Anda di halaman 1dari 9

KOTA INKLUSIF : KOMPONEN &

STRATEGI PERENCANAAN

#3
MKP KOTA INKLUSIF
KOMPONEN KOTA INKLUSIF

 Partisipasi penuh
 Ketersediaan layanan hak.
 Aksesibilitas.
 Sikap inklusif
PARTISIPASI PENUH

 Kelompok rentan eksklusif dapat berperan serta secara aktif dalam segala aspek
kehidupan sebagai warga kota.
 Indikator: keterlibatan kelompok rentan eksklusif dan atau perwakilannya dalam
perumusan kebijakan, mulai dari tingkat kelurahan hingga kota.
 Contoh kebijakan:
Dalam Pasal UU No. 8 tahun 2016 disebutkan perlunya melibatkan kegiatan sosial,
politik (Pasal 75), budaya, dan seni (Pasal 16) dan partisipasi dalam penanggulangan
bencana (Pasal 109).
Ketersediaan layanan hak.

 Adanya upaya untuk menyediakan layanan, fasilitas, program, atau bangunan untuk
memenuhi hak-hak kelompok rentan eksklusif sesuai dengan yang dimanatkan UU dan
peraturan pemerintah.
 Contoh kebijakan :
UU No. 8/2016 tentang Penyandang Disabilitas yang menyebutkan secara terinci 22 hak
dasar difabel (Pasal 5), adanya Unit Layanan Disabilitas di bidang pendidikan (Pasal 42), di
bidang ketenagakerjaan (Pasal 55), dan adanya unit Layanan Informasi dan Tindak Cepat
untuk difabel perempuan dan anak (Pasal 125).
Pemerintah dan umum juga wajib menyediakan akomodasi yang layak (Pasal 1-9, pasal 18-
b). Selain itu, pemerintah juga wajib menyediakan layanan rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial (Pasal 90 dan 91).
Aksesibilitas

 kemudahan bagi kaum marjinal untuk tanpa hambatan memperoleh manfaat dari sebuah
bangunan, fasilitas, layanan, dan program.
 Contoh kebijakan :
 Pertama, aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik (Pasal 18-a), aksesibilitas
gedung yang memiliki fungsi: hunian, keagamaan, usaha, sosial budaya, olahraga, dan
khusus (Pasal 98).
 Kedua, aksesbilitas sarana dan prasarana umum, seperti jalan, jembatan, transportasi,
informasi umum, layanan publik yang terjangkau dari segi jarak dan biaya, aksesibilitas
dalam layanan peradilan (Pasal 9).
 Ketiga, aksesibilitas pada sarana dan prasarana penyelenggaraan pemilihan umum,
pemilihan gubernur, bupati/walikota, dan pemilihan kepala desa atau nama lain; dan
memperoleh pendidikan politik (Pasal 13). Demikian pula, keempat, hak aksesibilitas rumah
ibadah (Pasal 14), layanan kebudayaan dan pariwisata
Sikap inklusif

 sikap aparat pemerintahan dan masyarakat umum yang tidak diskriminatif, memberikan
pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan atas seluruh kelompok rentan eksklusif.
 attitude adalah salah satu penghambat dalam proses inklusi.
 Dalam kasus kota Yogyakarta, hambatan attitudional yang tidak inklusif ini dapat dilihat
dalam kasus fasiltas aksesibilitas yang tidak dihormati oleh baik pengambil kebijakan dan
masyarakat. Guiding block di Malioboro, misalnya, digunakan untuk parkir dan kaki
lima. Mereka tidak tahu, mengabaikan, atau tidak mengerti bahwa guiding block adalah
fasilitas inklusi difabel.
TANTANGAN PERENCANAAN KOTA INKLUSIF
(SK : ITALY)

 Rendahnya kontrol otoritas lokal


 Adanya kawasan dengan penggunaan lahan yag menimbulkan ketakutan (misal kawasan
rawan tindakan kriminal)
 Kompleksitas permasalahan kawasan yang tidak ditunjang oleh pemeliharan &
pengawasan yang baik, sehingga mengakibatkan disorientasi perencanaan
STRATEGI PERENCANAAN KOTA
INKLUSIF (SK : ITALY)

 Penerapan strategi perencanaan harus disesuaikan dengan karakteristik kawasan


perencanaan (perumahan, komersial, penggunaan lahan campuran, dsb)
 Menyelaraskan penggunaan ruang yang mampu mewadahi keragaman komunitas dengan
cara menciptakan lingkungan fisik yang fungsional dan menarik, melalui 4 strategi :
1. Mengidentifikasi struktur fisik kawasan yang sudah ada;
2. Mengintegrasikan fungsi ruang publik;
3. memastikan perpaduan fungsi untuk mencegah isolasi dan segregasi;
4. Merencanakan distribusi tingkat kepadatan perkotaan yang dapat menghindari adanya
ruang terbuka dan ruang kosong yang terlalu besar, agar tidak terjadi lack of controll
STRATEGI DESAIN KAWASAN INKLUSIF
(SK : ITALY)

 meningkatkan profil area umum


 memfasilitasi aksesibilitas dengan merencanaan struktur jaringan jalan yang mampu
menghubungkan antar fungsi bangunan dengan jelas, sehingga tidak menimbulkan
disorientasi. Struktur jaringan jalan juga memungkinakn alternatif pergerakan
 Adanya hierarki yang jelas dalam pembagian zonasi guna lahan, adanya perhatian khusus
pada ruang terbuka yang diakses oleh publik
 Desain kawasan memungkinkan diakses oleh seluruh orang yang juga didukung oleh
penampilan yang menarik dari ruang fisik dengan memperhatikan warna, bahan,
pencahayaan dan furnitur jalanan

Anda mungkin juga menyukai