Anda di halaman 1dari 16

PERUBAHAN &

PENCABUTAN
GUGATAN
SERTA
PERDAMAIAN DI
SIDANG
PENGADILAN
Kelompok 5
Anggota kelompok

223020601197 VINDIRA EDKA JUNIAR

223020601185 IVANI DOMINICA RAJAGUKGUK

223020601200 MARGARET THATCER L

223020601209 ELISABETH BERLIANA PROSTIN

223020601222 HEIDIE NOLLE SIREGAR

213030601297 AYU ANDHYRA PUTRANTI KHADIJAH


PERUBAHAN GUGATAN
Perubahan gugatan dapat dilakukan apabila tidak
Dasar hukum perubahan gugatan adalah Pasal 127 Rv
bertentangan dengan azas-azas hukum secara
“Penggugat berhak untuk mengubah atau mengurangi
perdata, tidak mengubah atau menyimpang dari
tuntutannya sampai saat perkara diputus tanpa boleh
kejadian materiil.
mengubah atau menambah pokok gugatannya”

Perubahan gugatan diperbolehkan selama tidak merubah


Penggugat memiliki hak untuk mengajukan perubahan
materi gugatan, melainkan hanya segi formal
gugatan, namun hanya yang bersifat mengurangi
dari gugatan (misalnya: perubahan atau penambahan alamat
atau tidak menambah dasar daripada tuntutan dan
penggugat, nama dari penggugat atau
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar tuntutan.
tergugat).
BATAS WAKTU PENGAJUAN
PERUBAHAN GUGATAN
A. Sampai saat perkara diputus.
Tenggang batas waktu ini ditegaskan dalam rumusan Pasal 127 Rv. penggugat berhak
mengubah atau mengurangi tuntutan sampai saat perkara diputus. Jangka waktu ini dianggap
terlalu memberikan hak kepada penggugat untuk melakukan perubahan gugatan dan dianggap
sebagai kesewenang-wenangan terhadap tergugat.
B. Batas waktu pengajuan pada hari sidang pertama.
Buku pedoman yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung (MA) menegaskan bahwa batas
jangka waktu pengajuan perubahan gugatan hanya dapat dilakukan pada hari sidang pertama.
Selain itu, para pihak juga disyaratkan untuk hadir pada saat pengajuan perubahan gugatan.
C. Sampai pada tahap replik-duplik.
Batas jangka waktu pengajuan perubahan gugatan yang dianggap layak dan memadai
menegakkan keseimbangan kepentingan para pihak adalah sampai tahap replik-duplik
berlangsung. Perubahan gugatan diperbolehkan selama tidak merubah materi gugatan,
melainkan hanya segi formal dari gugatan (misalnya: perubahan atau penambahan alamat
penggugat, nama dari penggugat atau tergugat).
PEMBATASAN PERUBAHAN GUGATAN SECARA
KASUISTIK (SEBAB-SEBAB) BERDASARKAN PRAKTIK
PERADILAN, PERUBAHAN GUGATAN YANG DILARANG

01. Tidak Boleh Mengubah Materi Pokok Perkara


Salah satu variabel yang merupakan sisi lain dari istilah pokok perkara adalah istilah meteri pokok
perkara. Jadi dilarang perubahan gugatan atau tuntutan yang menimbulkan akibat terjadinya perubahan
materil pokok perkara.

02. Tidak Mengubah Posita Gugatan


Gugatan tidak dibenarkan jika terjadi perubahan yang mengakibatkan perubahan posita gugatan.
Larangan ini, dikemukakan dalam Putusan MA No. 1043 K/Sip/1971 yang menyatakan: “Yurisprudensi
mengizinkan perubahan gugatan atau tambahan asal hal itu tidak mengakibatkan perubahan posita, dan
pihak tergugat tidak dirugikan haknya untuk membela diri.”
Larangan yang sama dijumpai dalam catatan Putusan MA No. 943 K/Pdt/1985 yang menegaskan,
bahwa “Sesuai yurisprudensi perubahan gugatan selama persidangan diperbolehkan asal tidak
menyimpang dari posita, dan tidak menghambat pemeriksaan di sidang”.
PENCABUTAN GUGATAN

 Dasar hukum pencabutan gugatan diatur dalam ketentuan Pasal 271


dan Pasal 272 Regiment od de Rechtsvordering (RV).
 Pencabutan gugatan dilakukan dengan surat pencabutan gugatan yang
ditujukan dan disampaikan kepada ketua Pengadilan Negeri. Lalu
setelah menerima surat pencabutan gugatan, Pengadilan Negeri
menyelesaikan administrasi yustisial atas pencabutan.
PENCABUTAN GUGATAN
 Pencabutan gugatan pada dasarnya merupakan hak penggungat, akan tetapi hukum juga melindungi
hak tergugat.
 Apabila gugatan tersebut diajukan sebelum adanya jawaban tergugat, maka tidak perlu adanya
jawaban dari tergugat. Namun apabila pencabutan gugatan diajukan setelah adanya jawaban tergugat
maka perlu adanya persetujuan tergugat.
 Apabila tergugat menolak maka harus di catat di dalam berita acara sidang dan proses persidangan
berlanjut
 Apabila tergugat menerima maka pengadilan menerbitkan putusan atau penetapan pencabutan yang
bersifat final dengan pencoretan perkara dari registrasi atas alasan pencabutan
Di dalam Putusan Mahkamah Agung No .1841/K/Pdt /1984
menegaskan bahwa pencabutan gugatan dapat dilakukan apabila:

 Selama proses pemeriksaan perkara di persidangan belum


berlangsung, penggugat berhak mencabut gugatan tanpa
persetujuan tergugat.
 Setelah proses pemeriksaan berlangsung, pencabutan
masih boleh dilakukan, dengan syarat harus ada
persetujuan pihak tergugat.

Konsekuensi Hukum dari Pencabutan Gugatan


 Perkara berakhir;
 Tertutup semua upaya hukum;
 Keadaan para pihak kembali ke keadaan semula
PERDAMAIAN DI SIDANG
PENGADILAN
♦ Dasar hukum perdamaian di sidang
pengadilan diatur dalam pasal 130 HIR dan
Pasal 154 RBg, dimana apabila pada hari
sidang pertama kedua belah pihak hadir,
maka hakim harus berusaha mendamaikan
mereka.

♦ Mediasi merupakan salah satu


tahapan penyelesaian sengketa yang
harus dilalui.
♦ Mediasi dapat dilakukan dalam
pengadilan dan diluar pengadilan.
SYARAT-SYARAT MENCAPAI
PERDAMAIAN DI SIDANG
PENGADILAN

» Kesepakatan perdamaian/akta perdamaian yang


Para pihak yang ingin mencapai perdamaian di sidang dilakukan oleh para pihak mempunyai kekuatan
pengadilan perdata harus memenuhi beberapa persyaratan, antara mengikat sama dengan putusan hakim pada tingkat
lain: akhir, baik itu putusan kasasi maupun peninjauan
kembali.
» Para pihak harus mengajukan permohonan perdamaian
secara tertulis kepada hakim yang memeriksa perkara. » Para pihak dapat mengajukan kesepakatan
perdamaian secara tertulis kepada majelis hakim
tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembali
» Kesepakatan perdamaian harus diatur dalam bentuk akta untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian.
perdamaian yang ditandatangani oleh para pihak dan hakim.
» Jika para pihak memenuhi persyaratan tersebut
» Akta perdamaian harus memuat isi kesepakatan perdamaian dan kesepakatan perdamaian tercapai, maka hakim
dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan akan memfasilitasi proses perdamaian dan
perdamaian tersebut. menetapkan kesepakatan yang telah dicapai
sebagai putusan pengadilan.
TAHAPAN MENCAPAI
KESEPAKATAN

MEDIATOR MEDIASI KESEPAKATAN

♦ Pihak netral ♦ Mencapai


dalam Proses penyelesaian sengketa di
pengadilan melalui kesepakatan.
penyelesaian ♦ Tidak mencapai
perkara. perundingan
Untuk memperoleh kesepakatan.
♦ Hakim/pihak
lain. kesepakatan
PROSES MEDIASI

• PRA MEDIASI • MEDIASI • AKHIR MEDIASI

Tahap awal dimana Tahap dimana para pihak Tahap dimana para pihak
mediator menyusun yang bersengketa bertemu menjalankan kesepakatan-
sejumlah langkah dan dan berunding dalam suatu kesepakatan yang telah
persiapan sebelum forum mereka tuangkan bersama
mediasi dimulai dalam suatu perjanjian
tertulis
KESEPAKATAN

Mencapai Tidak Mencapai


Kesepakatan Kesepakatan
♦ Jika perdamaian berhasil, maka harus dinyatakan ♦ Jika usaha perdamaian tidak berhasil,
dalam surat perjanjian dibawah tangan yang maka mediator wajib menyatakan
ditulis di atas kertas bermaterai.
mediasi tidak berhasil mencapai
♦ Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, kesepakatan dan memberitahukan secara
mediator memeriksa materi kesepakatan tertulis kepada hakim pemeriksa perkara.
perdamaian untuk menghindari kesepakatan yang
bertentangan dengan hukum. ♦ Setelah menerima pemberitahuan
tersebut, hakim melanjutkan
♦ Para pihak mengajukan kesepakatan pada hakim pemeriksaan perkara sesuai ketentuan
untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian.
hukum acara yang berlaku.
“Segala perdamaian diantara para pihak mempunyai
suatu kekuatan seperti putusan hakim dalam tingkat
penghabisan. Tidak dapatlah perdamaian itu KUH Perdata
dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum Pasal 1858
atau dengan alasan bahwa salah satu pihak
dirugikan”

o Apabila usaha perdamaian berhasil, maka dituangkan kedalam suatu


“acte van dading”, kemudian dikukuhkan melalui putusan pengadilan
yang disebut “acte van vergelijk”, yang sama kekuatannya dengan
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
karenanya tidak diperkenankan membantahnya melalui upaya hukum
banding.

o Apabila isi perjanjian perdamaian tidak dilaksanakan oleh


salah satu pihak, maka pihak yang merasa dirugikan berhak
menggunakan prosedur eksekusi yang diatur dalam hukum
acara perdata.
Thank You!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes
icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai