Anda di halaman 1dari 26

KEJANG DEMAM

OUTLINE
Laporan pendahuluan
Asuhan keperawatan
KEPERAWATAN ANAK (NS, ISNA AGLUSI BADAR,M.KEP)
MELIA AGUSTIN
 Nursing student
• Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak-anak yang berusia
antara 6 bulan hingga 5 tahun sebagai respons terhadap peningkatan suhu
tubuh yang cepat, biasanya disebabkan oleh infeksi virus. American
Academy of Pediatrics (AAP)
DEFINISI • Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak-anak sebagai respons
terhadap demam yang tinggi dan cepat, tanpa adanya faktor neurologis
yang teridentifikasi atau riwayat epilepsi sebelumnya. International League
Against Epilepsy (ILAE)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
1. Otak : Kejang demam terjadi karena
gangguan pada aktivitas listrik di
otak. Bagian otak yang terlibat dalam
mengatur fungsi motorik, sensorik,
dan kesadaran, seperti korteks otak
dan struktur di bawahnya, menjadi
sasaran dari aktivitas listrik yang
tidak normal selama kejang.
2. Sistem Saraf Pusat (SSP) : Kejang
demam terjadi karena gangguan pada
SSP, yang mencakup otak dan
sumsum tulang belakang. Aktivitas
listrik yang tidak terkoordinasi atau
tidak teratur menyebabkan kontraksi
otot yang tidak terkendali.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Fisiologi :
1.*Pemicu Demam*: Kejang demam sering kali dipicu oleh peningkatan suhu tubuh yang cepat
dan tiba-tiba, yang disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap infeksi.
2.*Aktivitas Listrik Tidak Normal*: Pada kejang demam, terjadi peningkatan aktivitas listrik
yang tidak normal di otak, yang dapat menyebabkan kontraksi otot secara refleks dan tidak
terkendali.
3.*Gangguan Kesadaran*: Selama kejang, anak biasanya kehilangan kesadaran karena aktivitas
listrik yang tidak terkoordinasi di otak mengganggu fungsi normal.
4.*Ketidakmampuan Menanggapi*: Anak mungkin tidak meresponsi rangsangan atau stimulasi
selama kejang, karena otak sibuk menangani aktivitas listrik yang tidak normal.
ETIOLOGI
1. *Infeksi Virus*: Infeksi virus, terutama infeksi saluran pernapasan atas seperti flu atau pilek, adalah
penyebab paling umum dari kejang demam pada anak-anak. Virus yang sering dikaitkan dengan
kejang demam antara lain virus influenza, virus herpes simpleks, dan virus sitomegalovirus.
2. *Predisposisi Genetik*: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada faktor genetik yang dapat
meningkatkan risiko kejang demam pada anak-anak. Anak yang memiliki riwayat kejang demam
dalam keluarga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejang demam sendiri.
3. *Usia*: Kejang demam paling sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun, terutama
pada usia antara 6 bulan hingga 3 tahun. Rentang usia ini merupakan periode di mana sistem
kekebalan tubuh anak masih berkembang dan rentan terhadap infeksi.
4. *Peningkatan Suhu Tubuh yang Cepat*: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan tiba-tiba, yang
disebabkan oleh infeksi atau demam, dapat menyebabkan terjadinya kejang demam pada anak-anak
yang rentan.
Faktor Risiko Tambahan:
1. *Riwayat Keluarga*: Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat kejang demam
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejang demam sendiri.
2. *Jenis Kelamin*: Beberapa studi menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki risiko yang sedikit
lebih tinggi untuk mengalami kejang demam dibandingkan dengan anak perempuan.
3. *Suhu Tubuh yang Tinggi*: Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (> 39°C) meningkatkan risiko
terjadinya kejang demam pada anak-anak.
PATOFISIOLOGI

1. Pemicu Demam*: Kejang demam terjadi sebagai respons terhadap peningkatan suhu tubuh
yang cepat dan tiba-tiba, yang disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap infeksi.
Infeksi virus yang umum, seperti flu atau pilek, sering menjadi pemicu utama kejang
demam pada anak-anak.
2. *Gangguan pada Otak*: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan gangguan
pada aktivitas listrik di otak. Aktivitas listrik yang tidak terkoordinasi atau tidak teratur ini
dapat mengganggu fungsi normal otak dan memicu terjadinya kejang.
3. *Kerusakan GABAergic Inhibition*: Peningkatan suhu tubuh yang cepat juga dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem penghambatan GABAergic di otak. GABA adalah
neurotransmitter yang berperan dalam mengatur kejang dan aktivitas listrik otak.
Gangguan pada sistem ini dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kejang.
4. *Aktivasi Sistem Saraf Simpatik*: Selama kejang, terjadi aktivasi sistem saraf
simpatik yang menghasilkan pelepasan adrenalin dan noradrenalin. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan, serta
gejala seperti keringat dingin dan tremor.
5. *Gangguan Kesadaran*: Aktivitas listrik yang tidak normal di otak selama kejang
dapat menyebabkan gangguan pada kesadaran anak. Anak mungkin menjadi tidak
responsif atau tidak sadar selama kejang, meskipun kondisi ini biasanya bersifat
sementara.
MANIFESTASI KLINIK
1. Kehilangan Kesadaran
2. Kontraksi Otot yang Tidak Terkendali
3. Tremor
4. Mengi atau Suara Napas yang Berat
5. Perubahan Warna Kulit
6. Lidah Terjepit
7. Kehilangan Kontrol Kencing atau Buang Air
Besar
KOMPLIKASI

Trauma
Aspirasi
Status Epileptikus
Gangguan Pernapasan
Dehidrasi
Kecemasan dan Distress
Efek Psikososial
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Umum
Hitung Darah Lengkap (Hemoglobin, Leukosit)
Elektrolit (Natrium, Kalium, Klorida)
Pemeriksaan Urin
Elektroensefalogram (EEG)
Pencitraan Otak (CT Scan atau MRI)
Tes tambahan : Tes Alergi dan Tes Penyaringan Infeksi
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penanganan Kejang:

- *Posisi Lateral*: Mengatur posisi anak dalam posisi lateral selama kejang untuk mencegah
aspirasi dan membantu menjaga jalur napas tetap terbuka.
- *Pengendalian Kejang*: Jika kejang berlangsung lebih dari lima menit atau berulang,
pemberian obat anti-kejang seperti diazepam atau midazolam dapat dilakukan untuk
menghentikan kejang.

2. Penurunan Suhu Tubuh:

- *Pemberian Obat Antipiretik*: Jika anak memiliki demam, pemberian obat antipiretik
seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu menurunkan suhu tubuh dan
mengurangi risiko kejang demam.
- *Kompres Dingin*: Kompres dingin atau mandi air hangat dapat membantu menurunkan
suhu tubuh dengan cepat.
3. Pengawasan dan Pemantauan:
- *Pemantauan Suhu Tubuh*: Memantau suhu tubuh anak secara teratur untuk memastikan
demam terkontrol.
- *Pemantauan Klinis*: Memantau kondisi klinis anak, termasuk frekuensi jantung,
pernapasan, dan kesadaran, serta memantau kemungkinan adanya komplikasi.

4. Edukasi dan Dukungan:


- *Edukasi Keluarga*: Memberikan edukasi kepada keluarga tentang tindakan pencegahan
kejang demam berulang, penggunaan obat antipiretik, dan tanda-tanda komplikasi yang
perlu diwaspadai.
- *Dukungan Emosional*: Memberikan dukungan emosional kepada anak dan keluarganya
untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan yang mungkin timbul selama kejang demam.
5. Pemantauan Lanjutan:
- *Rencana Tindak Lanjut*: Merencanakan tindak lanjut dengan dokter untuk mengevaluasi
kemungkinan penyebab kejang demam dan merencanakan strategi pencegahan kejang
berulang.
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA
ANAK
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakitn sekarang
 Riwayat pengobatan
 Riwayat penyakit keluarga
 Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


SLKI KEPERAWATAN

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
• Menggigil menurun (5)
• Kulit merah menurun (5)
• Kejang menurun (5)
• Hipoksia menurun (5)
• Suhu tubuh membaik (5)
• Suhu kulit membaik (5)
• Tekanan darah membaik (5)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Manajemen hipertemia

Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi.

Tindakan
Observasi
• Identifikasi penyebab hipertermia (mis, dehidrasi, terpapar lingkungan panas, Penggunaan inkubator)
• Monitor suhu tubuh
• Pantau kadar elektralit
• Monitor haluaran urine
• Monitor komplikasi akibat hipertermia
INTERVENSI KEPERAWATAN

Terapi
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres dingin padadahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
• Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
• Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
• Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
DYNAMIC DELIVERY

Learn to infuse energy into your Impact factor Measurement Target Achieved
delivery to leave a lasting
impression Audience
Percentage (%) 85 88
One of the goals of effective interaction
communication is to motivate Knowledge
your audience Percentage (%) 75 80
retention
Post-presentation
Average rating 4.2 4.5
surveys

Referral rate Percentage (%) 10 12

Collaboration
# of opportunities 8 10
opportunities
SPEAKING ENGAGEMENT METRICS

Impact factor Measurement Target Achieved

Audience interaction Percentage (%) 85 88

Knowledge retention Percentage (%) 75 80

Post-presentation surveys Average rating 4.2 4.5

Referral rate Percentage (%) 10 12

Collaboration opportunities # of opportunities 8 10


THANK YOU
Brita Tamm
502-555-0152
brita@firstupconsultants.com
www.firstupconsultants.com

Anda mungkin juga menyukai