Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 3

Andi Gunawan
Imam Hidayat
Neneng Ulva T
Suci Nursya’bani Aldilah

KEHANCURAN ISLAM DI
ANDALUSIA
Kehancuran Islam di Andalusia
Konflik yang terjadi diantara sesama bangsa
Andalusia padaa saat yang sesak dengan aroma
fanatisme seperti itu sudah sampai pada batas harus
mengorbankan nilai-nilai sacral dan pertimbangan
yyang matang. Sentiment menjaga keutuhan
Negara, Agama, dan kepentingan bersama,
semuanya harus disisihkan demi memenuhi
ambisi-ambisi pribadi yang sempit.
Faktor Internal
1. Peralihan kekhalifahan yang kurang jelas
Karena system peralihan khalifah kurang jelas, maka diantara anggota keluarga bani
umayah saling memperebutkan kekuasaan, mereka saling mengklaim dirinya bahwa
dia merasa lebih berhak menjadi khalifah, disamping itu pula boleh jadi dikalangan
pembesar-pembesar kerajaan yang bukan dari kalangan mereka juga berambisi
menduduki kekhalifahan.
Ketika khalifah Hakam II pada tahun 350H/961M dalam usia 45tahun naik menjadi
khalifah menggantikan bapak nya Abdurahman III (921-961 M), beliau merupakan
khalifah ke2 dalam sejarah daulah Bani Umayyah di Andalusia. Beliau wafat pada
tahun 976m dalam usia 62 tahun dan masa pemerintahannya 17 tahun, kemudian
digantikan putranya Hisyam II (976-1009M) yang usia masih 10 tahun, oleh karena
masih muda maka jabatan pemangku kuasa bagi pelaksanaan pemerintahan umum
dijabat oleh Mughairah Ibnu Abdurahman III saudara bapaknya.
Amir Mughairah tidak lama berkuasa karena wafat.kemudian dilanjut Mulk Al
Mansur yang berkuasa sejak tahun 976-1003 M. sepeninggal Mulk Al Mansur
kemelut perebutan kekuasaan dalam daulat Bani Umayah di Spanyol berkelanjutan.
Lanjutan..
2. Munculnya kerajaan-kerajaan kecil
• Pada tahun 1030-1090 kesatuan pemerintahan kekhalifahan sepanyol terhapus
dan kemudian menjadi sejumlah kerajaan kecil. Islam di Andalusia
memuncak perkembangannya, setiap kerajaan di Malaga, Toledo, Sevila dan
Granada.
3. Fanatisme kesukuan
• Kalangan orang sepanyol dan Berber meandang bangsa Arab sebagai orang
Asing atau kaum pendatang, maka keberadaan pemerintahan Arab Islam di
Spanyol tidak berhasil menegakan ikatan kebangsaan ditengah_tengah
keragaman Ras dan Suku, akibatnya Imperium Islam Sepanyol terpecah
menjadi sejumlah kelompok yang saling bertentangan sehingga mempercepat
kehancuran pemerintahan Muslim di sepanyol.
4. Kesulitan ekonomi
• Para penguasa islam sepanyol membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai dalam membina
perekonomian, akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan
dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
Faktor Eksternal
1. Terpencilnya wilayah sepanyol
• Sepanyol daerah terpencil dari dunia islam yang lain ,
mereka selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan.
Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang
mampu membendung kebangkitan Kristen disepanyol.
2. Konflik antara Islam dengan Kristen
• Kehadiran orang arab memperkuat rasa kebangsaan orang
Kristen sepanyol, sehingga tidak pernah berhenti
pertentangan antara islam dengan Kristen dan setelah
beberapa abad kemudian raja raja Kristen mempersiapkan
diri untuk merebut kembali sepanyol.
Lanjutan..
Dengan munculnya Disintegrasi dalam Islam. Pada tahun
1085 alfonso ke 6 menaklukan Toledo, hal ini merupakan
awal pecahnya perang antara pihak muslim dengan Kristen.
Kemajuan pihak Kristen di imbangi pihak muslim, pada
tahun 1082 sebuah Delegasi ulamamengundang pihak
dinasti Almurabithun untuk terlibat membela muslim
sepanyol, sehingga pada tahun 1086 pasukan kerajaan
Murabithun mengalahkan Alfonso 6. Dinasti Murabithun
berkuasa tidak lama karena perlawanan local dan
bangkitnya gerakan kerajaan Almuwahidun dari afrika
memenangkan perlawanan pada tahun 1147, selanjutnya
Almuwahidun dikalahkan pada tahun 1212 oleh pasukan
gabungan orang orang Kristen.
Lanjutan..
Penggabungan kekuatan kerajaan Castile dan Leon
pada tahun 1230 M membuka jalan untuk
penaklukan Cordova tahun 1236 dan kota sevile
tahun 1248. Sementara itu pasukan Argon bergerak
kewilayah Valencia pada tahun 1238 dan Murcia
pada tahun 1243, pada pertengahan abad 13 hanya
Granada yang tetap bertahan dalam kekuasaan
Muslim, lantaran warganya berjumlah besar,
wilayah nya berbukit serta ekonominya produktif
untuk membayar pajak pada para Sultan Castile.
Kebesaran dan keagungan Granada tidak dapat bertahan
karena pada tahun 1469 kerajaan Ferdinand dari Argon dan
kerajaan Isabela dari Castilia bersatu menyerang kekuatan
Islam dibawah kekuasan Muhammad Ibn Al Ahmar di
Granada, dimana daerah itu terkenal dengan nama Al
Hambra pada tanggal 2 januari 1492 M ibukota Granada di
kepung dan di taklukan oleh penguasa Kristen dengan jatuh
nya Granada pada Kristen merupakan awal berakhirnya
sejarah warga muslim sepanyol. Setelah orang Kristen
menguasai Andalusia, gerakan kristenisasi dilaksanakan
yaitu memaksa orang islam menganut kembali agama
Kristen.
Pada tahun 1499 di bawah kepemimpinan kardinal ximenes de
Cisneros dimulailah suatu gerakan yang memaksa orang islam
menganut agama Kristen, kemudian berusaha menyingkirkan
semua buku arab yang menguraikan agama islam dengan
membakarnya. Pada tahun 1556 raja sepanyol philif II (1556-
1598) mengumumkan undang-undang agar kaum muslimin
yang masih tinggal diandalusia membuang kepercayaan,bahasa,
adat istiadat dan cara hidupnya. Kemudian pada tahun 1609, raja
Philip III (1598-1621) mengusir secara paksa semua kaum
muslimin dari Andalusia atau mereka dihadapkan pada dua
pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Andalusia, dengan
demikian hilanglah kekuasaan islam di seluruh sepanyol.

Anda mungkin juga menyukai