Anda di halaman 1dari 16

PENDAFTARAN TANAH

SECARA SISTEMATIS

Materi disampaiakan dalam Kuliah Pendaftaran Tanah tanggal


27 Maret dan 1 April 2024

Oleh:
Yohanes Supama, SH, M.Hum
Dosen STPN Yogyakarta

YOGYAKARTA
2024
Pendaftaran Tanah Pertama Kali
• Pendaftaran tanah untuk pertama kali sebagimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 9 PP No. 24 Tahun 1997 adalah kegiatan
pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran
tanah yang belum didaftar berdasarkan PP No. 10 Tahun 1961
tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini.
• Pendaftaran untuk pertama kali mengandung makna bahwa bidang
tanah dan pemegang hak dimaksud baru pertama kalinya dicatat
dalam buku register pendaftaran, baik karena sebagai pemilik
pertama (sejak semula dimiliki misalnya dari membuka hutan)
maupun sebagai pemilik terakhir (misalnya tanah diperoleh karena
pembelian, hibah dan sebagainya).
• Cara Pendaftaran Tanah Pertama Kali: Sporadik dan Sistematik
Pengertian

• Pendaftaran Tanah Sistematis adalah kegiatan pendaftaran


tanah pertama kali yang dilakukan secara serentak yang
meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan.
(PP 24/1997 Point 10 Pasal 1)
• Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya
disingkat PTSL adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua objek
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang
setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan data fisik
dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek
pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya. (Permen
No. 6/2018 Pasal 1 angka 2)
• Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang
selanjutnya disingkat PTSL adalah kegiatan
Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua objek
Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau
nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang
meliputi pengumpulan data fisik dan/atau data
yuridis mengenai satu atau beberapa objek
Pendaftaran Tanah untuk keperluan pendaftarannya.
(Juknis PTSL Tahun 2022)
Pembiayaan PTSL
PTSl merupakan inisiatip Pemerintah, sehingga maka sumber pembiayaan kegiatannya yaitu:
a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA kegiatan PTSL dapat berada di Kantor Wilayah
BPN Provinsi atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;
b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN/D.
APBD dan dana CSR dapat menjadi alternatif pembiayaan Pelaksanaan PTSL. Para Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala Kantor Pertanahan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan
pimpinan BUMN/D dalam rangka mengupayakan pembiayaan pensertipikatan tanah melalui APBD/CSR.
Apabila skema pembiayaan tersebut disepakati bersama maka Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pertanahan melaporkan kepada Menteri Cq. Sekretaris Jenderal disertai naskah perjanjian hibah yang
sudah ditandatangani para pihak. Adapun tata cara hibah pembiayaan legalisasi aset mengacu pada Surat
Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 3262/3.3-
100/VIII/2017 tentang Petunjuk Teknis Administrasi Pengelolaan Hibah dan Sistem Akuntansi Pelaporan
Hibah.
c. Sertipikat Massal Swadaya (SMS). Terhadap permohonan pendaftaran tanah yang diajukan mengelompok
paling sedikit 10 (sepuluh) bidang dalam 1 (satu) satuan wilayah desa/kelurahan, atau nama lainnya
dengan biaya berasal dari swadaya masyarakat dapat diberlakukan ketentuan satuan biaya Sertipikat
Massal Swadaya.
d. Corporate Social Responsibility (CSR) Swasta. Alternatif pembiayaan pelaksanaan PTSL juga dapat
bersumber dari dana CSR perusahaan swasta pada lokasi pensertipikatan desa lengkap atau untuk
melengkapi target desa lengkap yang sudah tersedia anggarannya namun belum mencukupi. Adapun tarif
biayanya sebesar tarif biaya SMS atau apabila anggaran tersebut dihibahkan ke DIPA Satuan Kerja
Kantor Pertanahan, maka tarifnya sesuai dengan tarif PTSL tahun berjalan.
e. Penerimaan lain yang sah berupa hibah (grant), pinjaman (loan) badan hukum swasta atau bentuk lainnya
melalui mekanisme APBN
Panitia Ajudikasi dan Satgas
Pasal 8 (1) PP No. 24/1997 menentukan Dalam melaksanakan pendaftaran tanah
secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang
dibentuk oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 8 (2) PP No. 24/1997 Susunan Panitia Ajudikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari :
a. seorang Ketua Panitia, merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai
Badan Pertanahan Nasional;
b. beberapa orang anggota yang terdiri dari :
1) seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan
pengetahuan di bidang pendaftaran tanah;
2) seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan
pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah;
3) Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang Pamong
Desa/Kelurahan yang ditunjuknya;
Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Ajudikasi dibantu oleh satuan tugas
pengukuran dan pemetaan, satuan tugas pengumpul data yuridis dan satuan tugas
administrasi yang tugas, susunan dan kegiatannya diatur oleh Menteri. (Pasal 8 ayat
(4))
Panitia Ajudikasi PTSl menurut
Juknis PTSL 2022
Tugas dan wewenang Panitia
Ajudikasi
Panitia Ajudikasi mempunyai tugas dan wewenang
yang menurut:
a. pasal 52 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, dan
menurut
b. Permen ATR/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2018
diatur dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 15.
Tugas dan wewenang Satgas Fisik
Tugas satgas Yuridis
Tahapan PTSL menurut Juknis 2021
Tahapan PTSL menurut Juknis 2022
Penyelesaian Kegiatan PTSL
(Pasal 25 Permen No. 6/2018)
Penyelesaian kegiatan PTSL terdiri atas 4 (empat) kluster, meliputi:
a. Kluster 1, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya memenuhi
syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanah;
b. Kluster 2, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya memenuhi
syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanahnya namun terdapat perkara
di Pengadilan dan/atau sengketa;
c. Kluster 3, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya tidak dapat
dibukukan dan diterbitkan Sertipikat Hak atas Tanah karena subjek dan/atau
objek haknya belum memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri ini; dan
d. Kluster 4, yaitu bidang tanah yang objek dan subjeknya sudah terdaftar dan
sudah bersertipikat Hak atas Tanah, baik yang belum dipetakan maupun yang
sudah dipetakan namun tidak sesuai dengan kondisi lapangan atau terdapat
perubahan data fisik, wajib dilakukan pemetaannya ke dalam Peta Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap.
Kluster 2

Terhadap bidang tanah dalam kluster ini Panitia melakukan


langkah-langkah sebagai berikut:
a. Panitia dapat melakukan pembukuan hak dengan
mengosongkan nama pemegang haknya;
b. Panitia menerbitkan sertipikat setelah ada putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, dan amar
putusannya menyatakan salah satu pihak sebagai yang
berhak;
c. Kepala Kantor Pertanahan menandatangani dan
menerbitkan sertipikat apabila putusan pengadilan yang
berkuatan hukum tetap terbit setelah tahun anggaran
kegiatan PTSL berakhir, tanpa mengganti buku tanah
yang telah ditandatangani Ketua Panitia Ajudikasi.
Kluster 3
Kluster 3, yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya tidak dapat
dibukukan dan diterbitkan sertipikat hak atas tanah karena subjek dan/atau objek
haknya belum memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri ini. Adapun bidang-bidang tanah yang data yuridisnya tidak dapat
dibukukan dan diterbitkan sertipikat disebabkan karena:
a. Subyek/pemegang haknya adalah Warga Negara Asing, Badan Hukum
Swasta, tidak diketahui pemiliknya, atau pemilik tanah tidak bersedia
mengikuti PTSL;
b. Obyek tanahnya merupakan tanah P3MB, Prk.5, Rumah Golongan III,
Obyek Nasionalisasi, Tanah Ulayat, atau Tanah Absente;
c. Obyek tanah milik adat, namun dokumen yang membuktikan kepemilikan
tidak lengkap atau peserta tidak bersedia membuat SPPFBT. Terhadap tanah
yang tidak dapat dibukukan dan diterbitkan sertipikatnya dimaksud dicatat
dalam daftar tanah. Adapun tahapan penyelesaian terhadap bidang-bidang
tanah yang termasuk dalam Kluster 3 ini dilakukan dengan berpedoman
pada Surat edaran Menteri ATR/Kepala BPN Nomor
2388/20.1-100/VIII/2018 tanggal 27 Agustus 2018 hal Percepatan
Penyelesaian PTSL Tahun 2018.
Kluster 4

Kluster 4, yaitu bidang tanah yang objek dan


subjeknya sudah terdaftar dan sudah bersertipikat,
baik yang belum dipetakan maupun yang sudah
dipetakan namun tidak sesuai dengan kondisi
lapangan atau terdapat perubahan data fisik, wajib
dilakukan pemetaan ke dalam Peta Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap. Kluster 4 ini merupakan
kegiatan dalam rangka pembangunan sistem
pemetaan bidang tanah dalam satu kesatuan wilayah
administrasi desa/kelurahan secara lengkap.

Anda mungkin juga menyukai