Anda di halaman 1dari 14

INDEKS

KETENAGAKERJAAN
Oleh Kelompok 3 Kelas I-5
Pengertian Indeks
Ketenagakerjaan
IPK merupakan suatu indeks komposit yang dihitung menggunakan Bobot indikator
utama, bobot subindikator dan nilai minimum-maksimum (kriteria pengukuran) tiap-
tiapsubindikator. Proses penghitungan IPK, terdiriDari 5 (lima) tahapan, yaitu:
1) Menghitung nilai aktual tiap-tiap subindikator;
2) Menghitung nilai indeks tiap-tiap subindikator menggunakan nilai Aktual, bobot
dan nilai minimum-maksimum (kriteria pengukuran);
3) Menghitung nilai indeks tiap-tiap indikator utama dengan Menjumlahkan nilai
indeks seluruh subindikator pada tiap-tiap Indikator utama;
4) Menghitung nilai indeks pembangunan ketenagakerjaan nasional, Provinsi
ataukabupaten/kota (komposit) dengan menjumlahkan nilai Indeks 9 (sembilan)
indikator utama; dan
5) Penetapan status pembangunan ketenagakerjaan
Latar Belakang Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional memiliki 4 (empat) tujuan
utama, yaitu:
1. pendayagunaan seluruh angkatan kerja nasional dalam proses pembangunan nasional atau
perekonomian;
2. pemerataan kesempatan kerja di seluruh Indonesia;
3. perlindungan tenaga kerja di seluruh Indonesia; dan
4. kesejahteraan seluruh pekerja beserta keluarganya.
Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia dinilai dari tercapainya 4 (empat) tujuan
tersebut. Pencapaian 4 (empat) tujuan pembangunan ketenagakerjaan tersebut harus selalu dimonitor dan
dievaluasi secara berkesinambungan. Untuk itu, diperlukan suatu alat ukur yang sistematis, komprehensif,
obyektif, akurat, relevan, dan andal untuk dapat dinilai seberapa dekat posisi Indonesia dengan 4 (empat)
tujuan pembangunan ketenagakerjaan dimaksud.
Angka indeks merupakan ukuran kuantitatif yang lazim digunakan di dunia untuk mengukur
keberhasilan suatu pembangunan. Melalui angka indeks dapat diketahui area pembangunan mana saja
yang sudah baik ataupun masih kurang baik. Untuk itu, angka indeks sangat akurat digunakan dalam
mengukur keberhasilan pencapaian 4 (empat) tujuan pembangunan ketenagakerjaan.
Latar Belakang Ketenagakerjaan
Kementerian Ketenagakerjaan menggunakan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) untuk
mengukur keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan nasional maupun di setiap daerah provinsi.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdapat 9
(sembilan) indikator utama yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan.
Hasil indeks pada setiap indikator utama memberikan informasi mengenai kinerja mesin-mesin
pembangunan ketenagakerjaan, termasuk informasi mengenai berbagai permasalahan dan tantangan
ketenagakerjaan yang harus segera diselesaikan sehingga dapat diformulasikan berbagai kebijakan, strategi,
dan program pembangunan ketenagakerjaan yang tepat guna mendekatkan Indonesia pada 4 (empat) tujuan
utama pembangunan ketenagakerjaan.
Beberapa Peraturan Terkait
Indeks Ketenagakerjaan di Indonesia
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 Undang-Undang Cipta Kerja atau Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
 Keputusan Menteri Ketenagarkerjaan Nomor 206 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan
Ketenagakerjaan
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 166 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengukuran Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan
Beberapa indicator yang dimuat dalam
aturan
Pembangunan ketenagakerjaan merujuk pada upaya untuk menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan mengembangkan sektor ketenagakerjaan dalam suatu negara
atau wilayah. Proses ini bertujuan untuk memperbaiki tingkat pengangguran, meningkatkan taraf hidup
pekerja, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdapat 9
(sembilan) indikator utama yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan pembangunan
ketenagakerjaan. Indikator utama yang merupakan ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan
ketenagakerjaan yang dimaksud, yaitu:
1. perencanaan tenaga kerja;
2. penduduk dan tenaga kerja;
3. kesempatan kerja;
4. pelatihan kerja dan kompetensi kerja;
5. produktivitas tenaga kerja;
6. hubungan industrial;
7. kondisi lingkungan kerja;
8. pengupahan dan kesejahteraan pekerja; dan
9. jaminan sosial tenaga kerja
Indikator Ketenagakerjaan
1. Perencanaan Tenaga Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran efektifitas peran Perencanaan TenagaKerja dan sebagai guidance dalam Pemecahan
berbagai permasalahan ketenagakerjaan di masa Mendatang sehingga mampu mengarahkan pembangunan Ketenagakerjaan kepada
4 (empat) tujuan utama Pembangunanketenagakerjaan sesuai ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun2003tentang
Ketenagakerjaan.
2.Penduduk dan Tenaga Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran kemampuan suatu Perekonomiandalammemberdayakan dan mendayagunakan Angkatan
kerja secara optimal dan manusiawi.
3. Kesempatan Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran ketersediaan Kesempatan kerja dala jumlah dan kualitas yang Memadai/layak bagi seluruh
angkatan kerja.
4. Pelatihan Kerja dan Kompetensi Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran kemampuan Pemerintah untuk memberikan, meningkatkan, serta Mengembangkan
Kompetensi Kerja, produktivitas kerja, Disiplin, sikap dan etos kerja kepada seluruh angkatankerjaPada tingkat keterampilan dan
keahlian tertentu sesuai dengan Jenjangdankualifikasi jabatan atau pekerjaan yang Dibutuhkan oleh pembangunan nasional dan
daerah.
Indikator Ketenagakerjaan
5. Produktivitas Tenaga Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran kemampuan tenaga Kerja nasional dandaerah dalam menghasilkan barang dan Jasa, untuk
mendorong pertumbuhanekonomi ke level yang Tinggi.
6. Hubungan Industrial
Indikator utama ini merupakan gambaran efektivitas Hubungan industrial dalammewujudkan ketenangan bekerja Dan ketenangan
berusaha (industrial peace), sehingga dapat Mendorong produktivitas tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, Dan penciptaan
kesempatan kerja.
7. Kondisi Lingkungan Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran efektifitas Perlindungan terhadaptenagakerja melalui penyediaan Lingkungan kerja yang
aman dan nyaman sehinggadapatMeningkatkan produktivitas buruh/pekerja/karyawan dan Profitabilitas perusahaan.
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja
Indikator utama ini merupakan gambaran kemampuan suatu Perekonomiandalammewujudkan kesejahteraan bagi para
Buruh/pekerja/karyawan dan keluarganyamelalui sistem Pengupahan yang berkeadilan dan layak.
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Indikator utama ini merupakan gambaran ketersediaan Perlindungan dasar bagi angkatan kerja terhadap risiko Bekerja, dalam bentuk
Jaminan sosial.
Sub indikator dari indikator utama
1. Perencanaan Tenaga Kerja
- PerencanaanTenagaKerja Provinsi

2. Penduduk dan Tenaga Kerja


- Persentase Penduduk Usia Muda (15-24 tahun) yang Tidak SedangSekolah, Bekerja atau Mengikuti Pelatihan Atau Not in Education,
Employment, or Training (NEET).
- Persentase Anak (10-17 tahun) yang Bekerja.
- Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)
- Persentase Setengah Penganggur

3. Kesempatan Kerja
- Persentase Tenaga Kerja Forma
- Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Non-Pertanian (LPINP)
- Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Non-Pertanian (LPINP) Bagi Laki-laki
- Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Non-Pertanian (LPINP) Bagi Perempuan
- Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Pertanian (LPIP)
Sub indikator dari indikator utama
4. Pelatihan Kerja dan Kompetensi Kerja
- Tingkat Kapasitas Pelatihan Kerja
- Tingkat Lulusan Pelatihan Kerja
- Tingkat Lembaga Pelatihan Kerja yang Terakreditas

5. Produktivitas Tenaga Kerja


- Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja
- Laju Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja

6. Hubungan Industrial
- Tingkat Peraturan Perusahaan yang Disahkan
- Tingkat Perjanjian Kerja Bersama yang Didaftarkan
- Tingkat LKS Bipartit
- Tingkat Perselisihan Hubungan Industrial
Sub indikator dari indikator utama
7. Kondisi Lingkungan Kerja
- Tingkat Penerapan SMK3 di Perusahaan
- Tingkat Kecelakaan Kerja
- Tingkat Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja


- Tingkat Perusahaan yang Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
- Tingkat pekerja yang Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan Aktif
Dampak Positif dan Negatif
Indeks Ketenagakerjaan
Dampak Positif:
1. Peningkatan Investasi:
 Jika indeks ketenagakerjaan menunjukkan tingkat pengangguran yang rendah, ini dapat
memberikan sinyal positif kepada investor. Mereka mungkin lebih condong untuk berinvestasi
karena tenaga kerja yang tersedia terlihat produktif.
2. Peningkatan Konsumsi:
 Tingkat pengangguran yang rendah dapat meningkatkan daya beli masyarakat karena lebih banyak
orang memiliki pekerjaan. Hal ini dapat memicu peningkatan konsumsi, yang pada gilirannya
mendukung pertumbuhan ekonomi.
3. Peningkatan Produktivitas:
 Ketersediaan pekerjaan dapat mendorong peningkatan produktivitas karena orang yang bekerja
dapat memberikan kontribusi lebih besar terhadap produksi dan ekonomi.
Dampak Positif dan Negatif
Indeks Ketenagakerjaan
Dampak Negatif:
1. Tekanan Inflasi:
 Jika indeks ketenagakerjaan menunjukkan tingkat pengangguran yang sangat rendah, hal ini dapat menciptakan tekanan pada upah
dan menyebabkan kenaikan biaya hidup. Ini dapat berdampak negatif pada stabilitas harga dan menyebabkan inflasi.
2. Ketidaksetaraan Pekerjaan:
 Meskipun tingkat pengangguran rendah bisa positif, mungkin ada masalah ketidaksetaraan pekerjaan di antara sektor-sektor atau
kelompok-kelompok tertentu. Beberapa pekerja mungkin mendapat manfaat lebih besar daripada yang lain.
3. Overqualified atau Underemployed:
 Meskipun orang dapat memiliki pekerjaan, tingkat underemployment atau situasi di mana seseorang bekerja di bawah kapasitasnya
masih bisa menjadi masalah. Ini dapat merugikan perkembangan profesional dan kepuasan kerja.
4. Rentan Terhadap Perubahan Ekonomi:
 Tingkat pengangguran yang rendah tidak selalu berarti keamanan pekerjaan jangka panjang. Pekerjaan mungkin rentan terhadap
fluktuasi ekonomi, dan kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja secara masal.
Penutup
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan membawa visi menyeluruh dalam membentuk kebijakan dan
strategi pembangunan ketenagakerjaan. Melalui pengukuran indikator kesempatan kerja, indikator
pelatihan dan kompetensi kerja, serta indikator produktivitas tenaga kerja, kita dapat memahami,
merencanakan, dan mengimplementasikan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menciptakan
lingkungan tenaga kerja yang dinamis, berkualitas, dan berdaya saing. Dengan demikian, terwujudlah
transformasi positif dalam kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai