Anda di halaman 1dari 32

Patofisiologi dan Manifestasi

Klinis Morbus Hansen


Yudhistira Adhitya Genta Pratama Putra
04011282126154
Alpha 2021 – A5
Patofisiologi
Patofisiologi

• Penularan Morbus Hansen belum sepenuhnya dipahami, namun


diyakini menular melalui saluran pernapasan
• Basil droplet dapat bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan
kering, bertahan 10 hari pada lingkungan lembab dan suhu rendah
• Gejala klinis pada saraf perifer atau kulit akan muncul dalam
waktu 3 bulan—10 tahun dari infeksi terjadi
• Gejala klinis yang timbul bergantung kepada sistem imunitas
seluler penderita
Patofisiologi

• Afinitas Mycobacterium leprae terhadap sel saraf perifer, terutama


sel Schwann akan menyebabkan demielinasi saraf dan hilangnya
impuls listrik
• Akibat dari ikatan Mycobacterium leprae terhadap sel saraf
perifer, penderita akan menunjukkan gejala klinis berupa mati
rasa
Patofisiologi

• Pertumbuhan dan perkembangan Morbus Hansen bergantung


kepada kekebalan tubuh dan kecenderungan genetik.
• Mycobacterium lepare memiliki daya patogenitas dan daya invasi
yang rendah, gejala klinis pada penderita dipengaruhi oleh respons
imun penderita
• Morbus Hansen disebut sebagai penyakit imunologik  gejala
klinis yang timbul lebih sebanding dengan tingkat reaksi selulernya
dibandingkan intensitas infeksinya
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis

• Gejala klinis yang timbul akan sesuai dengan sistem imunitas


seluler penderita
• Sistem imun yang baik akan menghasilkan gambaran klinis ke arah
tuberculoid
• Sistem imun yag rendah akan memberikan gambaran klinis ke arah
lepramatosa
Manifestasi Klinis

Bagan diagnosis klinis menurut WHO


Manifestasi Klinis

Gambaran klinis, bakteriologik, dan imunologik kusta multibasilar (MB)


Manifestasi Klinis

Gambaran klinis, bakteriologik, dan imunologik kusta pausibasilar (PB)


Manifestasi Klinis

• Manifestasi klinis umum yang akan tampak pada


penderita Morbus Hansen meliputi:
• Gangguan kulit
• Gangguan saraf perifer
• Gangguan mata
• Gangguan psikiatri
Gangguan Kulit

• Kelainan pada kulit dapat berupa:


• Makula atau bercak hipopigmentasi dengan anestesi
• Makula hipopigmentasi disertai tepi yang menimbul dan sedikit eritematosa
• Plak eritematosa
• Papul dan nodul
• Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit dapat menyebabkan
kulit dan alopesia
Gangguan Saraf Perifer

• Manifestasi neurologis terbanyak pada Morbus Hansen ialah adanya


kerusakan saraf perifer yang menyertai lesi kulit
• Gambaran dan distribusi kerusakan saraf yang terjadi dipengaruhi
oleh jumlah bakteri yang menginfiltrasi saraf, serta respons
imunologis penderita terhadap saraf yang terinfeksi
Gangguan Saraf Perifer

Nervus ulnaris
• Sensorik: anestesi ujung
jari bagian anterior
kelingking dan jari manis
• Mortorik: Clawing jari
kelingking dan jari manis
• Atrofi hipotenar dan otot
interoseus serta kedua
otot lumbricalis medial
Gangguan Saraf Perifer

Nervus medianus
• Sensorik: anestesi ujung jari bagian anterior
ibu jari, telunjuk, dan jari Tengah
• Motorik: ketidakmampuan ibu jari untuk
melakukan aduksi, clawing ibu jari, telunjuk,
dan jari Tengah
• Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis
lateral
Gangguan Saraf Perifer

Nervus radialis
• Sensorik: anestesi dorsum
manus, proksimal jari telunjuk
• Motorik: pergelangan tangan
mapun jari-jari telunjuk tidak
bisa ekstensi, memberikan
gambaran wrist drop
Gangguan Saraf Perifer

Nervus poplitea lateralis


• Sensorik: anestesi tungkau
bawah bagian lateral dan
dorsum pedis
• Motorik: gambaran foot
drop dan kelemahan otot
peroneus
Gangguan Saraf Perifer

Nervus tibialis posterior


• Sensorik: anestesi telapak
kaki
• Motorik: claw toes, paralisis
otot intrinsic kaki dan
kolaps arkus pedis
Gangguan Saraf Perifer

Nervus facialis
Gangguan pada cabang temporal dan zigomatik
dapat menyebabkan lagoftalmus. Sedangkan
gangguan pada cabang bukal, mandibular, dan
servikal menyebabkan bibir mencong, sudut
mulut asimetris, dan kegagalan mengatupkan
bibir, yang disebut sebagai parese fasialis
Gangguan Saraf Perifer

Nervus trigeminus
Gangguan saraf sensorik menyebabkan anestesi
kulit wajah, kornea dan konjungtiva.

Kusta Saraf Murni


Pure neural leprosy merupakan penyakit kusta
yang hanya mengenai saraf, dengan gambaran
klinis hipoestesi atau anestesi tidak berbatas
tegas, dan tanpa lesi di kulit
Gangguan Mata

• Kerusakan dapat terjadi secara primer maupun sekunder


• Kerusakan primer dapat mengakibatkan alopesia pada alis mata
dan bulu mata, juga dapat mendesak jaringan mata lainnya
• Kerusakan sekunder disebabkan oleh rusaknya N. facialis yang
dapat membuat paralisis N. orbicularis palpebrarum sebagian atau
seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus
• Kerusakan dapat berujung menyebabkan pasien mengalami
kebutaan
Gangguan Psikiatri

• Deformitas dan stigma terhadap penyakit ini membuat kehidupan


penderitanya semakin sulit
• Penderita bahkan dapat dijauhi oleh lingkungannya karena
ketakutan akan gambaran penularan penyakit ini.
Analisis Masalah
Analisis Masalah

Bagaimana patogenesis dari penyakit yang dialami oleh pasien?

Pertumbuhan dan perkembangan Morbus Hansen bergantung pada


banyak faktor, termasuk fungsi kekebalan tubuh dan kecenderungan
genetik. Mycobacterium leprae memiliki patogenitas dan daya invasi
yang rendah, penderita yang mengandung kuman lebih banyak
belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat
sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan
derajat penyakit disebabkan oleh respons imun yang berbeda
Analisis Masalah

Apa saja nervus yang terdampak pada keluhan mati rasa pada pasien?

Mati rasa pada wajah disebabkan karena terdampaknya N. trigeminus.


Mati rasa pada lengan disebabkan karena terdampaknya N. ulnaris, N.
medianus, dan N. radialis.
Analisis Masalah

Bagaimana mekanisme terjadinya mati rasa di wajah, lengan, dan


badan pasien?

Ikatan Mycobacterium leprae terhadap sel saraf perifer, terutama


menyerang sel Schwann, akan menyebabkan demielinasi saraf dan
hilangnya hantaran impuls listrik, yang secara klinis ditandai dengan
mati rasa.
Analisis Masalah

Apakah penyakit morbus Hansen


selalu disertai demam?

Saat terinfeksi, tubuh akan


menghasilkan reaksi peradangan.
Reaksi ini dapat menyebabkan demam.
Namun, terdapat kasus Morbus Hansen
tanpa demam, yaitu pada kasus Morbus
Hansen dengan mild-reaction.
Analisis Masalah

Bagaimana proses penularan dari penyakit tersebut?

Penularan dari Morbus Hansen belum sepenuhnya dipahami, namun


diyakini bahwa penyakit ini menular melalui saluran pernapasan.
Analisis Masalah

Bagaimana manifestasi klinis umum dari penyakit yang dialami


oleh pasien?

Gejala klinis pada pasien Morbus Hansen berupa lesi pada kulit,
gangguan saraf perifer, gangguan mata, serta gangguan psikiatri.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Bhandari J, Awais M, Robbins BA, et al. Leprosy. 2023. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559307/
pada 3 Oktober 2023.
Indraswari, A. dan Listiawan, M. Y. 2022. Mid-Borderline Leprosy with Mild Type 1 Reaction in
Children: A Case Report. Surabaya: Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran.
Linuwih, Sri, dkk. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Linuwih, Sri, dkk. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kusta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Paredes. C. F., dkk. 2009. Two Patients with Leprosy and the Sudden Appearance of
Inflammation in the Skin and New Sensory Loss. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2742893/ pada 3 Oktober 2023.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai