,000


C. BELANJA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANSPOR-
TASI:

6. Lem 5 buah 6,000 30,000

7. Plester pipa 10 buah 3,000 30,000

8. Semen 10 zak 40,000 400,000

9. Pasir 6 m3 180,000 1,080,000

10. Biaya pemasangan (instalasi) 400 buah 20,000 8,000,000

11. Biaya transportasi 5 kali 200,000 1,000,000

TOTAL BIAYA BAHAN, PEMASANGAN dan TRANS- 10,540,000


PORTASI (B)

D. BELANJA PERLENGKAPAN KANTOR:

13. Kursi 3 buah 100,000 300,000

12. Komputer 1 set 5,000,000 5,000,000

14. Meja 3 buah 300,000 900,000

15. Almari arsip 1 buah 500,000 500,000

TOTAL BIAYA PERLENGKAPAN KANTOR (C) 6,700,000

E. BIAYA LAINNYA:
16. Biaya rapat-rapat (termasuk Musdes) 1 paket 2,050,000 2,050,000
17. Biaya pelatihan peningkatan kapasitas pengelola 1 paket 1,400,000 1,400,000
TOTAL BIAYA LAINNYA (D) 3,450,000

TOTAL INVESTASI (A+B+C+D+E) 76,450,000


Jumlah Dana yang diperlukan untuk Investasi dan
Modal Kerja Unit Usaha Pengelolaan Air Minum BUM
Desa
NO KLASIFIKASI MODAL SUMBER dan JUMLAH DANA
JUMLAH
Pem. Desa Pem. Kab Pem. Prov Lainnya

A. INVESTASI

1. Tanah dan Bangunan 1,500,000 - - - 1,500,000

2. Peralatan - 54,260,000 - - 54,260,000

3. Bahan, Pemasangan, Transport - 10,540,000 - - 10,540,000

4. Perlengkapan Kantor - 6,700,000 - - 6,700,000

5. Biaya lainnya - 3,450,000 - - 3,450,000

B. MODAL KERJA

1. ATK - 250,000 - - 250,000

2. Insentif Pengelola - 7,920,000 - - 7,920,000

3. Biaya lainnya - - - - -

TOTAL MODAL 84,620,000


Perhitungan Biaya Penyusutan Investasi Unit Usaha
JENIS HARTA UMUR BIAYA PENYU-
NO HARGA
TETAP EKONOMIS SUTAN/TH

1. Meteran air 30,000,000 12 tahun 2,500,000

2. Pipa type AW 3,060,000 12 tahun 255,000

3. Sambungan L 3,200,000 12 tahun 266,667

4. Double Neppel 4,000,000 12 tahun 333,333

5. Stop kran 14,000,000 5 tahun 2,800,000

6. Komputer 5,000,000 5 tahun 1,000,000

7. Kursi 300,000 12 tahun 25,000

8. Meja 900,000 12 tahun 75,000

9. Almari arsip 500,000 12 tahun 41,667

TOTAL 60,960,000 7,296,667


 Perkiraan Arus Kas

 Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitungan­terhadap arus/aliran kas (cash flow)
penting dilakukan ka­rena­laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan­kas masuk bersih.
Bagi pengelola keuangan, kas bersih­justru­lebih penting untuk diketahui, karena hanya de­ngan
kas bersih ini perusahaan (BUM Desa) dapat melak­sanakan pembayaran­kewajiban keuangannya.

 Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peristiwa, yaitu arus kas masuk dan arus kas
keluar. Bagian arus kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang ber­asal dari hasil
transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai barang,­uang persewaan yang diterima, penerimaan
uang cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak lain, penerimaan bunga simpanan
uang dari bank, dan se-bagainya. Sedangkan bagian arus kas keluar mencatat se-mua
pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar pegawai, pengadaan bahan baku, membeli
bahan bakar, membayar pajak, membayar bunga bank, menambah in-vestasi, dan sebagainya
 Penyusunan perkiraan arus kas digambarkan sebagai­mana contoh pada Tabel 5. Contoh tersebut
diambil dari data kajian kelayakan kegiatan usaha pengelolaan air BUM Desa “GANTING” yang
telah dimodifikasi oleh penulis. Da­ta aslinya, arus kas dihitung dalam satuan waktu bulan dan oleh
penulis dikonversi ke dalam satuan tahun. Jumlah pelanggan diproyeksikan (diperkirakan)
sebanyak 400 pe­langgan. Harga pemakaian air ditentukan sebesar Rp. 250/ m3 ditambah uang
infak per pelanggan sebesar Rp. 500/ bulan. Rata-rata penggunaan air diproyeksikan sebanyak 25
m3/bln/pelanggan. Dengan demikian rata-rata penda-patan kotor per bulan yang diterima oleh
BUM Desa “GAN-TING” dari seluruh pelanggan air sebesar

 (400 X 25 X Rp. 250) + (400 X Rp. 500)
 Rp. 2.700.000.
 Pendapatan kotor per tahun sebesar
 = Rp. 2.700.000 X 12 = Rp. 32.400.000.
Perkiraan Arus Kas Unit Usaha Pengelolaan Air Minum
BUM Desa
TAHUN KE:
NO URAIAN
1 2 3 4 5

A. ARUS KAS MASUK

1. Penerimaan infak dan biaya 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000


pemakaian air

2. Lain-lain - - - - -

TOTAL ARUS KAS MASUK (A) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

B. ARUS KAS KELUAR

1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000

2. Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000

3. Bunga bank - - - - -

4. Pajak - - - - -

5. Lain-lain - - - - -

TOTAL ARUS KAS KELUAR (B) 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000 8,170,000

ARUS KAS BERSIH ( A – B ) 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000 24,230,000


TAHUN KE
NO URAIAN
1 2 3 4 5
A. PENJUALAN 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

B. BIAYA POKOK PRODUKSI *)


1. Bahan Baku - - - - -
2. Upah Tenaga Kerja - - - - -
3. Biaya Umum Pabrik - - - - -
C. LABA KOTOR ( A – B ) 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000 32,400,000

D. BIAYA USAHA
1. ATK 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
2. Gaji/Insentif Pengelola 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000 7,920,000
3. Biaya promosi - - - - -
4. Biaya Penyusutan 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667 7,296,667
5. Lain-lain - - - - -
Total Biaya Usaha 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667 15,466,667

E. LABA USAHA (C – D) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333

F. BUNGA - - - - -

G. LABA SEBELUM PAJAK (E-F ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333

H. PAJAK - - - - -

I. LABA BERSIH (G – H ) 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333 16,933,333


 Penilaian Investasi

 Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usul­an rencana usaha yang ternyata layak
untuk dijalankan, se-dangkan dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu dicari jalan keluar.
Salah satunya adalah dengan melaku-kan urutan prioritas terhadap usulan-usulan bisnis itu. Un-
tuk melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis urutan prioritas adalah sebagai
berikut.

 Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)

 Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum. Ketika seorang pemilik modal ditawari
untuk me­la­kukan­investasi (modal) usaha maka ia akan berta­nya “Berapa lama modal saya
akan kembali?” Dalam manajemen keuangan hal itu dikenal dengan sebutan payback period,
yaitu suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan aliran kas. Cara perhitungannya seder-hana, sbb.:

 Rumus:

 Pay Back Period

◦ (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1 tahun
 Kriteria penilaian:

 Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari mak-simum Pay Back Period yang dapat
diterima, maka usulan investasi dapat diterima. Misalnya kita mensya­ratkan Pay Back Period
maksimum yang dapat dite­rima­adalah 5 tahun, sedangkan hasil perhitungan menunjukkan 4
tahun, maka usulan investasi tersebut DITERIMA

 Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun mempunyai kelemahan. Kelemahan
utamanya yaitu periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai uang dalam periode
mendatang. Selain itu juga tidak mem-perhatikan aliran kas masuk setelah modal kembali. Jadi
pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung metode lain yang lebih baik.

 Contoh:

 Investasi Awal unit usaha pengelolaan air BUM Desa “GANTING” adalah sebesar Rp.
76.450.000,- (lihat Tabel 1), dan Arus Kas Masuk Bersih sebesar Rp. 24.230.000,-. Berdasarkan
data ini, dapat diperhi-tungkan Pay Back Period-nya sebagai berikut.

 Payback Period = (76,450,000 / 24,230,000) X 1 ta-hun


 = 3,16 tahun atau 3 tahun lebih 2 bulan.

 Hasil perhitungan tersebut diatas menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk kembali
modal adalah selama 3 tahun lebih 2 bulan. Jika batasan periode waktu kembali modal yang
dapat diterima adalah 5 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan usa-ha pengelolaan air
BUM Desa “GANTING” dinyatakan layak untuk direalisasikan, karena modal yang dita­namkan
akan kembali dalam waktu yang lebih cepat dari waktu maksimum yang dapat diterima.


 Metode Net Present Value (NPV)

 Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara biaya investasi dengan nilai sekarang dengan peneri­
maan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan da­tang.
Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentu-kan tingkat bunga yang berlaku.





 Keterangan:

 AKt = aliran kas per tahun pada periode t Io = investasi awal pada tahun ke-0

 = suku bunga (discount rate) à biasanya suku bunga sertifikat Bank Indonesia atau bunga de-posito digunakan
sebagai acuan

 Kriteria penilaian:

 jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha diteri-ma

 jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak

 jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun usulan rencana usaha diterima ataupun ditolak.

Perhitungan NPV Arus Kas Bersih untuk Unit Usaha
Pengelolaan­Air Minum BUM Des
DISCOUNT
TH PRESENT
URAIAN ALIRAN KAS RATE
ke VALUE
(b=7%)

0 Investasi Awal -74,950,000 1 -74,950,000

1 Arus kas bersih tahun ke-1 24,230,000 0.93457944 22,644,860

2 Arus kasbersih tahun ke-2 24,230,000 0.87343873 21,163,420

3 Arus kasbersih tahun ke-3 24,230,000 0.81629788 19,778,898

4 Arus kas bersih tahun ke-4 24,230,000 0.76289521 18,484,951

5 Arus kas bersih tahun ke-5 24,230,000 0.71298618 17,275,655

NPV 22,897,784

Berdasarkan contoh perhitungan NPV tersebut di atas, maka


dapat disimpulkan bahwa rencana kegiatan usaha
pengelolaan air BUM Desa “GANTING” layak untuk di-
jalankan, karena NPV = Rp. 22.897.784,-. Berarti NPV> 0
(bernilai positif)
 Metode Profitability Index (PI)

 Profitability Index (indeks untuk dapat untung) me­rupakan­metode untuk menghitung perbandingan an­tara nilai
arus kas bersih yang akan datang dengan nilai investasi yang sekarang. Jadi profitability index
 dapat dihitung dengan membandingkan antara Pre-sent Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.

 Rumus:

 PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar Kriteria Penilaian:
 — jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan menguntungkan;

 — jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak menguntungkan.

 Contoh :

 Dengan menggunakan nilai Present Value yang tercan-tum pada Tabel 7, kita dapat dengan mudah menghi-tung
Profitability Index.

 Caranya: PV untuk arus kas bersih tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 dijumlahkan, kemudian hasil pen-jumlahannya
dibagi dengan PV investasi awal. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

 PI = Rp 99.347.784,- / Rp 76.450.000,-= 1,30
 Kesimpulan:

 Kegiatan usaha pengelolaan air BUM Desa “GAN­TING” jika dijalankan akan memperoleh untung/laba, karena PI = 1,30. Berarti PI > 1.
 Break Even Point (Titik Impas)

 Analisis break even point atau titik impas digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa faktor di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau
tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dike-luarkan, serta pendapatan
yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasi
merupakan pengeluaran un-tuk kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas
dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap).

 Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik atau turunnya produksi
yang dihasilkan. Contoh: gaji pengurus/pengelola BUM Desa, biaya rapat, biaya
penyusutan, bunga bank, dan lain-lain.

 Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubah­an tingkat produksi. Contoh: biaya untuk membeli ba-han
baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya
 pemasaran,­biaya tenaga kerja langsung, dan seba-gainya.


 Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang menunjukkan Total
Pendapatan sama dengan Total Biaya.

 Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual dikalikan harga satuan
barang, sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya variabel­. Rumus BEP adalah sebagai berikut:

 BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel Rata-Rata)

 Biaya tetap pengelolaan air BUM Desa “GANTING” sebesar Rp. 8.170.000,- per tahun atau Rp.
680.833,-per bulan. Biaya tetap ini untuk membayar ATK dan gaji/tunjangan pengurus dan
pengelola. Biaya varia-belnya Rp. 0,- karena produksi air tidak menggunakan mesin (tinggal
mengalirkan saja melalui perpipaan) dan tidak ada biaya tenaga kerja langsung. Jumlah
pelanggannya sebanyak 400 rumahtangga. Berarti Bi-aya Tetap per pelanggan per bulan = Rp.
680.833,- : 400 = Rp. 1.702. Harga jual per M3 sebesar Rp. 250,-. Berdasarkan data tersebut
BEP dapat dihitung seba-gai berikut:


BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel Rata-Rata)

 = 1.702 : (250 – 0) = 6.81

 Makna dari hasil perhitungan tersebut adalah, untuk mencapai BEP atau titik impas maka volume air yang harus
terjual kepada setiap pelanggan rata-rata 6,81 M3 per bulan, dengan catatan jumlah pelanggan tetap sebanyak
400 rumahtangga.
 Harga jual tempe per unit sebesar Rp 500,-, biaya tetap sebesar
Rp 10.000,-, dan biaya variabel sebe-sar Rp 100,-/unit, maka
jumlah yang diproduksi agar mencapai BEP adalah:

 BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit – Biaya Vari-abel Rata-
Rata)

 10.000/ (500 – 100) = 10.000 / 400

 25 unit
 Jadi jumlah produksi tempe agar mencapai titik impas adalah 25
unit pada harga Rp 500,-.

 Jika biaya tetap dan biaya variabel tidak berubah, dan harga jual
per unit berubah (naik) maka jumlah unit produksi untuk mecapai
BEP akan menjadi lebih kecil.

 pengelolaan usaha ekonomi produktif serta pengelolaan sarana dan
prasarana ekonomi
 pengelolaan produksi usaha pertanian untuk ketahanan pangan dan usaha pertanian yang difokuskan pada kebijakan
satu Desa satu produk unggulan, antara lain:
◦ pembibitan tanaman pangan;
◦ pembibitan tanaman keras;
◦ pengadaan pupuk;
◦ pembenihan ikan air tawar;
◦ pengelolaan usaha hutan Desa;
◦ pengelolaan usaha hutan sosial;
◦ pengadaan bibit/induk ternak;
◦ inseminasi buatan;
◦ pengadaan pakan ternak; dan
◦ sarana dan prasarana produksi pertanian lainnya yang sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang
diputuskan dalam musyawarah Desa.

 pengolahan hasil produksi usaha pertanian untuk ketahanan pangan dan usaha pertanian yang difokuskan pada
kebijakan satu Desa satu produk unggulan, antara lain:

◦ tepung tapioka;
◦ Kerupuk;
◦ keripik jamur;
◦ keripik jagung;
◦ ikan asin; abon sapi;
◦ susu sapi;
◦ Kopi;
◦ Coklat;
◦ karet; dan
◦ pengolahan hasil pertanian lainnya yang sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam
musyawarah Desa.


-



 pengelolaan usaha jasa dan industri kecil yang difokuskan pada


kebijakan satu Desa satu produk unggulan, antara lain:

 meubelair kayu dan rotan,
 alat-alat rumah tangga,
 pakaian jadi/konveksi
 kerajinan tangan;
 kain tenun;
 kain batik;
 bengkel kendaraan bermotor;
 pedagang di pasar;
 pedagang pengepul; dan
 pengelolaan jasa dan industri kecil lainnya yang sesuai dengan
analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam
musyawarah Desa.
 penyertaan modal BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama; dan
 penguatan permodalan BUM Desa dan/atau BUMDesa Bersama.

 pendirian dan pengembangan BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama, antara lain:



 pendirian BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama;
 penyertaan modal BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama; dan
 penguatan permodalan BUM Desa dan/atau BUMDesa Bersama.

 pengembangan usaha BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama yang difokuskan pada
kebijakan satu Desa satu produk unggulan, antara lain:

◦ pengelolaan hutan Desa;
◦ industri air minum;
 industri pariwisata Desa;
 industri pengolahan ikan; dan
◦ produk unggulan lainnya yang sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa
diputuskan dalam musyawarah Desa.

 pengembangan usaha BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama yang difokuskan pada
pengembangan usaha layanan jasa, antara lain:

 pembangunan dan penyewaan sarana prasarana olahraga;
◦ pengadaan dan penyewaan alat transportasi;
◦ pengadaan dan penyewaan peralatan pesta; dan
◦ pengadaan atau pembangunan sarana prasarana lainnya yang sesuai dengan analisis
kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

 pembentukan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat dan/atau
koperasi yang difokuskan kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan,
antara lain:

 pembentukan usaha ekonomi masyarakat;
 bantuan sarana produksi, distribusi dan pemasaran untuk usaha ekonomi
masyarakat; dan
 pembentukan dan pengembangan usaha ekonomi lainnya yang sesuai
dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam
musyawarah Desa.

 pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk kemajuan
ekonomi yang difokuskan kepada kebijakan satu Desa satu produk unggulan,
antara lain:

 sosialisasi TTG;
 pos pelayanan teknologi Desa (Posyantekdes) dan/atau antar Desa
 percontohan TTG untuk produksi pertanian, pengembangan sumber energi
perDesaan, pengembangan sarana transportasi dan komunikasi serta
pengembangan jasa dan industri kecil; dan
 pengembangan dan pemanfaatan TTG lainnya yang sesuai dengan analisis
kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah Desa.

 pengelolaan pemasaran hasil produksi usaha BUM Desa dan usaha
ekonomi lainnya yang difokuskan pada kebijakan satu Desa satu
produk unggulan, antara lain:

 penyediaan informasi harga/pasar;

 pameran hasil usaha BUM Desa, usaha ekonomi masyarakat
dan/atau koperasi;

 kerjasama perdagangan antar Desa;

 kerjasama perdagangan dengan pihak ketiga; dan

 pengelolaan pemasaran lainnya yang sesuai dengan analisis
kebutuhan dan kondisi Desa yang diputuskan dalam musyawarah
Desa.

Anda mungkin juga menyukai