MATERI KELAS 11
Proses Masuk dan Perkembangan
penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia
Kedatangan bangsa Belanda ke Nusantara
Berawal dari jatuhnya Konstantinopel ke tangan
Turki Usmani (1453). Keadaan ekonomi dan
perdagangan di Barat menjadi tidak lancar. Memicu
penjelajahan dan penemuan dunia baru.
Tidak hanya mencari keuntungan melalui
perdagangan rempah-rempah, tetapi juga
Gold, Glory dan Gospel
Setelah beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis menyadari bahwa India bukan
daerah pengasil rempah-rempah. Mereka mengetahui bahwa Malaka merupakan kota pusat
perdagangan rempah-rempah. Sebuah ekspedisi lanjutan di bawah pimpinan Afonso de
Albuquerque.
Dengan armada lengkap, Afonso de Albuquerque berangkat untuk menguasai Malaka. Tahun
1511, armada Portugis berhasil meguasai Malaka.
Dikuasainya Malaka oleh Portugis meyebabkan perdagangan orang-orang Islam terdesak.
Mereka tidak bisa lagi berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena Portugis
memonopoli perdagangan.
Tindak monopoli yang dipaksakan Portugis mendapat protes dari penguasa Kerajaan Demak.
Demak menyiapkan pasukan untuk melakukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka.
Dipimpin oleh putra mahkota, Pati Unus. Serangan Demak ini belum berhasil, posisi Portugis jadi
semakin kuat.
Indische Partij (IP)
Organisasi yang bercorak politik yang berdiri pada tahun 1912
Tokoh Indische Partij
Pendirinya dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”, yakni Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan
pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa
Dampak Politik pada masa kekuasaan Herman Wiliam Daendels
Melakukan campur tangan dan perubahan dalam tata cara adat istiadat di kerajaan-kerajaan di
Jawa
Mempengaruhi Mangkunegara II untuk membentuk pasukan “Legiun Mangkunegara” yang
memiliki kekuatan 1.150 orang prajurit
Membatasi secara ketat kekuatan raja-raja di Nusantara
Membagi pulau Jawa menjadi 23 wilayah besar yang kemudian dikenal dengan keresidenan
Berdasarkan Dekrit 18 Agustus 1808, merombak Provinsi Jawa Pantai Timur Laut menjadi 5
prefektur dan 38 kabupaten.
Kedudukan bupati sebagai pengusaha tradisional diubah menjadi pegawai pemerintah
(kolonial) yang digaji.
Sistem Tanam Paksa
Dampak Sosial pada masa berlangsungnya sistem
tanam paksa di Indonesia
Tanam paksa membawa penderitaan bagi rakyat. Banyak pekerja yang sakit, bahkan meninggal.
Mereka dipaksa untuk fokus bekerja untuk Tanam Paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarga
tidak terurus. Kemudian timbul bahaya kelaparan dan kematian di berbagai daerah. Misalnya di
Cirebon (1843-1844), di Demak (tahun 1849) dan Grobogan pada tahun 1850.
Sistem Usaha Swasta
Sejalan dengan meningkatnya ekonomi Belanda, muncul
kaum liberal yang didukung oleh para pengusaha.
Muncul perdebatan tentang pelaksanaan Tanam Paksa.
Kaum liberal menuntut pelaksanaan Tanam Paksa
diakhiri. Hal tersebut didorong oleh terbitnya dua buku
pada tahun 1860 yakni buku Max Havelaar karya
Douwes Dekker dengan nama samarannya Multatuli,
dan buku berjudul Suiker Contractor (Kontrak-kontrak
Gula) karya Frans van de Pute. Secara berangsur-angsur,
Tanam Paksa dihapus dan diterapkan sistem politik
ekonomi liberal.
Pelaksanaan sistem politik ekonomi liberal memberikan
peluang pihak swasta untuk ikut mengembangkan
perekonomian di tanah jajahan.
Dampak Ekonomi pada masa
berlangsungnya Sistem Usaha Swasta
Banyaknya pengusaha swasta yang masuk dan berbisnis di Indonesia
Usaha perkebunan berkembang, hasil panen meningkat
Hasil barang tambang meningkat
Industri ekspor terus berkembang pesat seiring dengan permintaan dari pasar dunia yang
semakin meningkat
Pembangunan sarana dan prasarana (irigasi, jalan raya, jembatan, rel kereta api) untuk
membantu distribusi hasil-hasil perkebunan
Terjadinya transmigrasi di Indonesia
Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dan
maknanya
Nilai penting dari sumpah pemuda pada peristiwa Sumpah Pemuda bagi perjuangan bangsa
Indonesia
Nilai utama dari peristiwa Sumpah Pemuda adalah nilai persatuan.
Nilai kemandirian, jati diri, kedaulatan atau penguatan nasionalisme (meneguhkan jati diri
Indonesia)(mengandung kemandirian)
Nilai demokrasi (saling menghargai)