(0759) 320099
RIJEL SAMALOISA
Website: http//www.sasarainafm.com
Email: tabloid_sasaraina@yahoo.com
redaksi
edisi : 04/tahun IV/April-2013
MOJOK: Mas Diok duduk mojok di tengah kerumunan warga Dusun Muntei menikmati denyut bengkak sakit di betis kakinya karena infeksi tertusuk kayu saat terjun meninjau banjir kebeberapa dusun terdampak banjir.
dapur redaksi
pantai barat
Siberut Dikepung Banjir..................................! Ayo kita bantu rame-rame..................................! Korban Banjir Terancam Kelaparan.................! Awak cari se keladi jo pisang kok indak diagiah bareh...............................................................! Kepala BNPB Bantah Dana Huntap Telah Cair....! Indak paralu babantah pak, jujur se lah cukuik tu....! Tataruang Pei-Pei Direncanakan......................! Bilo mambangunyo lai pak..................................!
opini
edisi : 04/tahun IV/April-2013
TE ES
TAHUN 2014 masih satu tahun lagi. Tapi baliho dengan tampang seorang cengar-cengir berlatar belakang logo partai politik itu menghiasi jalanan, mulai perkotaan sampai perdesaan. Sudah pasti, mereka yang cengarcengir di jalanan itu ingin berkenalan dengan masyarakat luas hingga menghabiskan ratusan juta rupiah. Sudah pasti mereka orang yang akan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD/ DPD/DPR pada 2014 nanti. Umumnya mereka yang jual tampang itu memang masih baru membawa, sehingga perlu memperkenalkan diri sejak dini. Lagi, kehadiran mereka jual tampang itu sebenarnya juga ingin mencari Tim Sukses atau TE ES untuk kemenangannya nanti. Menjadi Tim Sukses atau TE ES dalam mensukseskan kemengan seorang legislatif, bupati sampai gubernur sudah dialami. Namun toh setelah duduk, umumnya mereka yang sudah mendapatkan jabatan banyak lupanya. Sampai duduk dikursi pesakitan pengadilan kalau ditanya juga banyak lupanya. Entahlah, lebih baik jadi Tim Susah dari pada Tim Sukses, sebab hidup juga jadi gembel intelektual. Melaju dari Radio Sasaraina Km 2 sampai kantor bupati, juga sudah bertebaran tampang elit politik yang ingin maju jadi calon legislatif. Kadang juga membosankan, tapi itulah cita-cita mereka yang harus dihargai oleh semua rakyat Mentawai. Sampai di kantor bupati, saya pun langsung menuju kantin. Sebab saya pegawai ngeri, jadi tidak punya kursi di kantor bupati. Di kantin itu juga sudah banyak kawan-kawan pegawai ngeri berpakaian logo Kemendagri, yang juga tidak betah duduk di kantor bupati. Te Es ciek Uni, pintaku kepada seorang pemilik kantin. Mendadak, seorang pegawai ngeri tadi berceloteh, Pertarungan bupati sudah selesai Paklek, jadi pesannya kopi setengah saja biar bisa ngobatin sakit kepala, katanya disambut tawa terkekeh dari temannya di kantin itu juga. Cerita ngelantur pun terus berjalan menunggu waktu istirahat selama dua jam itu. Saya menceritakan, bahwa akan berencana maju menjadi calon
cari badai
Paklek
anggota susah di Mentawai dari Partai Susah. Tujuannya, selama ini jadi tim sukses, tapi hidup di Mentawai kok nggak pernah sukses juga. Strategi politik pun sudah saya rencanakan dengan menyiapkan tim susah dari berbagai pelosok yang saya anggap paling susah kemajuan pem-
bangunannya. Untuk mensosialisakan diri sebagai calon anggota susah, saya pun akan menyiapkan kain putih lebar dan panjang (bukan digital printing) dengan tulisan, Paklek Menuju 2014. Sosialisasi itu rencananya akan dipasang oleh tim susah saya di Pulau Kandui, Karangmajat, Siloinan, Batu Tongga, Pulau Miau, serta Pulau Sanding. Sebab di pulau itu banyak orang susah yang siap diajak susah pada tahun 2014 nanti. Prediksi saya, dari dapil di pulau susah itu masyarakat akan solid memilih saya untuk menjadi ketua anggota susah pada tahun 2014. Sebab dari awal, tim susah saya sudah komitmen, kalau saya duduk menjadi anggota susah, harus sama-sama menjadi orang susah, tidak boleh lupa dengan semua orang susah yang mendukung saya. Selain itu, kalau saya terpililih menjadi orang susah, juga akan membagibagikan proyek kepada semua orang susah yang sudah memilih saya. Setidaknya semua warga susah akan saya beri proyek mengelola koprah dan sagu yang sangat menyusahkan itu.
Dan begitu, maka semua warga susah yang memilih saya akan mendapatkan pemerataan proyek susah. Menurut hemat saya, tidak ada gunanya juga menjanjikan kesuksesan terhadap semua warga yang meilih saya, toh hidupnya selama di Mentawai tidak pernah merasakan sukses, bahkan susah secara berkepanjangan. Maka lebih baik saya membawa masyarakat dalam kesusahan, namun mereka bisa menikmati hidup yang sebenarnya dengan damai. Terima kasih kepada semua pendukung, yang siap saya ajak susah hidup. Semoga kenikmatan hidup dan kedamaian meyertai kita semua. Semoga! Kolom cari badai ini disediakan untuk pembaca yang memiliki pandangan kritis secara objektif terhadap masalah dan kendala yang dihadapi pemkab Mentawai, tanpa mengandung unsur sara. Kirimkan tulisan anda beserta foto di email: iswanto_ja@yahoo.co.id.
didik secara nasional bisa terjawab, meskipun harus menghabiskan biaya yang sangat mahal.Hanya saja, perlu tindak lanjut nyata dari setiap hasil evaluasi yang dilakukan. Namun, jika pemerintah tetap menjadikan UN sebagai salah satu penentu kelulusan, maka praktik kecurangan tampaknya akan terus menjadi isu, bahan pergunjingan, dan kasus memilukan yang tak kan bisa dibuktikan. Kedua, jika pemerintah tetap menginginkan hasil UN menjadi salah satu penentu kelulusan, maka pemerintah mesti menjamin proses pembelajaran sesuai dengan standar. Bagaimana mungkin masyarakat siap dan ikhlas menerima evaluasi distandarkan, tetapi proses tidak! Sesungguhnya, inilah yang selalu menjadi keluhan, dianggap tidak adil, bahkan menjadi alasan orang-orang tertentu yang siap menjadi martir melakukan kecurangan UN tersebut sehingga dosa itu dianggap sebagai kecurangan bilmalum, atau kecurangan yang harus dimaklumi. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak standar, tiba-tiba evaluasi dipaksa untuk memenuhi standar. Padahal ada delapan aspek yang harus memenuhi standar, yaitu standar isi, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, proses, pengelolaan, evaluasi, sarana prasarana, dan pembiayaan. Cobalah lihat dengan teliti, berapa sekolah sebenarnya yang telah memenuhi standar pelayanan minimal pada delapan aspek tersebut. Misalnya, standar yang telah disepakati adalah guru harus berpendidikan minimal S1, mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kualifikasi akademiknya, setiap kelas hanya beranggotan 32 orang siswa, penentuan KKM apa adanya, pembelajaran dilakukan secara terencana, pembelajaran diterapkan dengan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dan masih banyak indiktor lainnya yang harus distandarkan.Tegasnya, masih banyak se-kolah kita yang belum mampu me-menuhi standar tersebut. Selain itu, sejak dua tahun lalu sudah ada software yang mampu menganalisa apakah jawaban ujian siswa merupakan hasil mencontek
atau dari bocoran kunci jawaban. Kecurangan peserta ujian akan segera bisa dideteksi. Namun belum terdengar ada pemerintah daerah kabupaten/ kota yang memberi sanksi kepada sekolah yang terdeteksi melakukan kecurangan tersebut. Sebaliknya, pemerintah harus memberi reward kepada sekolah yang tidak terdeteksi melakukan kecurangan, merkipun hasil UN dan tingkat kelulusan rendah. Kemudian pemerintah daerah patut memberi reward kepada setiap sekolah yang siswanya banyak diterima di perguruan tinggi pavorit. Sejak dua tahun lalu pemerintah Sumbar telah melakukannya, tetapi perlu dilanjutkan, ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas. Jika upaya-upaya seperti ini tidak dilakukan, maka program pendidikan karakter hanya isapan jempol, menghabiskan anggaran, dan kegiatan serimonial yang dipergunjingkan. Ujian Nasional pun dianggap hanya dari sisi proyek ratusan miliyar dari pada signifikansina dalam sebuah proses pendidikan. Lebih dari itu, kita juga berharap kepada media masa, peneliti, LSM pendidikan, perguruan tinggi dan pihak kompeten lainnya turut membantu peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini. Lakukan investigasi terhadap praktik kecurangan. Teliti kondisi sekolah yang ada, memenuhi standar atau tidak! Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi memikirkan dan berbuat untuk meningkatkan kualitas pendi-dikan nasional. Pemerintah harus terbuka menerima masukan yang konstruktif, masyarakat pun didorong untuk berpartisipasi aktif. Optimisme harus tetap dibangun sebagai modal untuk menapak jalan menuju puncak peradaban melalui pendidikan yang berkarakter. Insya Allah. (*) Kolom ini disediakan untuk pembaca yang memiliki karya tulis baik berbentuk opini, artikel, esay. Panjang tulisan maksimal 2 halaman kuarto. Kirimkan tulisan anda beserta identitas jelas di email: iswanto_ja@yahoo.co.id.
utama
edisi : 04/tahun IV/April-2013
4
FOTO: IWAN/SASARAINA
Beberapa warga di Dusun Muntei nekad menyeberangi banjir dari luapan air sungai yang mengalir di sepanjang Desa Muntei.
badai yang selalu menghadang. Akibatnya, kapal milik pemkab Mentawai yang sudah disiapkan tidak sanggup membawa bantuan di pagi hari dan diberangkatkan menjelang siang. Menjelang siang, kapal Nade milik Pemkab Mentawai yang membawa tim gabungan evakuasi baru berangkat untuk mendistribusikan bantuan makanan dan obat-obatan terhadap para korban, jelasnya. Malangnya lagi, ketika bantuan sudah sampai pada titik banjir, justru juga tidak bisa didistribukasi dengan maksimal akibat badan jalan putus terendam
banjir sampai dua meter. Namun hingga sore ini, bantuan sudah menyentuh para korban di pedusunan yang bisa dijangkau dengan speedboat dan perahu. Camat Siberut Selatan, Nainggolan menyatakan, Dusun Salappak, yang terletak di pedalaman sudah tiga hari terakhir ini terendam banjir dengan ketinggian mendapai tiga meter. Selama tiga hari itu juga belum mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Sebab dusun tersebut hanya bisa diakses dengan perahu pompong berkapasitas tiga orang serta tidak ada jaringan komunikasi.
Untuk di Dusun Salappak, sampai saat ini kita tidak tahu bagaimana kabarnya. Sebab tempatnya di pedalaman dan tidak ada komunikasi. Tapi target kita, hari ini juga bantuan harus tembus ke Salappak itu, optimisnya. Untuk menjamin kenyamanan korban dalam mengungsi, pihak Kabupaten sudah menyiapkan tenda dan dapur umum dibeberapa titik yang dijadikan target mengungsi. Selain itu, tim medis dan bantuan makanan sudah tersedia dan cukup untuk beberapa hari ke depannya. Bupati Kepulauan Mentawai,
Yudas Sabaggalet direncanakan, akan mengunjungi para korban di Dusun Monganpoula, Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara. Kunjungan tersebut tak lain untuk turut memberikan bantuan para korban sekaligus meninjau langsung ke lapangan. Di dalam Kapal Sikerei ini, saya gelar jumpa pers, bahwa Senin kita berangkat ke Kecamatan Siberut Utara, dan saya batalkan untuk pertemuan dengan Menteri terkait persiapan festival surfing. Menurut saya, melihat para korban banjir lebih penting, tegasnya kepada Sasaraina. (*)
Tim gabungan evakuasi semangat mendistribusikan bantuan sampai ke Dusun Magosi pedalaman Kecamatan Siberut Selatan.
GUBERNUR Sumatera Barat, Irwan Prayitno menginstruksikan kepada Pemerintah Kabupaten Mentawai untuk bersama mengevakuasi warga yang terkena musibah banjir. Menyelamatkan warga dinilai paling urgen untuk menghindari korban jiwa lebih kecil, kata Irwan Prayitno. Kebutuhan logisitik bagi warga korban banjir, seperti makanan, obat-obatan dan tenda dilokasi pengungsian, sudah didistribu-
sikan. Sementara, bantuan logistik Pemprov Sumbar akan didistribusikan hari ini, Kamis (11/4). Selain logistik yang akan didistribusikan ke Mentawai, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberikan bantuan komunikasi telepon, SMS dan BBM. Pasca banjir yang melanda Siberut, Kabupaten Mentawai Minggu lalu, pemerintah setempat menetapkan 14 hari masa tanggap darurat terhitung sejak Minggu, 6 April lalu. (*)
utama
edisi : 04/tahun IV/April-2013
Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, di dampingi Kepala BPM KB Sermon, Camat Siberut Selatan Tambunan Lumabn Raja saat meninjau langsung banjir di Kecamatan Siberut Selatan.
bantuan menggunakan speedboat kapasitas mesin 15 PK, tapi tidak sanggup karena arus sungai cukup deras. Baru sorenya bantuan bisa didistribusikan menggunakan speedboat dengan mesin berkapasitas 80 PK, jelasnya. Hingga kemarin, bantuan dari Pemprov belum sampai ke Mentawai. Cuaca masih ekstrem, dikhawatirkan kapal dari Padang yang membawa sembako dihadang badai. Jika minggu ini Kapal Ambu-Ambu atau Gambolo tidak datang ke Siberut, stok sembako untuk korban banjir dipastikan habis. Kita sangat berharap bantuan semua pihak, harapnya. Kepala Puskesmas Siberut Selatan, Toni Rusli menyatakan, sampai saat ini pasien Poliklinik Desa (Polindes) Meileppet sebanyak 35 orang. Umumnya menderita flu, batuk dan demam. Namun dipastikan tiga hari pascabanjir pasien bakal mem-beludak. Air bersih minim sehingga korban banjir rawan diare, muntaber, flu, batuk dan gatal-gatal, ujarnya. Sementara itu, tingginya gelombang laut akibat cuaca ekstrem, menyebabkan beberapa kapal yang membawa ban-tuan logistik dan relawan dari Padang, terpaksa balik ke Padang. Hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh kapal dari institusi mana yang dihantam ombak yang dilaporkan mencapai tiga meter lebih. (*)
khusus
edisi : 04/tahun IV/April-2013
Beberapa warga di Dusun Muntei bersiap untuk mngungsi dengan menggunakan perahu dayung di kawasan aman dan beban dari banjir.
fokus
edisi : 04/tahun IV/April-2013
Padang, Sasaraina Dana lun-curan pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban gempa dan tsunami Mentawai yang sebelumnya diklaim BPBD Sumbar telah disetujui Menkeu, dibantah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif. Dia menegaskan dana tersebut masih dalam proses persetujuan di Kementerian Keuangan. Artinya, belum ada dana luncuran yang dicairkan. BNPB juga tak bisa memastikan kapan persetujuan Menteri Keuangan akan keluar. Kami (BNPB, red) masih menunggu. Kita berharap, persetujuan itu secepatnya keluar. Ada dana sebesar Rp 450 miliar yang kita minta persetujuannya ke Menteri Keuangan, ujar Syamsul Maarif dalam acara International Table Top Exercise Mentawai Megathrust 2013 di Hotel Pangeran seperti dikutp Padang Ekspres. Dia menjelaskan, saat ini telah dilakukan land clearing (pembersihan lahan) di lokasi pembangunan huntap se-la-ma 3 bulan. Sekarang kan jadwalnya land clearing. Mudah-mudahan secepatnya persetujuan Menteri Keuangan itu
keluar, ulas pria yang diberi gelar kehormatan Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam ini. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Yazid Fadhli menyampaikan hal senada. Saya meralat apa yang disampaikan staf saya, persetujuan Menteri Keuangan itu belum keluar dan masih dalam proses. Secara prinsip telah ada, namun hitam di atas putihnya dalam bentuk persetujuan be-lum keluar, ujarnya. Saya perlu meluruskan kembali, supaya masyarakat tidak salah persepsi. Kami berharap persetujuan Menteri Keuangan ini segera keluar dan masyarakat dapat segera terbantu, ucapnya. Sebelumnya, Manager Pusdal Ops BPBD Sumbar, Ade Edwar (20/4) saat menghadiri Pra-Table Top Exercise (TTX) mengungkapkan Kemenkeu telah menyetujui dana luncuran huntap. Saat ini sudah tak ada persoalan lagi. Seluruh proses regulasi pembangunan huntap bagi korban gempa telah selesai. Baik itu dari Kementerian Kehutanan ataupun dari Kementerian Keuangan, ujarnya beberapa waktu lalu. (*)
Suasana gersang di pengungsian Pagai Utara membuat warga mulai tidak betah tinggal terlalu lama.
Padang, Sasaraina Dunia memberikan perhatian serius pada upaya penanganan bencana di Sumbar. Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menyatakan siap membantu Sumbar dalam pengurangan risiko (mitigasi) bencana, untuk meminimalisir korban jiwa. Pernyataan itu disampaikan Direktur United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN-OCHA) Geneva, lembaga PBB yang bertugas mengoordinasi Tim SAR Internasional, Bashid Kalikov saat 25 negara donor yang tergabung UN-OCHA, Geneva, menggelar rapat dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemprov Sumbar dan pihak terkait lainnya di Gubernuran Pemprov Sumbar, kemarin (25/4). Kehadiran para negara donor yang dipimpin Direktur UNOCHA Geneva ke Padang, guna mengevaluasi pelaksanaan penanganan gempa 2009 dan recovery pascagempa di Sumbar. Hadir dalam rapat evaluasi itu, Wakil Gubernur Muslim Kasim, Ketua DPRD Sumbar Yultekhnil, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Pusat, Dody Ruswandi, Kepala BPBD Yazid Fadli dan lainnya. Selama ini kami sudah membantu Sumbar dan sela-ma ini cu-
25 Negara yang tergabung dalam UN-OCHA sepakat untuk membantu Sumatera Barat dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami sebagaimana yang sudah diprediksikan oleh banyak pakar.
kup lancar. Namun, kami tidak ingin sampai di sana saja. Sebab, penanganan bencana juga harus diiringi proses rehabilitasi para korban. Nah, ini yang akan kami tawarkan ke Sumbar jika masih diperkenankan, sebut Bashid Kalikov dalam rapat bersama itu. Bashid menilai kesiapsiagaan bencana masyarakat Sumbar masih relatif awam. Kondisi itu, sebut Bashid, tampak dari masih banyaknya masyarakat Sumbar yang tinggal di daerah rawan bencana. Masyarakat harus diberikan pengetahuan kesiapsiagaan atau mitigasi bencana, dengan begitu
risiko korban nyawa bisa diperkecil, jelas Bashid Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Dody Rus-wandi mengakui saat ini ada 90 jutaan penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana itu, awam dengan kesiapsiagaan bencana. Jadi bila terjadi bencana, diyakini risikonya cukup besar, jelas Dody. Menurut Dody, bila terjadi bencana skala besar di Indonesia, tidak ada batasan bagi organisasi kemanusiaan dunia untuk terjun
membantu di lapangan. Nah, hal itu pula yang dilakukan UN-OCHA pada Sumbar, tepatnya beberapa hari setelah gempa besar pada September 2009 lalu. Tanpa diminta, mereka (UN-OCHA, red) langsung menurunkan personelnya membantu penanganan bencana di sini (Padang, red), ulasnya seperti dilansir Padang Ekspres . Yang namanya bencana, walaupun negara besar dan kuat sekalipun, mereka tetap membutuhkan bantuan dari negara lain, tambahnya. Menyangkut program kesiapsiagaan bencana BNPB untuk daerah rawan bencana, diakui Dody ma-
sih sebatas kesiapsiagaan gempa. Sementara untuk kebencanaan lainnya seperti banjir, longsor, dan lainnya, baru akan diprogramkan. Untuk kesiapsiagaan bencana gunung api, kini sedang kami siapkan untuk beberapa daerah, termasuk Sumbar, kata Dody. Wakil Gubernur Muslim Kasim menyatakan, kehadiran lembaga asing dalam membantu Sumbar dalam penanganan bencana sangat diharapkan. Kita juga mengharapkan lembaga asing itu bisa membantu dalam membuat perencanaan pascabencana, sehingga ada penguatan bagi masyarakat menghadapi bencana, kata mantan Bupati Padang pariaman dua periode itu. Meski begitu, Wagub mengingatkan, dalam membuat perencanaan pascabencana itu, pemkab/pemko dan masyarakat tetap mempedomani kearifan lokal. Ketua DPRD Sumbar, Yultekhnil mengakui penanganan bencana ataupun pas-ca-ben-cana harus ada sinergisitas pemerintah daerah dengan lembaga asing agar berjalan lancar. Kami di DPRD mendukung program mitigasi dengan mengesahkan anggaran Rp 7 miliar pada APBD 2013 bagi pembangunan shelter di pesisir pantai, kata Yultekhnil. (*)
lensa
edisi : 04/tahun IV/April-2013
INI kondisi Desa Muntei dan Maileppet saat banjir datang merendam ratusa rumah warga hingga mencapai ketinggian dua meter sejak hari pertama bencana datang. Namun tim gabungan evakuasi dengan cepat memberikan bantuan dasar terhadap para korban.
FOTO: IWAN/SASARAINA
Rumah panggung milik warga Dusun Muntei terendam banjir hingga mencapai ketinggi 150 cm.
FOTO: IWAN/SASARAINA
FOTO: IWAN/SASARAINA
Beberapa warga di Dusun Muntei menyiapkan diri untuk mengungsi di kawasan yang bebas banjir akibat rumahnya terendam banjir hingga mencapai ketinggian 150 cm. FOTO: IWAN/SASARAINA
Seorang ibu memegang tangan anaknya di tengah derasnya air banjir yang mengalir dari luapan sungai Kecamatan Siberut Selatan.
Seorang ibu bersama anaknya duduk di atas pondasi bangunan ketika banjir merendam rumahnya.
Misteri Danau di Desa Simalegi yang dihuni ratusan buaya sampai sekarang belum dikelola oleh Dinas Pariwisata Mentawai.
FOTO: MURDANI/SASARAINA
MENTAWAI daerah yang dikenal mempunyai beragam kekayaan dan potensi alam sangat berharga, namu tidak semua potensi itu dapat dimanfaatkan dengan optimal. Sama seperti objek wisata yang terdapat di kawasan Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat. Sebuah objek wisata yang begitu diistimewakan oleh masyarakat setempat, yaitu Gojib atau yang disebut Danau. Danau ini terletak di pertengahan kawasan Desa Simalegi, Dusun Suteuleu tidak jauh dari bibir pantai, untuk menuju danau hanya membutuhkan waktu 25 menit mendayung sampan manual. Hal yang memudahkan Masyarakat untuk menuju ke danau yaitu dengan terbentuknya jalur air yang menyerupai badan sungai bermuara di bibir pantai tepatnya di tanjung dekat pemukiman Dusun Suteuleu. Pada saat musim hujan, muara Gobjib ini akan terbuka. Ini disebabkan oleh dorongan sungai dari hulu yang bermuara tepat di tengah-tengah danau. Sampai sejauh ini belum ada jalan darat yang dirintis untuk menuju ke danau. Danau yang begitu indah ini tak
hanya dapat memberikan kepuasan pada pandangan mata, tetapi juga bisa memberikan pengalaman-pengalaman yang berharga karena begitu banyak menyimpan sejarah-sejarah keajaiban dan cerita-cerita penuh mistisisme. Pada 60 tahun yang lalu danau ini keadaannya masih satu bagian, ukurannya hampir seperti lautan, diapit oleh tiga bukit sebelah Barat, Utara, dan Timur. Sehingga pada saat pertamakali ditemukan, danau ini diberi nama Togat Koat (anak laut ). Tetapi sekarang Danau ini sudah terbagi tiga bagian namun tetap saling terhubung. Dari ketiga bagian danau ini masing-masing nama yaitu; Danau Sigabbu, Danau Kakailau, dan Danau Sasilabbei. Terbaginya danau ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan pohon Bolak Nipah. Meskipun ketiga danau ini dihuni oleh ratusan buaya dan barubaru ini sering muncul bahkan pernah naik dan masuk di area perkampungan Dusun Suteuleu, namun hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi orang-orang yang mau berkunjung ke sana. Sebab masyarakat sudah sejak dahulu sampai sekarang telah
meyakini bahwa buaya-buaya itu adalah keturunan peliharaan Nenek moyang, yang ekornya sengaja dipotong lalu dilepas dengan melalui beberapa upacaraupacara ritual, sehingga buayabuaya tersebut tidak mau mengganggu apalagi mencelakakan manusia yang bermain bahkan mandi-mandi di sana, dan itu terbukti sampai saat ini. Sampai sekarang ini masyarakat hanya menggunakan danau ini untuk tempat santai, wisata sekolah, dan liburan keluarga. Masyarakat juga belum menemukan cara merawat yang baik dan solusi untuk mencegah pertumbuhan pohon nipah, dikhawatirkan 50 sampai 100 tahun ke depan danau ini akan punah karena pertumbuhan pohon nipah tersebut. Danau yang sudah pernah dirintis oleh dua orang turis beberapa tahun lalu termasuk Kepala Dinas Pariwisata yang sempat berkunjung pada 2011, hanya bisa menunggu nasib, apakah akan tetap bertahan dengan keadaan seperti sekarang ini, ataukah akan di pelihara dengan maksimal, atau mungkin akan dibiarkan punah begitu saja. (murdani)
10
Jawabannya saat itu, data kami di sana tidak ada, lalu kami tanya ke DPPKAD, katanya tanya saja ke dinas bersangkutan, ini sangat membingungkan, mereka saling lempar, kami minta Bupati harus tegas
dikeluarkan. Penyebabnya kata Fredik, bunyi kesepakatan antara mahasiswa dengan pihak kampus yakni pembayaran uang praktek lapangan paling lambat Desember 2012. Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet pernah berjanji akan menyelesaikan persoalan itu saat pertemuan dengan mahasiswa 9 Desember tahun lalu namun hasilnya belum jelas. Syafrizal Sanene, salah satu mahasiswa STKIP PGRI menyebutkan, sejak dijanjikan bupati hingga saat ini belum ada tindak
NA
lanjutnya. Sampai sekarang belum, pihak kampus pernah tanyakan kepada saya tentang kapan keluarnya dana bantuan pendidikan mahasiswa Mentawai, karena dispensasinya sudah lewat, ujarnya seperti dilansir puailiggoubat.com. Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko yang dikonfirmasi Puailiggoubat mengatakan pihaknya akan berkoordinasi lagi dengan Dinas Pedidikan. Kamis, 28 Maret, kita ada pertemuan dengan Dinas Pendidikan yang juga membahas hal ini, ujarnya. (*)
PELUANG USAHA
ANDA INGIN MEMILIKI USAHA YANG MAJU DAN MENGUNTUNGKAN. IKLAN SAJA DI HALAMAN BULETIN SASARAINA
11
kisah
edisi : 04/tahun IV/April-2013
MENELUSURI SEKOLAH HUTAN DI MENTAWAI
WAJAH clemotan kusam dengan baju kumal seadanya, mata para siswa yang menuntut ilmu di Pedalaman Kabupaten Kepulauan Mentawai selalu fokus menatap wajah gurunya yang sedang membaca buku. Di tengah keheningan hutan belantara, suara 15 siswa bersorak menggemah mengikuti ejaan kalimat yang dibacakan seorang guru. Kabar masih adanya sekolah hutan di Mentawai menjadi perhatian serius bagi dunia pendidikan Indonesia. Hal ini akibat sekolah hutan di Mentawai empat terekspos di salah satu stasiun televisi nasional dengan membuat heboh Kementerian Pendidikan. Untuk memastikan semua itu, rombongan Bupati Kepulauan Mentawai di dampingi Pejabat Dinas Pendidikan dan Camat Siberut Selatan mengunjungi Dusun Taileleu, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Kegiatan tersebut memang untuk melihat segala pembangunan Mentawai yang masih dalam kendala. Di dalam rumah ibadah sudah berkumpul puluhan warga Desa Taileleu dari berbagai dusun untuk menyampaikan segala aspirasi terhadap bupati terkait keterisoliran kampung mereka. Mendadak seorang guru yang mengajar di pedalaman Dusun Bolotok, mengacungkan tanggannya menyampaikan masalah pendidikan di sekolah yang dialaminya. Meski gedung semi permanen sekolah sudah berdiri dengan bantuan PNPM Mandiri Perdesaan, namun fasilitas pendukung belajar tidak memadahi. Akibatnya, siswa pun balajar seadanya untuk menimba ilmu dalam membangun Bumi Sikerei. "Pak bupati, tolong bantu sekolah saya yang berada di pedalaman hutan Dusun Bolotok. Kami tidak punya buku tulis untuk para siswa. Sampai saat ini, siswa belajar hanya sebatas mendengar tanpa menulis. Siswa kami terdiri dari anak-anak sampai orang tua yang sudah mempunyai anak dan istri. Mereka tidak malu, bahkan semangay untuk bisa membaca dan menulis," katanya mengeluh dengan tujuan meminta bantuan langsung dalam rapat di salah satu rumah Ibadah. Mendengar hal itu, wajah Bupati Mentawai, Yudas Sabaggalet mulai memucat dan gundah atas informasi pendidikan yang baru saja diterima dan didengarnya. Kedua telapak tangannya menutup wajah dan mengusapnya sambil menarik napas panjang. Tidak terpikirkan olehnya, ternyata masih ada anak bangsa di Mentawai yang belum layak mendapatkan pendidikan. "Saya paham. Warga yang tinggal di Dusun Bolotok itu umumnya bekerja bukan ditukar menjadi uang, melainkan hasil ladangnya diolah hanya untuk makan sehari-hari. Maka saya mengharapkan seorang guru harus cerdas dan bisa melakukannya dengan cara barter. Saya sarankan, kalau gurunya pergi ke Ibukota Desa Taileleu belanja buku dan alat tulis, kemudian di jual kepada orang tua siswa secara berter. Selain itu, bulan depan kita akan kirimkan buku bacaan mata pelajaran sesuai dengan kebu-
Seorang anak mempraktikan membaca sehelai kertas dengan isi tulisan perjalanan jurnalis
tuhan seklah di Pedalaman Dusun Bolotk," singkat Yudas memelas. Belum usai rapat dengar pendapat bersama warga, mendadak Yudas keluar ruangan mengajak beberapa rombongan yang dibawanya untuk membantu secara langsung kepada seorang guru yang megajar di Dusun Bolotok. Bantuan beberapa juta berupa uang tunai akan diberikan langsung guna membeli buku dan alat tulis. "Bu guru, baru saja saya kumpulkan uang dari rombongan yang saya bawa. Tolong uang ini dibelanjakan untuk membeli buku dan alat tulis guna dibagikan kepada setiap siswa. Mohon dengan sangat, didiklah anakanak saya menjadi manusia yang berkualitas," pesan Yudas kepada seorang guru tersebut yang baru lulus PNS tiga tahun lalu. Keesokan harinya, Yudas bersama rombongan pun menuju Dusun Salappak, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan. Perjalanan di awali dari Dusun Puro dan terus melaju menggunakan speedboat menantang arus sungai. Sampah dan bongkahan kayu pun banyak melintang di tengah sungai akibat terseret banjir beberapa minggu lalu. Perjalanan dari Dusun Puro menuju Dusun Salapak dengan menyusuri sungai menelan waktu delapan jam. Sampai pada Dusun Salapak di pedalaman, beberapa warga sudah berdiri ditepi sungai untuk menyambut. Namun dari beberapa warga yang siap menyambut itu satu pun di antara mereka tidak mengenal wajah seorang bupati. Sambil berjalan, kepala Dusun Salapak pun datang menyalami bupati. "Sudah kenal kan, ini bupati kita. Namanya Yudas Sabaggalet, asalnya juga dari Pulau Siberut," kata Kepala
Dusun Salapak yang datang terlambat mengenalkan kepada warganya. Spontan, puluhan warga yang menyambut pun kembali menyalami Yudas Sabaggalet. Warga pun tidak menyangka, kalau Bupati mereka mau blusukan sampai ke pedalaman untuk melihat warganya yang hidup dalam keterbatasan dan kemiskinan. Di Dusun Salapak terlihat rumahnya sudah cukup modern. Sebagian rumah warga ada yang semi permanen. Rombongan bupati pun makan sore sambil mendapatkan informasi terkait pendidikan di Dusun Salapak, sebagai dusun pedalaman. "Kita sudah ada SD pak. Anakanak sudah belajar dengan fasilitas sekolah yang lumayan cukup mendukung. Hanya kalau meneruskan jenjang SMP, mereka harus ke Desa Muara Siberut Ibukota Kecamatan Siberut Selatan. Bagi kami itu terlalu jauh dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Jadi masih banyak anak-anak di sini pendidikannya sampai tamat SD saja," jujur Kepala Dusun Salapak kepada Sasaraina. Usai makan sore, rombongan bupati pun meneruskan perjalanan untuk meihat kondisi sekolah hutan terkini di Dusun Magosi. Perjalanan menyusuri sungai pun kembai ditempuh dengan menghabiskan waktu sekitar dua jam. Menjelang petang, rombongan pun di sambut oleh lima warga bersama anak-anak di tepi sungai. Warga Dusun Magosi juga tidak mengenal seorang bupatinya. Mereka sekadar menyalam dan senyum dan langsung mendampinginya berjalan menuju rumah tokoh masyarakat untuk menginap. Setiba di rumah salah seorang tokoh masyarakat, kaum ibu rumah tangga itupun menyibukkan
diri membuat hidangan makanan khas pedalaman Mentawai yang terbuat dari bahan baku sagu yang dibalut dengan daun atap nipah, kemudian dibakar sampai matang. Selain itu, juga disuguhkan keladi bercampur pisang yang sudah diolah layaknya lapek (Padang-red), sebagai koleksi hidangan kue khas pedalaman Mentawai. Cukup nikmat di samping untuk mengganjal perut yang sudah lapar menunggu makan malam. Umumnya, warga Dusun Magosi makanan pokoknya sagu, keladi dan pisang. Sebagian warga menyatakan, sudah puluhan tahun mereka hidup di Dusun Magosi tidak makan nasi. Sebab sejak kecil mereka memang sudah diberi makan dari sagu, keladi dan pisang. Namun kadang mereka cemburu dan bertanya melihat puluhan karung beras bulog di atas speedboat melintasi peraian sungainya untuk didistribusikan ke Dusun lainnya yang sudah maju. Meski demikian, akhirnya warga Dusun Magosi pun sempat menikmati rasa beras setelah menerima bantuan banjir dari BPBD Mentawai beberapa Minggu lalu. Ternyata sekolah hutan itu bukan berada di Dusun Magosi, tapi masih jauh dan harus ditempuh jalan kaki menembus hutan sekitar satu jam lebih. Melihat kondisi fisik rombongan bupati mulai lemah, akhirnya niat untuk mengunjungi sekolah hutan tidak terpantau secara dekat. Hanya dilakukan rapat dengar pendapat bersama warga dan tokoh masyarakat Dusun Magosi untuk mengetahui keadaan sekolah hutan. Mujurnya, salah seorang guru sukarela yang mengajar di sekolah hutan itu turut hadir, sehingga bisa mendapatkan informasi keberadaan yang sebenarnya.
Seorang guru yang mengajar di Sekolah Hutan menceritakan, lima tahun yang lalu memang anak-anak hanya belajar di bawah pohon rindang. Siswa tersebut menerima pelajaran sebatas mendengar saja akibat belum ada fasilitas pendukung seperti buku dan alat tulis. Namun baru beberapa tahun terakhir ini, siswa sudah mulai belajar menulis dan membaca dengan bantuan dari LSM lokal Mentawai. "Sekarang rumah warga yang ting gal di pedalaman itu sudah berkumpul. Bahkan sudah didirikan rumah ibadah untuk sarana belajar para siswa yang awalya belajar di tengah hutan. Itu sebabnya diberi nama sekolah hutan," jelasnya ketika memberikan keterangan kepada rombongan bupati usai makan malam. Menurutnya, para siswa tersebut sangat antusias untuk sekolah. Meski tinggal di pedalaman, tapi mereka memiliki kelebihan ingatan menghadap semua materi yang diberikan oleh seorang guru. Hal ini merupakan modal yang sangat mendukung bagi anakanak sekolah hutan untuk bisa cepat memahami setiap pelajaran yang diberikan seorang guru. "Aneh, anak-anak sekolah hutan itu memiliki kemampuan ingatan yang cukup kuat. Pelajaran yang kami berikan beberapa hari itu masih sanggup diingatnya. Ini modal bagi kami dan anak-anak untuk bisa pintar dan cerdas. Hanya tinggal tambahan fasilitas belajar saja, seperti sekolah dengan failitas pendukung yang memadahi," harapnya. Sampai saat ini, tercatat kurang lebih sekitar 15 siswa asal sekolah hutan yang dididik. Sebagian di antara mereka sudah melanjutkan sekolah dasar umum dari pemerintah Mentawai di Dusun Salapak. Sebab umumnya, para siswa sekolah hutan tersebut dididik sampai kelas tiga. Proses kenaikan kelas pun diseleksi dengan standar bisa baca dan tulis. Umumnya siswa kelas satu itu sudah berusia sembilan sampai dua belas tahun. "Standar menaikan kelas bagi kami, anak-anak itu sudah bisa membaca dan menulis. Selain itu, juga ada penilaian lainnya," ujarnya. Menyikapi hal ini, Yudas Sabaggalet pun akan menarik semua anak-anak sekolah hutan tersebut untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Rencananya, di Dusun Magosi akan didirikan SD pilial dari Dusun Salapak. Namun pihak pemerintah akan melakukan koordinasi terhadap LSM lokal Mentawai dan yayasan lainnya yang sudah mengelola dan mendidikan anak-anak pedalaman tersebut. Jadi intinya sekarang tidak ada lagi sekolah hutan di Mentawai. Sebab mereka sekarang itu kan sudah belajar di dalam rumah ibadah, meskipun kampungnya masih di kelilingi hutan. Ini penting, agar terkesan dan tidak ada lagi informasi keluar Mentawai adanya sekolah hutan. Jika mereka para orang tua yang tinggal di pedalaman bersedia bergabung di Dusun Magosi ini, maka kita akan bangun sekolah SD pilial, tegas Yudas penuh harapan. (*)
sorot
edisi : 04/tahun IV/April-2013
12
FOTO: IWAN/SASARAINA
Jajaran pemerintah bersama tim PNPM Mandiri Perdesaan menggelar rapat koordinasi tanpa restu anggaran di Aula Kantor Bappeda Tuapeijat.
TERANGNYA malam di Bumi Sikerei melalui Pembangkit Listrik Negara (PLN) belum semua menyentuh di pelosok pedesaan Mentawai. Sebagian masih gelap gulita tanpa ada sentuhan lampur dari PLN atau pun mesin diesel. Namun cepat atau lambat, Mentawai terang seperti yang direncanakan oleh pemerintah Mentawai bakal terjadi di seluruh pelosok desa yang ada di Bumi Sikerei. Seperti Ibukota Kecamatan Pei-Pei, kini lampu sudah masuk ke rumah warga. Tentunya, terangnya Dusun Pei-Pei di malam hari dengan adanya pembangkit listrik desa (mesin diesel) bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan. Meski penerangan lampu di malam hari masih terbatas, namun warga bisa menikmati hiburan melalui televisi, VCD dan lainnya. Selain itu, anak-anak juga bisa belajar malam dengan tekun di malam haris dengan terangnya listrik desa. Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus menyatakan, sejak adanya bantuan mesin listrik dari PNPM Mandiri Perdesaan, kehidupan di malam hari di Dusun Pei-Pei mulai berubah. Suasana silaturahmi di malam hari kerap dilakukan ketika adanya lampu. Tidak seperti sebelumnya, menjelang petang, biasanya warga lebih memilih mengurung di dalam rumah sampai pagi untuk istirahat. Lebih pentingnya lagi, sekarang untuk rapat dengan warga justru sering dilakukan malam hari. Sebab kalau pagi sampai sore, warga selalu sibuk bekerja di ladang sebagai petani. Maka dengan adanya lampu, rapat
BUPATI Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet bersama Ketua DPRD Hendri Dori Satoko, Kepala BPM KB Sermon, Camat Siberut Barat Daya Pir Paulus foto di depan bangunan mesin genset bantuan PNPM Mandiri Perdesaan.
pertemuan dengan warga membahas pembangunan kecamatan di malam hari, dan warga pun yang datang cukup banyak, jelas Pir Paulus. Bupati Kepulauan Mentawai, Mentawai terang memang sudah direncanakan. Namun setidaknya, sebelum disentuh oleh PLN, akan diterangi dengan cara yang sederhana melalui mesin diesel. Namun melalui kesederhanaan, justru akan lahir optimis membangun Mentawai lebih cepat. Jadi program Mentawai terang tidak harus dengan PLN, dengan diesel yang sederhana ini juga sama terangnya. Namun memang belum bisa dijadikan
ketergantungan atau dukungan untuk membuat home industri. Sebab dayanya listriknya juga terbatas, jelasnya. Menurut Yudas, semua program PNPM Mandiri Perdesaan di Mentawai sangat bermanfaat untuk warganya. Mulai pembangunan fisik, seperti jalan, jembatan, bangunan sekolah, beasiswa sekolah dan guru, pendidikan dan pelatihan bagi warga Mentawai untuk mengembangkan potensinya. Kita akan selalu mengharapkan PNPM Mandiri Perdesaan menjadi salah satu lembaga yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Mentawai, ujarnya. (*)
13
sorot
edisi : 04/tahun IV/April-2013
Merencanakan pembangunan tidak harus di hotel berbintang dengan menghabiskan dana ratusan juta. Namun cukup di awah gubuk reot di ujung Dusun Pei-Pei, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Mengawali rencana pembangunan, PNPM Mandiri Perdesaan pun dituntut untuk berpartisipasi mensukseskannya.
SEJAK Siberut Barat Daya dijadikan sebagai kecamatan, namun sampai saat ini fasilitas pendukung kecamatan tersebut belum maksimal. Infrastruktur jalan bangunan sekolah lainnya dipandang perlu untuk ditingkatkan layaknya kecamatan yang lainnya. Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet menyatakan, Dusun Pei-Pei sebagai ibukota kecamatan sudah saatnya harus berbenah. Untuk melakukan pembenahan itu, maka perlu dilakukan perencanaan tata ruang. Jika sejak awal penataan tata ruang dilakukan, maka ke depannya untuk menindak lanjuti pembangunan sangat mudah tanpa ada kendala. Kita jadikan samping kantor camat ini sebagai kawasan perumahan warga, sekolah SD, SMP, SMA dan puskesmas. Sebab di sini letaknya sangat strategis. Jika seperti ini kondisinya, dalam jangka semenit Dusun Pei-Pei akan habis tersapu oleh tsunami. Sebab letaknya terlalu dekat dengan pantai serta dataran yang menghampar luas, jelas Yudas memberikan saran kepada Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus. Yudas mengharapkan, sejak dini camat beserta warga terus aktif melakukan pendekatan dan musyawarah terkait arah pembangunan di Dusun Pei-Pei sebagai ibukota kecamatan. Sebab jika warga tidak mengetahuinya, maka pemabangunan nantinya bakal
Bupati Kepulauan Mentawai di dampingi Ketua DPRD Hendri Dori Satoko, Camat Siberut Barat Daya Pir Paulus, Kepala Dusun Pei-Pei saat merencanakan pembangunan ibukota kecamatan di bawah gubuk reot.
menuai banyak masalah dan kendala secara teknis. Pastikan status tanahnya. Usahakan masyarakat memberikan hibah, sehingga pembangunan bisa lancar. Sebab pembangunan di Mentawai sering terkendala akibat tanahnya bermasalah. Akibatnya, kita sering gagal melakukan pembangunan, katanya. Rencananya, di Dusun Pei-Pei tahun 2014 segera akan dilakukan pembangunan sekolah tingkat SMP dan SMA. Ini perlu dilakukan untuk mengurangi mahalnya biaya pendidikan untuk tingkat SMP dan SMA. Sebab selama ini,
siswa di Kecamatan Siberut Barat Daya untuk tingkat SMP dan SMA harus melanjutkan di Kecamatan Siberut Selatan. Jarang yang jauh tersebut sangat syarat dengan mahalnya biaya pendidikan. Akibatnya, sebagaian orangtua di Kecamatan Siberut Barat Daya hanya sang gup menyekolahkan anaknya sampai SMA dan SMA. Kalau anak-anak melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Siberut Selatan sudah banyak baiaya. Orang tuanya setiap bulannya harus mengirim uang kos, makan bulanan, serta belanja hariannya. Ini sangat besar. Selain
itu, kalau SMP dan SMA di bangun di Dusun Pei-Pei, orang tuanya juga bisa memantau pergaulan anak-anaknya di luar jam sekolah, ujarnya. Yudas mengaharapkan, di tahun 2013 ini, semua desain master plan untuk tata ruang Dusun Pei-Pei harus selesai. Ini perlu agar pihak Bappeda bisa memberikan analisa terkait pengelolaan tata ruang Dusun Pei-Pei sebagai pusat ibukota kecamatan. Memang yang akan membuat master plan-nya nanti pihak Bappeda. tapi untuk sementara dari Kecamatan Siberut Barat
Daya juga mempersiapkannya. Jadi kalau sama-sama bekerja kan pembangunan lebih cepat selesainya, tuturnya. Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus menyatakan, pihaknya sendiri sengaja membangun jalan di ujung Dusun Pei-Pei. Tujuannya, untuk menarik simpatik warga agar bersedia pindah. Selain itu, juga untuk antisipasi ancaman gempa dan tsunami. Sebab untuk saat ini, pemukiman warga sangat dekat dengan bibir pantai. Dan ini risikonya sangat besar terhadap bencana gempa dan tsunami, ujarnya. (*)
pendidikan
edisi : 04/tahun IV/April-2013
FOTO: KHALID UNTUK SASARAINA
14
Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet bersama Kepala BPM KB saat membaca buku yang dijemur karena basah akibat terendam banjir di Dusun Monganpoula.
Mentawai, Sasaraina Meski Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai menyatakan tanggap darurat banjir sampai 18 April, namun aktivitas belajar mengajar tidak terganggu secara signifikan. Untuk kawasan sekolah yang terendam banjir, para siswa akan alihkan dan digabungkan dengan sekolah lainnya yang masih dekat di masingmasing desa tersebut. Kepala Dinas Pendidikan Kepulauan Mentawai, Syaiful Jannah menyatakan, sekolah yang terendam hanya untuk tingkat SD. Namun tidak semua SD terendam akibat banjir. Artinya, hari kedua pascabanjir, sekolah sudah bisa difungikan kembalu untuk proses belajar mengajar. Hanya tingkat SD saja yang terendam banjir, itu pun tidak semuanya. Jadi dalam tanggap darurat ini, mungkin sekolah yang terendam banjir digabungkan dulu dengan sekolah SD lain-
Syaiful Jannah
nya yang masih satu desa. Tujuannya agar pelajaran siswa tidak tertinggal jauh, ujarnya kepada Sasaraina di Desa Muara Siberut. Menurut Syaiful Jannah, bencana banjir
yang melanda tiga kecamatan di Pulau Siberut tidak akan mengganggu proses persiapan Ujian Nasional. Sebab pada prinsipnya, masing-masing satu kecamatan hanya satu titik tempat untuk ujian. Jadi UN pasti akan lancar. Diyakinkannya, untuk beberapa sekolah SD yang terdampak banjir sudah mulai melakukan proses belajar seerti biasanya. Sebab sekolah tidak ada yang rusak akibat banjir, melainkan hanya beberapa buku perpustakaan yang rusak, namun masih ada sebagian yang layak pakai untuk dibaca. Sekolah yang terdampak banjir hanya tingkat SD saja, untuk SMP dan SMA semuanya aman. Kita yakin bisa menghadapi UN dengan suasana normal. Sebagai harapan, saat ujian nasional nanti, semoga tidak ada hujan deras sampai seminggu yang disertai dengan banjir pada saat siswa mengikuti UN, harapnya. (*)
15
politika
edisi : 04/tahun IV/April-2013
iklan
edisi : 04/tahun IV/April-2013
16