HERPES ZOSTER
Oleh :
Joshua H P
Tri Novita Wulan Sari
Preseptor :
dr. Qaira Anum, Sp.KK-FINSDV
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela- zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.1
1.2 Epidemiologi
Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti
yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi
setelah penderita mendapat varisela. Kadang kadang varisela ini
berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan
transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela
atau herpes zoster.1
Virus varicella-zoster menyebabkan dua sindrom yang berbeda.
Infeksi primer muncul sebagai varicella (cacar atau), penyakit ini menular
dan biasanya terjadi pada anak-anak. Reaktivasi virus varicella-zoster laten di
serabut ganglia dorsalis menyebabkan erupsi kulit yang disebut "herpes
zoster"
(atau
"shingles").
Penurunan
virus-specific
cell-mediated
per 1000 orang/ tahun. Selama hidup risiko terkena herpes zoster
diperkirakan 10 sampai 20 persen. 2
Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity
(CMI).
Pasien
dengan
lymphoproliferative),
penyakit
pengguna
neoplastik
obat
(khususnya
imunosupresif
kanker
(termasuk
telah
Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap
dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi
kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun
melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.
Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf
di ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih
terasa nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan
neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls
afferent selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan
dapat menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron
di sumsum tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang,
ganglion dan saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN.
Kerusakan saraf aferen primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka
terhadap rangsangan perifer dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang
berlebihan dan impuls ektopik mungkin, menurunkan sesitivitas SSP.
penambahan dan perpanjangan rangsangat pada pusat itu berbahaya. Pada
klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi yang tidak
menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak
menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak
ada sama sekali. 4
Perubahan anatomi dan Fisiologi bertanggung jawab terhadap
manifestasi PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari hepes zoster. Hali ini
akan menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri
prodormal dengan perkembangan selanjutnya dari PHN, dan kegagalan
terapi antivirus untuk mencegah PHN. 4
Patognesis PHN
Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua
yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.5
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi lesi
baru yang tetap timbul brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan
tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik,
tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur
ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah
yang terkena member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion
gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).1
Dermatome Tubuh
Dermatome Wajah
(3)
(3)
10
Seperti
kultur
virus,
direct
imunofluorescence
assay
dapat
Polymerase-chain-reaction
techniques
yang
berguna
untuk
11
12
Varisella
Dermatitis Kontak
Alergika
13
Dermatitis
herpetivormis
sakrum,
bokong
dan
lengan
bawah.
(3)
Dermatitis
Venenata
toksin
14
atau
alergen
yang
dikeluarkan
arthropoda penyerang
Predileksi : Seluruh tubuh
Status Dermatologis : Berupa eritema, edema, panas,
nyeri, bisa berbentuk papula, pustule, maupun krusta. (9)
Terdapat 2 macam lesi yang diakibatkan oleh gigitan
serangga, yaitu : (1)
a.
Nodul
eritematus,
akibat
((3)
15
1.8
P
enatalaksanaan
Sistemik
1. Antivirus : famasiklovir, valasiklovir hidroksida
2. Kortikosteroid
3. Analgetik
4. Antidepresan dan antikonvulsan
Topikal
1. Analgetik topical : kompres atau OAINS
2. Anastetik local
3. Kortikosteroid
Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain)
Indikasi :
- usia tua (>60 tahun)
- pasien imunokompromais dengan penyakit kronik 5
16
1.9 Komplikasi
Infeksi sekunder.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.2
pada
nervus
trigeminus
(N.
Ophtalmicus)
sehingga
17
nistagmus
dan
nausea
juga
terdapat
gangguan
Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi
akibat perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke
sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2
minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di
wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.2
1.10
Prognosis
18
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Nn. J
Umur
: 23 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
: Jati
Status Perkawinan
: Belum menikah
Negeri Asal
: Padang
Agama
: Islam
Suku
: Minang
19
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 23 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Juni 2016, dengan
Keluhan Utama :
Bengkak kemerahan di sudut kelopak mata kanan bawah, terasa nyeri sejak 3
hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
sebelah kanan
Bengkak dirasakan dan dilihat pasien saat bangun tidur di pagi hari
Pasien tidak ingat ada tergigit serangga atau tidak
Sebelum muncul bengkak tersebut, pasien merasakan nyeri berdenyut di
cukup
Pegal-pegal sejak seminggu yang lalu
Demam tidak ada
Penurunan BB tidak ada
Riwayat minum obat dan jamu tidak ada
Pola makan pasien teratur dan makan bergizi
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis kooperatif
Status gizi
: sedang
Tinggi badan
: 156 cm
Berat badan
: 54 Kg
IMT
: 22,2 kg/m2
Suhu
: Afebris
Tekanan Darah
: 120/80mmHg
Nadi
Nafas
: 18x/menit, regular
Pemeriksaan thorak
Pemeriksaan abdomen
Status Dermatologikus
Lokasi
Distribusi
: unilateral terlokalisir
Bentuk
: tidak khas
Susunan
: herpetiformis
Batas
: tidak tegas
Ukuran
Efloresensi
21
Kelainan Kuku
Kelainan Rambut
Herpes simpleks
Dermatitis venenata
Pemeriksaan Penunjang : Tzank test
Penatalaksanaan
Umum :
1. Istirahat cukup
2. Hindari stress
3. Minum obat teratur sesuai anjuran
Khusus :
1. Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
2. Asam mefenamat 3 x 500 mg bila nyeri
3. Bedak kocok 2-3 x sehari
PROGNOSIS
1.
2.
3.
4.
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmecticum
Quo ad functionam
: bonam
: bonam
: bonam
: bonam
23
BAB 4
DISKUSI
Telah datang seorang pasien perempuan berusia 23 tahun ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 08 Juni 2016
dengan diagnosis Herpes Zoster. Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pasien mengeluhkan bengkak
kemerahan di sudut kelopak mata kanan bawah, dengan nyeri sejak 3 hari yang
lalu.
Menurut buku ilmu kulit dan kelamin FKUI, herpes zoster mayoritas
menyerang usia tua (> 60 tahun) dan pasien yang mengalami imunokompromais,
jarang ditemukan pada usia anak dan dewasa muda. Pada kasus ini herpes zoster
ditemukan pada usia dewasa muda yang berdasarkan teori masih tetap bisa
terjadi karena ada faktor pencetus reaktivasi virus Varicella Zoster di ganglion
saraf.
Herpes zoster biasanya disertai oleh gejala prodromal seperti nyeri otot
lokal, nyeri tulang dan pegal, parestesis sepanjang dermatom, gatal dan rasa
terbakar, serta perasaan nyeri yang menyerupai sakit gigi, pleuritis, infark
jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal dan apendisitis. Selain itu
biasanya juga disertai gejala konstitusi meliputi nyeri kepala, demam dan
malaise. Berdasarkan anamnesis, pasien ini mengeluhkan nyeri berdenyut lokal
24
pada mata, disertai sakit gigi, nyeri kepala dan malaise sejak 4 hari sebelum
datang ke RS.
Pada pemeriksaan fisik, erupsi kulit pada herpes zoster terlokalisir pada
satu dermatom tubuh dan bersifat unilateral. Pada pasien ini lesi kulit berupa
papul kemerahan ditemukan unilateral pada bagian kelopak mata kanan bawah
yang menyebar ke pipi kanan. Pasien memiliki aktivitas yang cukup berat
sebagai mahasiswi. Pasien makan tiga kali sehari dengan komposisi cukup.
Pasien mengeluhkan pernah menderita cacar air saat berusia 5 tahun. Keadaankeadaaan imunodefisiensi seperti keganasan, infeksi HIV, konsumsi obat-obat
imunosupresif, transplantasi sum-sum tulang/organ, dan stress fisik maupun
psikologis menjadi faktor resiko reaktivasi partikel virus Varisela Zoster yang
ada di radiks saraf posterior.
Pada kasus ini pasien merupakan seorang mahasiswa dengan aktifitas
cukup berat sehingga akan meningkatkan stress fisik maupun psikologik. Diduga
hal ini menjadi faktor resiko terjadinya herpes zoster. Riwayat keganasan,
mengkonsumsi obat-obat imunosupresif tidak ada.
Periksaan anjuran yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Tzanck test.
Hasil yang diharapkan adalah ditemukannya sel datia berinti banyak yang
ditandai dengan sel yang berukuran besar dan berwarna biru. Pada pasien ini
pemeriksaan Tzanck test tidak dilakukan.
Menurut buku ilmu kulit dan kelamin FKUI tatalaksana herpes zoster
dapat dilakukan dengan tatalaksana umum dan medikamentosa meliputi
pengobatan sistemik maupun topikal. Dapat diberikan salah satu antivirus
berikut yang sudah disetujui oleh FDA (Food Drugs and Administration) yaitu
Famsiklovir 3x500 mg, valasiklovir 3x1000 mg atau asiklovir 5x800 mg selama
7 hari. Untuk tatalaksana nyeri akut yang ringan, dapat diberikan OAINS (Obat
Anti Inflamasi Non-Steroid) seperti asetosal, piroksikam dan diklofenak, selain
itu juga dapat diberikan analgetik non-opioid seperti paracetamol 3x500 mg, atau
aasam mefenamat 3x500 mg. Nyeri kronik hebat membutuhkan analgetik opioid
seperti kodein atau morfin. Pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu
antivirus Asiklovir 5x800 mg selama 7 hari, analgetik berupa asam mefenamat
3x500 mg dan bedak kocok 2-3x sehari.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Hal. 110 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Gnann, John W, Witley, Richard J, 2002, Journal of Herpes Zoster, New
England, New England Journal of Medicine
3. Burns, Tony, Breathnach, Cox, et al, 2010, Rooks textbook of Dermatology
Eight Edition Volume 1 Chapter 33 (pages 33.22), Wiley Blackwell
4. Wolff, Goldsmith, Katz, et al, 2008, Fitz Patrick Dermatology in General
Medicine Seventh Edition Volumes 1&2 Chapter 194 (pages 1885 1889),
United States of America, The McGraw Hill Companies
5. D.James.William, et al, 10th edition 2006, Saunders Elsevier, Andrews
Diseases of the Skin Clinical Dermatology, (pages 372 377) Philadelphia,
Pennsylvanian, USA
26