Anda di halaman 1dari 17

DASAR PENGAMBILAN

KEPTUSAN ETIS
Qonita Ulfiama M.kes
A. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis
Praktik kesehatan Profesional
• Praktik kesehatan profesional adalah serangkaian
pedoman yang diikuti oleh tenaga kesehatan untuk
meningkatkan standar layanan berkualitas tinggi.
Layanan kesehatan termasuk mempertahankan
lingkungan aman dan bersandar pada etik layanan
kesehatan dasar

• Teori dasar/prinsip-prinsip etika merupakan


penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
profesional (Fry, 1991). Teori-teori etik digunakan
dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik
antara prinsip-prinsip atau aturan-aturan.
Teori Etik Secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua
1. Teori Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip
pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah tidak ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai
moral dari tindakan tersebut dilakukan

Contoh :
Seorang dokter (tenaga kesehatan) yang menolak membantu pelaksanaan
abortus karena keyakinan agamanya melarang tindakan membunuh apapun
alasannya. Dokter tidak akan pernah mau melakukan tindakan aborsi meskipun
dengan iming iming yang menggiurkan, karena tindakan aborsi adalah termasuk
tindakan yang melakukan pembunuhan terhadap kehidupan di dalam rahim
2. Teori Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir)
merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan
akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi dengan
pertimbangan tindakan tersebut dapat memberikan kebaikan yang
sebanyak-banyaknya atau ketidak-baikan yang sekecil-kecilnya pada
individu. Suatu pelayanan kepada pasien lebih melihat hasil akhir dari
suatu tindakan yang diberikan kepada pasien.

Contoh :
Bayi-bayi yang lahir cacat, lebih baik diijinkan meninggal dari pada
nantinya menjadi beban di masyarakat. Dokter bersedia melakukan
aborsi jika tahu bahwa janin yang ada dalam kandungan akan lahir cacat.
Dari pada lahir cacat lebih baik tidak diijinkan lahir dalam keadaan hidup
dari pada dibiarkan hidup nanti akan membebani bagi orang tua bayi
karena cacatnya
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
dalam Pengambilan Keputusan
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dalam
Pengambilan Keputusan
• Tingkat Pendidikan
• Pengalaman
• Agama dan adat istiadat
• Komisi etik
• Ilmu pengetahuan dan teknologi
• Legalisasi dan keptusan yuridis
1. Tingkat Pendidikan
Rhodes (1985)
bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan akan membantu untuk
membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan dan program
pendidikan tinggi adalah meningkatkan keahlian kognitif dan
kemampuan membuat keputusan.

Penelitian oleh Hoffman, Donoghue, dan Duffield (2004),


menunjukkan bahwa taraf pendidikan dan pengalaman tidak terkait
secara signifikan dengan pembuatan keputusan etis dalam kesehatan.
2. Pengalaman
Pengalaman masa lalu dalam menangani dilema etik mempengaruhi
tenaga kesehatan dalam mengembangkan pembuatan keputusan etis.
Pengalaman masa lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau
dilemma etik dapat membantu proses pembuatan keputusan yang
beretika. Oleh karena itu, penggalian pengalaman masa lalu secara
umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.
3. Agaman dan Adat Istiadat
Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis. Tenaga kesehatan harus memahami nilai yang
diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini
dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang akan semakin banyak
pengalaman dan belajar, mereka akan mengenal siapa dirinya dan nilai
yang dimilikiny

faktor adat istiadat juga berpengaruh pada seseorang dalam pembuatan


keputusan etis. Faktor adat istiadat yang dimiliki tenaga kesehatan atau
pasien sangat berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik
4. Komisi Etik
Komisi etik merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pembuatan
keputusan etis yang dibuat oleh tenaga kesehatan. Komisi etik tidak
hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasihat melainkan pula
mendukung tenaga kesehatan dalam mengatasi dilema etik yang
ditemukan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik,
tenaga kesehatan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
semakin terlibat secara formal dalam pengambilan keputusan yang etis
dalam organisasi tenaga kesehatan.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada abad ke-20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkatan
pengetahuan dan teknologi yang meliputi berbagai bidang. Kemajuan di
bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
mampu memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai
mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/obat baru.
6. Legalisasi dan Keputusan Yuridis
Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-
undangan baru yang banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang
dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik
tenaga kesehatan.
C. Kerangka Pembuatan Keputusan Etis
Kerangka Pembuatan Keputusan Etis
D. Langkah – Langkah Pengambilan
Keputusan yang Etis
Langkah pengambilan keptusan yang etis
1. Menentukan fakta-fakta
2. Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-situasi
dari sudut pandang mereka
3. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan “imajinasi
moral”
4. Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para pemegang
kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif berdasarkan:
a. Konsekuensi-konsekuensi
b. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
c. Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
5. Membuat sebuah keputusan
6. Memantau hasil

Anda mungkin juga menyukai