Anda di halaman 1dari 7

Jual Beli Araya Menurut

Kitab Taqrirat Sadidah 2

Disusun oleh:
Deep Akmal Azkiya Herdin Nadwa

IAIN PALANGKARAYA | HUKUM EKONOMI SYARIAH |


2024
Halaman 1

Pengertian Jual Beli Araya

Bentuk tunggal untuk kata araya adalah ariyyah.


Ariyyah, dalam bahasa Indonesia, artinya telanjang.
Dinamakan demikian karena barang ini dikeluarkan
dari bentuk jual beli yang haram, padahal
bentuknya mirip dengan jual beli yang haram. Oleh
karena itu, jual beli ariyyah merupakan diturunkan
dari jual beli yang diharamkan.
Halaman 3

Lanjut…

Jual beli araya adalah jual beli kurma basah (ruthab) yang masih di pohon dengan
sistem perkiraan (kharshan), di beli dengan kurma kering (tamr) yang telah dipanen
dengan sistem takar (kailan), atau menjual anggur basah ('inab) yang masih di pohon
dengan sistem perkiraan, dibeli dengan anggur kering (zabib) yang telah dipanen
melalui sistem takar. Jadi, suatu ketika ada orang yang membutuhkan kurma kering
untuk kebutuhan makan bagi keluarganya.

Akad ini jelas-jelas merupakan transaksi ribawi. Kaidah yang diabaikan dalam hal ini
adalah kaidah tamatsul (kesamaan dari sisi berat). Karena praktik jual beli barang
ribawi yang sama jenisnya (sama-sama kurmanya) melazimkan tiga ketentuan, yaitu
wajib hulul (kontan), tamatsul (kesamaan takaran), dan taqabudh (saling serah terima).
Praktik bai’ al-araya ini mengabaikan ketentuan tamatsul.
Halaman 3a

Dasar Hukum Jual Beli Araya


Dari Zaid bin Tsâbit radliyallahu ‘anhu: "Sesungguhnya
Rasulullah SAW telah memberi keringanan dalam Jual Beli
Araya, yaitu: Jual beli dengan melakukan kharsh takaran."
(HR: Bukhari dan Muslim).

Kharsh dalam istilah ilmu hitung sering dimaknai dengan


menaksir, dan mengira-ngira. Yang dikira-kira adalah kurma
muda yang masih ada di pohon. Hadits ini memiliki jalur
sanad sahabat Zaid ibn Tsabit. Beliau terkenal sebagai pakar
ilmu hisab di jaman Nabi Muhammad SAW.
Halaman 3b

Lanjut…

Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu: Rasulullah


SAW telah menetapkan keringanan jual beli araya
dengan jalan menaksir seberat kurma kering, dengan
catatan beratnya tidak lebih dari 5 awsuq. (HR:
Bukhari dan Muslim)

Kurma yang diperbolehkan untuk dilakukan


penaksiran beratnya adalah tidak lebih dari 5 awsuq.
Batasan 5 awsuq ini ibarat merupakan ada tas'ir
(penetapan harga oleh Nabi) sehingga masuk riba yang
ditoleransi (rukhshah) oleh syariat.
Halaman 3c

Syarat Bolehnya Jual Beli Araya


Para ulama memberikan beberapa batasan tentang bolehnya jual beli araya,
sebagai berikut:

1. Adanya kebutuhan pembeli untuk mendapatkan kurma basah.

2. Pembeli tidak memiliki uang tunai untuk membeli kurma, namun dia
hanya punya kurma kering.

3. Kurma yang ditransaksikan secara araya, banyaknya lima wasaq atau


kurang.

4. Kurma basah yang masih ada ditangkai ditaksir dengan banyaknya


kurma kering telah ditakar

5. Dilakukan serah terima di majelis akad. Untuk kurma basah yaitu


dengan dipetik dari pohonnya, sedangkan kurma kering yaitu dengan
ditakar.

Jika salah satu persyaratan ini tidak ada maka transaksi araya tidak
sah, karena ini bisa mengarah pada praktik riba.
Terima Kasih
By: Deep Akmal Azkiya Herdin Nadwa

Anda mungkin juga menyukai