Anda di halaman 1dari 72

ANGKA INDEKS

Melati, S.E., M.M.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PENGERTIAN
ANGKA INDEKS
 Angka indeks adalah suatu angka yang
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk melakukan
perbandingan antara kegiatan yang sama
dalam dua waktu yang berbeda.
 Dari angka indeks bisa diketahui maju
mundurnya atau naik turunnya suatu
usaha, kegiatan, ataupun indikator-
indikator lainnya.
TUJUAN PEMBUATAN
ANGKA INDEKS
 Pembuatan angka indeks bertujuan untuk
mengukur secara kuantitatif perubahan yang
terjadi dalam dua waktu yang berlainan dalam
rangka menganalisis perkembangan ataupun
penurunan suatu kondisi ataupun kegiatan dan
usaha yang dilaksanakan.
 Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai
perusahaan yang menganut modern
management membuat berbagai macam indeks
untuk keperluan pemantauan (monitoring)
atau evaluasi.
JENIS WAKTU DALAM
PEMBUATAN ANGKA INDEKS
 Waktu dasar (base period) adalah waktu
dimana suatu kegiatan dipergunakan sebagai
dasar perbandingan.
 Waktu yang bersangkutan atau waktu yang
sedang berjalan (current period) adalah waktu
dimana suatu kegiatan dipergunakan sebagai
dasar perbandingan terhadap kegiatan pada
waktu dasar.
TAHUN DASAR (BASE YEAR)
 Tahun dasar (base year) berfungsi sebagai penyebut yang
menjadi dasar perbandingan.
 Angka indeks pada tahun dasar adalah 100%.
 Tahun dasar sebaiknya disesuaikan/diperbarui secara
teratur.
 Pertimbangan dalam memilih tahun dasar antara lain:
 Tahun dengan kondisi perekonomian yang relatif stabil;
 Tidak terlalu jauh jaraknya dari periode saat ini;
 Tahun dimana terjadi perubahan penting; dan
 Tahun dimana tersedia data untuk keperluan
timbangan.
TAHUN TERTENTU
(GIVEN YEAR)
 Tahun tertentu (given year) merupakan
tahun yang variabelnya ingin
dibandingkan.
 Variabel tahun tertentu berfungsi sebagai
pembilang dalam perhitungan angka
indeks.
Contoh
Jumlah produksi barang A yang dihasilkan oleh PT. Sarla selama tahun
2012 dan 2013 masing-masing adalah 150 ton dan 225 ton. Hitunglah
indeks produksi masing-masing tahun.

Penyelesaian
Jika dibuat indeks produksi tahun 2013 dengan waktu dasar 2012,
maka produksi pada tahun 2012 dipergunakan sebagai dasar
perhitungan, sedangkan produksi tahun 2013 (waktu yang
bersangkutan) akan diperbandingkan terhadap produksi tahun 2012.
 Indeks produksi 2013 =
  Ada kenaikan produksi sebesar 50% (150% - 100%).
 Apabila produksi tahun 2013 = 125 ton, maka:
 Indeks produksi 2013 =
  Ada penurunan sebesar 16,67% (100% - 83,33%).
JENIS ANGKA INDEKS
BERDASARKAN PENGGUNAAN
 Indeks
harga (price index), yaitu indeks yang mengukur
perubahan harga barang. Misalnya, indeks harga
konsumen dan indeks harga perdagangan besar
 Indekskuantitas (quantity index), yaitu indeks yang
mengukur kuantitas suatu barang yang diproduksi,
dikonsumsi, ataupun dijual. Misalnya, indeks
produksi beras, indeks konsumsi kedelai, dan indeks
penjualan jagung.
 Indeksnilai (value index), yaitu indeks yang mengukur
perubahan nilai dari suatu barang yang dihasilkan,
diimpor, ataupun diekspor. Misalnya, indeks nilai
ekspor kopra dan indeks nilai import beras.
8
JENIS ANGKA INDEKS
BERDASARKAN CARA PENENTUAN
 Indeks tidak tertimbang, yaitu indeks yang dalam
pembuatannya tidak memasukkan faktor yang
mempengaruhi naik-turunnya angka indeks. Ada tiga
metode penghitungan indeks tidak tertimbang, yaitu
metode angka relatif, metode agregat, dan metode rata-
rata relatif.
 Indeks tertimbang, yaitu indeks yang dalam pembuatannya
turut memasukkan faktor yang mempengaruhi naik-
turunnya angka indeks. Ada tiga metode penghitungan
indeks tidak tertimbang, yaitu metode agregat sederhana
tertimbang, metode Laspeyres, metode Paasche, metode
Drobisch, metode Irving Fisher, metode Marshall –
Edgeworth, dan metode Walsh. 9
INDEKS SEDERHANA
(SIMPLE INDEX)
 Indeks sederhana (simple index) adalah
indeks yang terdiri dari satu macam barang
saja, baik untuk indeks produksi maupun
indeks harga.
 Misalnya: indeks produksi beras, indeks
produksi karet, indeks produksi ikan, indeks
harga beras, indeks harga karet, indeks
harga ikan, dan sebagainya.
INDEKS SEDERHANA
(SIMPLE INDEX)
 Indeks sederhana (simple index) adalah
indeks yang terdiri dari satu macam barang
saja, baik untuk indeks produksi maupun
indeks harga.
 Misalnya: indeks produksi beras, indeks
produksi karet, indeks produksi ikan, indeks
harga beras, indeks harga karet, indeks
harga ikan, dan sebagainya.
INDEKS AGREGATIF
(AGGREGATIVE INDEX)
 Indeks agregatif (aggregative index) adalah
indeks yang terdiri dari beberapa barang
(kelompok barang).
 Misalnya: indeks harga 9 macam bahan pokok,
indeks ekspor Indonesia, indeks biaya hidup,
indeks hasil penjualan suatu perusahaan (lebih
dari satu barang yang dijual), dan sebagainya.
 Indeks agregatif memungkinkan untuk melihat
persoalan secara agregatif (makro), yakni secara
keseluruhan, bukan secara satu per satu.
INDEKS HARGA
RELATIF SEDERHANA
 Rumus indeks harga relatif sederhana (simple relative
price index) adalah:
pt
I t ,0  x 100%
p0

 Keterangan:
 It,o = Indeks harga pada waktu t dengan waktu dasar
0.
 Pt = harga pada waktu t.
 P0 = harga pada waktu 0.
Contoh
Tabel berikut ini menyajikan data rata-rata perdagangan beberapa hasil
pertanian di Jakarta dari tahun 1992-1997. Hitunglah indeks harga beras
pada tahun 1995, 1996. dan 1997 dengan waktu dasar tahun 1992!

Jenis Pertanian 1992 1993 1994 1995 1996 1997


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Beras 66.368 67.337 81.522 100.209 101.382 111.183
Jagung kuning 34.877 39.829 45.850 50.000 62.740 66.208
Kacang kedelai 110.505 116.458 121.542 115.052 114.800 125.733
Kacang hijau 111.528 111.063 127.108 128.750 163.042 192.771
Kacang tanah 161.243 198.271 209.542 200.000 228.792 223.250
Ketela pohon 15.433 13.853 20.538 26.944 26.079 24.311
Ketela rambat 22.033 22.273 29.831 36.698 35.688 35.131
Kentang 46.984 55.110 85.183 82.404 93.713 121.920
Jawaban
Untuk tahun 1995
p95 100.209
I 95 / 92  x100%  x100%  150,99%
p92 66.368

Untuk tahun 1996


p96 101.382
I 96 / 92  x100%  x100%  152,76%
p92 66.368

Untuk tahun 1997


p97 111 .183
I 97 / 92  x100%  x100%  167,52%
p92 66.368

Jadi, jika dibandingkan dengan harga beras pada tahun 1992, maka:
 Harga beras pada tahun 1995 naik sebesar 150,99% - 100% = 50,99%;
 Harga beras pada tahun 1996 naik sebesar 152,76% - 100% = 52,76%; dan
 Harga beras pada tahun 1997 naik sebesar 167,52% - 100% = 67,52%.
INDEKS PRODUKSI
RELATIF SEDERHANA
 Rumus indeks produksi relatif sederhana adalah:
qt
I t ,0  x 100%
q0

 Keterangan:
 It,o = Indeks produksi pada waktu t dengan waktu dasar
0.
 qt = Produksi pada waktu t.
 q0 = Produksi pada waktu 0.
Contoh
Tabel berikut ini menyajikan data produksi tanaman bahan
makanan menurut jenisnya pada tahun 1993-1998. Hitunglah
indeks produksi padi sawah tahun 1996, 1997, dan 1998 dengan
waktu dasar tahun 1993!

Jenis Barang 1993 1994 1995 1996 1997 1998


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Padi sawah 45.559 43.959 46.806 48.188 46.592 45.711
Padi ladang 2.622 2.682 2.938 2.913 2.785 2.761
Jagung 6.460 6.869 8.246 9.307 8.711 10.059
Ubi kayu 17.285 15.729 15.441 17.002 15.134 14.728
Ubi jalar 2.088 1.845 2.171 2.017 1.847 1.928
Kacang tanah 639 632 760 738 688 691
Kedelai 1.709 1.565 1.680 1.517 1.357 1.306
Jawaban Jadi, jika
dibandingkan
Untuk tahun 1996 dengan produksi
q96 48.188 padi sawah pada
I 96 / 93  x100%  x100%  105,77% tahun 1993, maka:
q93 45.559  Produksi padi
sawah pada tahun
1996 naik sebesar
Untuk tahun 1997
105,77% - 100% =
q97 46.592 5,77%;
I 97 / 93  x100%  x100%  102,27%  Produksi padi
q93 45.559
sawah pada tahun
1997 naik sebesar
Untuk tahun 1998 102,27% - 100% =
2,27%; dan
q98 45.711  Produksi padi
I 98 / 93  x100%  x100%  100,33%
q93 45.559 sawah pada tahun
1998 naik sebesar
100,33% - 100% =
0,33%.
INDEKS AGREGATIF
TIDAK TERTIMBANG
 Indeks agregatif tidak tertimbang adalah
indeks yang diperoleh dengan jalan
membagi hasil penjumlahan harga atau
produksi pada waktu yang bersangkutan
dengan hasil penjumlahan harga atau
produksi pada waktu dasar.
 Indeks ini digunakan untuk unit-unit yang
mempunyai satuan yang sama.
KELEMAHAN INDEKS AGREGATIF
TIDAK TERTIMBANG
 Satuan atau unit harga barang sangat
mempengaruhi indeks harga.
 Tidak memperhitungkan kepentingan
relatif barang-barang yang tercakup
dalam pembuatan indeks.
INDEKS AGREGATIF
TIDAK TERTIMBANG
 Rumus indeks harga agregatif tidak tertimbang:

I t ,0 
 p t
x 100%
p 0

 Rumus indeks produksi agregatif tidak tertimbang:

I t ,0 
 q
t
x 100%
q0
Contoh 1
Tabel berikut ini menyajikan harga barang berdasarkan jenisnya
pada tahun 2005-2007. Hitunglah indeks harga agregatif tidak
tertimbang untuk tahun 2006 dan 2007 dengan waktu dasar tahun
2005!
Harga (Rp)
Jenis Barang
2005 2006 2007
(1) (2) (3) (4)
A 100 150 200
B 200 250 300
C 500 600 700
D 400 500 600
Jumlah 1.200 1.500 1.800
Jawaban

Untuk tahun 2006

I 06 / 05 
 p 06
x100% 
1.500
x100%  125%
p 05 1.200

Untuk tahun 2007

I 07 / 05 
 p 07
x100% 
1.800
x100%  150%
p 05 1.200

 Jadi, harga barang-barang A, B, C, dan D secara agregatif


mengalami kenaikan sebesar 25% pada tahun 2006 dan sebesar 50%
pada tahun 2007 jika dibandingkan dengan harga agregatif
keempat barang tersebut pada tahun 2005.
Contoh 2
Hitunglah indeks harga agregatif dari beberapa barang ekspor
utama di pasar New York untuk tahun 1995, 1996 dan 1997 dengan
waktu dasar tahun 1994. Perhitungan indeks didasarkan atas data
berikut.
Jenis Barang
Tahun
Karet Kopi Lada Coklat
1993 99,29 45,38 1,69 1,29
1994 131,69 120,06 2,84 1,40
1995 181,50 120,38 3,26 1,33
1996 160,66 80,06 2,90 1,36
1997 143,20 65,83 5,35 1,53
Jawaban
Jadi, jika
Untuk tahun 1995 dibandingkan

I 95 / 94 
p 95
x100%
dengan tahun 1994,
maka harga
p 94 perdagangan besar
181,50  120,38  3,26  1,33 barang ekspor
 x100%  119,72% utama di pasar New
131,69  120,06  2,84  1,40
York mengalami
Untuk tahun 1996
kenaikan sebesar
I 95 / 94 
 p 96
x100%
19,72% (119,72% -
p 94
100%) pada tahun
1995, serta
160,66  80,06  2,90  1,36 mengalami
 x100%  95,69%
131,69  120,06  2,84  1,40 penurunan sebesar
Untuk tahun 1997 4,31% (100% -
95,69%) dan 15,66%
I 95 / 94 
p 97
x100% (100% - 84,34%)
p 94 secara berturut-
143,20  65,83  5,35  1,53 turut pada tahun
 x100%  84,34% 1996 dan 1997.
131,69  120,06  2,84  1,40
INDEKS AGREGATIF
TERTIMBANG
 Indeks agregatif tertimbang adalah indeks
yang dalam pembuatannya telah
dipertimbangkan faktor-faktor yang akan
mempengaruhi naik turunnya angka indeks
tersebut.
 Timbangan yang akan dipergunakan untuk
pembuatan indeks antara lain:
 Kepentingan relatif (relative importance);
dan
 Hal-hal lain yang berhubungan atau
berpengaruh terhadap naik turunnya indeks
itu sendiri.
INDEKS RATA-RATA
HARGA RELATIF
 Indeks rata-rata harga relatif dinyatakan
oleh persamaan sebagai berikut.
1  pt 
I t ,0   x 100%
n  p0 
 Dimana n adalah banyaknya jenis
barang.
Contoh
Hitunglah indeks rata-rata harga relatif tahun 1996 dengan waktu
dasar tahun 1995 dari data 7 jenis barang berikut (harga barang
dalam Rp/satuan.

Tahun A B C D E F G

1995 721 777 553 805 96 50 97

1996 794 672 485 819 104 48 101


Jawaban

1  pt 
I t ,0   x 100%
n  p0 
 794   672   485   819 
 721 x100%    777 x100%    553 x100%    805 x100% 
1        
I 96 / 95  
7   104   48   101  

  x100% 
  x100% 
  x100%  
  96   50   97  
1
I 96 / 95  110,12%  86,49%  87,70%  101,74%  108,33%  96%  104,12%
7
 99,20%
INDEKS LASPEYRES UNTUK
HARGA AGREGATIF TERTIMBANG

Lt , 0 
 pt q0
x 100%
p 0 q0

 Keterangan:
 L = Indeks Laspeyres
 pt = Harga waktu t
 p0 = Harga waktu 0
 q0 = Produksi waktu 0, sebagai timbangan
INDEKS LASPEYRES UNTUK
PRODUKSI AGREGATIF TERTIMBANG

Lt , 0 
 p 0 qt
x 100%
p 0 q0
 Keterangan:
 L = Indeks Laspeyres
 qt = Produksi waktu t
 q0 = Produksi waktu 0
 p0 = Harga waktu 0, sebagai timbangan
INDEKS PAASCHE UNTUK
HARGA AGREGATIF TERTIMBANG

Pt , 0 
 p t qt
x 100%
p 0 qt
 Keterangan:
 P = Indeks Paasche
 pt = Harga waktu t
 p0 = Harga waktu 0
 qt = Produksi waktu t, sebagai timbangan
INDEKS PAASCHE UNTUK
PRODUKSI AGREGATIF TERTIMBANG

Pt , 0 
 p q
t t
x 100%
p qt 0
 Keterangan:
 P = Indeks Paasche
 qt = Produksi waktu t
 q0 = Produksi waktu 0
 pt = Harga waktu t, sebagai timbangan
PERBEDAAN INDEKS
LASPEYRES DAN PAASCHE
 Indeks Laspeyres menggunakan produksi atau harga pada
waktu dasar sebagai timbangan, sedangkan Paasche
menggunakan produksi atau harga pada waktu t (waktu
yang bersangkutan) sebagai timbangan.
 Dilihat dari segi praktis, indeks Laspeyres lebih baik karena
timbangannya tidak berubah-ubah, meskipun secara teoritis
justru kurang baik karena sebenarnya yang mempengaruhi
harga adalah produksi pada waktu yang bersangkutan.
 Sebaliknya jika dilihat dari segi teoritis, maka rumus
Paasche sangatlah baik karena senantiasa
memperhitungkan pengaruh perubahan produksi terhadap
perubahan harga, meskipun dari segi praktis, cenderung
sulit untuk diterapkan.
Contoh
Hitunglah indeks harga agregatif tertimbang dengan
menggunakan rumus Laspeyres dan Paasche pada tahun
1996 dengan tahun dasar 1995.

Harga Rp per Satuan Produksi dalam Satuan


Jenis Barang
1995 1996 1995 1996
(1) (2) (3) (4) (5)
A 691 2.020 741 937
B 310 661 958 1.499
C 439 1.000 39 30
D 405 989 278 400
E 568 1.300 2.341 3.242
Jawaban

L96 / 95 
 p q
96 95
x100%
p q
95 95


2.020 741  661958  1.000 39  989 278  1.300 2.341 x100%
691741  310 958  439 39  405278  5682.341
 241,90%

P96 / 95 
 p q
96 96
x100%
p q
95 96


2.020 937   6611.499   1.000 30   989 400   1.300 3.242 
x100%
691937   310 1.499   439 30  405400   5683.242 
 240,47%
VARIASI DARI
INDEKS HARGA TERTIMBANG - 1
 Rumus indeks agregatif tertimbang dari Irving Fisher:

I  LxP 
p t q0
x
 p
t qt
x 100%
p 0 q0 p0 qt
 Rumus indeks agregatif tertimbang dari Drobisch:

L  P 1   pt q0  pt qt 
 x 100%
I  
2 2   p0 q0  p0 qt 

Contoh
Berdasarkan data dari contoh sebelumnya di slide 35,
dimana diperoleh L96/95 = 241,90% dan P96/95 = 240,47%,
hitunglah indeks harga agregatif tertimbang dengan
rumus Fisher dan Drobisch untuk periode tersebut.

Jawaban
 Indeks Fisher

I  LxP  241,90% 240,47%   241,18%


 Indeks Drobisch
LP 1
I  241,90%  240,47%  241,18%
2 2
VARIASI DARI
INDEKS HARGA TERTIMBANG - 2
 Rumus indeks agregatif tertimbang dari Marshall-
Edgeworth:
1
 pt x 2 q0  qt   p q
t 0  qt 
I x100%  x100%
1
 p0 x 2 q0  qt   p q
0 0  qt 

 Rumus indeks agregatif tertimbang dari Walsh:

I 
 p t qo qt
 100%
p o qo qt
Contoh
Berdasarkan data dari contoh sebelumnya di slide 35,
buatlah indeks tahun 1996 dengan tahun 1995 sebagai
tahun dasar menggunakan rumus Marshall-Edgeworth dan
Walsh.

Jawaban
 Indeks Marshall-Edgeworth
 pt q0  qt 
I  x100%
 p0 q0  qt 
2.020(741  937)  661(985  1.499)  1.000(39  30)
I 
691(741  937)  310(985  1.499)  439(39  30)
 989( 278  400)  1.300( 2.341  3.242)
x100%
 405( 278  400)  568( 2.341  3.242)
I  241,07%
Jawaban

 Indeks Walsh

I
 p t q0 qt
x100%
p 0 q0 qt
2.020 (741)(937)  661 (985)(1.499)  1.000 (39)(30)
I
691 (741)(937)  310 (985)(1.499)  439 (39)(30)
 989 (278)(400)  1.300 (2.341)(3.242)
x100%
 405 (278)(400)  568 (2.341)(3.242)
I  240,60%

 Perhatikan bahwa rumus Irving Fisher, Drobisch, Marshal-


Edgeworth, dan Walsh memberikan hasil yang hampir
sama, yaitu sekitar 241%.
INDEKS RATA-RATA
RELATIF TERTIMBANG
 Indeks rata-rata relatif tertimbang dengan rumus Laspeyres:
 pt 
  p  p0 q0
Lt , 0   0  x100%
 p0 q 0
 Indeks rata-rata relatif tertimbang dengan rumus Paasche:
 pt 
  p  pt qt
Pt , 0   0  x100%
 pt qt
Contoh
Berdasarkan data dari contoh sebelumnya di slide 35, buatlah indeks
rata-rata relatif tertimbang tahun 1996 dengan tahun 1995 sebagai
tahun dasar menggunakan rumus Laspeyres dan Paasche.

Jawaban
 Indeks rata-rata relatif tertimbang dengan rumus Laspeyres
 p96 
  p  p95 q95
L96 / 95   95  x100%
 p95 q95
 2.020   661   1.000 
  ( 691)( 741)    (310 )(958)   (439)(39)
691   310   439 

(691)(741)  (310)(958)  (439)(39)
 989   1.300 
 (405)(278)   (568)(2.341)
 405   568  x100%
 (405)(278)  (568)(2.341)
 241,86%
Jawaban
 Indeks rata-rata relatif tertimbang dengan rumus Paasche

 p96 
  p  p96q96
P96 / 95   95  x100%
 p96q96
 2.020   661   1.000 
 (2.020)(937)   (661)(2.499)   (1.000)(30)
691   310   439 

(2.020)(937)  (661)(2.499)  (1.000)(30)
 989   1.300 
  (989)( 400)   (1.300)(3.242)
 405   568  x100%
 (989)(400)  (1.300)(3.242)
 243,53%
ANGKA INDEKS BERANTAI
 Dalam membuat indeks berantai, harus ditentukan
terlebih dahulu berapa satuan waktu sebelumnya yang
akan dipergunakan sebagai waktu dasar.
 Kita hanya mengganti p0 menjadi pt-1atau pt-2, q0
menjadi qt-1 atau qt-2, dan seterusnya.
 Rumus indeks kuantitas berantai (I):
qt
I t ,t 1  x 100%
qt 1
 Rumus indeks harga berantai (I):
pt
I t ,t 1  x 100%
pt 1
Contoh
Buatlah indeks berantai untuk tahun 1989, 1990, 1991, 1992, 1993, dan
1994 dengan waktu dasar satu tahun sebelumnya, berdasarkan tabel
dibawah ini.
Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994

Ekspor karet 392,1 447,6 450,0 469,2 475,4 480,9 489,2


(1000 ton)

Jawaban q1991
I1 9 9 1, 1 9 9 0  x 100%  104,27 0 0
qt q1990
I t ,t 1  x 100% q1992
qt 1 I1992, 1991  x 100%  101,32 0 0
q1991
q1989
I1989,1988  x 100%  114,15% q1993
q1988 I 1993, 1992
 x 100%  101,16 0 0
q1992
q1990 q1994
I1 9 9 0, 1 9 8 9  x 100%  100,54 0 0 I1 9 9 4, 1 9 9 3  x 100%  101,73 0 0
q1989 q1993
KEUNGGULAN
INDEKS BERANTAI
 Memungkinkan kita untuk memasukkan komoditi-
komoditi baru yang diperlukan sebagai timbangan.
 Apabila sudah dibuat indeks berantai dengan waktu
dasar yang berubah-ubah, maka kita dapat
menurunkan dari indeks berantai tersebut suatu
indeks pada tahun-tahun tertentu dengan waktu dasar
yang tetap.
 Rumus untuk menghitung angka indeks berantai
dengan waktu dasar tetap adalah :
I t 1,t 1  ( I t ,t 1 )( I t 1,t )
Contoh
Berdasarkan data ekspor karet pada periode 1988-1994 dari contoh
sebelumnya, hitunglah indeks pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993, dan
1994 dengan waktu dasar tetap, yaitu tahun 1988.

Jawaban
Untuk menghitung indeks pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993, dan
1994 dengan waktu dasar tahun 1988, caranya adalah sebagai berikut.
I t 1,t 1  ( I t ,t 1 )( I t 1,t )
qt qt 1
Karena ( I t ,t 1 )( I t 1,t )  
qt 1 qt
qt 1

qt 1
Jawaban
 Rumus ini berlaku sebelum masing-masing indeks dikalikan dengan
100%, hasil perkaliannya baru dikalikan dengan 100%.
 I1990, 1988 = (I1989, 1988)(I1990, 1989)
 I1991, 1988 = (I1990, 1988)(I1991, 1990)
= (I1989, 1988)(I1990, 1989)(I1991, 1990)
 I1992, 1988 = (I1991, 1988)(I1992, 1991)
= (I1989, 1988)(I1990, 1989)(I1991, 1990) (I1992, 1991)
 I1993, 1988 = (I1992, 1988)(I1993, 1992)
= (I1989, 1988)(I1990, 1989)(I1991, 1990)(I1992, 1991)(I1993, 1992)
 I1994, 1988 = (I1993, 1988)(I1994, 1993)
= (I1989, 1988)(I1990, 1989)(I1991, 1990)(I1992, 1991)
(I1992, 1988)(I1993, 1992)(I1994, 1993)
Jawaban
 Dengan menggunakan hasil perhitungan indeks berantai dari
contoh sebelumnya, maka:
 I1990, 1988 = (I1989, 1988)(I1990, 1989)
= (1,1415)(1,0054) x 100% = 114,77%
 I1991, 1988 = (I1990, 1988)(I1991, 1990)
= (1,1477)(1,0427) x 100% = 119,67%
 I1992, 1988 = (I1991, 1988)(I1992, 1991)
= (1,1967)(1,0132) x 100% = 121,25%
 I1993, 1988 = (I1992, 1988)(I1993, 1992)
= (1,2125)(1,0116) x 100% = 122,66%
 I1994, 1988 = (I1993, 1988)(I1994, 1993)
= (1,1266)(1,0173) x 100% = 114,61%
PENENTUAN DAN
PENGGESERAN WAKTU DASAR - 1
 Penggeseran waktu dasar perlu dilakukan ketika waktu
dasar dari angka indeks dianggap sudah out of date
karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan.
 Ada dua cara untuk melakukan penggeseran waktu dasar,
yaitu sebagai berikut.
1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada
waktu atau tahun tertentu yang akan dipakai sebagai
tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%,
sedangkan angka-angka lainnya dibagi dengan angka
dari waktu tersebut, kemudian dikalikan dengan
100%.
Contoh
 Berikut ini merupakan data rata-rata harga perdagangan besar kentang
pada tahun 1987-1995.
Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Harga 9.366 11.578 22.284 8.339 27.874 27.237 35.805 30.142 39.402
(Rp/100 kg)

 Berdasarkan data tersebut,  Kemudian karena sesuatu hal,


dibuat angka indeks pada tahun dibuat angka indeks dengan tahun
1988-1995 dengan tahun 1987 1990 sebagai tahun dasar.
sebagai tahun dasar.
11 .578 9.366
I 1988,1987  x 100% I 1 9 8 7,1 9 9 0  x 100%
9.366 8.339
 123,62 0 0  112 ,32 0 0

39.402 30.142
I 1995,1987  x 100% I 1 9 9 4,1 9 9 0  x 100%
9.366 8.339
 402,69 0 0  361,46 0 0
Lanjutan Contoh
Tabel berikut ini menyajikan hasil perhitungan seluruh harga
berdasarkan indeks lama dan baru.
Tahun Harga Kentang Indeks Lama Indeks Baru
(Rp/100 kg) (1987 = 100%) (1990 = 100%)
(1) (2) (3) (4)
1987 9.366 100,00% 112,32%
1988 11.578 123,62% 138,84%
1989 22.284 237,92% 267,23%
1990 8.339 89,03% 100,00%
1991 27.874 297,32% 333,94%
1992 27.237 290,32% 326,62%
1993 35.805 382,29% 429,37%
1994 30.142 321,82% 361,46%
1995 39.402 420,69% 472,53%
PENENTUAN DAN
PENGGESERAN WAKTU DASAR - 2

 Ada dua cara untuk melakukan penggeseran waktu dasar,


yaitu sebagai berikut.
2. Indeks pada tahun yang akan dipilih sebagai waktu
dasar diberi nilai 100%, kemudian angka indeks pada
tahun-tahun lainnya dibagi dengan indeks dari tahun
dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%. Cara
ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak
ada lagi. Sebaiknya cara ini dipergunakan kalau
angka indeks memenuhi pengujian sirkuler, atau
kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi
data aslinya sudah tidak ada lagi.
Contoh
Berdasarkan data rata-rata harga perdagangan besar kentang pada
tahun 1987-1995 di contoh sebelumnya, dibuat indeks dengan 1987
= 100 sebagaimana pada tabel lanjutan contoh tersebut. Kemudian
indeks tersebut akan digeser menjadi 1990 = 100 (data asli sudah
tidak ada), sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut.
100
 I1987,1990 = x100%  112 ,32%
89,03

420,69
x100%  472,53%
 I1995,1990 = 89,03

 Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Lanjutan Contoh
Berikut ini merupakan tabel indeks harga perdagangan besar kentang
pada tahun 1987-1995 dengan 1990 sebagai tahun dasar.
Harga Kentang Indeks Lama Indeks Baru
Tahun
(Rp/100 kg) (1987 = 100%) (1990 = 100%)
(1) (2) (2) (3)
1987 9.366 100,00% 112,32%
1988 11.578 123,62% 138,85%
1989 22.284 237,92% 267,24%
1990 8.339 89,03% 100,00%
1991 27.874 297,32% 333,95%
1992 27.237 290,32% 326,64%
1993 35.805 382,29% 429,37%
1994 30.142 321,82% 361,47%
1995 39.402 420,69% 472,53%
PENGUJIAN ANGKA INDEKS DAN
PENDEFLASIAN DATA BERKALA

 Kebaikan atau kesempurnaan angka


indeks biasanya dilihat dari kenyataan
apakah indeks yang bersangkutan
memenuhi beberapa kriteria pengujian.
 Sebagai contoh, indeks ideal dari Fisher
paling tidak secara teoritis lebih baik
daripada indeks Laspeyres atau Paasche.
Beberapa kriteria pengujian adalah time
reversal test dan factor reversal test.
TIME REVERSAL TEST

 Suatu indeks dikatakan memenuhi time reversal


test, apabila memenuhi persamaan berikut.
 It,0 x I0,t = 1
(Indeks belum dinyatakan dalam persentase)

 Keterangan:
 It,0 = Indeks waktu t dengan waktu dasar 0
 I0,t = Indeks waktu 0 dengan waktu dasar t
TIME REVERSAL TEST

 Indeks harga relatif memenuhi time


reversal test.
 Indeks agregatif tidak tertimbang
memenuhi time reversal test.
 Indeks Laspeyres tidak memenuhi time
reversal test.
 Indeks ideal (indeks Irving Fisher)
memenuhi time reversal test.
FACTOR REVERSAL TEST
 Pada factor reversal test, langkah awal
pengujiannya adalah mencari nilai:
 v=pxq
 Dimana v = nilai, p = harga per satuan, dan q =
banyaknya barang dalam satuan.
 Kemudian mencari indeks nilai sederhana dan indeks
nilai agregatif, dengan rumus:
 p q
I  x100% 
t
x100% t t


0 ,t
0
p q 0 0

I 
 
100% 
t  p q
x100% t t

 p q
0 ,t
0 0 0

(Indeks nilai agregatif)


FACTOR REVERSAL TEST

 Indeks harga yang dikalikan dengan indeks kuantitas


diharapkan akan menghasilkan indeks nilai
mengingat nilai (v) sama dengan hasil kali harga (p)
dan kuantitas(q).
 Suatu indeks dikatakan memenuhi factor reversal
test apabila memenuhi persamaan berikut ini :
 I(t,0)p x I(t,0)q = I(t,0)v
(Indeks harga x indeks kuantitas = indeks nilai)
FACTOR REVERSAL TEST

 Indeks harga dan indeks kuantitas


memenuhi factor reversal test.
 Indeks harga agregatif dan indeks
kuantitas agregatif memenuhi factor
reversal test.
 Indeks ideal (indeks Irving Fisher)
memenuhi factor reversal test.
PENGUJIAN ANGKA INDEKS
 Misalkan ada suatu deretan angka indeks
(indeks dari beberapa tahun, katakanlah t
tahun) dengan waktu dasar I, yaitu
dengan simbol sebagai berikut.
I1, i, I2, i, …, It, i
 Selanjutnya mempunyai indeks dari
tahun-tahun yang sama tetapi dengan
waktu dasar j, yakni sebagai berikut.
I1, j, I2, j, …, It, j

63
PENGUJIAN ANGKA INDEKS
 Apabila diperoleh urutan indeks yang kedua, yaitu (b)
dengan jalan membagi setiap indeks dalam urutan
pertama, yaitu (a) dengan Ij,i, maka indeks dikatakan
memenuhi pengujian sirkuler (circular test).
 Rumusnya adalah sebagai berikut.
I 1,i I 2 ,i I 3,i
 I 1, j ;  I 2, j ;  I 3, j ,......
I j ,i I j ,i I j ,i
 Atau
 I1, i = I j, i Ii1, j I2, i, = I j, i Ii2, j I3,i = I j, i Ii3, j ,

…..

(Sebelum indeks dinyatakan dalam %)


Contoh
Berikut ini disajikan tabel hasil pergeseran waktu dasar indeks dari
contoh sebelumnya.

Tahun Indeks Lama Indeks Baru


(1987 = 100%) (1990 = 100%)
(1) (2) (3)
1987 100,00% 112,32%
1988 123,62% 138,84%
1989 237,92% 267,23%
1990 89,03% 100,00%
1991 297,32% 333,94%
1992 290,32% 326,62%
1993 382,29% 429,37%
1994 321,82% 361,46%
1995 420,69% 472,53%
Lanjutan Contoh

i  87, j  90, 1  88 i  87, j  90, 1  95


I1,i I1,i
 I1, j  I1, j
I j ,i I j ,i
I 88,87 I 95,87
 I 88,90  I 95,90
I 90,87 I 90,87
I 88,87  I 90,87 x I 88,90 I 95,87  I 90,87 x I 95,90
 0,89031,3884  0,89034,7253
 1,2361  4,2067
 123,61%  420,67%
  Sama seperti indeks lama  Sama seperti indeks lama
PENDEFLASIAN
DATA BERKALA
 Data berkala menunjukkan perkembangan mengenai
kegiatan dari waktu ke waktu.
 Perkembangan kegiatan yang dinyatakan/dinilai
dengan mata uang (bukan dengan fisik), seringkali
menyesatkan karena perkembangan yang dinilai
dalam mata uang kemungkinan besar menunjukkan
kenaikan yang hebat, padahal seringkali
kenyataannya tidak demikian akibat adanya
pengaruh kenaikan harga(inflasi).
 Dengan kata lain, secara riil kemungkinan kenaikan
itu, walaupun terjadi, sedikit sekali
Contoh Tahun Rata-Rata Upah Indeks Harga
Tabel di samping per Hari Konsumen
menunjukkan data (Ribuan Rp) (1980 = 100)
rata-rata upah (1) (2) (3)
harian karyawan dan 1985 1,19 95,5
data indeks harga
konsumen. Hitunglah 1986 1,33 102,8
upah harian dari 1987 1,44 101,8
karyawan tersebut 1988 1,57 102,8
selama tahun 1985-
1989 1,75 111,0
1996 dibandingkan
dengan upah rupiah 1990 1,84 113,5
tahun 1985. 1991 1,89 114,4
1992 1,94 114,8
1993 1,97 114,5
1994 2,13 116,2
1995 2,28 120,2
1996 2,45 123,5
Jawaban
Tahun Indeks
 Untuk menyusun indeks baru dengan (1985 = 100)
tahun dasar 1985, berarti dilakukan
penggeseran waktu dasar. Oleh karena (1) (2)
itu, indeks pada tahun 1985 = 100, lalu 1985 100
indeks lainnya dihitung dengan cara 1986 107,6
sebagai berikut.
1987 106,6
102,8 1988 107,6
 Indeks tahun 1986  x100 0 0  107,64
95,5
1989 116,2
101,8 1990 118,8
 Indeks tahun 1987  x100 0 0  106,60
95,5 1991 119,8
 Dan seterusnya. 1992 120,2
 Hasil perhitungan indeks baru tersebut 1993 119,9
disajikan dalam tabel di samping ini.
1994 121,7
1995 125,9
1996 129,3
Jawaban
 Selanjutnya perlu dilakukan perhitungan terhadap upah riil (real
wages), yakni dengan cara membagi semua angka-angka upah
dengan indeks pada tahun-tahun yang bersangkutan.
1,19
 Upah riil tahun 1985  x 100  1,19
100 0
0

1,33
 Upah riil tahun 1986  x 100  1,24
107,6 0
0

 Dan seterusnya.
 Hasil perhitungan upah riil tersebut ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996

Rata2 upah 1,19 1,24 1,35 1,46 1,51 1,55 1,58 1,61 1,64 1,75 1,81 1,89
nyata
harian
(ribuan Rp)
Jawaban
 Apabila kita ingin menghitung daya beli rupiah untuk berbagai
tahun dengan anggapan bahwa satu rupiah pada tahun tertentu
(1985 misalnya) benar-benar bernilai satu rupiah (berdaya bei Rp1),
maka caranya ialah dengan membagi Rp1 dengan angka indeks yang
waktu dasarnya sudah digeser ke tahun 1985 tersebut.

 Daya beli (Rp1) untuk tahun 1985  1


 1,00
100 0
0

1
 Daya beli (Rp1) untuk tahun 1986   0,93
107,6 0
0

 Hasil perhitungan daya beli rupiah dari tahun ke tahun tersebut


dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996

Daya beli 1,00 0,93 0,94 0,93 0,86 0,84 0,83 0,83 0,83 0,82 0,79 0,77
Rp 1
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai