Anda di halaman 1dari 19

PATOFISIOLOGI PENYAKIT INFEKSI SISTEMIK

Kelompok 11

ANGGI TRY (1915471035)


EVI KURNIAWATI (1915471036)
DIAH AYU PARWATI (1915471037)
TRIANA AYU APRILIA (1915471038)
1. Patofisiologi Penyakit Infeksi Sistemik
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Infeksi
juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal
dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan
menyebabakan perubahan pada jaringan normal.
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme
pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera
sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon
antigen-antibodi
A. DEFINISI MALARIA

Malaria adalah penyakit yang menyerang sel


darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini banyak
terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara,
Amerika Tengah dan Selatan. Terdapat 5 spesies parasit
plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia
yaitu Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax,
Plasmodium oval, Plasmodium malariae dan
Plasmodium knowlesi
B. GEJALA KLINIS MALARIA

Infeksi parasit malaria dapat mengakibatkan berbagai gejala, mulai dari


tidak ada atau sangat ringan sampai penyakit yang parah dan bahkan kematian.
Periode dari masuknya parasit sampai menimbulkan gejala klinis disebut masa
inkubasi intrinsik, masa inkubasi tergantung dari spesies. Plasmodium falciparum
mempunyai periode yang lebih pendek 12 hari (9-14) dan periode yang paling
panjang adalah P. malariae 28 hari (18-40 hari) sementara untuk malaria vivax
12-17 hari, 17 hari (16-18 hari) pada Plasmodium kepala, menggigil dan muntah.
Selain demam, gejala yang paling sering timbul pada malaria (terutama pada
infeksi P. vivax) adalah anemia dan munculnya ikterus karena pemecahan
eritrosit pada siklus replikasi eritrositer
C. DIAGNOSIS MALARIA

Malaria dapat dicurigai berdasarkan gejala-gejala


dan tanda- tanda fisik yang ditemukan pada saat
pemeriksaan. Gejala utama demam sering didiagnosis
dengan infeksi lain, seperti demam typhoid, demam
dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran
nafas. Diagnosis pada penyakit malaria dapat dilakukan
berdasarkan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium
D. ANAMNESIS
berhubungan keluhan dan faktor lainnya.

1) Menanyakan gejala utama seperti demam, menggigil,


2) Memiliki riwayat tinggal di daerah endemik malaria,
berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria, sakit malaria, minum obat malaria satu bulan
terakhir dan mendapat transfusi darah.
2. TOKSOPLASMOSIS
Toksoplasmosis adalah infeksi pada
manusia yang ditimbulkan oleh parasite
Toxoplasma gondii (T. gondii), yang
keberadaannya cukup umum di seluruh dunia
Jika parasit tersebut menyerang orang dewasa,
biasanya sistem imun yang mereka miliki bisa
langsung melawan infeksi
A. FAKTOR RESIKO TOXOPLASMA

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit ini,
antara lain:
• Tengah hamil. Sedang mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif
jangka panjang.
• Mengidap HIV/AIDS.
• Menjalani kemoterapi.
B. PENYEBAB TOKSOPLASMOSIS
• Infeksi ini disebabkan oleh parasit bernama
Toxoplasma gondii (T. gondii). Parasit ini bisa
menginfeksi mayoritas hewan dan burung. T.
Gondii bisa ditemukan pada kotoran kucing
yang terinfeksi, serta daging binatang yang
terinfeksi.
C. DIAGNOSIS
TOXOPLASMOSIS
Untuk memastikan apakah seseorang
mengalami penyakit ini, maka bisa dilakukan tes
darah guna mengetahui kadar antibodi tubuh
terhadap parasit T. gondii. Namun, pelaksanaan
tes ini bisa saja dilakukan saat tubuh belum
membentuk antibodi terhadap parasit ini,
sehingga seseorang dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, diperlukan tes ulang beberapa
minggu kemudian.
D.KOMPLIKASI TOKSOPLASMOSIS
• Toksoplasmosis okular. Peradangan dan luka pada mata yang
diakibatkan oleh parasit. Penyakit ini bisa menyebabkan gangguan
penglihatan, muncul floater (seperti ada benda kecil yang melayang-
layang menghalangi pandangan) pada mata, hingga kebutaan.
• Toksoplasmosis kongenital terjadi saat janin yang dikandung ikut
terinfeksi toksoplasmosis. Hal ini bisa menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan pada janin. Misalnya hidrosefalus, epilepsi, kehilangan
pendengaran, kerusakan otak, gangguan kemampuan belajar, penyakit
kuning, toksoplasmosis okular, dan cerebral palsy.
• Toksoplasmosis serebral. Jika pengidap gangguan sistem imun tubuh
terinfeksi oleh toksoplasmosis, infeksi tersebut bisa menyebar ke otak dan
bisa mengancam nyawa pengidapnya. Beberapa gejala yang bisa muncul,
antara lain sakit kepala, kebingungan, gangguan koordinasi, kejang-
kejang, demam tinggi, bicara tidak jelas, serta toksoplasmosis okuler.
E. PENCEGAHAN TOKSOPLASMOSISI

Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi


risiko terkena infeksi toksoplasmosis, yaitu:
• 1.Gunakan sarung tangan saat berkebun atau memegang tanah.
• 2.Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.
• 3.Cucilah tangan sebelum dan sesudah memegang makanan.
• 4.Pastikan untuk mencuci semua peralatan dapur dengan bersih
setelah memasak daging mentah.
• 5.Selalu cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi.
• 6.Hindari konsumsi susu kambing non-pasteurisasi atau
produk-produk yang terbuat darinya.
C. INFEKSI CACING
A. NEMATODA
Nematoda adalah cacing yang bentuknya
panjang, silindrik, tidak bersegmen, dan
tubuhnya bilateral simetrik. Tubuhnya sudah
mempunyai saluran pencernaan (system
digestive), mulut (oral), kerongkongan (sofagus),
usus (intestinum), dan anus
B. TREMATODA
Trematoda atau disebut juga cacing isap adalah
kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing
Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan
manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk
menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya
dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk
melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota
Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati).
Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi,
dan kerbau.
C. PENGERTIAN TEANIASIS CESTODA

Taeniasis merupakan penyakit yang yang


disebabkan oleh infeksi cacing pita. Cacing pita
ini bisa menjangkiti manusia dan hewan. Meski
infeksi cacing ini bisa ditangani dengan mudah,
infeksi ini bisa menyebar ke organ lainnya di
dalam tubuh. Kondisi inilah yang bisa berujung
pada masalah kesehatan lainnya yang lebih
serius.
D. FAKTOR RESIKO TEANIASI
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena taeniasis
adalah:
• Kebersihan buruk bisa meningkatkan risiko tertular infeksi cacing pita
melalui mulut.
• Kontak dengan kotoran hewan. Risiko ini akan lebih besar bagi seseorang
yang bekerja di peternakan, taitu ketika pembuangan kotoran manusia dan
hewan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
• Bepergian ke negara-negara berkembang. Sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan risiko untuk terkena infeksi.
• Mengonsumsi daging mentah atau kurang matang, cara memasak yang tidak
benar tidak bisa membunuh telur dan larva cacing pita yang ada dalam daging.
• Hidup di kawasan endemik taeniasis.
• Mengidap kondisi medis tertentu seperti AIDS atau HIV, diabetes, penerima
transplantasi organ, hingga kemoterapi yang bisa melemahkan sistem kekebalan
tubuh.
E. PENYEBAB TEANIASIS
Taeniasis terjadi saat telur atau larva cacing pita
masuk ke dalam tubuh. Jika seseorang
mengonsumsi makanan atau minuman
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan
yang mengandung cacing pita, maka ia menelan
telur cacing pita berukuran kecil. Setelah
tertelan, telur akan berkembang menjadi larva di
saluran pencernaan.
F. PENCEGAHAN TEANISII
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah teniasis yaitu:
• Hindari mengonsumsi daging, ikan, dan daging babi yang tidak matang
sempurna.
• Cuci dan masaklah semua buah-buahan serta sayuran sebelum dimakan.
• Bagi yang memiliki peternakan, buanglah kotoran hewan dan manusia
dengan benar, agar tidak mencemari makanan dan minuman.
• Harap berhati-hati saat mengonsumsi makanan dan minuman ketika berada
di kawasan rawan cacing pita (biasanya di negara berkembang).Bawalah hewan
peliharaan ke dokter hewan jika terinfeksi cacing pita.
• Masaklah daging hingga benar-benar matang.
• Bekukan daging setidaknya 12 jam, dan ikan minimal 24 jam untuk
membunuh telur dan larva cacing pita.
• Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah makanan,
sebelum makan, dan setelah keluar dari toilet.

Anda mungkin juga menyukai