Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

HERPES ZOSTER
Oleh :
Joshua H P
Tri Novita Wulan Sari

Preseptor :
dr. Qaira Anum, Sp.KK-FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
2016

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela- zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.1
1.2 Epidemiologi
Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti
yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi
setelah penderita mendapat varisela. Kadang kadang varisela ini
berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan
transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela
atau herpes zoster.1
Virus varicella-zoster menyebabkan dua sindrom yang berbeda.
Infeksi primer muncul sebagai varicella (cacar atau), penyakit ini menular
dan biasanya terjadi pada anak-anak. Reaktivasi virus varicella-zoster laten di
serabut ganglia dorsalis menyebabkan erupsi kulit yang disebut "herpes
zoster"

(atau

"shingles").

Penurunan

virus-specific

cell-mediated

immune(CMI) responses terjadi alamiah pada proses penuaan yang


menyebabkan immunosuppressive illness atau perawatan medis, yang
meningkatkan terjadinya shingles.2
Lebih dari 90 persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki bukti
serologis terinfeksi virus varicella-zoster dan beresiko untuk terjadinya
herpes zoster. Kejadian tahunan herpes zoster adalah sekitar 1,5 sampai 3,0
kasus per 1000 orang. Sebuah kejadian 2,0 kasus per 1000 orang akan
diartikan terdapat lebih dari 500.000 kasus setiap tahun di Amerika Serikat.
Bertambahnya usia adalah faktor risiko utama untuk terjadinya herpes zoster,
kejadian herpes zoster pada orang tua dari usia 75 tahun melebihi 10 kasus

per 1000 orang/ tahun. Selama hidup risiko terkena herpes zoster
diperkirakan 10 sampai 20 persen. 2
Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity
(CMI).

Pasien

dengan

lymphoproliferative),

penyakit

pengguna

neoplastik
obat

(khususnya

imunosupresif

kanker
(termasuk

kortikosteroid), dan penerima transplantasi organ berada di risiko tinggi


untuk terjadinya herpes zoster. Namun, hal yang mendasari terjadinya kanker
tidak dibenarkan pada orang sehat yang mengalami herpes zoster. 2
Herpes zoster terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara
orang-orang yang seropositif untuk human immunodeficiency virus (HIV)
dari kalangan mereka yang seronegatif. Sebuah studi longitudinal
menunjukkan suatu kejadian 29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun
di antara HIV-seropositif orang, seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per
1000 orang-tahun di antara HIV-seronegatif kontrol. Karena herpes zoster
mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi HIV yang dinyatakan
asimtomatik, pengujian serologi mungkin tepat pada pasien tanpa faktor
risiko jelas untuk herpes zoster (Misalnya, orang sehat yang lebih muda dari
usia 50 tahun). 2
1.3 Etiologi

Varicella zoster virus (VZV) adalah penyebab diantara varicella


(cacar air) dan zoster (shingles). Tiga genotipe dari -herpesvirus

telah

diidentifi kasi dan terbukti memiliki variasi geografis. 3


1.4 Patogenesis
Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan
permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal
sampai serabut saraf sensorik ke ganglia sensoris. Di ganglia, virus
membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi
paling sering pada dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang
diinervasi oleh saraf oftalmikus dari ganglia sensoris trigeminal dari T1 ke
L24
Walaupun virus laten di ganglia mempertahankan potensi untuk
infektivitas penuh, reaktivasi bias sewaktu-waktu dan jarang, infeksi virus
tdak tampak saat fase laten. Mekanisme yang terlibat dalam reaktivasi VZV
laten tidak jelas, namun reaktivasi telah dikaitkan dengan immunosupresi,
stres emosional, iradiasi dari sumsum tulang belakang, keterlibatan tumor,
serabut ganglion dorsalis, atau struktur yang berdekatan, trauma lokal,
manipulasi bedah tulang belakang , dan sinusitis frontalis (sebagai endapan
zoster oftalmica). Yang paling penting adalah penurunan kekebalan seluler
VZV spesifik yang terjadi dengan bertambahnya usia 4
VZV juga dapat mengaktifkan kembali tanpa menghasilkan penyakit
yang jelas. Jumlah kecil yang dilepaskan antigen virus selama reaktivasi
tersebut, diharapkan dapat merangsang dan mempertahankan system
kekebalan tubuh VZV. 4
Ketika kekebalan seluler VZV spesifik berada pada beberapa tingkat
kritis, reakticasi virus tidak terkandung lagi. Virus berkembang biak dan
menyebar di dalam ganglion, menyebabkan nekrosis neuronal dan
peradangan parah, sebuah proses yang sering disertai dengan neuralgia parah.
Infeksi VZV kemudian menyebar secara antidromikal menuruni saraf
sensorik, menyebabkan neuritis parah, dan dilepaskan dari saraf sensorik

yang berakhir di kulit, di mana ia menghasilkan karakteristik dari vesikel


zoster. Penyebaran infeksi ganglionic proksimal sepanjang akar saraf
posterior ke meninges dan hasil serabut di leptomeningitis lokal, pleocyosis
cairan serebrospinal, dan myelitis segmental. Infeksi motor neuron di kornu
anterior dan radang akun akar saraf anterior untuk palsi lokal yang mungkin
menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam sistem saraf pusat
(SSP) dapat mengakibatkan komplikasi herpes zoster (meningoenchepalitis,
myelitis melintang).4

Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap
dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi
kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun
melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.

Patogenesis Nyeri pada Herpes Zoster dan Postherpetic Neuralgia


Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan
gejala ini dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau
ruam sudah sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic
neuralgia (PHN). Sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi tumpang tindih
tampaknya terlibat dalam patogenesis nyeri pada herpes zoster dan PHN.4

Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf
di ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih
terasa nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan
neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls
afferent selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan
dapat menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron
di sumsum tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang,
ganglion dan saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN.
Kerusakan saraf aferen primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka
terhadap rangsangan perifer dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang
berlebihan dan impuls ektopik mungkin, menurunkan sesitivitas SSP.
penambahan dan perpanjangan rangsangat pada pusat itu berbahaya. Pada
klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi yang tidak
menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak
menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak
ada sama sekali. 4
Perubahan anatomi dan Fisiologi bertanggung jawab terhadap
manifestasi PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari hepes zoster. Hali ini
akan menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri
prodormal dengan perkembangan selanjutnya dari PHN, dan kegagalan
terapi antivirus untuk mencegah PHN. 4

Patognesis PHN

1.5 Gejala klinis


Terbagi menjadi tiga stadium antara lain :
Stadium prodromal :
Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.
Stadium erupsi :
Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari
akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan
kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain
adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak
sama. Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati
garis tengah dari tubuh.

Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua
yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.5
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi lesi
baru yang tetap timbul brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur
ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah
yang terkena member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion
gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).1

Dermatome Tubuh

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama


nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping
itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persarafannya. (2)

Dermatome Wajah

(3)

Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan


otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinnitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan
pengecapan. 1

(3)

Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu


yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan
eritem.1
Herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel
yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua
atau pada orang yang kondisi fisikny sangat lemah, misalnya pada penderita
limfoma malignum.1
Neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini
dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan
gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari hari. Kecenderungan
ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.1
1.6 Diagnosis
Teknik yang sama digunakan untuk mendiagnosis varicella dan
digunakan untuk mendiagnosa herpes zoster juga. Tampilan klinis seringkali
cukup untuk menegakkan diagnosis, dan pada hapusan Tzanck dapat
mengkonfirmasi kecurigaan klinis.1,5. Namun, lokasi atau penampilan dari lesi

10

kulit mungkin atipikal (terutama di immunocompromised pasien) sehingga


membutuhkan konfirmasi laboratorium. 2
Kultur virus adalah dimungkin, tetapi virus varicella-zoster itu labil
dan relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit. Sebuah uji direct
imunofluorescence lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan memiliki
tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih
cepat.

Seperti

kultur

virus,

direct

imunofluorescence

assay

dapat

membedakan infeksi virus herpes simplex dengan infeksi virus variselazoster.

Polymerase-chain-reaction

techniques

yang

berguna

untuk

mendeteksi DNA virus varicella-zoster di cairan dan jaringan.

Tzanck smear dan Direct Immunoflouscene assay


Herpes simplex zosteriform bisa dengan hasil positif untuk Tzanck
smear, namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri
substansialnya kurang. Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk
kultur virus, karena cepat, identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang
lebih akurat. Bila dibandingkan pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif

11

(sampai dengan 10% false-positif dan variabilitas yang tinggi, tergantung


pada keterampilan edema interseluler dan intraseluler.5
Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan
infiltrasi perivaskular limfosit dan leukosit polimorfonuklear, Limfosit
atipikal mungkin juga ditemukan. Sebuah vaskulitis leukocytoclastic
mendasari kesan infeksi VZV selama HSV. Inflamasi dan perubahan
degeneratif juga dicatat dalam serabut ganglia posterior dan serabut saraf
dorsalis yang terkena. Lesi sesuai dengan sistem persarafan dari ganglon
saraf yang terkena, dengan nekrosis sel-sel saraf.5

1.7 Diagnosis banding


Herpes Simpleks

Definisi : Penyakit akut yang ditandai dengan


timbulnya vesikula yang berkelompok diatas dasar
eritema, berulang, mengenai permukaan mukokutaneus.
Etiologi : Disebabkan oleh virus herpes simplex.
Gejala klinis :Lesi primer didahului gejala prodromal
berupa rasa panas ( terbakar ) dan gatal. Setelah timbul
lesi dapat terjadi demam, malaise dan nyeri otot.
Predileksi : mukosa
Status dermatologi
: berupa vesikel yang mudah
(3)
pecah, erosi, ulcus dangkal bergerombol di atas dasar
eritema dan disertai rasa nyeri. Predileksi pada wanita
antara lain labium mayor, labium minor, klitoris,
vagina, serviks dan anus. Pada laki-laki antara lain di
batang penis, glans penis dan anus. Ekstragenital yaitu
hidung, bibir, lidah, palatum dan faring.

12

Varisella

Definisi : vesikula yang tersebar, terutama menyerang


anak-anak, bersifat mudah menular
Etiologi : virus Varisela zoster.
Predileksi : Paling banyak di badan, kemudian muka,
kepala dan ekstremitas.
Gejala Klinis : Pada stadium prodomal timbul banyak
makula atau papula yang cepat berubah menjadi
vesikula, yang umur dari lesi tersebut tidak sama. Kulit
sekitar lesi eritematus. Pada anamnesa ada kontak
dengan penderita varisela atau herpes zoster. Khas pada
infeksi virus pada vesikula ada bentukan umbilikasi
(delle) yaitu vesikula yang ditengah nya cekung
kedalam. Distribusinya bersifat sentripetal.(7)

Dermatitis Kontak
Alergika

Definisi : Dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit


dengan bahan yang bersifat sebagai alergen. Disini ada

13

riwayat alergi dan merupakan paparan ulang.


Predileksi : Seluruh tubuh
Status dermatologis : Dapat akut, subakut dan kronis.
Lesi akut berupa lesi polimorf yaitu tampak makula
yang eritematus, batas tidak jelas pada efloresensi dan
diatas makula yang eritematus terdapat papul, vesikel,
bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.

Dermatitis
herpetivormis

Definisi : Dermatitis yang bersifat kronis dan rasa gatal


yang sangat dengan kekambuhan yang tinggi.
Status dermatologi : berupa berupa lesi polimorf yang
bergerombol pada dasar yang eritematus.
Predileksi : pada kepala, kuduk, lipatan ketiak bagian
belakang,

sakrum,

bokong

dan

lengan

bawah.

Distribusinya simetris, akut dan polimorf.(9)

(3)

Dermatitis
Venenata

Definisi : Dermatitis venenata adalah kelainan akibat


gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap

toksin

14

atau

alergen

yang

dikeluarkan

arthropoda penyerang
Predileksi : Seluruh tubuh
Status Dermatologis : Berupa eritema, edema, panas,
nyeri, bisa berbentuk papula, pustule, maupun krusta. (9)
Terdapat 2 macam lesi yang diakibatkan oleh gigitan
serangga, yaitu : (1)
a.

Nodul

eritematus,

akibat

serangga memasukkan (menyuntikkan) bahan


bahan berbahaya ke dalam kulit yang menyebabkan
keradangan.
b.

Dermatitis kontak iritan, akibat


cairan yang dikeluarkan serangga waktu berbenturan
/ bersentuhan dengan kulit.

((3)

15

1.8
P

enatalaksanaan
Sistemik
1. Antivirus : famasiklovir, valasiklovir hidroksida
2. Kortikosteroid
3. Analgetik
4. Antidepresan dan antikonvulsan
Topikal
1. Analgetik topical : kompres atau OAINS
2. Anastetik local
3. Kortikosteroid
Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain)
Indikasi :
- usia tua (>60 tahun)
- pasien imunokompromais dengan penyakit kronik 5

16

1.9 Komplikasi

Neuralgia paska herpetik.


Adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan
lebih dari sebulan setelah penyakitnay sembuh. Neuralgia ini dapat
berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Nyeri bisa
dirasakan terus-menerus atau hilang timbulndan bisa semakin
memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin.
Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya
10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.5

Infeksi sekunder.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.2

Kelainan pada mata.


Disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster pada cabang
pertama

pada

nervus

trigeminus

(N.

Ophtalmicus)

sehingga

menimbulkan kelainan pada mata. Selain itu, virus dapat menyerang


cabang kedua (N.Maxilaris) dan cabang ketiga (N.Mandibularis) yang

17

menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Kelainan yang


muncul dapat berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis,
korioratinitis dan neuritis optic.2

Ramsay Hunt Sindrom


Paralisa wajah akut yang disertai dengan vesikel-vesikel virus
herpes zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya,
diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga
memberikan gejala paralisa otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat ;persarafan, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran,

nistagmus

dan

nausea

juga

terdapat

gangguan

pengecapan. Herpes zoster ini terjadi bila mengenai ganglion


genikulatum.2

Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi
akibat perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke
sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2
minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di
wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.2

1.10

Prognosis

18

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis


bergantung pada tindakan perawatan secara dini.1,2

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Nn. J

Umur

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Mahasiswi

Alamat

: Jati

Status Perkawinan

: Belum menikah

Negeri Asal

: Padang

Agama

: Islam

Suku

: Minang

19

ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 23 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Juni 2016, dengan
Keluhan Utama :
Bengkak kemerahan di sudut kelopak mata kanan bawah, terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang

Bengkak kemerahan di sudut kelopak mata kanan bawah, terasa nyeri

sejak 3 hari yang lalu


Awalnya bengkak dirasakan hanya pada kelopak mata bawah sebelah
kanan yang muncul sejak 4 hari yang lalu dan kemudian menyebar ke pipi

sebelah kanan
Bengkak dirasakan dan dilihat pasien saat bangun tidur di pagi hari
Pasien tidak ingat ada tergigit serangga atau tidak
Sebelum muncul bengkak tersebut, pasien merasakan nyeri berdenyut di

ujung kelopak mata sejak 4 hari yang lalu


Pasien merasakan sakit gigi dan sakit kepala sejak 4 hari yang lalu dan

mengganggu aktivitas harian


Pasien mengaku pernah menderita cacar air pada saat berusia 5 tahun
Pasien sedang memiliki aktivitas banyak dan tidak memiliki istirahat yang

cukup
Pegal-pegal sejak seminggu yang lalu
Demam tidak ada
Penurunan BB tidak ada
Riwayat minum obat dan jamu tidak ada
Pola makan pasien teratur dan makan bergizi
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat diabetes mellitus (-), TB (-), HIV (-)


Riwayat cacar air saat pasien berusia 5 tahun

Riwayat Atopi / Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini


Riwayat bersin pagi hari tidak ada
Riwayat alergi makanan tidak ada
20

Riwayat mata merah, berair dan gatal tidak ada


Riwayat bunyi nafas menciut tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis kooperatif

Status gizi

: sedang

Tinggi badan

: 156 cm

Berat badan

: 54 Kg

IMT

: 22,2 kg/m2

Suhu

: Afebris

Tekanan Darah

: 120/80mmHg

Nadi

: kuat angkat, 75x/menit, regular

Nafas

: 18x/menit, regular

Pemeriksaan thorak

: diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan abdomen

: diharapkan dalam batas normal

Status Dermatologikus
Lokasi

: kelopak mata kanan bawah dan pipi sebelah kanan

Distribusi

: unilateral terlokalisir

Bentuk

: tidak khas

Susunan

: herpetiformis

Batas

: tidak tegas

Ukuran
Efloresensi

: milier sampai numular


: papul dengan dasar plak eritem

21

Status Venereologikus: tidak ditemukan kelainan


Kelainan Selaput

: tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kuku

: kuku dan jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut

: tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe : pembesaran KGB regional daerah mandibula 2 buah


ukuran 0,5x0,5 cm
Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 23 tahun datang ke
Poli Kulit dan Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Juni 2016
dengan keluhan utama Bengkak kemerahan di wajah sebelah kanan, terasa nyeri
sejak 3 hari yang lalu. Awalnya bengkak dirasakan hanya pada kantung mata
kanan yang muncul sejak 4 hari yang lalu dan kemudian menyebar ke pipi
sebelah kanan. Sebelum muncul bengkak tersebut, pasien merasakan nyeri
berdenyut di ujung mata sejak 4 hari yang lalu. Pasien merasakan sakit gigi dan
sakit kepala sejak 4 hari yang lalu dan mengganggu aktivitas harian. Pasien
mengaku pernah menderita cacar air pada saat berusia 5 tahun, dan saat sekarang
ini pasien mengaku sedang memiliki aktivitas banyak dan tidak memiliki
istirahat yang cukup. Dari pemeriksaan generalisata ditemukan kesaradan umum
komposmentis dan status gizi baik. Dari pemeriksaan dermatologikus ditemukan
papul berwarna kemerahan dengan dasar plak eritem, batas tidak tegas,
berukuran milier sampai lentikuler, distribusi unilateral terlokalisir pada bagian
mata dan pipi sebelah kanan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening 2 buah regio mandibula ukuran 0,5x0,5cm.
Diagnosis Kerja : Herpes Zoster
Diagnosis Banding
22

Herpes simpleks
Dermatitis venenata
Pemeriksaan Penunjang : Tzank test
Penatalaksanaan
Umum :
1. Istirahat cukup
2. Hindari stress
3. Minum obat teratur sesuai anjuran
Khusus :
1. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
2. Asam mefenamat 3 x 500 mg bila nyeri
3. Bedak kocok 2-3 x sehari

PROGNOSIS
1.
2.
3.
4.

Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmecticum
Quo ad functionam

: bonam
: bonam
: bonam
: bonam

23

BAB 4
DISKUSI
Telah datang seorang pasien perempuan berusia 23 tahun ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Juni 2016
dengan diagnosis Herpes Zoster. Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pasien mengeluhkan bengkak
kemerahan di sudut kelopak mata kanan bawah, dengan nyeri sejak 3 hari yang
lalu.
Menurut buku ilmu kulit dan kelamin FKUI, herpes zoster mayoritas
menyerang usia tua (> 60 tahun) dan pasien yang mengalami imunokompromais,
jarang ditemukan pada usia anak dan dewasa muda. Pada kasus ini herpes zoster
ditemukan pada usia dewasa muda yang berdasarkan teori masih tetap bisa
terjadi karena ada faktor pencetus reaktivasi virus Varicella Zoster di ganglion
saraf.
Herpes zoster biasanya disertai oleh gejala prodromal seperti nyeri otot
lokal, nyeri tulang dan pegal, parestesis sepanjang dermatom, gatal dan rasa
terbakar, serta perasaan nyeri yang menyerupai sakit gigi, pleuritis, infark
jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal dan apendisitis. Selain itu
biasanya juga disertai gejala konstitusi meliputi nyeri kepala, demam dan
malaise. Berdasarkan anamnesis, pasien ini mengeluhkan nyeri berdenyut lokal

24

pada mata, disertai sakit gigi, nyeri kepala dan malaise sejak 4 hari sebelum
datang ke RS.
Pada pemeriksaan fisik, erupsi kulit pada herpes zoster terlokalisir pada
satu dermatom tubuh dan bersifat unilateral. Pada pasien ini lesi kulit berupa
papul kemerahan ditemukan unilateral pada bagian kelopak mata kanan bawah
yang menyebar ke pipi kanan. Pasien memiliki aktivitas yang cukup berat
sebagai mahasiswi. Pasien makan tiga kali sehari dengan komposisi cukup.
Pasien mengeluhkan pernah menderita cacar air saat berusia 5 tahun. Keadaankeadaaan imunodefisiensi seperti keganasan, infeksi HIV, konsumsi obat-obat
imunosupresif, transplantasi sum-sum tulang/organ, dan stress fisik maupun
psikologis menjadi faktor resiko reaktivasi partikel virus Varisela Zoster yang
ada di radiks saraf posterior.
Pada kasus ini pasien merupakan seorang mahasiswa dengan aktifitas
cukup berat sehingga akan meningkatkan stress fisik maupun psikologik. Diduga
hal ini menjadi faktor resiko terjadinya herpes zoster. Riwayat keganasan,
mengkonsumsi obat-obat imunosupresif tidak ada.
Periksaan anjuran yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Tzanck test.
Hasil yang diharapkan adalah ditemukannya sel datia berinti banyak yang
ditandai dengan sel yang berukuran besar dan berwarna biru. Pada pasien ini
pemeriksaan Tzanck test tidak dilakukan.
Menurut buku ilmu kulit dan kelamin FKUI tatalaksana herpes zoster
dapat dilakukan dengan tatalaksana umum dan medikamentosa meliputi
pengobatan sistemik maupun topikal. Dapat diberikan salah satu antivirus
berikut yang sudah disetujui oleh FDA (Food Drugs and Administration) yaitu
Famsiklovir 3x500 mg, valasiklovir 3x1000 mg atau asiklovir 5x800 mg selama
7 hari. Untuk tatalaksana nyeri akut yang ringan, dapat diberikan OAINS (Obat
Anti Inflamasi Non-Steroid) seperti asetosal, piroksikam dan diklofenak, selain
itu juga dapat diberikan analgetik non-opioid seperti paracetamol 3x500 mg, atau
aasam mefenamat 3x500 mg. Nyeri kronik hebat membutuhkan analgetik opioid
seperti kodein atau morfin. Pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu
antivirus Asiklovir 5x800 mg selama 7 hari, analgetik berupa asam mefenamat
3x500 mg dan bedak kocok 2-3x sehari.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Hal. 110 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Gnann, John W, Witley, Richard J, 2002, Journal of Herpes Zoster, New
England, New England Journal of Medicine
3. Burns, Tony, Breathnach, Cox, et al, 2010, Rooks textbook of Dermatology
Eight Edition Volume 1 Chapter 33 (pages 33.22), Wiley Blackwell
4. Wolff, Goldsmith, Katz, et al, 2008, Fitz Patrick Dermatology in General
Medicine Seventh Edition Volumes 1&2 Chapter 194 (pages 1885 1889),
United States of America, The McGraw Hill Companies
5. D.James.William, et al, 10th edition 2006, Saunders Elsevier, Andrews
Diseases of the Skin Clinical Dermatology, (pages 372 377) Philadelphia,
Pennsylvanian, USA

26

Anda mungkin juga menyukai