Anda di halaman 1dari 33

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM ENDOKRIN
ANATOMI KELENJAR ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem yang mengontrol fungsi tubuh dengan
perantaraan zat kimia atau hormon yang diangkut ke seluruh tubuh dalam
darah.

Di dalam tubuh terdapat sekelompok sel-sel khusus yang mempunyai fungsi


melepaskan zat kimiawi ke dalam tubuh. Sekelompok sel ini disebut
kelenjar endokrin.

Sel-sel ini sering dianggap sebagai kelenjar tak bersaluran karena sekresinya,
hormon masuk secara langsung ke dalam darah yang mengalir dalam kelenjar
tersebut, tidak ke dalam saluran, seperti halnya dengan kelenjar eksokrin
(Kimball, 1994: 613).

Sistem endokrin berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan


fungsi tubuh. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan
homeostasis.

Sistem endokrin bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
PERBEDAAN SISTEM HORMON DAN SISTEM SARAF
LANJUTAN ANATOMI KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin.

Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin terdapat pada
pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid.

Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ
internal (lapisan traktus intestinal-sel APUD) (Sherwood, 2001).

Pembeda Kelenjar Eksokrin Kelenjar Endokrin


Daerah sekresi Keluar permukaan internal atau Dalam tubuh
eksternal tubuh
Jenis senyawa yang Bermacam-macam seperti enzim, Hormon
dihasilkan minyak, air susu, air mata dll
Cara Transportasi Ditransportasikan melalui saluran Ditransportasikan melalui
khusus pembuluh darah
Contoh Kelenjar air mata, kelenjar keringat, Kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal
kelenjar ludah
KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar Hipotalamus
Kelenjar Pituitary / Hipofisis
Kelenjar Tyroid
Kelenjar Paratyroid
Kelenjar Pankreas
Kelenjar Adrenal
Kelenjar Pineal
Kelenjar Timus
Kelenjar Gonad
KELENJAR HIPOTHALAMUS

Hipotalamus terletak pada bagian otak depan (diensephalon).

Fungsi utama hipotalamus adalah untuk menjaga keseimbangan


tubuh. Contohnya adalah munculnya sinyal rasa lapar sehingga
kita tahu bahwa kita membutuhkan makanan agar tetap dalam
kondisi stabil dan sehat.
Hipotalamus berperan sebagai penghubung antara sistem endokrin
dan sistem saraf untuk memunculnya sinyal tertentu.
Area ini berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, mulai dari
melepaskan hormon, menjaga temperatur tubuh, mengontrol rasa
lapar maupun haus, detak jantung, siklus tidur, perilaku seksual,
hingga suasana hati seseorang.
KELENJAR HIPOTHALAMUS
Hipotalamus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:

1. Bagian anterior (depan)


Bagian depan hipotalamus terlibat dalam pelepasan berbagai hormon. Banyak dari hormon ini berinteraksi dengan
kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon-hormon lainnya.

Berikut adalah beberapa hormon penting yang diproduksi di bagian anterior hipotalamus:

CRH (corticotropin-releasing hormone)


CRH terlibat dalam respon tubuh pada stres fisik maupun emosional. Pelepasan hormon ini akan memberi sinyal
pada kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon ACTH (adrenokortikotropik), yang selanjutnya memicu
produksi hormon stres kortisol.

TRH (thyrotropin-releasing hromone)


TRH dilepaskan untuk mendorong kelenjar pituitari memproduksi hormon TSH (thyroid-stimulating hormone).
TSH berperan penting dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk fungsi jantung, otot, dan saluran cerna.

GnRH (gonadotropin-releasing hormone)


GnRH diproduksi untuk membuat kelenjar pituitari membuat berbagai hormon reproduksi penting, seperti FSH
dan LH.
LANJUTAN KELENJAR HIPOTHALAMUS

Oksitosin
Oksitosin dapat mengontrol berbagai perilaku dan emosi penting, seperti ketertarikan seksual, kepercayaan, dan kasih
sayang. Hormon ini juga terkait dengan beberapa fungsi reproduksi, seperti saat melahirkan dan menyusui.

Vasopressin
Vasopressin adalah hormon yang mengatur kadar air dalam tubuh. Pelepasan hormon ini akan memberi sinyal pada
ginjal untuk menyerap air.

Somatostatin
Somatostatin adalah hormon yang bekerja untuk menghentikan kelenjar pituitari memproduksi beberapa hormon
tertentu, seperti hormon pertumbuhan dan TSH (Thyroid Stimulating Hormon).

Bagian depan hipotalamus juga membantu mengatur temperatur tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bagian ini juga
yang mengatur ritme sirkadian tubuh, seperti bangun saat siang hari dan tidur di malam hari.
LANJUTAN KELENJAR HIPOTHALAMUS

2. Bagian tengah
Bagian tengah hipotalamus berfungsi untuk mengontrol
nafsu makan dan terlibat dalam pelepasan hornon GHRH.
GHRH alah hormon pemicu untuk kelenjar pituitari agar
kelenjar ini memproduksi hormon pertumbuhan.

3. Bagian posterior (belakang)


Bagian posterior hipotalamus berfungsi membantu
mengatur temperatur tubuh dengan menghentikan produksi
keringat dan membuat seseorang mengigil. Bagian ini juga
diperkirakan berperan dalam fungsi memori otak.
KELENJAR PITUITARI/HIPOFISIS.
Kelenjar pitutari adalah struktur sebesar kacang ercis yang terletak
didasar otak.

Kelenjar ini terdiri dari tiga lobus: anterior, intermediet, dan


posterior (Kimball, 1994).
a. Lobus anterior
1. Hormon pertumbuhan
Hormon ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
kerangka tubuh secara keseluruhan. Hormon ini tidak
merangsang pertumbuhan secara langsung tetapi merangsang
hati untuk melepaskan polipeptida yang disebut somato medin
untuk merangsang pertumbuhan otot, tulang rawan, tulang, dan
jaringan ikat lain.
2. Prolaktin
Hormon ini berfungsi untuk merangsang sekresi susu setelah
kelahiran.
3. Hormon perangsang tiroid (TSH)
Hormon ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan
tiroksin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh .
LANJUTAN LOBUS ANTERIOR

4. Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)


ACTH berfungsi untuk merangsang korteks kelenjar
adrenal untuk melepaskan beberapa hormonnya ke
aliran darah.
5. Follicle Stimulating (FSH)
Hormon ini merangsang perkembangan folikel-
folikel di dalam ovari pada perempuan sedangkan
pada laki-laki berfungsi untuk merangsang
perkembangan tubulus seminiferous dan produksi
sperma.
6. Lutheinizing hormone (LH)
Hormon ini merangsang proses ovulasi pada
perempuan dan pada laki-laki LH berfungsi untuk
merangsang testis menyekresikan hormon androgen
ke dalam darah (Kimball, 1994).
LANJUTAN KELENJAR PITUITARI/HIPOFISIS.

b. Lobus intermediet
MSH (Melanocyte-stimulating hormone) atau hormon
perangsang melanosit berfungsi dalam proses pengaturan
sel melanosit yang menghasilkan melanin yang terdapat
pada kulit serta berfungsi dalam proses pewarnaan pada
kulit (Ganong, 1990).
c. Lobus Posterior
1. Hormon antidiuretic (ADH) adalah hormon yang
dibuat oleh hipotalamus dan berfungsi untuk
mempengaruhi ginjal meningkatkan retensi air
sehingga menurunkan volume urine.
2. Oksitoksin berfungsi untuk menginduksi kontraksi
otot uterus dan menyebabkan kelenjar susu
mengeluarkan susu selama menyusui anak (Campbell,
2004).
KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan tepat di bawah


kartilago krikoid, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis.

Di dalam ruang yang sama juga terletak trakea, esofagus,


pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada
trakea dan melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat
lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak
pada permukaan belakang kelenjar tiroid.

Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat


dua lobus kanan dan kiri yang dibatasi oleh isthmus. Masing-
masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5 cm dan
panjang 4 cm. (Sherwood, 2001).
LANJUTAN KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra Iodotironin.
Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di
perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Iodida anorganik yang diserap dari
saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Yodida anorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk
organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai
monoiodotirosin (MIT)
(Campbell, 2004).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung
dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan
balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin (Thytotropine
Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus.

Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang
menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorbsi kalsium dan tulang (Sherwood, 2001).
KELENJAR PARATIROID

Kelenjar paratiroid terletak di setiap sisi kelenjar tiroid


yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini berjumlah 4
buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para
hormon atau hormon para tiroksin.

Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar


tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang
berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam
tubuh.

Kelenjar paratiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm,


lebar 3 mm, dan tebal 2 mm. Jika dilihat secara
mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti lemak berwarna
coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan
karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi
paratiroid adalah mengatur metabolisme fosfor dan
mengatur kadar kalsium darah.
LANJUTAN KELENJAR PARATIROID

Paratiroid terdiri dari empat kelenjar yang melekat pada


permukaan tiroid dan berfungsi dalam homeostasis ion
kalsium.

Keempat kelenjar itu menyekresi hormon paratiroid yang


berfungsi untuk menaikkan kadar kalsium dalam darah,
dan dengan demikian mempunyai pengaruh yang
berlawanan dengan kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid.

Hormon paratiroid meningkatkan kalsium dalam darah


dengan cara merangsang reabsorbsi kalsium di ginjal dan
dengan cara penginduksian sel-sel tulang sejati khusus
yang disebut osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada tulang sejati dan melepaskan kalsium ke
dalam darah (Campbell, 2004: 140).
KELENJAR PANKREAS

Kelenjar pankreas terletak di retroperitoneal rongga abdomen atas dan


terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien.

Panjangnya sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari
arteri mesenterika superior dan splenikus.

Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan eksokrin.

Sebagai organ endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon.


Di pankreas terdapat pulau-pulau langerhans yang terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel
beta (B) 75 % , sel alfa (A) 20 %,dan sel delta (D) 5 %.
Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau langerhans. Setiap pulau
langerhans berdiameter 75-150 mikron (Sherwood, 2001).

Sebagai kelenjar eksokrin pankreas berfungsi menghasilkan enzim pencernaan


yang dialirkan ke saluran cerna
LANJUTAN KELENJAR PANKREAS

Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan sumber insulin, sedangkan sel delta
mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas.

Glukagon juga dihasilkan oleh mukosa usus menyebabkan terjadinya glikogenesis dalam hati
dan mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. Fungsi insulin terutama untuk memindahkan
glukosa dan gula lain melalui membran sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan
jaringan lemak.

Bila tidak ada glukosa maka lemak akan digunakan untuk metabolisme sehingga akan timbul
ketosis dan asidosis (Bagus, 2008).
Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan
glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta
meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam
metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipopisis (pemecahan lemak) (Bagus, 2008).
KELENJAR ADRENAL

Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar


suprarenal atau kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari
dua lapis yaitu bagian korteks dan medula (Sherwood, 2001).
a. Korteks adrenal mensintesa 2 hormon, yaitu :
1. Mineralokortikoid (aldosteron) berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium
dan ekskresi kalium. Membantu dalam mempertahankan
tekanan darah normal dan curah jantung.
2. Glukokortikoid berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit
dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium.
Membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan
curah jantung.
b. Medulla adrenal menghasilkan 2 macam hormon yaitu epinefrina
dan nor epinefrina yang berfungsi menaikkan glukosa dalam darah.
KELENJAR PINEAL

Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di


dalam ventrikel berbentuk kecil merah.
Terletak dekat korpus.

Kelenjar ini menghasilkan sekresi internal


dalam membantu pankreas dan kelenjar
kelamin.

Hormon yang dihasilkan adalah hormon


melatonin sangat berperan dalam proses
tidur dan kualitas tidur seseorang.
KELENJAR TIMUS

Kelenjar ini terletak di dalam mediastinum di belakang os


sternum, kelenjar timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di
bawah 18 tahun.

Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram
atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari
30-40 gram kemudian berkerut lagi.

Kelenjar timus ini merupakan penghasil


hormon peptida yaitu timosin dan timopietin yang berfungsi
dalam perkembangan normal limfosit dan respon imun tubuh.
Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi untuk
mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktivitas
kelenjar kelamin.
KELENJAR GONAD

Pada Pria Kelenjar gonad ini terdiri dari kelenjar testis.


Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron.
Fungsi hormon testosteron adalah menentukan sifat
kejantanan, misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-
lain, menghasilkan sperma serta mengontrol pekerjaan seks
sekunder pada laki-laki.

Pada Wanita kelenjar gonad adalah kelenjar ovarium yang


terletak di samping kiri dan kanan uterus. Kelenjar ini
menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, hormon ini
dapat mempengaruhi uterus serta memberikan sifat
kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan
lain-lain.
MEKANISME KERJA HORMON

1. Cara Kerja Hormon


Hormon dibawa oleh darah melalui sistem sirkulasi ke
seluruh tubuh, namun hormon-hormon tetap bekerja
secara spesifik dalam arti hanya bekerja pada sel-sel
tertentu. Sel-sel tertentu memiliki sisi reseptor yang
berfungsi untuk merespons hormon tertentu, seperti
mekanisme "kunci-gembok" pada enzim.

Apabila hormon dan sisi reseptor tidak cocok maka tidak


akan terjadi reaksi. Semua sel yang memiliki sisi reseptor
bagi hormon akan membuat jaringan target bagi hormon
yang cocok. Pada beberapa kasus, jaringan target
terlokalisasi pada satu kelenjar atau organ. Pada kasus
yang lain, jaringan target bergabung dan tersebar di
seluruh bagian tubuh sehingga lebih banyak bagian yang
dipengaruhi.
LANJUTAN MEKANISME KERJA HORMON

Sisi reseptor dapat terletak pada permukaan membran


sel atau bahkan bagian interior sel. Hormon protein,
pada umumnya, tidak dapat berdifusi melewati
membran sel sehingga hormon-hormon protein hanya
akan bereaksi dengan Sisi reseptor pada permukaan
membran sel (Applegate, 2011).

Reaksi dari hormon-reseptor pada permukaan


membran sel mengaktivasi enzim yang disebut
adenilat siklase yang berdifusi ke dalam sitoplasma.
Di dalam sel, adenilat siklase mengkatalisis
pengurangan fosfat dari ATP untuk memproduksi
adenosin 3, 5-monofosfat siklik (cAMP). Siklik AMP
akan enzim-enzim di dalam sitoplasma yang berkaitan
dengan aktivitas sel.
LANJUTAN MEKANISME KERJA HORMON

Steroid, yang terlarut dalam lemak,


berdifusi melalui membran sel dan
bereaksi dengan reseptor di dalam sel.
Kompleks hormon reseptor yang
terbentuk masuk ke dalam nukleus yang
mana hal ini dapat memberikan dampak
langsung bagi gen spesifik di dalam
DNA. Gen kemudian diaktivasi oleh
kompleks ini untuk membentuk
transkripsi mRNA yang akan berdifusi
ke dalam sitoplasma, kemudian mRNA
di translasi menjadi protein dan enzim
yang memicu respons seluler terhadap
hormon.
LANJUTAN MEKANISME KERJA HORMON

2. Pengaturan Kerja Hormon


Hormon merupakan zat yang sangat
berpengaruh, yang berarti meskipun dalam
jumlah yang kecil, dapat mengakibatkan efek
yang ampuh pada proses metabolisme. Hal ini
menjelaskan mengapa sekresi hormon harus
diatur dalam batasan yang sangat sedikit
dikarenakan untuk menjaga homeostasis
tubuh.
LANJUTAN MEKANISME KERJA HORMON

Menurut Sloane (2003), mekanisme kontrol


hormon dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Umpan balik negatif. Jika peningkatan
kadar zat hormon atau non hormon dalam
darah mengaktifkan inhibisi sekresi hormon
selanjutnya, maka mekanisme ini disebut
sistem umpan balik negatif.
b. Umpan balik positif. Jika kadar zat hormon
atau non hormon dalam darah
mengakibatkan peningkatan sekresi pada
kelenjar endokrin, mekanisme ini disebut
sistem umpan balik positif.
LANJUTAN MEKANISME KERJA HORMON

Namun, terdapat mekanisme kerja hormon yang lain seperti pada beberapa kelenjar endokrin yang
menyekresi hormon sebagai respon dari hormon Iainnya. Hormon yang mengakibatkan sekresi hormon
yang lain disebut hormon tropik. Hormon dari kelenjar "A" mengakibatkan kelenjar "B" untuk menyekresi
hormon kelenjar B. Misalnya, Thyroid-stimulating-hormone (TSH) dari kelenjar pituitari anterior
menyebabkan kelenjar tiroid untuk menyekresi hormon tiroksin.

