Anda di halaman 1dari 89

d a n g - u n d a n g a n

Pera t u ra n Pe r u n

BI D A N G
K E H U T A N A N
AT LHK
L
AR P USDIK
G A J
EN
TIM P
Tujuan Pembelajaran
Hasil Belajar:
mampu menjelaskan kebijakan Kementerian LHK dalam bidang
perlindungan dan pengamanan hutan.

Indikator Hasil Belajar :


 Menjelaskan kebijakan umum perlindungan dan pengamanan hutan
 Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan Tupoksi Polhut
 Menjelaskan peraturan perundangan terkait Pengelolaan SDA.
 Menjelaskan pasal pelanggaran dan ketentuan pidana
Mengapa Polisi Kehutanan
Perlu mengetahui
Kebijakan Aturan Per-UU Kehutanan ???
ij a ka n U m u m n
Ke b n Pe n g am a n a n H u t a
ungan da
Perlind
Perlindungan & Pengamanan Hutan

TATA HUTAN DAN


PENYUSUNAN
RENCANA
PENGELOLAAN HUTAN
PERENCANAAN
KEHUTANAN
PEMANFAATAN HUTAN
DAN PENGGUNAAN
Pasal 10 ayat (2) UU 41/99 KAWASAN HUTAN

PENGELOLAAN HUTAN

REHABILITASI DAN
PENGURUSAN HUTAN
REKLAMASI HUTAN

LITBANG, DIKLAT,
PENYULUHAN
PERLINDUNGAN
HUTAN DAN
KONSERVASI ALAM

PENGAWASAN
Perlindungan Hutan
mencegah dan membatasi mempertahankan dan menjaga
kerusakan hutan, kawasan hutan, hak-hak negara, masyarakat, dan
dan hasil hutan yang disebabkan perorangan atas hutan, kawasan
oleh perbuatan manusia, ternak, hutan, hasil hutan, investasi serta
kebakaran, daya-daya alam, hama, perangkat yang berhubungan
serta penyakit dengan pengelolaan hutan

REPRESIF YUSTISI
PREEMTIF PREVENTIF (Represif (Represif
Nonyustisi) Yustisi)
LINHUT/GAKKUMHUT
Daerah
Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
Kab/Kota

Ditjen Dinas Prov Lembaga


Gakkum Ditjen KSDAE
Lembaga KPHP/L TAHURA
LHK
Seluruh
Kawasan
Hutan Kawasan Konservasi Kawasan Hutan Produksi
TAHURA
& Luar (CA, SM, TN, TWA, TB) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan
Hutan

UPT
UPT LEMBAG
BALAI UPT
TAMAN A LEMBAGA KPHP LEMBAGA KPHL LEMBAGA TAHURA
PENGAMANAN KSDA
NASIONAL KPHK
DAN GAKKUM LHK
DITJEN GAKKUM

FASILITASI, SUPERVISI
PEMBINAAN, KOORDINASI
DUKUNGAN OPERASIONAL
PENGAWASAN

Balai Besar/Balai
Balai Besar/Balai Dinas Prov
Taman Nasional Lembaga TAHURA
KSDA (KPHK) Lembaga KPHP/L
(KPHK)

KOORDINASI
KERJASAMA
DUKUNGAN OPERASIONAL

Balai Pengamanan
dan GAKKUM LHK
Dasar H u k u m
p o k si Po l h u t
ak s a n a a n Tu
Pel
Tugas dan Fungsi Polhut
P.75/Menhut-II/2015 tentang Polhut

1. melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan,


kawasan hutan, hasilhutan, tumbuhan dan satwa liar; dan

2. mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,


masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan,
hasil hutan, tumbuhan dan satwaliar, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
Tugas dan Fungsi Polhut
Pasal 6 PermenpanRB No. 21 Tahun 2019

Melaksanakan kegiatan kepolisian kehutanan meliputi


menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, memantau
dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan Perlindungan
dan pengamanan hutan serta pengawasan peredaran hasil
hutan.
POLHUT KETERAMPILAN : POLHUT KEAHLIAN :
Pejabat fungsional Polhut yang Pejabat fungsional Polhut yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya dalam pelaksanaan pekerjaannya
mempergunakan prosedur dan teknik didasarkan atas disiplin ilmu,
kerja tertentu. pengetahuan, metodologi dan teknik
analisis tertentu.

PREEMTIF PREVENTIF REPRESIF


Wewenang Polhut
Pasal 51 UU No. 41 Tahun 1999

1.Mengadakan patroli/perondaan di dalam kawasan hutan atau


wilayah hukumnya.
2.Memeriksa surat-surat/dokumen yang berkaitan dengan
pengangkutan Hasil Hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah
hukumnya.
3.Menerima laporan tentang telah terjadinya TP yang menyangkut
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan.
4.Mencari keterangan & BB terjadinya TP yang menyangkut hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan.
5.Dalam hal tertangkap tangan wajib menangkap tersangka untuk
diserahkan kepada yang berwenang.
6.Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya
TP yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan .
Wewenang Polhut
Pasal 36 ayat (1) PP 45 Thn 2004

Wewenang Polhut meliputi kegiatan dan tindakan


kepolisian khusus di bidang kehutanan yang bersifat
preventif, tindakan administratif dan operasi refresif.
Wewenang tersebut sebagaimana yang telah tertuang
dalam Pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan
Wewenang Polhut
Pasal 262 PP 23/2021 Ttg Penyelenggaraan Kehutanan

1. Mengadakan patroli/perondaan di dalam Kawasan Hutan atau


wilayah hukumnya;
2. mengadakan operasi fungsional dan operasi gabungan terhadap TP
yang menyangkut Hutan, Kawasan Hutan, dan hasil Hutan;
3. melakukan pengumpulan data dan informasi dan operasi intelijen
terhadap dugaan TP yang menyangkut Hutan, Kawasan Hutan, dan
hasil Hutan;
4. memeriksa surat atau dokumen berkaitan dengan pengangkutan
hasil Hutan di dalam Kawasan Hutan atau wilayah hukumnya;
5. menerima laporan tentang telah terjadinya TP yg menyangkut
Hutan, Kawasan Hutan, dan hasil Hutan;
6. mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang
menyangkut Hutan dan hasil Hutan;
Wewenang Polhut
Pasal 262 PP 23/2021 Ttg Penyelenggaraan Kehutanan

7. dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk


diserahkan kepada yang berwenang, dan membuat laporan dan
menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang
menyangkut Hutan, Kawasan Hutan, dan hasil Hutan; dan
8. melakukan Pengawasan terhadap penyelenggaraan serta
pelaksanaan kegiatan dari pemegang Perizinan Berusaha, pemegang
persetujuan Pemerintah, pemegang persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan, pemegang persetujuan pengelolaan Perhutanan
Sosial, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Kehutanan.
9. Polisi Kehutanan atas perintah pimpinan berwenang untuk
melakukan pengumpulan bahan keterangan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
Kehutanan
LINGKU
NG
AN HID
DAN U P
KEHUT
ANAN
Undang-Undang
Terkait Pengelolaan SDA di Indonesia

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH.


2. UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
3. UU No. 3/2020 perubahan UU No. 4/2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batu Bara.
4. UU No. 39/2014 tentang Perkebunan.
5. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan
6. UU No. 5/1990 tentang KSDAH dan Ekosistemnya
7. UU No. 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
8. PERPU No. 2/2022 pengganti UU No. 11/2020 tentang Cipta
Kerja (UUCK)
l Pe l a n g g a ra n
Pas a a
e n tu a n P ida n
Da n K e t
No. 41
Tahun
Tentan 1 9 9 9
g
Kehuta
nan

Adaptasi UU CIPTA KERJA


Pertimbangan Materiil

 Karunia dan amanah;


 Sumber kemakmuran rakyat;
 Generasi sekarang dan yad;
 Cenderung menurun;
 Wajib disukuri;
 Perlu dikuasai negara;
 Diurus dan dijaga kelestariannya;
 Harus melibatkan masyarakat
 UU 5 Tahun 1967 tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan
pengurusan hutan
Pertimbangan Formil Materiil

 UUD 1945 : Psl 5 (1), 20 (1), 27 dan 33;


 TAP MPR RI No. XV/MPR/1998 : otonomi, pengaturan sumberdaya,
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
 UU No. 5 Tahun 1960 : pokok-pokok agraria;
 UU No. 5 Tahun 1990 : KSDAE
 UU No. 24 Tahun 1992 : penataan ruang;
 UU No. 23 Tahun 1997 : pengelolaan LH;
 UU No. 22 Tahun 1999 : pemerintahan daerah
Pengertian

 Kehutanan  Hutan lindung


 Hutan  Hutan konservasi
 Kawasan hutan  Kawasan hutan suaka alam
 Hutan negara  Kawasan hutan pelestarian
 Hutan hak alam

 Hutan adat  Taman buru

 Hutan produksi  Hasil hutan


Azas dan Tujuan

AZAS
 Manfaat dan lestari TUJUAN
 Kerakyatan  Untuk sebesar-besar
 Kebersamaan kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan
 Keterbukaan
berkelanjutan.
 keterpaduan
Penguasaan Hutan

 Mengatur dan mengurus (hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan)


 Menetapkan : 1) status wilayah tertetu sebagai kawasan hutan,
atau 2) kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan
 Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara
orang dan hutan
 Namun tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat
STATUS DAN FUNGSI

STATUS
 Hutan negara dan hutan hak;
 Hutan negara dapat berupa hutan adat;
 Pemerintah menetapkan status hutan;

FUNGSI
 Konservasi, lindung, dan produksi;
 Pemerintah menetapkan fungsi hutan;
 Hutan konservasi : hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman
buru;
STATUS DAN FUNGSI

 Pemerintah dapat menetapkan KHDTK;


 KHDTK : litbang, diklat, religi dan budaya;
 KHDTK tidak mengubah fungsi pokok kawasan
hutan
 Untuk pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan
air, pemerintah dapat menetapkan Hutan Kota
Pengurusan Hutan

 Perencanaan kehutanan;
 Pengelolaan hutan;
 Litbang, diklat, dan
pengukuhan kehutanan
 pengawasan
Perencanaan Kehutanan

 Memberikan pedoman dan arah untuk menjamin tercapainya


penyelenggaraan kehutanan
 Meliputi :
 Inventarisasi hutan;
 Pengukuhan kawasan hutan;
 Penatagunaan kawasan hutan;
 Pembentukan wilayah pengelolaan hutan;
 Penyusunan rencana kehutanan
Inventarisasi Hutan

 Untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi : 1) sumber daya, 2)


potensi kekayaan, dan 3) lingkungannya;
 Dilakukan melalui survei : 1) status dan keadaan fisik hutan, 2) folra dan
fauna, 3) SDM, serta 4) kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar
hutan;
 Inventarisasi : nasional, wilayah, DAS, dan unit pengelola;
 Hasil inventarisasi : sebagai dasar pengukuhan kws, penyusunan neraca
SDH, penyusunan rencana kehutanan, dan sistem informasi kehutanan;
Pengukuhan Kawasan Hutan

Untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan


hutan;
Proses pengukuhan :
 Penunjukan kawasan hutan;
 Penataan batas kawasan hutan;
 Pemetaan kawasan hutan;
 Penetapan kawasan hutan
Harus memperhatikan rencana tata ruang wilayah
Pengukuhan Kawasan Hutan
(Tambahan UUCK)
 Pengukuhan Kawasan hutan dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan koordinat geografis atau satelit.
 Pemerintah Pusat memprioritaskan percepatan pengukuhan
Kawasan hutan pada daerah yg strategis.
 Ketentuan prioritas percepatan pengukuhan Kawasan hutan diatur
dalam PP.
Penatagunaan Kawasan Hutan

 Penatagunaan kawasan hutan didasarkan


pada hasil pengukuhan kawasan hutan;
 Penatagunaan meliputi :
1) kegiatan penetapan fungsi, 2)
penggunaan Kawasan hutan;
Pembentukan Wilayah Pengelolaah Hutan

 Tingkatan : propinsi, kabupaten/kota, dan unit Pengelolaan;


 Pada tingkat unit pengelolaan, perlu mempertimbangkan : karakteristik lahan,
tipe hutan, fungsi hutan, kodisi DAS, sosek, kelembagaan masyarakat, dan batas
administrasi pemerintahan;
 Pemerintah Pusat mengatur luas kawasan hutan yg harus dipertahankan
sesuai kondisi fisik dan geografis DAS dan/atau pulau --- diatur dalam PP
(UUCK);
 Perubahan peruntukan dan fungsi hutan ditetapkan oleh
pemerintah, dgn mempertimbangkan hasil penelitian terpadu; (UUCK);
 Tata Cara Perubahan peruntukan dan perubahan fungsi Kawasan hutan diatur
dengan PP. (UUCK);
Pengelolaan Hutan

 Tata hutan dan penyusunan rencana


pengelolaan hutan;
 Pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan;
 Rehabilitasi dan reklamasi hutan;
 Perlindungan hutan dan konservasi
alam;
Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan

 Tata hutan dilaksanakan untuk pengelolaan yang lebih intensif


guna manfaat yang optimal dan lestari;
 Tata hutan : pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan
ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan;
 Blok-blok dibagi dalam petak-petak berdasarkan intensitas dan
efisiensi pengelolaan;
 Berdasarkan blok dan petak, disusun rencana pengelolaan hutan untuk
jangka waktu tertentu;
Pemanfaatan Hutan

 Pemanfaatan kws hutan di semua fungsi hutan kecuali di CA dan zona inti dan
rimba TN;
 Pemanfaatan hutan produksi : 1) pemanfaatan kws, 2) jasling, 3) kayu dan hhbk, 4)
pemungutan kayu dan hhbk;
 Pemanfaatan hutan lindung : 1) pemanfaatan kws, 2) jasling, dan 3)
pemungutan hhbk;
 Pemanfaatan hutan melalui Pemberian Perizinan Berusaha; UUCK
 Pemanfaatan hutan konservasi diatur tersendiri (UU 5 Tahun 1990);
 Pengelolaan KHDTK dapat diberikan kepada : 1) masyarakat adat, 2) lembaga
pendidikan, 3) lembaga penelitian, dan 4) lembaga sosial dan keagamaan;
Penggunaan Kawasan Hutan

 Penggunaan  untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan,


tanpa mengubah fungsi pokok kws hutan;
 Hanya dapat dilakukan di hutan produksi dan hutan lindung;
 Untuk penggunaan Kawasan hutan dilakukan melalui
izin pinjam pakai oleh Pemerintah Pusat. Izin pinjam pakai
dengan cakupan luas dan jangka waktu tertentu. UUCK
 Di hutan lindung dilarang pertambangan terbuka;
Rehabilitasi & Reklamasi Hutan

 Dilakukan kecuali di CA dan zona inti TN;


 Meliputi :
 Reboisasi;
 Penghijauan;
 Pemeliharaan;
 Pengayaan tanaman;
 Penerapan teknik konservasi tanah;
Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam

 Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
akibat perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya- daya alam, hama,
serta penyakit;
 Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perseorangan atas hutan, kws hutan, serta hasil hutan;
 Kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaannya diberi
wewenang kepolisian khusus / Ps 51(dengan 6 wewenang)
 Pemegang Perizinan Berusaha wajib melindungi hutan dalam areal
kerjanya (UUCK)
Substansi Lain
UU No. 41/1999
 Litbang, Diklat dan Penyuluhan;
 Penyerahan Kewenangan (dikaitkan dengan otonomi daerah) … diatur PP;
 Masyarakat Hukum Adat … keberadaan dan hapusnya komunitas adat ditetapkan dengan
Perda;
 Peran Serta Masyarakat … hak manfaat dan kewajiban memelihara;
 Gugatan Perwakilan … masyarakat atau organisasi bidang kehutanan
berhak mengajukan gugatan pewakilan atas kerusakan hutan yang
merugikan kehidupan masyarakat;
 Penyelesaian Sengketa Kehutanan … penyelesaian di luar pengadilan
tidak berlaku untuk tindak pidana;
 Penyidikan … PPNS … 8 kewenangan (Ps 77);
 Ketentuan Pidana, Ganti Rugi dan Sanksi Administratif;
 Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup …. Boschordonanntie 1927, Staatsblad 1927,
1931 dan 1934, serta UU N0. 5 Tahun 1967 dicabut;
Pasal 38 ayat (4)

Pada Kawasan Hutan Lindung dilarang


dilakukan penambangan dengan Pola
Pertambangan Terbuka

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (7)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda paling banyak 7,5 Milyar
Pasal 50 ayat (1)

Setiap Orang yg diberikan perizinan berusaha di


kawasan hutan dilarang melakukan kegiatan yg
menimbulkan kerusakan hutan.

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (1)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda 5 Milyar
Pasal 50 ayat (2) huruf a
Setiap Orang dilarang mengerjakan,
menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (2)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda 7,5 Milyar
Pasal 50 ayat 2 huruf b

Setiap Orang dilarang membakar hutan

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (3) dan (4)


Ayat (3) Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun dan denda 7,5 Milyar
Ayat (4) karena kelalaiannya, Diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan denda 3,5 Milyar
Pasal 50 ayat 2 huruf c

Setiap Orang dilarang memanen atau


memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa
memiliki hak atau persetujuan dari pejabat
berwenang.
Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (5)
Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan denda 7,5 Milyar
Pasal 50 ayat 2 huruf d

Setiap Orang dilarang menyimpan hasil hutan


yg diketahui atau patut diduga berasal dari
kawasan hutan yg diambil atau dipungut
secara tidak sah.
Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (6)
Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan denda 7,5 Milyar
Pasal 50 ayat 2 huruf e

Setiap Orang dilarang menggembalakan ternak di


dalam kawasan hutan yg tidak ditunjuk secara khusus
untuk maksud tersebut oleh pejabat berwenang

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (8)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 bulan dan denda paling banyak 10 juta.
Pasal 50 ayat 2 huruf f

Setiap Orang dilarang membuang benda-benda yg


dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta
membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi
hutan ke dalam kawasan hutan

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (9)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 tahun dan denda paling banyak 2 Milyar
Pasal 50 ayat 2 huruf g

Setiap Orang dilarang mengeluarkan, membawa dan


mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yg tidak
dilindungi undang-undang yg berasal dari kawasan
hutan tanpa persetujuan pejabat berwenang.

Ketentuan Pidana : Pasal 78 ayat (10)


Dengan Sengaja, Diancam dengan pidana penjara paling
lama 1 tahun dan denda paling banyak 100 juta.
Pasal 50A

1. Pelanggaran Pasal 50 ayat (2) huruf c, d dan atau e yg dilakukan


oleh perseorangan atau kelompok masyarakat yg bertempat tinggal
didalam dan/atau di sekitar kawasan hutan paling singkat 5 tahun
secara terus menerus, dikenakan sanksi administratif.
2. Pengenaan sanksi administrative dikecualikan terhadap :
a. Poin 1 dan Terdaftar dalam kebijakan penataan kawasan hutan
b. Orang perseorangan yg telah mendapatkan sanksi sosial atau
sanksi adat.
Pasal 78 ayat (11) dan (12)

Ayat 11 : TP Pasal 50 ayat (1) dan (2), apabila dilakukan


oleh Korporasi, korporasi dan pengurusnya dikenakan
pidana dengan pemberatan 1/3 dari denda pidana pokok

Ayat 12 : Semua Hasil Hutan dari hasil kejahatan dan


pelanggaran dan/atau alat-alat termasuk alat angkutnya yg
dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan/atau
pelanggaran, DIRAMPAS UNTUK NEGARA
No. 5 T
ahun 1
Tentan 9 9 0
Konser
vasi Su
g
m b e r Da
dan Ek ya Alam
osistem H ayati
nya
Pengertian
• Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan
membentuk ekosistem.
• Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.
• Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik
antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang saling
tergantung dan pengaruh mempengaruhi.
• Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di
darat maupun di air.
Pengertian
• Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat
dan/atau di air, dan/atau di udara.
• Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan/atau
dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
• Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air,
dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas
maupun yang dipelihara oleh manusia.
• Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami.
• Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
Pengertian
• Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
• Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas
berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
• Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli,
ekosistem unik, dan/atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang
keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan
penelitian dan pendidikan.
Pengertian
• Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan system penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
• Taman national adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
• Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi.
• Taman wisata alam adalah Kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Asas dan Tujuan
• Asas : Pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam
ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
• Tujuan : mengusakahan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
• Kegiatan :
 perlindungan sistem penyangga kehidupan.
 pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
 Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
Perlindungan Sistem
Penyangga Kehidupan
• Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai
unsur hayati dan nonhayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk

• Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya


proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

• Dalam perlindungan system penyangga kehidupan, pemerintah menetapkan :


o wilayah tertentu sebagai wadah perlindungan sistem penyangga kehidupan
o pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan
o pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan
Pengawetan Keanekaragaman
Jenis Tumbuhan & Satwa
 Kegiatan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya:
• pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
• pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
 Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam keadaan asli.
Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa:
• Dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam
• Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan dengan
membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang menurut proses
alami di habitatnya
• Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan suaka alam dilakukan dengan
menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya
kepunahan
Kawasan Suaka Alam
• KSA : Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
• Fungsi KSA : Kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya ; wilayah perlindungan system penyangga kehidupan
• Kegiatan di Cagar Alam : kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan,
ilmu pengetahuan, Pendidikan dan kegiatan lainnya yg menunjang budidaya.
• Kegiatan di Suaka Margasatwa : kegiatan untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, Pendidikan, wisata terbata dan kegiatan lainnya
yg menunjang budidaya
• KSA dapat ditetapkan sebagai Cagar Biosfer.c
Pasal 19
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan kawasan suaka alam.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) tidak termasuk kegiatan
pembinaan Habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka marga satwa.
3. Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas Kawasan suaka alam,
serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
Pasal 40 ayat (1)
Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan
Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Pengawetan Jenis
Tumbuhan & Satwa
• Tumbuhan dan satwa yang dilindungi & tumbuhan dan satwa tidak dilindungi
• Tumbuhan dan Satwa dilindungi :
 Tumbuhan dan Satwa dalam bahaya kepunahan
 Tumbuhan dan satwa yang populasinya jarang
• Ketentuan mengenai TSL diatur lebih lanjut dengan PP.
• Setiap orang dilarang (Pasal 21 ayat 1)
a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau dalam
keadaan hidup atau mati;
b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia.
Pengawetan Jenis
Tumbuhan & Satwa
• Setiap orang dilarang (Pasal 21 ayat 2)
a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;
b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan meperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan mati;
c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain
di dalam atau di luar Indonesia;
d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain
satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa
tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia;
e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau
memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi. .
Pengawetan Jenis
Tumbuhan & Satwa
• Pasal 22
1. Pengecualian dari larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat
dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, dan/atau penyelamatan
jenis tumbuhan dan satwa yang bersangkutan.
2. Termasuk dalam penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pemberian atau penukaran jenis tumbuhan dan satwa kepada pihak lain di luar
negeri dengan izin Pemerintah.
3. Pengecualian dari larangan menangkap, melukai, dan membunuh satwa yang
dilindungi dapat pula dilakukan dalam hal oleh karena suatu sebab satwa yang
dilindungi membahayakan kehidupan manusia.
4. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana diinaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pengawetan Jenis
Tumbuhan & Satwa
• Pasal 23
1. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemasukan tumbuhan dan satwa liar dari luar
negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
• Pasal 24
1. Apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, tumbuhan dan satwa tersebut dirampas untuk negara.
2. Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi atau bagian-bagiannya yang dirampas
untuk negara dikembalikan ke habitatnya atau diserahkan kepada lembaga-
lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dari satwa, kecuali
apabila keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sehingga
dinilai lebih baik dimusnahkan.
Pemanfaatan Secara Lestari
SDAH & Ekosistemnya

• Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
melalui kegiatan : pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; dan
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
• Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan tetap
menjaga kelestarian fungsi kawasan.
• Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan
kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
liar.
Kawasan Pelestarian Alam
• KPA: Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam.
• Fungsi KPA : perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
• Kegiatan di KPA : kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
Pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam (tanpa mengurangi fungsi
pokok masing-masing Kawasan).
• Taman Nasional dikelola dengan sistem zonasi (Inti, Pemanfaatan, Zona Lainnya)
Kawasan Pelestarian Alam

• Pasal 33
1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
2. Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti
taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman
wisata alam.
Kawasan Pelestarian Alam
• Didalam Zona Pemanfaatan dapat dibangun sarana kepariwisataan sesuai dengan
rencana pengelolaan.
• Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi : pemerintah dapat memberikan hak
pengusahaan atas zona pemanfataan (TN, Tahura, TWA) dengan mengikut sertakan
rakyat.
• Dalam keadaan tertentu, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan
selama waktu tertentu.
Pemanfaatan Jenis TSL
• pengkajian, penelitian dan pengembangan;
• penangkaran;
• perburuan;
• perdagangan;
• peragaan;
• pertukaran;
• budidaya tanaman obat-obatan;
• pemeliharaan untuk kesenangan.
Ketentuan Pidana
• Pasal 40
1. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00(seratusjuta rupiah).
3. Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).
4. Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
5. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4) adalah pelanggaran.
No. 18
Tahun
Tentan 2 0 1 3
Penceg g
a han da
n pe m
Perusa berant
sa a
kan Hu n
tan
Adaptasi UU CIPTA KERJA
Pengertian

• Perusakan Hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak Hutan melalui
kegiatan Pembalakan Liar, penggunaan Kawasan Hutan tanpa Perizinan
Berusaha atau penggunaan Perizinan Berusaha yang bertentangan dengan
maksud dan tujuan pemberian Perizinan Berusaha di dalam Kawasan Hutan
yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses
penetapannya oleh Pemerintah Pusat.
• Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
secara tidak sah yang Terorganisasi.
• Penggunaan Kawasan hutan secara tidak sah adalah adalah kegiatan
Terorganisasi yang dilakukan di dalam Kawasan Hutan untuk perkebunan dan/
atau pertambangan tanpa Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat
Pengertian

• Terorganisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang


terstruktur, yang terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, dan yang bertindak
secara bersama-sama pada waktu tertentu dengan tujuan melakukan
Perusakan Hutan, tidak termasuk kelompok masyarakat yang tinggal di dalam
atau di sekitar Kawasan Hutan yang melakukan perladangan tradisional
dan/atau melakukan penebangan kayu untuk keperluan sendiri dan tidak untuk
tujuan komersial.
• Pencegahan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menghilangkan kesempatan terjadinya Perusakan Hutan.
• Pemberantasan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menindak secara hukum terhadap pelaku Perusakan Hutan baik langsung,
tidak langsung, maupun yang terkait lainnya.
Pengertian
• Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan Kawasan Hutan,
jasa lingkungan, Hasil Hutan Kayu dan bukan kayu, serta memungut Hasil
Hutan Kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya
• Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu melalui kegiatan penebangan,
permudaan, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
• Perizinan berusaha terkait pemanfaatan hasil hutan kayu adalah Perizinan
Berusaha dari Pemerintah Pusat untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
pada Hutan Produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan,
pengayaan, pemeliharaan, dan pemasaran.
Pengertian
• Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan adalah dokumen-dokumen yang
merupakan bukti legalitas hasil Hutan pada setiap segmen kegiatan dalam
penatausahaan hasil Hutan.
• Hasil hutan kayu adalah hasil Hutan berupa kayu bulat, kayu bulat kecil, kayu
olahan, atau kayu pacakan yang berasal dari Kawasan Hutan.
• Informan adalah orang yang menginformasikan secara rahasia adanya
dugaan, sedang, atau telah terjadinya Perusakan Hutan kepada Pejabat yang
berwenang.
• Setiap orang adalah orang perseorangan dan/ atau korporasi yang melakukan
perbuatan Perusakan Hutan secara Terorganisasi di wilayah hokum Indonesia
dan/ atau berakibat hukum di wilayah hukum Indonesia.
• Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau kekayaan yang terorganisasi,
baik berupa badan hukum maupun bukan badan hukum.
Pasal 80 ayat (1) dan (2)
Ayat 1 : Setiap perbuatan melanggar hukum dalam UU ini,
dengan tidak mengurangi pidana pada pasal 78, penanggung
jawab perbuatan wajib membayar ganti rugi sesuai tingkat
kerusakan atau akibat yg ditimbulkan kepada Negara untuk
biaya Rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan atau tindakan
lain yg diperlukan
Ayat 2 : Setiap pemegang Perizinan Berusaha pemanfaatan
hutan, apabila melanggar maka diluar ketentuan pidana pasal
78, dikenai sanksi administrative.
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Penebangan Pohon Pasal 12 Huruf (a) Setiap Orang dilarang melakukan penebangan pohon
Tidak sesuai dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan Periz-
Perizinan Berusaha inan Berusaha terkait Pemanfaatan Hutan.
Penebangan Pohon Pasal 12 Huruf (b) Setiap Orang dilarang melakukan penebangan pohon
Tanpa Perizinan dalam kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha dari
Berusaha Pemerintah Pusat.
Penebangan Pohon Pasal 12 Huruf (c) Setiap Orang dilarang melakukan penebangan pohon
Secara Tidak Sah dalam kawasan hutan secara tidak sah
(Penebangan Pasal 13
pohon di sekitar
sungai, mata air,
waduk, danau
atau pantai)
Mengangkut Hasil Pasal 12 Huruf (d) Setiap Orang dilarang memuat, membongkar, mengelu-
Penebangan Pohon arkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil
Tanpa Izin penebangan di kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Mengangkut Hasil Pasal 12 Huruf (e) Setiap Orang dilarang mengangkut, menguasai, atau
Hutan Tanpa SKSHH memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara
bersama surat keterangan sahnya hasil hutan
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Membawa peralatan Pasal 12 Huruf (f) Setiap Orang dilarang membawa alat-alat yang lazim
menebang Tanpa Izin digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah
pohon di dalam kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Membawa Alat Berat Dalam Pasal 12 Huruf (g) Setiap Orang dilarang membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat
Kawasan Hutan lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk
mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa Perizinan
Berusaha
Memanfaatkan Kayu Hasil Pasal 12 Huruf (h) Setiap Orang dilarang memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga
Pembalakan Liar berasal dari hasil pembalakan liar
Mengedarkan Kayu Hasil Pasal 12 Huruf (i) Setiap Orang dilarang mengedarkan kayu hasil pembalakan liar
Pembalakan Liar melalui darat, perairan, atau udara
Menyelundupkan Kayu Pasal 12 Huruf (j) Setiap Orang dilarang menyelundupkan kayu yang berasal dari atau
masuk ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sun-
gai, darat, laut, atau udara
Menadah Hasil Pembalakan Pasal 12 Huruf (k) Setiap Orang Dilarang menerima, membeli, menjual, menerima tukar,
Liar menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui be-
rasal dari pembalakan liar
Menguasai Hasil Hutan yg Pasal 12 Huruf (l) Setiap Orang Dilarang membeli, memasarkan, dan/atau mengolah
dipungut Secara Tidak Sah hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah
Menadah Hasil Hutan yg Pasal 12 Huruf (m) Setiap Orang Dilarang menerima, menjual, menerima tukar, menerima
dipungut Secara Tidak Sah titipan, menyimpan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal
dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah
Pasal 12A

1. Pelanggaran Pasal 12 huruf a s/d f dan/atau h yg dilakukan oleh


perseorangan atau kelompok masyarakat yg bertempat tinggal
didalam dan/atau di sekitar kawasan hutan paling singkat 5 tahun
secara terus menerus, dikenakan sanksi administratif.
2. Pengenaan sanksi administrative dikecualikan terhadap :
a. Poin 1 dan Terdaftar dalam kebijakan penataan kawasan hutan
b. Orang perseorangan yg telah mendapatkan sanksi sosial atau
sanksi adat.
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Memalsukan SKSHH Pasal 14 Huruf (a) Setiap Orang Dilarang memalsukan surat keterangan sahnya hasil
hutan kayu
Menggunakan SKSHH Pasal 14 Huruf (b) Setiap Orang Dilarang menggunakan surat keterangan sahnya hasil
Palsu hutan kayu yang palsu
Penyalahgunaan Angkutan Pasal 15 Setiap orang dilarang melakukan penyalahgunaan dokumen angkutan
Dokumen Kayu hasil hutan kayu yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
Membawa Alat Berat Untuk Pasal 17 Ayat 1 Huruf (a) Setiap orang dilarang membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lain
Penambangan yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan
kegiatan penambangan dan/atau mengangkut hasil tambang di dalam
kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Melakukan Penambangan Pasal 17 Ayat 1 Huruf (b) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penambangan di dalam
Tanpa Izin kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Mengangkut Hasil Tambang Pasal 17 Ayat 1 Huruf (c) Setiap Orang Dilarang mengangkut dan/atau menerima titipan hasil
tambang yang berasal dari kegiatan penambangan di dalam kawasan
hutan tanpa Perizinan Berusaha
Menguasai Hasil Tambang Pasal 17 Ayat 1 Huruf (d) Setiap Orang Dilarang menjual, menguasai, memiliki, dan/atau
menyimpan hasil tambang yang berasal dari kegiatan penambangan
di dalam kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
membeli, memasarkan, Pasal 17 Ayat 1 Huruf (e) Setiap Orang Dilarang membeli, memasarkan, dan/atau mengolah
dan/atau mengolah hasil hasil tambang dari kegiatan penambangan di dalam kawasan hutan
Tambang tanpa
Perzinan Berusaha.
Membawa Alat Berat Untuk Pasal 17 Ayat 2 Huruf (a) Setiap Orang Dilarang membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lain-
Perkebunan nya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan
kegiatan perkebunan dan/atau mengangkut hasil kebun di dalam
kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Melakukan Perkebunan Pasal 17 Ayat 2 Setiap Orang Dilarang melakukan kegiatan perkebunan tanpa
Tanpa Izin Huruf (b) Perizinan Berusaha di dalam kawasan hutan
Mengangkut Hasil Pasal 17 Ayat 2 Setiap Orang Dilarang mengangkut dan/atau menerima titipan hasil
Kebun dari Kawasan Huruf (c) perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di
Hutan dalam kawasan hutan tanpa Perzinan Berusaha
Menguasai Hasil Pasal 17 Ayat 2 Setiap Orang Dilarang menjual, menguasai, memiliki,
Perkebunan dalam Huruf (d) dan/atau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari
Kawasan Hutan kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa
Perizinan Berusaha
membeli, memasarkan, Pasal 17 Ayat 2 Huruf (e) Setiap Orang Dilarang membeli, memasarkan, dan/atau mengolah
dan/atau mengolah hasil hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di
tambang dalam kawasan hutan tanpa Perizinan Berusaha
Menyuruh pembalakan liar Pasal 19 Huruf (a) Setiap Orang yang berada di dalam atau diluar Indonesia Dilarang
dan atau penggunaan menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar
kawasan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
Ikut Serta melakukan Pasal 19 Huruf (b) Setiap Orang yang berada di dalam atau diluar Indonesia Dilarang ikut
pembalakan liar dan atau serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau
penggunaan kawasan penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
hutan
Permufakatan Jahat Pasal 19 Huruf (c) Setiap Orang yang berada di dalam atau diluar Indonesia Dilarang
melakukan pembalakan liar melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar
dan atau penggunaan dan/ atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
kawasan hutan
Mendanai pembalakan liar Pasal 19 Huruf (d) Setiap Orang yang berada di dalam atau diluar Indonesia Dilarang
dan atau penggunaan mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan se-
kawasan hutan cara
tidak sah secara langsung atau tidak langsung
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Menggunakan dana hasil pem- Pasal 19 Huruf (e) menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau
balakan liar dan atau penggu- penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
naan kawasan hutan
Mengubah status kayu hasil Pasal 19 Huruf (f) mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan
pembalakan liar dan atau hutan secara tidak sah, seolah-olah menjadi kayu yang sah, atau hasil
penggunaan kawasan hutan penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di
dalam maupun di luar negeri
Memanfaatkan kayu hasil pem- Pasal 19 Huruf (g). memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran,
balakan liar dan atau penggu- termasuk pemanfaatan limbahnya
naan kawasan hutan
Menukarkan hasil pembalakan Pasal 19 Huruf (h). menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
liar dan atau penggunaan menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, dan/atau menukarkan
kawasan hutan uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang diketahuinya
atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah
Menyamarkan asal usul hasil Pasal 19 Huruf (i). menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut
pembalakan liar dan atau peng- diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan
gunaan kawasan hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah
Mencegah atau mengga- Pasal 20 Setiap orang dilarang mencegah, merintangi, dan/atau menggagalkan
galkan upaya pemberantasan secara langsung maupun tidak langsung upaya pemberantasan
pembalakan liar dan atau pembalakan liar dan penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
penggunaan kawasan hutan
memanfaatkan kayu hasil Pasal 21 Setiap orang dilarang memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dan/atau
pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang berasal dari hutan
penggunaan kawasan hutan konservasi
konservasi.
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
menghalang-halangi dan/atau Pasal 22 Setiap orang dilarang menghalang-halangi dan/atau menggagalkan
menggagalkan penyelidikan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang
penyidikan, penuntutan, atau pengadilan tindak pidana pembalakan liar dan penggunaan kawasan hutan
pemeriksaan di sidang secara tidak sah
pengadilan
Intimidasi atau ancaman Pasal 23 Setiap orang dilarang melakukan intimidasi dan/atau ancaman terhadap ke-
terhadap keselamatan selamatan petugas yang melakukan pencegahan dan pemberantasan
petugas pembalakan liar dan penggunaan kawasan hutan secara tidak sah.
Memalsukan Perizinan Pasal 24 Huruf (a) Setiap orang dilarang memalsukan Perizinan Berusaha Terkait Pemanfaatan
Berusaha Hasil Hutan kayu dan/atau penggunaan kawasan hutan.
Menggunakan Surat Pasal 24 Huruf (b) Setiap orang dilarang menggunakan Perizinan Berusaha palsu
Perizinan Berusaha Palsu pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau penggunaan kawasan hutan
Memindahtangankan Surat Pasal 24 Huruf (c) Setiap orang dilarang memindahtangankan atau menjual
Perizinan Berusaha Perizinan Berusaha terkait Pemanfaatan Hasil Hutan kecuali dengan
Persetujuan Pemerintah Pusat
Merusak Sarana dan Pasal 25 Setiap orang dilarang merusak sarana dan prasarana perlindungan
Prasarana hutan
Gangguan Pal Batas Pasal 26 Setiap orang dilarang merusak, memindahkan, atau menghilangkan
pal batas luar kawasan hutan, batas fungsi kawasan hutan, atau batas
kawasan hutan yang berimpit dengan batas negara yang
mengakibatkan perubahan bentuk dan/atau luasan kawasan hutan
Menerbitkan Izin tidak Pasal 28 Huruf (a) Setiap Pejabat Dilarang menerbitkan Perizinan Berusaha pemanfaatan
Sesuai Kewenangannya hasil hutan kayu dan/atau penggunaan kawasan hutan di dalam
kawasan hutan yang tidak sesuai dengan kewenangannya
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Menerbitkan Izin tidak Pasal 28 Huruf (b) Setiap Pejabat Dilarang menerbitkan Perizinan Berusaha
Sesuai Aturan Per-UU Di dalam kawasan hutan dan/atau Perizinan berusaha terkait
Penggunaan kawasan hutan yg tidak sesuai Per-UU.
Melindungi Pelaku Pasal 28 Huruf (c) Setiap Pejabat Dilarang melindungi pelaku pembalakan liar
dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
Pejabat Ikut Serta Pasal 28 Huruf (d) Setiap Pejabat Dilarang ikut serta atau memantu kegiatan
Melakukan Pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara
Tidak sah
Pejabat bermufakat dlm Pasal 28 Huruf (e) melakukan permufakatan untuk terjadinya pembalakan liar
pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah
Menerbitkan SKSHH Pasal 28 Huruf (f) Setiap Pejabat Dilarang menerbitkan surat keterangan sahnya
tanpa Hak hasil hutan tanpa hak
Pembiaran Pasal 28 Huruf (g) Setiap Pejabat Dilarang melakukan pembiaran dalam
melaksanakan tugas dengan sengaja
Lalai dalam Pasal 28 Huruf (h) Setiap Pejabat Dilarang lalai dalam melaksanakan tugas
melaksanakan tugas
 Pidana Penjara Paling Singkat … dan pidana
denda paling sedikit
 Ketentuan Pidana terhadap :
a. Orang perseorangan yg dgn sengaja
b. Orang perseorangan yg bertempat
tinggal dalam kawasan/sekitar
kawasan.
c. Korporasi
Setiap Pejabat
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Menerbitkan Perizinan Pasal 105 Huruf (a) Setiap Pejabat yg menerbitkan Perizinan Berusaha terkait
Berusaha tidak sesuai Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/ atau penggunaan Kawasan
kewenangan Hutan di dalam Kawasan Hutan yang tidak sesuai dengan kewe-
nangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a.
Menerbitkan Perizinan Pasal 105 Huruf (b) Setiap Pejabat yg menerbitkan Perizinan Berusaha di dalam
Berusaha tidak sesuai Kawasan Hutan dan/ atau Perizinan Berusaha terkait penggu-
ketentuan Per-UU naan Kawasan Hutan di dalam Kawasan Hutan yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf b.
Melindungi Pelaku Pasal 105 Huruf (c) Setiap pejabat yg melindungi pelaku Pembalakan Liar dari atau
Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak Sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf c.
Membantu pelaku Pasal 105 Huruf (d) Setiap pejabat yg ikut serta atau membantu kegiatan Pembal-
akan Liar dan/atau Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak
Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf d;
Setiap Pejabat
Kejahatan Pasal Bunyi Aturan
Permukatan Pasal 105 Huruf (e) Setiap Pejabat yg melakukan permufakatan untuk terjadinya
Pembalakan Liar dan/ atau Penggunaan Kawasan Hutan Secara
Tidak Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf e
Menerbitkan SKSHH Pasal 105 Huruf (f) Setiap Pejabat yg menerbitkan Surat Keterangan Sahnya Hasil
tanpa Hak Hutan tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruff;
Pembiaran Pasal 105 Huruf (g) Setiap pejabat yg dengan sengaja melakukan pembiaran dalam
melaksanakan tugas sehingga terjadi tindak pidana Pembalakan
Liar dan/ atau Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak Sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf g

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan


paling lama 10 (sepuluh) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rpl.000.OO0.O0O,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.OO0.OO0.00O,0O (sepuluh miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai