Anda di halaman 1dari 79

Laporan Kasus

Oleh :
dr. Raden Wisnu M.A.
dr. Sri Wahyudi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN CIAMIS
2017
Identitas Penderita

 Nama penderita : Ny. S


 No RM : 468416
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 32 tahun
 Alamat : Cihaurbeuti, Ciamis
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Agama : Islam
 Tanggal dirawat : 5 April 2017
 Tanggal diperiksa : 5 April 2017
Anamnesis

Keluhan Utama :

Tekanan darah tinggi


6 hari lalu sekarang

-Mual mual KU :
Tekanan darah tinggi
(220/150 mmHg)
Mual (+)

Keluhan nyeri kepala


hebat(-), pandangan
kabur(-), nyeri ulu hati
hebat(-), BAK sedikit (-),
sesak disertai nafas
berbunyi(-).

Mules mules (-)


Keluar cairan ketuban (-)
Gerakan anak (+)

Merokok (-)
 Anamnesis khusus :
Seorang G2P1A0, merasa hamil 31 minggu rujukan dari bidan dengan mengeluh
tekanan darah tinggi ketika kontrol ke bidan 3 jam SMRS (TD 220/150 mmHg). 6
hari sebelum kontrol pasien mengalami mual terus menerus. Keluhan disertai
nyeri kepala hebat disangkal. Keluhan pandangan kabur dan nyeri ulu hati hebat
disangkal. Riwayat cepat lelah dan bengkak pada tungkai disangkal. Riwayat
BAK sedikit disangkal. Riwayat sesak disertai suara nafas berbunyi disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Mules-mules yang semakin sering dan bertambah
kuat belum dirasakan oleh ibu. Keluar cairan banyak dari jalan lahir disangkal.
Gerakan anak masih dirasakan oleh ibu.
Sebelum dirujuk ke RS, pasien telah diberikan penatalaksanaan pemasangan
infus RL, foley cateter, nifedipine, MgSO4
 RPD :
Memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum dan selama
kehamilan
 RPK :
Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tekanan darah
tinggi dari kedua orang tua.
Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus
dari ayah kandung.
Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung dari ibu
kandung
 Riwayat komsumsi obat :
Amlodipin
Metildopa
 Riwayat Obsteri :
1. Spontan/ RSUD / IUFD / Laki-laki/ 2015
2. Hamil ini
KETERANGAN TAMBAHAN

 Menikah : Pernikahan Ke 1 sejak tahun 2013


Istri : 28 tahun, SMP, IRT
Suami : 32 tahun, SD, Pedagang
 HPHT : Tidak diketahui
 Menarche : 13 tahun
 Siklus menstruasi : Teratur 28 hari, lamanya 4 - 6 hari
 TP : Tidak Diketahui
 ANC : Di bidan 7x, kontrol 1x tiap bulan.
sampai usia kehamilan sekarang.
Imunisasi Tetanus (-) Multivitamin (+)
 Kontrasepsi : (-)
 USG : Di PKM Cihaurbeuti 3x
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalis
Tanda Vital
-Keadaan Umum : sakit sedang
-Kesadaran : Kompos mentis
-Tekanan darah : 260/140 mmHg
-Nadi : 126x/menit
-Respirasi : 24x/menit
-Suhu : 36.8 C
Antropometri
Berat badan : 57 kg
Tinggi Badan : 146 cm
Kepala : Bentuk dan ukuran simetris
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
pupil bulat isokor, reflek cahaya +/+
Hidung : Simetris, PCH (-), sekret -/-, darah -/-
Telinga : Pada MAE sekret -/-, hiperemis -/-, serumen -/-
Mulut : POC (-), faring tenang, Tonsil T1-T1 tenang.
Leher : KGB tidak teraba membesar di kanan kiri
JVP 5+0 cmH20
PEMERIKSAAN FISIK

 Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris.


Paru-paru
 Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan,
retraksi intercostal (-)
 Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri
 Auskultasi: VBS kanan=kiri, Ronki -/-, Wh -/-
Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
 Palpasi : iktus kordis tidak teraba, kuat angkat -,
penjalaran -
 Auskultasi : bunyi jantung murni,S1, S2, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus (+), normal
Palpasi : DM (-), PS/PP (-), NT (-)
Hepar/Lien sulit dinilai
Perkusi : Pekak samping (-)
Anggota gerak/Ekstremitas : Akral hangat,
Capillary refill time <2 detik Deformitas (-)
Edema (-/-)
Varises (-/-)
Status Obstetrikus
 Pemeriksaan Luar:
Inspeksi : Tampak membesar
Palpasi :
 Leopold I : - TFU 25 Cm
- teraba 1 bagian besar, bulat, lunak, tidak melenting
 Leopold II : - kiri : teraba bagian keras seperti papan
- kanan : teraba bagian-bagian kecil janin
 Leopold III : Teraba bagian keras dan melenting
 Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul
(5/5 PAP)
Auskultasi : DJJ : 156 x/menit
His : (-)
Kesan :
TFU 25 cm, Letak janin presentasi kepala, puki
 Taksiran berat janin
BB : (TFU – 13) x 155
: (25-13) x 155
: 12 x 155
: 1860 gram
Pemeriksaan Penunjang
USG
15/11/2016

Ukuran kehamilan : 8
minggu
Taksiran : 24/06/2017
17/01/2017

Ukuran kehamilan : 17
minggu
Taksiran : 27/06/2017
21/03/2017

Ukuran kehamilan : 25
minggu
Taksiran : 12/07/2017
Diagnosis Kerja

G2P1A0 28 minggu + Hipertensi Kronik superimposed


preeklampsia + HELLP Syndrome + Janin tunggal hidup
IUGR + Letak presentasi kepala
Penatalaksanaan
 Non medikamentosa:
 Tirah Baring
 Observasi KU, His, DJJ, Tanda tanda vital, urine output

 Medikamentosa
 Infus RL 20 gtt/menit (sudah terpasang)
 Metildopa 3x 250 mg per oral
 Nifedipin 3x 10 mg per oral
 MgSO4 :
A. Dosis awal : MgSO4 20% 4 gr dalam 100cc RL  diberika 15-20 menit ( sudah
diberikan sebelum dirujuk )
B. Dosis pemeliharaan : MgSO4 20% 5 gr dalam 500cc RL  20-30 gtt/menit
selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam setelah
persalinan
 Dexametason 2x10 mg iv
 Pasang Foley Cateter (sudah terpasang)
 Monitor kadar trombosit , liver enzyme
Follow Up
Hari 2 ( 6 April 2017)
S : (-)
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 230 / 130
Nadi: 100x/ menit
Resirasi: 20x/ menit
Suhu : 36.8 C

Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Status Obstetrikus
His : (-)
DJJ : 136x/menit
 Pemeriksaan penunjang

A : G2P1A0 gravida 31 minggu + Hipertensi Kronik


superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome + Janin
tunggal hidup IUGR + Letak presentasi kepala
P:
Rawat Intensive Care Unit
Non medikamentosa : -dilanjutkan
Medikamentosa : - dilanjutkan
- terminasi kehamilan
 Tindakan Obsterik
Terminasi kehamilan :
Sectio caesarea a/i Hipertensi Kronik
superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome + Janin
tunggal hidup IUGR
Identifikasi Bayi

 Nama Bayi : By
Jenis kelamin perempuan
BB 800 Gr
PB 34 cm
LK 19 CM
LD 19 CM
LLA 5 Cm
BAK +
SpO2 99 %
Nadi : 133 x/mnt
RR : 46x/menitx
Follow Up
Hari 3 ( 7 April 2017)
S : Nyeri area luka operasi
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 207 / 136 mmHg
Nadi : 120x/ menit
Resirasi : 24x/ menit
Suhu : 37C
Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Urine output : 530 cc
Status obstetrikus
TFU : 1 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutu verban, pus(-),rembesan darah (-)
 Pemeriksaan penunjang

A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi Kronik


superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome + Janin tunggal
IUGR

P:
Rawat Intensive Care Unit post SC
Non medikamentosa : Observasi KU,Tanda tanda vital, urine output
Medikamentosa :
Infus RL 20 gtt/menit
Cefazolin 1x1 gr iv (skin test (+)) Ceftriaxon 1x1 gr iv
Dopamet 3x 500 mg po
Dexametasone 2x 5 mg iv Ganti
Nifedipine 3x10 mg po
Ketorolac 3x10 mg iv
Ranitidine 2x50 mg iv
Sulfas ferrosus 2x1 po
Vit B Complex 2x1 po
Follow Up
Hari 4 ( 8 April 2017)
S : Nyeri area luka operasi
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 170 / 120 mmHg
Nadi : 120x/ menit
Resirasi : 24x/ menit
Suhu : 37C
Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Urine output : 3040 cc
Status obstetrikus
TFU : 1 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutup verban, pus(-),rembesan darah (-)
 Pemeriksaan penunjang

A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi


Kronik superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome +
Janin tunggal IUGR

P:
Rawat ruangan nifas
Non medikamentosa : lanjutkan
Medikamentosa : lanjutkan
Follow Up
Hari 5 ( 9 April 2017)
S : nyeri area luka operasi
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 170 / 100 mmHg
Nadi : 108x/ menit
Resirasi : 20x/ menit
Suhu : 36.8C
Status Generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Urine output : 1400 cc
Status obsterikus
TFU : 1 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutup verban, pus(-),rembesan darah (-)
A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi
Kronik superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome +
Janin tunggal IUGR

P:
Non medikamentosa : dilanjutkan
Medikamentosa :
Infus RL 20 gtt/menit
Dopamet 3x 500 mg PO
Nifedipine 3x10 mg PO
Asam Mefenamat 3x500 mg PO
Sulfas ferrosus 2x1 po
Vit B Complex 2x1 po
Foley cateter dilepas
Follow Up
Hari 6 ( 10 April 2017)
S : (-)
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 200 / 100 mmHg
Nadi : 124x/ menit
Resirasi : 20x/ menit
Suhu : 36.8C
Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Status obsterikus
TFU : 2 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutup verban, pus(-),rembesan darah (-)
A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi
Kronik superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome +
Janin tunggal IUGR

P:
Non medikamentosa : lanjutkan
Medikamentosa : lanjutkan
Follow Up
Hari 7 ( 11 April 2017)
S : (-)
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 160 / 100 mmHg
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36.8C
Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Status obstetrikus
TFU : 2 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutup verban, pus(-),rembesan darah (-)
 Pemeriksaan penunjang

A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi


Kronik superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome +
Janin tunggal IUGR

P:
Non medikamentosa : dilanjutkan
Medikamentosa : Infus RL 20 gtt/menit
Dopamet 3x 500 mg PO
Asam Mefenamat 3x500 mg PO
Sulfas ferrosus 2x1 po
Vit B Complex 2x1 po
Follow Up
Hari 8 ( 12 April 2017)
S : (-)
O : Kes : CM
Tekanan Darah : 180 / 100 mmHg
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 23x/ menit
Suhu : 37 C
Status generalis
Mata : Konjungtiva Anemis -/- Sklera Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat
THT : pch -/-
Thorax : B/G Simetris
Cor : BJ SI & S2 Reguler
Pulmo : VBS +/+ wh -/- rh -/-
Abdomen : BU (+) Cembung NT(-)
Ekstrimitas : CRT < 2’’ , Edema -/-
Status obstetrikus
TFU : 2 jari dibawah umbilical
Status lokalis luka
luka tertutup verban, pus(-),rembesan darah (-)
A : P2A0 Partus Prematurus dengan SCTP a/i Hipertensi
Kronik superimposed preeklampsia + HELLP Syndrome +
Janin tunggal IUGR

P:
Non medikamentosa : dilanjutkan
Medikamentosa : Infus RL 20 gtt/menit
Dopamet 3x 500 mg PO
Asam Mefenamat 3x500 mg PO
Sulfas ferrosus 2x1 po
Vit B Complex 2x1 po
Pasien pulang dengan status perbaikan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Preeklampsia – termasuk eklampsia – adalah


penyakit hipertensi dengan gejala utama adalah
hipertensi akut pada ibu hamil dan dalam masa nifas.
Proteinuria gejala penting dan diagnosa
preeklampsia akan sulit ditegakkan jika gejala ini tidak
ditemukan (Chesley, 1985).
 Hipertensi
Tekanan darah 140/90 mmHg diukur dua kali selang 4
jam setelah penderita istirahat.
Edema tungkai juga sudah tidak digunakan lagi
sebagai kriteria hipertensi karena terlalu banyak
ditemukan pada kehamilan normal, kecuali edema
anasarka.
 Proteinuria
Jumlah protein urin per 24 jam ≥ 300 mg atau jumlah
protein urin 30 mg/L dari urin tengah, acak yang tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing (1+
dipstick).
Epidemiologi

 National Center of Health Statistic (1998), hipertensi dalam


kehamilan merupakan faktor resiko medis yang paling sering
terjadi (Ventura dkk, 2000). Kasus ini ditemukan pada 146.320 ibu
hamil atau 3,7% dari seluruh kehamilan yang berakhir dengan
kelahiran hidup. Dari kelompok ini, 12.345 kasus didiagnosa sebagai
preeklampsia.
 Amerika Serikat 18% dari 1450 kematian ibu hamil di dari tahun
1987 sampai 1990 disebabkan oleh komplikasi hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
 Di RS Hasan Sadikin Bandung, pada periode 1991 – 1994 5,8%
kasus preeklampsia dan 0,6% kasus eklampsia.
Faktor Resiko
Riwayat penyakit terdahulu dan
Berhubungan dengan partner lelaki :
riwayat penyakit keluarga:
 Primigravida dengan  Riwayat pernah
umur ekstrim preeklampsia
 Hipertensi kronik
 Penyakit ginjal
 Obesitas
 Diabetes gestasional,
Berhubungan dengan diabetes
kehamilanmellitus
: tipe 1
 Mola hidatidosa Pasien memiliki
 Kehamilan multiple riwayat:
 Infeksi saluran kencing a. Hipertensi
 Hydrops fetalis Kronik
 Inseminasi donor dann b. preeklapmsia
donor oocyte.
Patofisiologi
Klasifikasi
 Preeklampsia
Sindroma spesifik kehamilan dengan penurunan
perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan
aktivasi endotel.
Kriteria minimum:
1. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan
20minggu
2. Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 dipstick
Preeklamspsia Preeklampsia berat

 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg  Desakan darah : pasien dalam keadaan istirahat desakan
sistolik > 160 mmHg dan desakan diastolik > 90 mmHg
sampai ≤ 160/110 mmHg  Proteinuria ≥ 5 gr selama 24 jam atau dipstick 2+
 Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam  Oliguria: produksi urine < 400-500 cc/ 24 jam
 Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguri (< 400 ml/24 jam)
jumlah urine atau dipstick ≥ 1+  Trombosit < 100.000/mm3.
 Edema paru dan cyanosis
 Nyeri epigastrium dan nyeri kuadaran atas kanan abdomen:
disebabkan teregangnya kapsula glisone. Nyeri dapat sebagai
gejala awal rupture hepar
 Gangguan otak dan visus: perubahan kesadaran, nyeri kepala,
dan pandangan kabur.
 Gangguan fungsi hepar: peningkatan alanine atau aspartate
amino transferase
 Sindroma HELLP
Bila pada kasus preeklampsia sudah ditemukan kejang
dan atau koma, maka penyakit ini disebut dengan
eklampsia
 Hipertensi Gestasional
Ibu hamil yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg
atau lebih untuk pertama kalinya pada masa kehamilan
namun tidak ditemukan proteinuria.
 Kriteria :
1. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang ditemukan untuk
pertama kalinya pada saat kehamilan
2. Tidak ditemukan proteinuria
3. Tekanan darah kembali normal < 12 minggu post-partum
4. Diagnosa akhir hanya bisa ditegakkan pada masa post-
partum
5. Kemungkinan ditemukan gejala-gejala yang menyerupai
preekalmpsia, seperti; nyeri epigastrium atau
trombositopenia
 Hipertensi Kronis
Semua gangguan hipertensi kronis apapun penyebabnya merupakan
predisposisi terhadap timbulnya preeklampsia maupun eklampsia.
Diagnosa dari hipertensi kronik didapatkan dari;
 Hipertensi yang terdeteksi sebelum kehamilan 20 minggu
 Hipertensi yang persisten dalam waktu yang lama setelah melahirkan
 Penggunaan obat antihiertensi sebelum kehamilan
Pasien memiliki :
 Ditemukan kelainan jantung, dm, dan ginjal a. Hipertensi
 > 35 tahun sebelum
 Umumna Multipara kehamilan
 Dampak :
A. Ibu : resiko solusio plasenta dan superimposed
preeklampsia
B. Anak : pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
 Hipertensi dengan superimposed preeklampsia
Merupakan hipertensi kronik disertai gangguan ginjal
dengan protein uria.
Gejala :
proteinuria, gejala neurologic, gangguan visus, nyeri
kepala hebat, edema anasarka, oliguria, edema paru
Kelainan laboratorium :
kenaikan serum kreatinin, trombositopenia, kenaikan
transaminase serum hepar
Pasien memiliki :
a. Tekanan Darah
260/140 mmHg
b. Protein urin +2
c. Kenaikan Nilai
SGOT SGPT
d. Trombositopenia
Gejala berat hipertensi kehamilan

Abnormalitas
Tekanan darah diastolik < 100 mmHg ≥ 110 mmHg
Proteinuria Trace 1+ Persisten ≥ 2+
Sakit kepala Tidak ada Ada
Nyeri perut bagian atas Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Kejang (eklamsi) Tidak ada Ada
Serum Kreatinin Normal Meningkat Pasien
Trombositopeni Tidak ada Ada
Peningkatan enzim hati Minimal Nyata
Hambatan pertumbuhan
Tidak ada Nyata
janin
Oedem paru Tidak ada Ada
Hellp syndrom

Definisi

Suatu kerusaka multi sistem dengan tanda – tanda


hemolisis, peningkatan enzim hati dan trombositopenia
yang diakibatkan disfungsi endotel sitemik.
Epidemiologi

 Hellps syndrome terjadi pada  Hellps syndrome pospartum


0,5-0,9% dari semua kehamilan biasanya terjadi pada 48 jam
dan 10-20% pada kasus pertama pada wanita dengan
Preeklampsia Berat. Sekitar 70% proteinuria dan hipertensi yang
kasus hellps syndrome terjadi terjadi pada saat persalinan.
sebelum persalinan dengan
frekuensi tertinggi pada usia
kehamilan 27-37 minggu.
 Diagnosis
 Gejala tidak khas : Malaise, mual muntah (50%), nyeri kepala (30-
60%)
 Gejala preeklampsia
 disfungsi sel hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
 Hemolisis intravaskular : LDH>600U/L, AST, bilirubin total >1.2 mg/dl
 Trombositopenia
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri kuadran kanan atas
abdomen, tanpa memandang ada tidaknya gejala preeklampsia, harus
dipertimbangkan sindroma HELLP
Klasifikasi mississipi berdasarkan
kadar trombosit

Kelas TOMBOSIT (/ ML) LDH (IU/I) AST/ALT (IU/I)

I ≤ 50.000 ≥ 600 ≥ 40

II 50001-100.000 ≥ 600 ≥ 40

III 100.001-150.000 ≥ 600 ≥ 40

Klasifikasi berdasarkan jumlah kelainan yang ada


pada pasien dibagi :
 Sindroma hellp parsial: mempunyai satu atau
dua kelainan
 Sindroma hellp total : mempunyai ketiga
kelainan.

Pada
pasien
Komplikasi

 ibu : kematian 1,1 %, 1-25% berkompliasi serius, seperti


DIC, respiratsi distress yndrome, kegagalan
hepatorena,l edema pulmo dan ruptur hati.
 Janin : kematian janin dalam rahim, kematian
neonatus, lahir prematur dan nilai APGAR yang
rendah, IUGR, sindrome gangguan pernapasan.

Janin pasien :
IUGR
Tatalaksana

Tujuan
 Mencegah terjadinya eklampsia
 Kelahiran anak dengan kemungkinan hidup yang
besar
 Persalinan dengan trauma yang seminimal mungkin
dengan upaya menghindari kesulitan untuk persalinan
berikutnya
 Mencegah hipertensi yang menetap
 Prenatal Care
Pada tingkat permulaan, preeklampsia tidak menunjukkan
gejala-gejala sehingga dibutuhkan deteksi dini melalui prenatal
care yang baik. Penentuan pemeriksaan prenatal hendaknya
dilakukan setiap 4 minggu sampai minggu ke-28, kemudian
dilanjutkan setiap 2 minggu sampai minggu ke-36, dan
selanjutnya setiap minggu pada bulan-bulan akhir kehamilan.
Pada pemeriksaan kehamilan hendaknya ditentukan
tekanan darah, penambahan berat badan, adanya edema, dan
proteinuria
Preeklampsia
Rawat jalan
 Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai
keinginannya
 Diet reguler: tidak perlu diet khusus
 Roboransia
 Tidak perlu restriksi konsumsi garam
 Tidak perlu pemberian diuretik, anti hipertensi dan sedativum
 Kunjungan ulang setiap 1 minggu
Rawat inap
Indikasi preeklampsia ringan dirawat inap:
 Hipertensi menetap selama > 2 minggu
 Proteinuria menetap selama > 2 minggu
 Hasil tes laboratorium abnormal
 Adanya gejala atau tanda satu atau lebih preeklamsia berat
Pemeriksaan dan monitoring pada ibu:
 Pengukuran desakan darah tiap 4 jam kecuali ibu tidur
 Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen
 Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk RS dan penimbangan dilakukan
setiap hari
 Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan impending eklampsia: nyeri
kepala frontal atau oksipital, gangguan visus, nyeri kuadran kanan atas perut dan nyeri
epigastrium.
Pemeriksaan laboratorium:
 Proteinuria
 Hematokrit dan trombosit
 Tes fungsi hepar
 Tes fungsi ginjal
 Pengukuran produksi urin tiap 3 jam
 Preeklampsia Berat
 Perawatan Aktif
Indikasi:
Bila didapatkan satu/ lebih keadaan dibawah ini :

Ibu :
 kehamilan > 37 minggu
 adanya gejala impending eklamsi
 Kegagalan terapi konservatif
Janin :
 adanya tanda – tanda fetal distress
 Tanda – tanda IUGR
 Oligohidramnion
Laboratorik :
 Adanya HELLP syndrome: kenaikan SGOT, SGPT, LDH, Trombositopenia  150.000/ml.
Cara pemberian MgSO4 :
Pemberian melalui intravena
Dosis awal :
 4 gram ( 20 cc MgSO4 20 % ) dilarutkan kedalam 100 cc
ringer laktat, diberikan selama 15 – 20 menit
Dosis pemeliharaan :
 6 gram ( 50cc MgSO4 20% ) dalam 500 cc cairan RL,
diberikan dengan kecepatan 1 – 2 gram/jam ( 20 – 30 tetes
per menit )
Pemberian melalui intramuskuler secara berkala :
Dosis awal :
 4 gram MgSO4 ( 20 cc MgSO4 20% ) diberikan secara i.v.
dengan kecepatan 1 gram/ menit
Dosis pemeliharaan
 Selanjutnya diberikan MgSO4 4 gram ( 10 cc MgSO4 40% )
i.m. setiap 4 jam tambahkan 1 cc lidokain 2% pada setiap
pemberian i.m. untuk mengurangi perasaan nyeri dan
panas.
Anti Hipertensi diberikan bila :
Tekanan darah : Bila tensi  140/90
Obat – obat antihipertensi
 Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg i.v
pelan-pelan selama 5 menit.
 Dosis dapat diulang dalam waktu 15-20 menit sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan.
Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
 Nifedipin: 10mg, dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120mg/24 jam) sampai terjadi
penurunan tekanan darah.
 Labetalol 10mg i.v. Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi
pemberian 20mg setelah 10 menit, 40mg pada 10 menit berikutnya, diulangi 40mg
setelah 10 menit kemudian dan sampai 80mg pada 10 menit berikutnya.
 Bila tidak tersedia, maka dapat diberikan Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10cc larutan
garam faal atau air untuk suntikan. Disuntikkan mula-mula 5cc i.v perlahan-lahan selama
5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka
diberikan lagi sisanya 5 cc i.v selama 5 menit. Kemudian diikuti dengan pemberian
secara tetes sebanyak 7 ampul dalam 500 cc dextrose 5% atau martos 10%. Jumlah
tetesan dititrasi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan, yaitu penurunan MAP
sebanyak 20% dari awal. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 10 menit sampai
tercapai tekanan darah yang diinginkan, kemudian setiap jam sampai tekanan darah
stabil.
Lain-lain
Obat-obat antipiretik:
 Diberikan bila suhu rektal > 38,5 c.
 Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol.
Antibiotika
 Diberikan atas indikasi.
 Direkomendasikan pemberian kortikosteroid jika janin hidup
dan persalinan segera setelah stabilisasi kondisi ibu pada
wanita dengan preeklamsia berat yang mengalami komplikasi
sebagai berikut:
 Hipertensi berat tidak terkontrol
 eklamsia
 edema paru
 abrupsio plasenta
 adanya status janin yang tidak meyakinkan
 kematian janin intrapartum
Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan :
Belum Inpartu :
 Induksi persalinan: amniotomi+tetes oksitosin dengan syarat
skor bishop ≥ 6.
 Sectio Caesaria
Bila:
a. tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi
tetes oksitosin.
 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif
Sudah Inpartu
Kala I
Fase Laten :
 Amniotomi + tetes oksitosin dengans yarat skor bishop ≥ 6
Fase Aktif :
 Amnoiotomi
 Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin
 Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,
pertimbangkan S.C.
 Catatan : amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal
Kala II
 Pada persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan.
Pengelolaan Konservatif
Indikasi :
 Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklampsi dengan keadaan janin baik.
Pengobatan medisinal :
 Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya
dosis awal Mg SO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja (MgSO4 40% 8
gram i.m). Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-
tanda preelamsi ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Pengelolaan Obstetrik
 Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan
evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk
pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk mamantau
kesejahteraan janin.
 Bila setelah 2 x 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan
ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan
harus diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan
pengelolaan aktif.
 Monitoring kadar trombosit 12 jam
 Pemberian dexametasone antepartum dalam bentuk double dose
 trombosit < 100.000/ml atau 100.000-150.000/ml disertai tanda
eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium maka diberikan
dexametasone 10 mg iv tiap 12 jam
 post partum dexametasone diberikan 10 mg iv / 12 jam 2x, kemudian
diikuti 5 mg iv / 12 jam 2x
 Terapi dexametasone dihentikan bila perbaikan :
a. Trombosit > 100.000 ml
b. LDH
c. Perbaikan gejala preeklampsia-eklampsia
 Hipertensi Kronik
Jenis obat antihipertensi :
a. Metildopa 500 mg 3x per hari, max 3 gr per hari
b. Calcium channel blocker : Nifedipin 30-90 mg/hari
c. Diuretic thiazide : mengganggu aliran darah utero
plasenta jadi tidak diberikan
Obat Dosis Keterangan
Methyldopa 0.5- 3.0 gram/hari Pilihan obat berdasar
NHBEP, tercatat aman
pada trimester awal
Nifedipin 30-120 mg/hari Memiliki efek sinergis
dengan MgSO4 untuk
menurunkan tekanan
darah
Hydralazin 20-300 mg/hari dibagi Dapat digunakan
dalam 2-4 dosis bersama agen
pemberian simpatolitik, dapat
menyebabkan
trombositopenia
neonates
Β-Blocker Tergantung pada agen Menurunkan tekanan
yang dipilih darah uretroplasenta,
menyebabkan stress
hipoksia janin, resiko
growth restriction pada
trimester I-II (atenolol),
dosis terlalu tinggi
menyebabkan
hipoglikemi neonates
Obat Dosis Keterangan
Hidrochlortiazid 12.5 – 25 mg/hari Menyebabkan
gangguan elektrolit,
dapat digunakan
sebagai kombinasi
dengan metildopa dan
vasodilator untuk
mengurangi retensi
cairan

Kontraindikasi ACE- Menyebabkan fetal


inhibitor dan ARB death, gangguan
jantung, fetophaty,
oligohidramnion,
growth restriction,
renal agenesis dan
neonatal anuric renal
failure
Prognosis

Kematian ibu bersalin pada hellps syndrome mencapai


24% dan angka kematian perinatal 4-9%

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA

 Cunningham, F.G et al: Williams Obstetrics 21st Editions. McGraw-Hill Medical Publishing Divisions.

 Fakultas Kedokteran Univeresitas Padjadjaran. 2005: Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Editor:
Prof.Sulaiman S, dr.,SpOG (K); Prof.DR.Djamhoer M, dr.,MSPH,SpOG(K); Prof.DR.Firman F W, dr.,SpOG(K).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 Kelompok Kerja Penyusunan Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. Pedoman
Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. Edisi kedua. Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI,
2005.

 Krisnadi.S.R., dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin. Edisi
pertama. Bagian Obstetri Ginekologi FK UNPAD/RS. Dr. Hasan Sadikin. Bandung, 2005.

 ACOG. Hypertension in Pregnancy. Washington D.C.: American College of Obstetricians and Gynecologists; 2013.

 Basaran A, Basaran M, Basaran B, Sen C, Martin JN. Controversial clinical practices for patients with
preeclampsia or HELLP syndrome: a survey. Journal of perinatal medicine. 2015;43(1):61-6

Anda mungkin juga menyukai