Selain itu, juga terdapat mekanisme pengaturan sekresi hormon melalui stimulasi sistem saraf secara
langsung. Sebuah stimulus dari sel saraf dapat menyebabkan kelenjar untuk menyekresi hormon. Contoh
yang paling mudah adalah adanya stimulasi pada saraf simpatik dari medula adrenal yang mengakibatkan
tersekresinya epinefrina (hormon adrenalin) (Applegate, 2011).
PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN

A. Penyakit dan kelainan pada sistem endokrin yang berkaitan dengan fungsi
kardiovaskular :
1. Kenaikan detak jantung (epinefrin) peningkatan laju detak jantung akibat peningkatan
jumlah epinefrin yang dilepaskan oleh medula adrenal.
2. Hipertensi
B. Penyakit dan kelainan pada sistem endokrin yang berkaitan dengan fungsi reproduksi :
1. Hipergonadisme (estrogen dan testosteron) sterilitas dan kurangnya karakteristik seks
sekunder yang dikarenakan karena kurangnya estrogen pada wanita dan androgen pada
pria.
2. Sindrom andrenogenital (estrogen dan testosteron) gejala-gejala yang berkaitan dengan
karakteristik seks sekunder yang diakibatkan oleh peningkatan hormon seks dari korteks
adrenal; peningkatan androgen pada wanita yang dapat mengakibatkan maskulinisasi dan
peningkatan estrogen pada pria yang dapat mengakibatkan tumbuhnya payudara
(gynekomastia).
LANJUTAN PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN

C. Penyakit dan kelainan pada sistem endokrin yang


berkaitan dengan pertumbuhan :
1. Akromegali (STH)
Peningkatan pertumbuhan ekstrem yang diakibatkan
oleh hormon pertumbuhan, akromegali terjadi pada
orang dewasa dengan usia 30 hingga 50
2. Dwarfisme (STH)
Kekerdilan akibat kurangnya hormon pertumbuhan
dari kelenjar pituitari anterior selama masa kecilnya
3. Gigantisme (STH)
Pertumbuhan abnormal yang terjadi apabila terdapat
hipersekresi dari hormon pertumbuhan pada masa
kanak-kanak, terjadi karena tumor non-kanker pada
kelenjar pituitari yang menghasilkan terlalu banyak
hormon pertumbuhan
LANJUTAN PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN

D. Penyakit dan kelainan pada sistem endokrin yang berkaitan dengan


metabolisme:
1. Diabetes melitus (Insulin)
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi insulin dari sel beta pankreas.
2. Kretinisme (Hormon tiroid)
Dwarfisme yang disebabkan oleh defisiensi hormon tiroid pada masa
kanak-kanak dan biasanya diikuti dengan kelainan mental.
3. Penyakit Addison (Kortisol)
Sindrom yang disebabkan oleh kurangnya sekresi glukokortikoid dan
mineralkortikoid dari korteks adrenal menyebabkan kelelahan, penurunan
berat badan, nyeri otot, nyeri sendi, dll
4. Myxederma (Hormon tiroid)
Komplikasi yang terjadi akibat hipotiroidisme jangka Panjang, kondisi
pembengkakan akibat akumulasi mukus dari kulit.
LANJUTAN PENYAKIT DAN KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN

E. Penyakit dan kelainan pada sistem endokrin yang berkaitan dengan keseimbangan elektrolit :

Diabetes insipidus (ADH)


Penyakit metabolik dikarenakan defisiensi jumlah hormon antidiuretik
yang mengakibatkan poliuria dan polidipsia

Gangguan garam dan metabolisme air ditandai dengan haus teramat sangat dan buang air kecil yang
teramat sering.

Diabetes insipidus terjadi ketika tubuh tidak dapat mengatur bagaimana menangani cairan. Kondisi ini
disebabkan oleh kelainan hormon dan tidak berhubungan dengan diabetes.

Selain rasa haus yang ekstrem dan buang air kecil berat, gejala lainnya yaitu bangun di malam hari untuk
buang air kecil atau mengompol.

Tergantung bentuk gangguannya, penanganannya mungkin termasuk terapi hormon, diet rendah garam,
atau minum lebih banyak air
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai