Anda di halaman 1dari 52

Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Pajak


KPP Pratama Bengkalis

Bimbingan Teknis Perpajakan


Penggunaan Dana APBN/APBD
Bagi Bendahara SKPD
Pemerintah Daerah Kab. BENGKALIS

Kamis, 1 Desember 2016


DASAR HUKUM

Ketentuan Formil Ketentuan Materil

UU Pajak Penghasilan
Nomor 36 Tahun 2008
UU Ketentuan Umum Perpajakan
Nomor 28 Tahun 2007
UU Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 28 Tahun 2007
UU KUP
Nomor 28 Tahun 2007

Kewajiban Umum Perpajakan


Mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP

Menghitung, memotong, dan


menyetor Pajak terutang ke
Bank atau Kantor Pos

Melaporkan Pajak terutang ke


KPP atau KP2KP dengan
menggunakan SPT
UU KUP
Nomor 28 Tahun 2007

Sanksi Administrasi
Terlambat Setor Terlambat Lapor

• Bunga 2% per bulan • Denda sebesar


dari Pajak Terutang, Rp.500.000,- untuk
dihitung sejak tanggal SPT Masa PPN,
jatuh tempo Rp.100.000,- untuk
pembayaran s/d SPT Masa Lainnya
tanggal pembayaran
Aspek-Aspek Perpajakan
Bendahara Pemerintah
Pajak Pertambahan
Pajak Penghasilan
Nilai
(PPh)
(PPN)

PPh Pasal 21

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23

PPh Pasal 4 (2)


PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
Atas Penghasilan yang diterima oleh Orang Pribadi
sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan

Pegawai Tetap Bukan Pegawai Peserta Kegiatan


• Pejabat Negara • Tenaga Ahli • Peserta Perlombaan
• Pegawai Negeri Sipil • Orang Pribadi • Peserta Rapat
• Pegawai Non-PNS Pemberi Jasa di • Peserta Diklat
segala Bidang • Anggota Kepanitiaan
• Peserta Kegiatan
Lainnya
Pemotongan PPh Pasal 21

Penghasilan

Dibayarkan kepada :

PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara Bukan PNS, TNI, Polri, Pejabat Negara

Gaji dan Honorarium Pegawai Bukan Peserta


Tunjangan dan Imbalan Honorer Pegawai Kegiatan
Rutin diluar Gaji
Tarif Ps.17 x
Tarif Ps.17 x Tarif Ps.17 x
50% x
Penghasilan Penghasilan
Tarif Ps.17 x 0 % -> Gol I & II Penghasilan
Penghasilan Kena 5 % -> Gol III Kena Pajak Bruto
Bruto
Pajak 15 % -> Gol IV
(PPh ditanggung dikali Penghasilan
Pemerintah) Bruto (PPh Final) JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto – PTKP – (Biaya Jabatan + Iuran Pensiun)
Tarif Pasal 17 UU PPh
sebagai dasar penghitungan PPH Pasal 21
NO Lapisan Penghasilan Tarif

1. S.d. Rp 50.000.000 5%

2. Di atas Rp50.000.000 - s.d. Rp 250.000.000 15%

3. Di atas Rp250.000.000 - s.d.Rp500.000.000- 25%

4. Di atas Rp500.000.000 30%


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PMK-101/PMK.010/2016)
Keterangan Setahun Sebulan
Untuk diri Wajib Pajak 54.000.000 4.500.000
Tambahan pegawai kawin 4.500.000 375.000
Tambahan setiap anggota keluarga 4.500.000 375.000
sedarah max 3 orang
Tambahan untuk istri yang penghasilannya 54.000.000 4.500.000
digabung

Status PTKP
WP Kode Jumlah
Tidak Kawin - 0 TK/0 54.000.000
Kawin - 0 K/0 58.500.000
Kawin - 1 Anak K/1 63.000.000
Kawin - 2 Anak K/2 67.500.000
Kawin - 3 Anak K/3 72.000.000
Faktor Pengurang
untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak

Biaya Jabatan & Iuran Pensiun

BIAYA JABATAN Maks Setahun Maks Sebulan


5 % x PENGHASILAN BRUTO
6.000.000 500.000
(Total)

IURAN PENSIUN
4,75 % x PENGHASILAN BRUTO (Gaji)
Contoh Penghitungan
PPh Pasal 21

1. Santosa (PNS-Gol.IVa) menerima honor sebagai Pengawas Ujian di bulan


Maret sebesar Rp.800.000,-. Maka PPh 21 yang harus dipotong oleh
Bendahara :
PPh 21 (final) terutang = 15% x Rp.800.000 = Rp.120.000,-
2. Tn. Arif (Toko Elektronik) memberikan Jasa Perbaikan AC di Kantor
Bupati dengan imbalan jasa sebesar Rp. 2.000.000,-. Maka PPh 21 yang
harus dipotong oleh Bendahara :
PPh 21 terutang = 5% x (50% x Rp.2.000.000) = Rp.50.000,-
3. Galih (Warga RT.23) mengikuti seminar yang diadakan oleh Dinas Sosial
dan menerima uang saku sebesar Rp.600.000,-. Maka PPh 21 yang harus
dipotong oleh Bendahara :
PPh 21 terutang = 5% x Rp.600.000,- = Rp.30.000,-
SPT Masa PPh Pasal 21
Dilapor paling lambat tanggal 20 Bulan berikutnya
Bagian C – Objek Pajak – Final
SPT Masa SPT Normal
Departemen Pajak Penghasilan Golongan Penerima Jumlah Penerima
Jumlah Jumlah
No Penghasilan Bruto Pajak Terutang
Keuangan RI Pasal 21 dan/atau Pasal 26 SPT Pembetulan Ke-____
Penghasilan Penghasilan
(Rp) (Rp)

Direktorat (1) (2) (3) (4) (5)

Jenderal Formulir ini digunakan untuk melaporkan Tahun Kalender Formulir Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
29 Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, dan Pembayaran Lain
Pajak kewajiban Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 dan/atau Pasal 26 20 1721 Sejenis yang Dibayarkan Sekaligus
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/POLRI
30 dan Pensiunan yang Menerima Honorarium dan Imbalan Lain
(Bulan/Tahun) yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara/Daerah

Masa Pajak 31
Jumlah Bagian C

/ 2 0 (Penjumlahan Angka 29 s.d 30)

Bagian D – Lampiran
Bagian A – Informasi Identitas Wajib Pajak
a) Surat Setoran Pajak ____ lembar b) Surat Setoran Pajak PPh Pasal 21 c) Surat Kuasa Khusus/Surat Keterangan
DTP Kematian
1 NPWP -
d) Daftar Bukti Pemotongan Pajak e) Daftar Bukti Pemotongan Pajak f) Formulir 1721 – I
2 Nama W P Penghasilan Tidak Final Penghasilan Final (Disampaikan hanya pada Masa
Pajak Desember)

3 Alamat g) Formulir 1721 – II h) Daftar Biaya untuk W ajib Pajak yang i)


(Disampaikan hanya pada Masa Pajak Tidak W ajib Menyampaikan SPT
Nomor Alamat terjadi perubahan Pegawai Tetap) Tahunan PPh Badan (Disampaikan
4 Telepon 5 Email hanya pada Masa Pajak Desember)

Bagian B – Objek Pajak Bagian E – Pernyataan dan Tanda Tangan


Jumlah Jumlah Jumlah Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi - sanksi sesuai dengan ketentuan
Golongan Penerima
No Penerima Penghasilan Bruto Pajak Terutang
Penghasilan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta Diisi oleh Petugas
Penghasilan (Rp) (Rp)
lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
(1) (2) (3) (4) (5)

6 Pegawai Tetap PEMOTONG PAJAK (PIMPINAN) Kuasa W ajib Pajak SPT Masa Diterima:
7 Penerima Pensiun Berkala
8 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas Nama
Langsung dari WP
9 Distributor MLM
Melalui Pos
10 Petugas Dinas Luar Asuransi NPW P -
11 Penjaja Barang Dagangan
Tanda Tangan Tanggal (dd/mm/yyyy) Tanggal (dd/mm/yyyy) Tanda Tangan
12 Tenaga Ahli
Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas yang
13 ____/_____/____ ___/___/_____
tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
Mantan Pegawai yang Menerima Jasa Produksi,
14
Tantiem, Bonus atau Imbalan Lain
15 Pegawai yang Melakukan Penarikan Dana Pensiun TARIF PPh PASAL 21 MENGGUNAKAN TARIF PASAL 17 UU PPh
16 Peserta Kegiatan
Dalam ketentuan baru ini, tarif pemotongan PPh Pasal 21 adalah dengan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas penghasilan yang diterima oleh:
Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang 1. Pegawai tetap.
17
Bersifat Berkesinambungan 2. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan.
Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan yang Tidak Bersifat 3. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan.
18 4. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang tidak
Berkesinambungan
dibayarkan secara bulanan.
Pegawai atau Pemberi Jasa sebagai W ajib Pajak Luar
19 5. Bukan pegawai yang menerima pembayaran yang bersifat tidak berkesinambungan.
Negeri
6. Peserta kegiatan setiap kali menerima pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah.
Jumlah Bagian B 7. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang berkesinambungan.
20
(Penjumlahan Angka 6 s.d. 19) 8. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap yang menerima atau memperoleh honorarium atau
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang telah Disetor pada Masa Pajak Januari s.d. November imbalan yang bersifat tidak teratur.
21
(Diisi hanya pada Masa Pajak Desember) 9. Mantan pegawai yang menerima atau memperoleh jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur.
22 STP PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (hanya Pokok Pajak) 10. Peserta program pensiun yang berstatus sebagai pegawai yang melakukan penarikan Dana Pensiun.
(Pasal 13, 14, 15 dan 16 PMK 252/PMK.03/2008)
Kelebihan setor PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dari: Tahun Kalender
Masa Pajak PTKP BAGI PENERIMA PENGHASILAN BUKAN PEGAWAI
23
PTKP Bagi orang pribadi bukan Pegawai seperti petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai pegawai, distributor MLM atau direct selling, penjaja barang dagangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 yang tidak berstatus pegawai atau penerima penghasilan lainnya yang menerima pengh

24 Jumlah (angka 21 + angka 22 + angka 23)


Syarat bagi penerima penghasilan bukan pegawai untuk mendapatkan pengurangan PTKP yaitu orang pribadi bukan pegawai penerima penghasilan tersebut harus memiliki NPWP
25 PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang Kurang (Lebih) Disetor (angka 20 – angka 24) (untuk wanita kawin, maka suaminya harus memiliki NPWP) dan memberikan fotokopi kartu NPW

25a. Penyetoran dengan SSP PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah BIAYA JABATAN
25b. Penyetoran dengan SSP Biaya Jabatan ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.
Biaya Pensiun ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan.
Jika SPT Pembetulan, maka dilanjutkan ke angka 26 dan 27 (Pasal 1 PMK 250/PMK.03/2008)
PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang Kurang (Lebih) Disetor pada SPT yang Dibetulkan
26 BATAS UPAH HARIAN YANG TIDAK DIPOTONG PPh PASAL 21
(merupakan pindahan dari Bagian B Angka 25 dari SPT yang Dibetulkan)

27 PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang Kurang (Lebih) Disetor karena pembetulan (angka 25 – angka 26) Batas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh pegawai harian, mingguan dan pegawai tidak tetap lainnya sampai dengan jumlah Rp 150.000,00 sehari tidak dipotong PPh
Pasal 21. Namun ketentuan ini tidak berlaku jika penghasilan bruto ini telah melebih
28 Kelebihan setor pada angka 25 atau angka 27 akan dikompensasikan ke Masa Pajak Tahun
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 YANG TIDAK MEMILIKI NPWP

Atas penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai dan bukan pegawai yang tidak memiliki NPWP, dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% daripada
Catatan:
tarif yang diterapkan dalam PPh Pasal 21, sehingga jumlah PPh yang dipotong tarifnya
Khusus Untuk Masa Pajak Desember, Jumlah Penghasilan Bruto (kolom 4) dan Jumlah Pajak Terutang (kolom 5) pada angka (Pasal 20 PMK 252/PMK.03/2008).
6 sampai dengan angka 20 diisi jumlah kumulatif dalam Tahun Kalender yang bersangkutan.
TAHUN KALENDER
1. Lembar 1 untuk Pegawai

1721 - A2
2. Lembar 2 untuk Pemotong Pajak
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 BAGI

FORMULIR
PEGAWAI NEGERI SIPIL, ANGGOTA TENTARA NASIONAL

Bukti Potong PPh Pasal 21 2 0


INDONESIA/POLISI REPUBLIK INDONESIA, PEJABAT NEGARA DAN
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
PENSIUNANNYA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

NOMOR URUT :

NAMA INSTANSI / BADAN LAIN :

NPWP BENDAHARA :

NAMA BENDAHARA :
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
NAMA PEGAWAI / PENSIUNAN :
Lembar ke-2 untuk : Pemotong Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NIP / NRP :

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NPWP PEGAWAI / PENSIUNAN :


KANTOR PELAYANAN PAJAK ALAMAT PEGAWAI / PENSIUNAN :
……………………………………...…………. (1)
:

PANGKAT / GOLONGAN :
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21
(FINAL) JABATAN :

STATUS DAN JENIS KELAMIN : KAWIN TIDAK KAWIN LAKI-LAKI PEREMPUAN

NOMOR : ……………………………………… (2) JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP : K/ TK/ HB/

MASA PEROLEHAN PENGHASILAN : S.D


RI
NPWP : - - - - - (3)
A. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 SEBAGAI BERIKUT : RUPIAH
• PENGHASILAN BRUTO :
Nama Wajib Pajak :
1. GAJI POKOK / PENSIUN 1

Alamat : 2. TUNJANGAN ISTERI 2

3. TUNJANGAN ANAK 3

No. Jenis Penghasilan Jumlah Penghasilan Bruto Tarif PPh yang dipotong
4. JUMLAH GAJI DAN TUNJANGAN KELUARGA ( 1+2+3 ) 4

(1) (2) (3) (4) (5)


5. TUNJANGAN PERBAIKAN PENGHASILAN 5
1. Uang Pesangon, Uang
6. TUNJANGAN STRUKTURAL / FUNGSIONAL 6
Tebusan Pensiun, Tunjangan
Hari Tua/Jaminan Hari Tua 7. TUNJANGAN BERAS 7

yang dibayarkan sekaligus. 8. TUNJANGAN KHUSUS 8

2. Honor & Imbalan lain yang 9. TUNJANGAN LAIN-LAIN 9

dibebankan kepada APBN


10. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO ( 4 S.D. 9) 10
atau APBD yang diterima
• PENGURANGAN
oleh PNS, Anggota TNI/
11. BIAYA JABATAN / BIAYA PENSIUN 11
POLRI dan Pensiunan.
12. IURAN PENSIUN ATAU IURAN THT 12

JUMLAH
13. JUMLAH PENGURANGAN (11 + 12) 13

Terbilang : ………………………………………………………………………………………………………………… • PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 :

14. JUMLAH PENGHASILAN NETO (10 - 13) 14


*) Lihat petunjuk pengisian
15. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 15

…………………., ……………………. 20 ……. (4) 16. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 16

17. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN / DISETAHUNKAN (15 - 16) 17


Pemotong Pajak (5)
18. PPh PASAL 21 TERUTANG 18

NPWP : - - - - - 19. PPh PASAL 21 YANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNASI 19

20. JUMLAH PPh PASAL 21 :


Nama :
a. YANG KURANG DIPOTONG (18 - 19)
20
b. YANG LEBIH DIPOTONG (19 - 18)

Perhatian : B. • PEGAWAI TERSEBUT : DIPINDAHKAN PINDAHAN BARU PENSIUN


1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang Tanda tangan, nama dan cap
C. TANDA TANGAN BENDAHARA
dipotong di atas bukan merupakan kredit
(Tempat) TGL BLN THN
pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tanda Tangan dan Cap

Tahunan PPh Orang Pribadi. BENDAHARA


2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah ......................................................... (6)
NAMA :
apabila diisi dengan lengkap dan benar.
NIP/NRP :

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
F.1.1.33.02
Kode SSP
PPh Pasal 21
Nama Bendahara
Kode Akun Kode Jenis Uraian
Pajak Setoran

411121 100 Masa PPh 21


411121 100 PPh Pasal 21 atas ….
411121 402 PPh Final 21 atas
Honorarium atau
imbalan lain
kepada PNS

Jumlah Pajak terutang


Disetor paling
lambat tanggal 10
TTd Bendahara Bulan berikutnya
PPh Pasal 22
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemungut PPh Pasal 22
Keputusan Menkeu No.392/KMK.03/2001 jo. PMK No.224/PMK.011/2012

yang melakukan pembayaran atas Pembelian Barang


dengan Dana yang bersumber dari APBN/APBD

Wajib memungut PPh Pasal 22

Tarif sebesar 1,5 %


dari harga pembelian tidak termasuk PPN

Jika Rekanan Tidak Memiliki NPWP maka Tarifnya 100% Lebih Tinggi
Dikecualikan Dari Pemungutan PPh Pasal 22

Pembayaran atas Pembelian Barang yang kurang dari


Rp.2.000.000,- dan bukan merupakan Pembayaran yang
terpecah-pecah

Pembayaran untuk Pemakaian BBM, BBG, Listrik, Gas, Air,


dan Benda Pos

Pembayaran untuk Pembelian Barang sehubungan dengan


penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran

PPh Pasal 22

Di isi atas nama


Rekanan

SSP Di Stempel dan


ditandatangani
oleh Bendahara

Dipungut pada setiap pelaksanaan Kode Akun Kode Jenis


Pajak Setoran
Pembayaran dan disetor pada hari
yang sama ke Bank atau Kantor Pos 411122 920
Kode SSP
PPh Pasal 22
Nama Rekanan
Kode Akun Kode Jenis Uraian
Pajak Setoran

411122 920 Masa PPh 22


411122 920 PPh Pasal 22 atas ….

Disetor di hari yang


Jumlah Pajak terutang sama pada saat
pemungutan

TTd Bendahara
Tata Cara Pelaporan

PPh Pasal 22

SPT Masa
PPh Pasal 22

ke KPP/
KP2KP/
Pos Pelayanan
Paling lambat 14 hari setelah bulan berakhir
Jika jatuh pada hari libur maka pada hari kerja berikutnya
SPT Masa
PPh Pasal 22
Dilapor paling lambat
tanggal 15 Bulan
berikutnya
Contoh Penghitungan
PPh Pasal 22

Ivan, Bendahara Madrasah Negeri Kayu Agung membeli komputer


Rp10.000.000,- (harga yg tertulis di kuitansi)
Penghitungan PPh Pasal 22
Harga yg tertulis di kuitansi adalah Nilai Barang termasuk PPN, maka terlebih
dahulu harus dicari Nilai Barang tanpa PPN dengan cara dikalikan 100/110 :
Rp10.000.000,- x 100/110 = Rp 9.090.000,-
PPh Pasal 22 terutang :
Rp9.090.000,- x 1,5% = Rp 136.350,-

Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka


PPh Pasal 22 terutang :
Rp9.090.000,- x 1,5% x 200% = Rp 272.700,-
PPh Pasal 23
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemotong PPh Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-244/PMK.03/2008

yang melakukan pembayaran atas Objek PPh Pasal 23 berupa :


1. Sewa Harta selain Tanah dan/atau Bangunan
2. Jasa yang diberikan oleh WP Badan (non OP)

Wajib memotong PPh Pasal 23

Tarif sebesar 2 %
dari nilai bruto tidak termasuk PPN

Jika Rekanan Tidak Memiliki NPWP maka Tarifnya 100% Lebih Tinggi
Jenis Jasa yang menjadi Objek PPh Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-244/PMK.03/2008

1. Jasa Penilai (appraisal) 15. Jasa pengisian suara


2. Jasa Aktuaris 16. Jasa mixing film
3. Jasa Akuntansi,pembukuan dan 17. Jasa sehubungan dengan software komputer,
atestasi laporan keuangan termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
4. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan 18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,
migas,kecuali yg dilakukan BUTJasa telepon, air, gas, AC, dan/atau TV Kabel
5. Jasa Perancang (design) 19. Jasa pengelolaan limbah
6. Jasa penunjang di bidang penambangan Migas 20. Jasa maklon
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang 21. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,
penambangan selain migas kecuali yg di lakukan Bursa Efek, KSEI dan KPEI
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandara 22. Jasa penyelenggara kegiatan
9. Jasa penebangan hutan 23. Jasa pengepakan
10. Jasa perawatan/perbaikan /pemeliharaan mesin, 24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam
peralatan, listrik telepon, air, gas, AC, dan/atau TV media masa, media luar ruang atau media lain untuk
Kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan penyampaian informasi
11. Jasa penyediaan tenaga kerja 25. Jasa pembasmi hama
12. Jasa perantara atau keagenan 26. Jasa kebersihan atau cleaning service
13. Jasa penyelidikan dan keamanan 27. Jasa katering atau tata boga
14. Jasa kostodian/penyimpanan/penitipan 28. Jasa Teknik dan Manajemen
Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan

PPh Pasal 23

Dipotong pada saat Bendahara membayarkan penghasilan

Bukti Potong SPT Masa


PPh Pasal 23 SSP PPh Pasal 23

Dibuat 3 (tiga) Dibuat atas Nama Lampiran:


Rangkap : Bendahara dan 1. Bukti Potong Lembar ke-2
1. Untuk Rekanan Ditandatangani 2. SSP Lembar ke-3
2. Untuk KPP oleh Bendahara
3. Untuk Arsip
Disetor paling Dilaporkan ke KPP paling
lambat tanggal 10 lambat 20 hari setelah
Bulan berikutnya masa pajak berakhir
Kode SSP
PPh Pasal 23
Nama Bendahara
Kode Akun Kode Jenis Uraian
Pajak Setoran

411124 100 Masa PPh 23


411124 100 PPh Pasal 23 atas ….

Disetor paling lambat


Jumlah Pajak terutang tanggal 10 bulan
berikutnya

TTd Bendahara
SPT Masa
PPh Pasal 23

Dilapor paling lambat


tanggal 20 Bulan
berikutnya
Contoh Penghitungan
PPh Pasal 23

Nasrullah, Bendahara Dinas PU Kayu Agung menggunakan Jasa Service Mobil


ke CV. Berkat senilai Rp13.000.000,- (harga yg tertulis di kuitansi)
Penghitungan PPh Pasal 22
Harga yg tertulis di kuitansi adalah Nilai Barang termasuk PPN, maka terlebih
dahulu harus dicari Nilai Barang tanpa PPN dengan cara dikalikan 100/110 :
Rp13.000.000,- x 100/110 = Rp 11.818.000,-
PPh Pasal 23 terutang :
Rp11.818.000,- x 2% = Rp 236.360,-

Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka


PPh Pasal 23 terutang :
Rp11.818.000,- x 2% x 200% = Rp 472.720,-
PPh Pasal 4 ayat 2
Bendahara Pemerintah
sebagai Pemotong PPh Pasal 4 ayat 2

yang melakukan pembayaran atas Objek PPh Pasal 4 ayat 2

Objek PPh
Pasal 4 ayat 2 Kode MAP Tarif

1. Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan 411128 - 402 2,5%

2. Sewa Tanah dan/atau Bangunan 411128 - 403 10%

3. Jasa Konstruksi
Pelaksanaan Konstruksi
- Kualifikasi Kecil 2%
- Kualifikasi Menengah dan Besar
3%
- Non Kualifikasi 411128 - 409 4%
Perencanaan / Pengawasan Konstruksi
- Kualifikasi Usaha
4%
- Non Kualifikasi 6%
Tata Cara Pemotongan dan Pelaporan

PPh Pasal 4 (2)

Dipotong pada saat Bendahara membayarkan penghasilan

Bukti Potong SPT Masa


PPh Pasal 4 (2) SSP PPh Pasal 4 (2)

Dibuat 3 (tiga) Dibuat atas Nama Lampiran:


Rangkap : Bendahara dan 1. Bukti Potong Lembar ke-2
1. Untuk Rekanan Ditandatangani 2. SSP Lembar ke-3
2. Untuk KPP oleh Bendahara
3. Untuk Arsip
Disetor maks Dilaporkan ke KPP
tanggal 10 Bulan maks tanggal 20
berikutnya Bulan berikutnya
Kode SSP
PPh Pasal 4 ayat 2
Nama Bendahara
Kode Akun Kode Jenis Uraian
Pajak Setoran

411128 402 Pengalihan


411128 402 PPh Pasal 4(2) atas Sewa Tanah/Bangunan
Bangunan kepada… 411128 403 Sewa
Tanah/Bangunan
411128 409 Jasa Konstruksi

Jumlah Pajak terutang

Disetor paling lambat


TTd Bendahara tanggal 10 bulan
berikutnya
SPT Masa
PPh Pasal 4(2)

Dilapor paling lambat


tanggal 20 Bulan
berikutnya
Contoh 1
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2

Instansi ABC melakukan pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pembangunan


Gedung) yang dilakukan oleh PT. Konstruksi (kualifikasi usaha kecil) dengan nilai
Jasa sebesar Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan PPN sebesar Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi X atas jasa tersebut adalah :
Nilai Kontrak Rp 500.000.000
PPN Rp 50.000.000
Total tagihan dari rekanan (PT. Konstruksi) Rp 550.000.000

PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong :


Tarif x Nilai Jasa : 2% x Rp 500.000.000 = Rp 10.000.000
PPN dipungut : 10% x Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000
Total PPN dan PPh dipungut/dipotong = Rp 60.000.000

Dibayar kepada rekanan :


Rp 550.000.000 - Rp 60.000.000 = Rp 490.000.000
Contoh 2
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2

Instansi XYZ menyewa Gedung untuk tempat belajar siswa kepada Pulan selama 2
bulan dengan harga sewa sebesar Rp 4.000.000 pada tanggal 07 Juli 2015.

Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi XYZ atas jasa tersebut adalah :

PPh Pasal 4 ayat (2)


= Tarif x Harga Sewa
= 10% x 4.000.000
= Rp 400.000

Dibayar kepada Pulan (Harga sewa – PPh dipotong)


= Rp 4.000.000 - Rp 400.000
= Rp 3.600.000.
Ringkasan Tarif
Kode Jenis
Jenis Pajak NPWP Tanda Tangan Keterangan
MAP Setoran
PPh 21 Bendahara Bendahara 411121 100 Gaji dan Honor
PPh 22 Rekanan Bendahara 411122 900 Pembelian Barang
PPh 23 Bendahara Bendahara 411124 100 Jasa
PPh 4 (2) Bendahara Bendahara 411128 409 Jasa Konstruksi
PPN Rekanan Bendahara 411211 900
Jenis pajak Kategori Tarif Pajak Keterangan
PPh 21 - Gaji dan Tunjangan (pasal 17 UU PPh) Progresif Pegawai Tetap
- Honor 5% PNS Gol III.a ke atas
- Honor 15% PNS Gol IV.a ke atas
- Honor 5% Non PNS

PPh 22 - Pembelian Barang 1,5%


- Konsumsi/makan minum 1,5% PPN tidak dipungut

PPh 23 - Sewa Harta selain tanah/bangunan 2%


- Jasa Catering 2%
- Jasa Cleaning Service 2%
- Jasa Penyelenggara Kegiatan/event Organizer 2%
- Jasa Iklan 2%
- Jasa Pembasmi hama 2%
- Jasa Lainnya : Jasa instalasi/pemasangan, Jasa
perawatan/pemeliharaan/perbaikan, Jasa
sehubungan software komputer 2%
- Jasa perhotelan 0% Pjk daerah (tdk dipungut PPN & PPh)

PPh 4 (2) - Jasa Konstruksi oleh Kontraktor Kecil 2%


- Jasa Konstruksi oleh Kontraktor Besar 3%
- Jasa Konstruksi oleh bukan Kontraktor 4%
- Perencanaan/pengawasan oleh Konsultan 4%
- Perencanaan/pengawasan oleh bukan Konsultan 6%
- Sewa tanah/bangunan milik pribadi/badan 10%
PPN
Syarat Pemungutan PPN 10 %
• Penyerahan di dalam Daerah Pabean
• Yang diserahkan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak
• Yang menyerahkan adalah Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha (Orang Pribadi atau Badan)


• melakukan penyerahan Barang/Jasa
• omset setahun lebih dari 4,8 Milyar
Wajib melapor untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kecil dengan omset kurang dari 4,8 Milyar


boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Kelompok Barang
Yang Tidak Dikenakan PPN

Barang Hasil Pertambangan Atau Hasil Pengeboran Yang Diambil Langsung Dari
Sumbernya, Yaitu :
Minyak Mentah (Crude Oil), Gas Bumi, Panas Bumi, Pasir Dan Kerikil, Batubara
Sebelum Diproses Menjadi Briket Batubara Dan Bijih Besi, Bijih Timah, Bijih Emas,
Bijih Tembaga, Bijih Nikel, Dan Bijih Perak Serta Bijih Bauksit

Barang Kebutuhan Pokok Yang Sangat Dibutuhkan Oleh Rakyat Banyak, Yaitu :
Beras, Gabah, Jagung, Sagu, Kedelai, Dan Garam Baik Yang Beryodium Maupun Yang
Tidak Beryodium, Daging, Telur Susu, Buah

Makanan Dan Minuman Yang Disajikan Di Hotel, Restoran, Rumah Makan,


Warung, Dan Sejenisnya, Tidak Termasuk Makanan Dan Minuman Yang Diserahkan
Oleh Jasa Boga Atau Catering

Uang, Emas Batangan, Dan Surat-Surat Berharga


Kelompok Jasa
Yang Tidak Dikenakan PPN

Jasa di Bidang :
1. Pelayanan Kesehatan Medik
2. Pelayanan Sosial
3. Pengiriman Surat dengan Perangko
4. Keuangan
5. Keagamaan
6. Pendidikan
7. Kesenian dan Hiburan
8. Penyiaran yang tidak bersifat iklan
9. Angkutan umum di darat dan di air
10. Tenaga Kerja
11. Perhotelan
12. Pemerintahan
Kelompok BKP Tertentu
Yang PPN nya dibebaskan

Buku-Buku Pelajaran Umum, Kitab Suci, Dan Buku-Buku


Pelajaran Agama

Makanan ternak, unggas, dan ikan dan atau bahan baku


untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan
Barang hasil pertanian yang dipetik langsung, diambil
langsung atau disadap langsung dari sumbernya

Bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan,


kehutanan, peternakan, penangkaran atau perikanan

Air Bersih dan Listrik


Tata Cara Pemungutan dan Pelaporan

DASAR PEMUNGUTAN
Pembayaran oleh Bendahara sudah termasuk PPN

REKANAN menyampaikan tagihan kepada BENDAHARA

SPT Masa
SSP Faktur Pajak
PPN PUT

Dibuat atas Nama Dibuat oleh


Rekanan dan Dilaporkan oleh
Rekanan minimal Bendahara paling
Ditandatangani oleh 2 Rangkap :
Bendahara lama akhir bulan
1. Untuk Bendahara berikutnya
Disetor maks akhir 2. Untuk Arsip WP
Bulan Berikutnya
Kode SSP
PPN
Nama Rekanan
Kode Akun Kode Jenis Uraian
Pajak Setoran

411211 920 Pemungutan PPN


411211 920 PPN atas ….

Disetor paling lambat


Jumlah Pajak terutang tanggal 7 bulan
berikutnya

TTd Bendahara
SPT Masa
PPN PUT

Dilapor paling lambat


Akhir Bulan berikutnya
PEMBAYARAN YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
OLEH BENDAHARA

Dalam hal Pembayaran :

Tidak melebihi Rp 1.000.000,- (termasuk PPN) dan bukan


merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

BBM dan non-BBM dari Pertamina

BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau


dibebaskan

Untuk pembebasan tanah


PERHATIAN
bagi Bendahara

• Untuk memudahkan pengadministrasian baik penyetoran maupun


pelaporan pajak, dianjurkan kepada bendahara untuk bekerja sama
hanya dengan rekanan yang telah memiliki NPWP dan telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

• Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah dikukuhkan sebagai


PKP setiap melakukan transaksi pembelian barang. Faktur Pajak
dibuat oleh rekanan, bukan oleh bendahara.

• Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP belum tentu berhak


menerbitkan Faktur Pajak. Pastikan rekanan tersebut telah
dikukuhkan sebagai PKP.

• Apabila terpaksa bertransaksi dengan rekanan non-PKP, maka Faktur


Pajak tidak boleh dibuat.
Perlakuan Khusus Untuk Rekanan
Yang Termasuk Kriteria
PP Nomor 46 Tahun 2013

49
WP Dalam Kriteria
PP Nomor 46 Tahun 2013

Rekanan dengan kriteria:

 Penghasilan dari usaha yang diperoleh wajib pajak dengan omset kurang dari Rp
4,8 miliar dalam 1 tahun untuk semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik
pusat maupun cabangnya.

 Bukan mendapatkan penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas,


seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, dan
sejenisnya.

 Bukan mendapatkan penghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh
Final (Pasal 4 ayat (2), misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi
(perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lainnya.

 Bukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa yang menggunakan sarana yang
dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk
kepentingan umum, misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung
tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya.
Pemotongan / Pemungutan PPh Terhadap
WP Dalam Kriteria
PP Nomor 46 Tahun 2013

 Rekanan yang termasuk kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 yang berdasarkan


ketentuan UU PPh wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh
yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau
pemungutan PPh oleh pihak lain.
 Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain
diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara sebagaimana
dimaksud PER-21/PJ/2014.
 Apabila WP/Rekanan memiliki dan dapat menunjukkan SKB Potput, maka
bendahara tidak perlu memotong dan/atau memungut PPh yang terutang.

Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil. Atas
pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik bengkel
memiliki SKB Potput.
o Toko ATK menjual kertas kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah
memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.

Anda mungkin juga menyukai