Anda di halaman 1dari 16

Alamat Redaksi: Jalan Raya Tuapeijat Km2 Radio Sasaraina Sipora Utara-Mentawai Sumatera Barat Telp/Fax.

(0759) 320099

AKBP CUCUK TRIHONO

RIJEL SAMALOISA

Nekad Mati Lompat Kapal


8 Baca Selengkapnya...Hal 10

Tokoh Perempuan Mentawai Bakal Lahir


8 Baca Selengkapnya...Hal 15

Edisi : 04/Tahun IV/April-2013

Website: http//www.sasarainafm.com

Email: tabloid_sasaraina@yahoo.com

redaksi
edisi : 04/tahun IV/April-2013

photo press editorial Darurat


SETIAP Bumi Sikerei dilanda bencana, terkesan selalu tidak siap dalam menyikapinya. Hal ini terlihat pada bencana gempa dan tsunami 25 Oktober 2010 lalu. Untuk menyikapi tanggap darurat, BNPB Pusat pun mengambil alih karena dinilai BPBD Mentawai tidak mampu melaksanakannya. Begitu juga dengan bencana banjir yang hampir merendam separoh pulau Siberut, juga terlihat kurang maksimal. Pantau Sasaraina di lapangan, ketika terjadi bencana, hanya tim dari BPBD yang pontang-panting melakukan evakuasi sampai proses pendistriusian. Padahal, ketika suatu bencana ditetapkan darurat secara resmi, maka secara bersama semua dinas yang berkaitan, seperti Kesbangpolinmas, Dinas Sosial, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan menjadi tim gabungan yang kuat untuk segera menyelesaikan tugas mulia kemanusiaan. Kita berkayinan, bencana banjir yang merendam separoh Pulau Siberut tersebut sangat minim dengan komunikasi dan koordinasi. Sehingga beberapa dinas dan instansi terkait yang menjadi satu kekuatan dalam menyikapi bencana tidak satu komando. Maka terjadilah saling tuding-menuding jika proses tanggap darurat tidak maksimal bahkan molor sesuai yang sudah ditentukan. Perlu disadari, bahwa kedatangan bencana tidak ada yang pernah mengundang. Artinya, semua bencana yang terjadi di Bumi Siekrei secara spontan dan naluri menjadi tanggungjawab bersama tanpa harus menunggu perintah secara administratif dari pimpinan. Sampai detik ini masih banyak berpandangan, bahwa setiap terjadi bencana selalu beranggapan, semua itu pekerjaan satu lembaga BPBD. Padahal BPBD dibentuk bukan untuk menyelesaikan pekerjaan kebencanaan, melainkan sebagai lembaga koordinatif dan pengembangan manajemen kebencanaan baik secara teori maupun praktis. Kini semua pakar dunia sudah menyatakan, bahwa Sumatera Barat bakal menghadapi megathrust Mentawai yang sangat dahsyat. Jika pola pikir instansi siaga bencana di Mentawai masih seperti ini, maka jangan harap kita akan selamat dan berhasil dalam melakukan siaga bencana. Sikap seperti ini bakal akan memperbanyak jumlah korban jiwa yang seharusnya justru diminimalisir. Semoga kesadaran terhadap bencana kita miliki secara bersama demi menyelamatkan jiwa manusia yang harus diselamatkan. Semoga!

MOJOK: Mas Diok duduk mojok di tengah kerumunan warga Dusun Muntei menikmati denyut bengkak sakit di betis kakinya karena infeksi tertusuk kayu saat terjun meninjau banjir kebeberapa dusun terdampak banjir.

dapur redaksi

Wartawan Siaga Bencana


RENCANA mengikuti kunjungan Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet kebeberapa dusun di Kecamatan Siberut Barat Daya sudah valid. Persiapan lapangan pun sudah dikemas. Sesuai informasi, keberangkatan menuju Kecamatan Siberut Barat Daya pagi, sekitar pukul 06.00 Wib. Tapi, menurut Yudas, kalau cuaca tidak berubah (badai dan hujan), kunjungan bisa batal. Pukul 05.00 Wib, Wartawan antarasumbar.com, Khalid sudah duduk termenung sendiri di dermaga Tuapeijat ditemani derasnya hujan. Halo Paklek, bupati jadi berangkat tidak. Saya sudah di dermaga sekarang. Coba kontak Mas Diok untuk kepastiannya, katanya meminta informasi. Tulalit...tulalit. Duh Hape Mas Diok dihubungi juga tidak aktif. Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 Wib. Pagi itu hujan deras membuat tim jurnalis dari humas serba keragu-raguan atas keberangkatan rombongan bupati dini hari, waktu itu. "Halo, waduh sudah jam berapa ya, aku ketiduran. Ya sudah saya nggak pake mandi, langsung berangkat dan tunggu saja di dermaga, ok," kata Mas Diok saat dihubungi Iwan alias Paklek. Halo Paklek, saya sudah di depan rumah sampean, cepat keluar kita ke dermaga, kata Kabag Humas, Joni Anwar yang sudah menunggu di dalam mobil dinasnya. Paklek pun langsung lari terbirit-birit menembus derasnya hujan masuk ke dalam mobil dinas humas. Perjalan sedikit mengebut khawatir ketinggalan kapal Sikerei yang membawa rombongan bupati. Tak berapa lama, kapal Sikerei pun berangkat untuk menuju Dusun Pei-Pei, Kecamatan Siberut Barat Daya. Meski kondisi hujan, masyrakat dan pada siswa pun tetap antusias menyambut kedatangan rombongan bupati. Sabtu pagi, rombongan bupati pun bertolak menuju Taileleu yang juga mendapatkan sambutan hangat. Usai sarapan pagi, mendadak telpon bupati pun berbunyi. Halo pak, Siberut Selatan dan Siberut Utara kebanjiran. Untuk itu mohon kebijakannya, kata Kabid Logistik BPBD Mentawai, Hati Samahura memberikan informasi kepada bupati. Segera ambil bantuan dasar disemua toko yang ada di Kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Utara. Saya ingatkan, jangan membawa bantuan dari Tuapeijat, kondisi cuaca sekarang ekstrem. Lakukan evakuasi secepatnya, semua data harus dihimpun, saya segera bertolak meninjau banjir, tegas Yudas. Mendengar hal itu, wajah Mas Diok dan Kabag Humas Joni Anwar mulai tegang. Sudah pasti ada rencana "B". Hal ini gawat dan darurat, sebab dari rumah hanya membawa pakaian dua stel karena direncanakan tiga hari saja. Gawat, saatnya kita belanja pakaian murah yang murah saja untuk ganti malam. Kayaknyanya kunjungan bakal lama karena harus meninjau beberapa lokasi titik banjir, kata Mas Diok sambil menggerutu. Apapun yang terjadi, Tim Jurnalis Humas sudah siap pasang badan dalam melakukan liputan apa saja dengan kondisi darurat sekalipun. Tak kenal lelah, perjalanan sampai di pedalaman Dusun Salappak, Magosi, Kinumbu, terus dijajaki. Sampai pada akhirnya, tuntas sudah pekerjaan dan menunggu demam datang. Mujurnya, semua tim jurnalis humas sampai kunjungan bupati selesai, kondisi selalu sehat. (*)

pantai barat
Siberut Dikepung Banjir..................................! Ayo kita bantu rame-rame..................................! Korban Banjir Terancam Kelaparan.................! Awak cari se keladi jo pisang kok indak diagiah bareh...............................................................! Kepala BNPB Bantah Dana Huntap Telah Cair....! Indak paralu babantah pak, jujur se lah cukuik tu....! Tataruang Pei-Pei Direncanakan......................! Bilo mambangunyo lai pak..................................!

REDAKSI BULETIN SASARAINA


Pelindung: Yudas Sabaggalet, Rijel Samaloisa, Penanggung Jawab: dr. Ifdil Gusti, MPPM, Pemimpin Redaksi: Drs. Joni Anwar, Redaktur: Ayub Khan Sakoikoi, S.Sos, Redaktur Pelaksana: Ismar Santi, SH, Marcolinus Salamanang, S.IP, Koordinator Liputan: Rahadio Suroso, Staf Redaksi: Nurtiana Sanenek, Jasni Efita, Erpitanus, Kartani, Koresponden Kecamatan Pagai Selatan: Suerman, Kecamatan Sikakap: Wahyu Rahmadani, Kecamatan Pagai Utara: Sarman Parningotan, SH, Kecamatan Sipora Selatan: Sergius, Kecamatan Sipora Utara: TP. Siagian S,TP, Kecamatan Siberut Barat Daya: Nikolas Raingot, S.IP, Kecamatan Siberut Selatan: Yohana, Kecamatan Siberut Tengah: Ananias, Kecamatan Siberut Utara: Immanuel, Kecamatan Siberut Barat: Juanda, Design/Lay Out : Iswanto, S.Pd.I & B. Nainggolan, Percetakan: Singgalang. Alamat Redaksi: Jl. Raya Tuapejat KM 2 Sipora UtaraKabupaten Kepulauan Mentawai. Telpon: 0759 320099, SMS Redaksi : 081266088666, Website : www.buletinsasaraina.com, Email : sasarainabuletin@gmail.com

opini
edisi : 04/tahun IV/April-2013

TE ES
TAHUN 2014 masih satu tahun lagi. Tapi baliho dengan tampang seorang cengar-cengir berlatar belakang logo partai politik itu menghiasi jalanan, mulai perkotaan sampai perdesaan. Sudah pasti, mereka yang cengarcengir di jalanan itu ingin berkenalan dengan masyarakat luas hingga menghabiskan ratusan juta rupiah. Sudah pasti mereka orang yang akan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD/ DPD/DPR pada 2014 nanti. Umumnya mereka yang jual tampang itu memang masih baru membawa, sehingga perlu memperkenalkan diri sejak dini. Lagi, kehadiran mereka jual tampang itu sebenarnya juga ingin mencari Tim Sukses atau TE ES untuk kemenangannya nanti. Menjadi Tim Sukses atau TE ES dalam mensukseskan kemengan seorang legislatif, bupati sampai gubernur sudah dialami. Namun toh setelah duduk, umumnya mereka yang sudah mendapatkan jabatan banyak lupanya. Sampai duduk dikursi pesakitan pengadilan kalau ditanya juga banyak lupanya. Entahlah, lebih baik jadi Tim Susah dari pada Tim Sukses, sebab hidup juga jadi gembel intelektual. Melaju dari Radio Sasaraina Km 2 sampai kantor bupati, juga sudah bertebaran tampang elit politik yang ingin maju jadi calon legislatif. Kadang juga membosankan, tapi itulah cita-cita mereka yang harus dihargai oleh semua rakyat Mentawai. Sampai di kantor bupati, saya pun langsung menuju kantin. Sebab saya pegawai ngeri, jadi tidak punya kursi di kantor bupati. Di kantin itu juga sudah banyak kawan-kawan pegawai ngeri berpakaian logo Kemendagri, yang juga tidak betah duduk di kantor bupati. Te Es ciek Uni, pintaku kepada seorang pemilik kantin. Mendadak, seorang pegawai ngeri tadi berceloteh, Pertarungan bupati sudah selesai Paklek, jadi pesannya kopi setengah saja biar bisa ngobatin sakit kepala, katanya disambut tawa terkekeh dari temannya di kantin itu juga. Cerita ngelantur pun terus berjalan menunggu waktu istirahat selama dua jam itu. Saya menceritakan, bahwa akan berencana maju menjadi calon

cari badai

Paklek
anggota susah di Mentawai dari Partai Susah. Tujuannya, selama ini jadi tim sukses, tapi hidup di Mentawai kok nggak pernah sukses juga. Strategi politik pun sudah saya rencanakan dengan menyiapkan tim susah dari berbagai pelosok yang saya anggap paling susah kemajuan pem-

bangunannya. Untuk mensosialisakan diri sebagai calon anggota susah, saya pun akan menyiapkan kain putih lebar dan panjang (bukan digital printing) dengan tulisan, Paklek Menuju 2014. Sosialisasi itu rencananya akan dipasang oleh tim susah saya di Pulau Kandui, Karangmajat, Siloinan, Batu Tongga, Pulau Miau, serta Pulau Sanding. Sebab di pulau itu banyak orang susah yang siap diajak susah pada tahun 2014 nanti. Prediksi saya, dari dapil di pulau susah itu masyarakat akan solid memilih saya untuk menjadi ketua anggota susah pada tahun 2014. Sebab dari awal, tim susah saya sudah komitmen, kalau saya duduk menjadi anggota susah, harus sama-sama menjadi orang susah, tidak boleh lupa dengan semua orang susah yang mendukung saya. Selain itu, kalau saya terpililih menjadi orang susah, juga akan membagibagikan proyek kepada semua orang susah yang sudah memilih saya. Setidaknya semua warga susah akan saya beri proyek mengelola koprah dan sagu yang sangat menyusahkan itu.

Dan begitu, maka semua warga susah yang memilih saya akan mendapatkan pemerataan proyek susah. Menurut hemat saya, tidak ada gunanya juga menjanjikan kesuksesan terhadap semua warga yang meilih saya, toh hidupnya selama di Mentawai tidak pernah merasakan sukses, bahkan susah secara berkepanjangan. Maka lebih baik saya membawa masyarakat dalam kesusahan, namun mereka bisa menikmati hidup yang sebenarnya dengan damai. Terima kasih kepada semua pendukung, yang siap saya ajak susah hidup. Semoga kenikmatan hidup dan kedamaian meyertai kita semua. Semoga! Kolom cari badai ini disediakan untuk pembaca yang memiliki pandangan kritis secara objektif terhadap masalah dan kendala yang dihadapi pemkab Mentawai, tanpa mengandung unsur sara. Kirimkan tulisan anda beserta foto di email: iswanto_ja@yahoo.co.id.

UN Membangun atau Merusak Karakter?


UJIAN Nasional (UN) yang banyak disoroti tahun ini lebih kepada persoalan terlambatnya kedatangan soal sehingga diundurnya beberapa sekolah dalam melaksanaan ujian tahunan tersebut. Berita yang menghebohkan itu seakan menutupi terjadinya praktik kecurangan yang biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Mungkin sebagian orang menyangka praktik kecurangan itu di tahun ini sudah dapat dihilangkan karena paket soal yang berbeda setiap siswa pada lokal yang sama. Namun kenyataannya, silakan tanya anak, kemanakan atau anak-anak dari keluarga dekat kita yang menjadi peserta ujian nasional di tahun ini. Tidak jarang di antara mereka, dengan lugunya, menjawab mereka mendapat kunci jawaban sehingga dengan mudah menyelesaikan soal yang diberikan. Beragam modus yang dilakukan, mulai dari jual-beli kunci jawaban yang tak jelas sumbernya, atau memang diperoleh dari orang yang sangat mereka percayai sendiri. Ada yang mencontek catatan kunci jawaban dalam kelas, ada pula yang silih berganti ke toilet siswa untuk mencocokkan kunci jawaban sesuai dengan paket soal yang diperoleh. Parahnya, ada pula oknum guru yang merevisi kunci jawaban siswanya sehingga siswa bersangkutan tetap yakin bahwa nilai yang ia peroleh semata-mata hasil jerih payahnya. Modus di atas sudah sering terdengar dari tahun ke tahun. Tampaknya, di tahun ini, praktik kecurangan itu masih berlangsung di beberapa sekolah berdasarkan informasi beberapa siswa yang menjadi peserta UN. Anehnya, para penentu kebijakan di negeri ini hanya diam bergeming: tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau memang tidak mau tahu? Ironisnya, tiga tahun terakhir pemerintah telah mengkampanyekan pentingnya pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Sejumlah kegiatan sosialisasi/pelatihan/training/workshop pendidikan karakter pun sudah dan tampaknya terus akan digelar. Munculnya program pendidikan karakter tidak terlepas dari kesadaran pemerintah, tokoh dan praktisi pendidikan terhadap kasus penyimpangan moral yang kerap terjadi baik di kalangan pelajar, maupun orang-orang yang dipandang terdidik. Karena itu, pendidikan karakter dirumuskan dan dikembangkan dengan melakukan internalisasi nilai-nilai karakter di sekolah, termasuk nilai kejujuran. Sayang, kebijakan UN yang menjadi salah satu syarat kelulusan siswa sering kali bertolak belakang dengan semangat pendidikan karakter. Meskipun UN tidak lagi satu-satunya penentu kelulusan, tetapi sadar atau tidak, siswa dan sekolah tetap menganggapnya sebagai program yang menakutkan sehingga memotivasi pihak-pihak tertentu melakukan praktik kecurangan. Kondisi itu semakin diperparah dengan upaya pemerintah menjaga kerahasiaan UN. Naskah soal UN dikawal dan diamankan secara ketat dan pihak keamanan pun masuk dalam lingkungan sekolah. Seakan-akan naskah soal UN seperti bom teroris yang siap kapan saja meledak. Kita memang tidak menyalahkan keterlibatan pihak keamanan dalam suksesi UN ini. Sebab, dengan keamanan super ketat itu, masih saja ada oknum yang berupaya untuk membocorkannya. Yang pasti, kepercayaan dan kejujuran di negeri ini memang sangat mahal harganya. Anehnya, sudah tahu praktik kecurangan itu kerap terjadi, kenapa pemerintah seolah menutup mata dan telinga? Lalu pemerintah pun mengimbau, jangan terkecoh bocoran UN yang beredar, bagaimana kalau peredaran itu dikondisikan oleh oknum guru? Kemudian, pemerintah juga berkata, jika masyarakat mengetahui ada praktik kecurangan seperti itu, silakan laporkan. Persoalannya, siapa yang mau melaporkan? Jika dilaporkan, apakah pelaku mau menjadi saksi? Bagaimana pula mengumpulkan alat buktinya? Jika memang praktik kecurangan itu benar-benar terjadi, apalagi diorganisir secara sengaja oleh oknum guru, sebusuk itukah hati mereka menanamkan benih-benih ketidakjujuran bagi peserta didik? Tanpa harus membela perilaku menyimpang itu, yang jelas perbuatan itu pasti bertentangan dengan hati nurani mereka. Mereka berani mengorbankan harga dirinya di hadapan murid-muridnya sendiri, pasti terasa menyakit-

Oleh : Muhammad Kosim


Penggiat Pendidikan Karakter Sumbar kan.Pernahkah pemerintah selaku pengambil kebijakan merasakan penderitaan mereka? Sadarkah pula pemerintah pusat tekanan-tekanan yang kerap terjadi di sekolah. Kepala sekolah merasa tertekan jika siswanya banyak tidak lulus, bisa jadi tekanan itu datang dari atasan dengan target yang harus dicapai, atau dari masyarakat sendiri.Masih ingatkah kasus tahun lalu, siswa SD berna-ma Alief, di Surabaya yang menolak praktik kecurangan, justru dimusuhi bahkan diusir oleh masyarakat setempat dari tempat tinggalnya. Lain lagi dengan reward yang diberikan oleh pemerintah kepada sekolah yang meraih nilai UN tertinggi, memotivasi sebagian di antara mereka untuk mencapai nilai sempurna, meskipun dengan menghalalkan banyak cara. Bupati/wali kota dengan bangga menargetkan kelulusan 100% di daerahnya, namun ia tak sadar tekanan yang amat berat bagi kepala sekolahkepala sekolah. Tekanan-tekanan itu tentu dirasakan pula oleh guru sehingga isu kecurangan dalam UN sering terdengar memang diorganisir oleh oknum guru-guru tertentu, melalui sms, kerpean, dan sebagainya. Karena itu, praktik UN yang demikian telah berlawanan dengan usaha pendidikan karakter. UN yang dibarengi dengan praktik kecurangan telah meruntuhkan struktur nilai-nilai karakter yang telah dibangun bertahun-tahun sebelumnya. Lalu apa yang harus dilakukan? Hemat penulis, penyelenggaraan UN mesti dikaji ulang; lanjutkan atau hentikan.Jika pemerintah tetap ngotot untuk meneruskan, maka ada dua pilihan mendasar. Pertama, jangan jadikan UN sebagai salah satu syarat penentu kelulusan. Cukuplah UN sebagai alat ukur untuk menentukan sejauh mana kemampuan siswa di negeri ini dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar isi. Masalah kelulusan, serahkan saja sepenuhnya kepada sekolah. Dengan begitu, alasan pemerintah untuk mengukur kemampuan peserta

didik secara nasional bisa terjawab, meskipun harus menghabiskan biaya yang sangat mahal.Hanya saja, perlu tindak lanjut nyata dari setiap hasil evaluasi yang dilakukan. Namun, jika pemerintah tetap menjadikan UN sebagai salah satu penentu kelulusan, maka praktik kecurangan tampaknya akan terus menjadi isu, bahan pergunjingan, dan kasus memilukan yang tak kan bisa dibuktikan. Kedua, jika pemerintah tetap menginginkan hasil UN menjadi salah satu penentu kelulusan, maka pemerintah mesti menjamin proses pembelajaran sesuai dengan standar. Bagaimana mungkin masyarakat siap dan ikhlas menerima evaluasi distandarkan, tetapi proses tidak! Sesungguhnya, inilah yang selalu menjadi keluhan, dianggap tidak adil, bahkan menjadi alasan orang-orang tertentu yang siap menjadi martir melakukan kecurangan UN tersebut sehingga dosa itu dianggap sebagai kecurangan bilmalum, atau kecurangan yang harus dimaklumi. Proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak standar, tiba-tiba evaluasi dipaksa untuk memenuhi standar. Padahal ada delapan aspek yang harus memenuhi standar, yaitu standar isi, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, proses, pengelolaan, evaluasi, sarana prasarana, dan pembiayaan. Cobalah lihat dengan teliti, berapa sekolah sebenarnya yang telah memenuhi standar pelayanan minimal pada delapan aspek tersebut. Misalnya, standar yang telah disepakati adalah guru harus berpendidikan minimal S1, mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan kualifikasi akademiknya, setiap kelas hanya beranggotan 32 orang siswa, penentuan KKM apa adanya, pembelajaran dilakukan secara terencana, pembelajaran diterapkan dengan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dan masih banyak indiktor lainnya yang harus distandarkan.Tegasnya, masih banyak se-kolah kita yang belum mampu me-menuhi standar tersebut. Selain itu, sejak dua tahun lalu sudah ada software yang mampu menganalisa apakah jawaban ujian siswa merupakan hasil mencontek

atau dari bocoran kunci jawaban. Kecurangan peserta ujian akan segera bisa dideteksi. Namun belum terdengar ada pemerintah daerah kabupaten/ kota yang memberi sanksi kepada sekolah yang terdeteksi melakukan kecurangan tersebut. Sebaliknya, pemerintah harus memberi reward kepada sekolah yang tidak terdeteksi melakukan kecurangan, merkipun hasil UN dan tingkat kelulusan rendah. Kemudian pemerintah daerah patut memberi reward kepada setiap sekolah yang siswanya banyak diterima di perguruan tinggi pavorit. Sejak dua tahun lalu pemerintah Sumbar telah melakukannya, tetapi perlu dilanjutkan, ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas. Jika upaya-upaya seperti ini tidak dilakukan, maka program pendidikan karakter hanya isapan jempol, menghabiskan anggaran, dan kegiatan serimonial yang dipergunjingkan. Ujian Nasional pun dianggap hanya dari sisi proyek ratusan miliyar dari pada signifikansina dalam sebuah proses pendidikan. Lebih dari itu, kita juga berharap kepada media masa, peneliti, LSM pendidikan, perguruan tinggi dan pihak kompeten lainnya turut membantu peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini. Lakukan investigasi terhadap praktik kecurangan. Teliti kondisi sekolah yang ada, memenuhi standar atau tidak! Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi memikirkan dan berbuat untuk meningkatkan kualitas pendi-dikan nasional. Pemerintah harus terbuka menerima masukan yang konstruktif, masyarakat pun didorong untuk berpartisipasi aktif. Optimisme harus tetap dibangun sebagai modal untuk menapak jalan menuju puncak peradaban melalui pendidikan yang berkarakter. Insya Allah. (*) Kolom ini disediakan untuk pembaca yang memiliki karya tulis baik berbentuk opini, artikel, esay. Panjang tulisan maksimal 2 halaman kuarto. Kirimkan tulisan anda beserta identitas jelas di email: iswanto_ja@yahoo.co.id.

utama
edisi : 04/tahun IV/April-2013

4
FOTO: IWAN/SASARAINA

Siberut Dikepung Banjir


Bantuan Korban Dihadang Badai
Mentawai, SasarainaSeminggu terkahir hujan deras meng guyur Kabupaten Kepulauan Mentawai tanpa henti mengakibatkan dua kecamatan di pulau Siberut terendam banjir. Sampai saat ini, sekitar pukul 17.00 wib, bantuan baru datang dari pemerintah Kabupaten Mentawai dan beberapa jalur darat lumpuh total akibat dikepung banjir. Kepala BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Elisa Siriparang menyatakan, sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan status darurat untuk daerah pulau Siberut yang terendam banjir. Sebab, selain tidak ada korban jiwa, pemerintah juga masih sanggup mengatasinya. Ini cuma banjir biasa dan tidak ada korban jiwa, jadi belum ada status darurat, hanya siaga saja dengan kondisi hujan yang masih tinggi, ujarnya kepada Sasaraina. Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Mentawai, Hati Samahura bersama Sasaraina di saat mendistribusikan bantuan menjelaskan, sampai saat ini jumlah pengungsi sudah mencapai 800 Kepala Keluarga dengan 3.000 jiwa. Ribuan korban tersebut sampai sekarang sudah dievakuasi dan diungsikan ditempat bebas banjir. Data sementara tidak ada korban jiwa, hanya ada 10 rumah roboh dan 1 hilang terbawa banjir. Untuk Kecamatan Siberut Utara ada empat desa yang terendam dengan ketinggian mencapai dua meter. Kemudian Kecamatan Siberut Selatan tiga desa dengan kedalaman mencapai tiga meter, katanya. Menurut Hura, terlambatnya pendistribusian bantuan terhadap korban akibat cuaca buruk serta

Beberapa warga di Dusun Muntei nekad menyeberangi banjir dari luapan air sungai yang mengalir di sepanjang Desa Muntei.

badai yang selalu menghadang. Akibatnya, kapal milik pemkab Mentawai yang sudah disiapkan tidak sanggup membawa bantuan di pagi hari dan diberangkatkan menjelang siang. Menjelang siang, kapal Nade milik Pemkab Mentawai yang membawa tim gabungan evakuasi baru berangkat untuk mendistribusikan bantuan makanan dan obat-obatan terhadap para korban, jelasnya. Malangnya lagi, ketika bantuan sudah sampai pada titik banjir, justru juga tidak bisa didistribukasi dengan maksimal akibat badan jalan putus terendam

banjir sampai dua meter. Namun hingga sore ini, bantuan sudah menyentuh para korban di pedusunan yang bisa dijangkau dengan speedboat dan perahu. Camat Siberut Selatan, Nainggolan menyatakan, Dusun Salappak, yang terletak di pedalaman sudah tiga hari terakhir ini terendam banjir dengan ketinggian mendapai tiga meter. Selama tiga hari itu juga belum mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Sebab dusun tersebut hanya bisa diakses dengan perahu pompong berkapasitas tiga orang serta tidak ada jaringan komunikasi.

Untuk di Dusun Salappak, sampai saat ini kita tidak tahu bagaimana kabarnya. Sebab tempatnya di pedalaman dan tidak ada komunikasi. Tapi target kita, hari ini juga bantuan harus tembus ke Salappak itu, optimisnya. Untuk menjamin kenyamanan korban dalam mengungsi, pihak Kabupaten sudah menyiapkan tenda dan dapur umum dibeberapa titik yang dijadikan target mengungsi. Selain itu, tim medis dan bantuan makanan sudah tersedia dan cukup untuk beberapa hari ke depannya. Bupati Kepulauan Mentawai,

Yudas Sabaggalet direncanakan, akan mengunjungi para korban di Dusun Monganpoula, Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara. Kunjungan tersebut tak lain untuk turut memberikan bantuan para korban sekaligus meninjau langsung ke lapangan. Di dalam Kapal Sikerei ini, saya gelar jumpa pers, bahwa Senin kita berangkat ke Kecamatan Siberut Utara, dan saya batalkan untuk pertemuan dengan Menteri terkait persiapan festival surfing. Menurut saya, melihat para korban banjir lebih penting, tegasnya kepada Sasaraina. (*)

Pasca Banjir, Pemprov Distribusikan Bantuan


FOTO: IWAN/SASARAINA

Tim gabungan evakuasi semangat mendistribusikan bantuan sampai ke Dusun Magosi pedalaman Kecamatan Siberut Selatan.

GUBERNUR Sumatera Barat, Irwan Prayitno menginstruksikan kepada Pemerintah Kabupaten Mentawai untuk bersama mengevakuasi warga yang terkena musibah banjir. Menyelamatkan warga dinilai paling urgen untuk menghindari korban jiwa lebih kecil, kata Irwan Prayitno. Kebutuhan logisitik bagi warga korban banjir, seperti makanan, obat-obatan dan tenda dilokasi pengungsian, sudah didistribu-

sikan. Sementara, bantuan logistik Pemprov Sumbar akan didistribusikan hari ini, Kamis (11/4). Selain logistik yang akan didistribusikan ke Mentawai, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberikan bantuan komunikasi telepon, SMS dan BBM. Pasca banjir yang melanda Siberut, Kabupaten Mentawai Minggu lalu, pemerintah setempat menetapkan 14 hari masa tanggap darurat terhitung sejak Minggu, 6 April lalu. (*)

utama
edisi : 04/tahun IV/April-2013

Mentawai Resmi Darurat Banjir


FOTO: IWAN/SASARAINA

Satu Orang Tewas, Kerugian Capai Rp 10 M


Mentawai, SasarainaBanjir yang melanda Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai membuat daerah tersebut benarbenar lumpuh. Jumlah pengungsi terus bertambah menjadi 1.312 kepala keluarga (KK) atau 10 ribu jiwa dengan total kerugian diprediksi Rp 10 miliar. Terhadap kondisi itu, Pemkab menetapkan Mentawai darurat banjir selama satu 10 hari, terhitung sejak kemarin (8/4). Penetapan darurat banjir itu disampaikan Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet kemarin, sekitar pukul 17.00, usai melakukan pemantauan lokasi banjir di Kecamatan Siberut Selatan. Kita prediksi banjir tidak sebesar ini. Kita perlu melakukan pantauan langsung di beberapa titik banjir di Kecamatan Siberut Selatan. Kenyataannya, beberapa fasilitas umum lumpuh, seperti sekolah, jembatan dan jalan putus, jelas Yudas kepada Sasaraina saat mengunjungi Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan. Yudas mengakui banjir kali ini yang terbesar selama hampir 30 tahun di Siberut. Tinggi banjir mencapai tiga meter. Biasan hanya sebatas lutut orang dewasa, dan beberapa jam surut kembali. Kita sudah melakukan koordinasi dengan semua dinas bersangkutan untuk melakukan evakuasi terhadap para korban. Bantuan juga sudah menyentuh ke semua dusun yang dilanda banjir meskipun belum maksimal, ujarnya. Selama masa tanggap da-rurat selama 10 hari ke depan, Bupati mewanti-wanti semua tim medis, baik dokter, bidan, dan perawat di Pulau Siberut dilarang ke luar Mentawai. Semuanya tetap fokus memberikan pelayanan maksimal ter-hadap korban banjir. Ketua DPRD Mentawai, Hendri Dori Satoko menyatakan ada seorang korban tewas di Desa Saibi, Kecamatan Siberut Tengah. Informasi ini baru kita terima, katanya. Kepala BPBD Mentawai, Elisa Siriparang mengklaim bantuan logistik sudah menyentuh seluruh pelosok pedalaman sore kemarin. Untuk Dusun Salappak, bantuan sudah menyentuh 97 KK, di Dusun Mabosi sebanyak 25 KK, dan Dusun Bekeluk 23 KK setelah empat hari terendam banjir. Tiga dusun ini bukannya tidak diperhatikan pemkab, tapi karena memang akses menuju dusun itu sangat sulit. Pagi tadi (kemarin, red) sudah kita coba mendistribusikan

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet, di dampingi Kepala BPM KB Sermon, Camat Siberut Selatan Tambunan Lumabn Raja saat meninjau langsung banjir di Kecamatan Siberut Selatan.

bantuan menggunakan speedboat kapasitas mesin 15 PK, tapi tidak sanggup karena arus sungai cukup deras. Baru sorenya bantuan bisa didistribusikan menggunakan speedboat dengan mesin berkapasitas 80 PK, jelasnya. Hingga kemarin, bantuan dari Pemprov belum sampai ke Mentawai. Cuaca masih ekstrem, dikhawatirkan kapal dari Padang yang membawa sembako dihadang badai. Jika minggu ini Kapal Ambu-Ambu atau Gambolo tidak datang ke Siberut, stok sembako untuk korban banjir dipastikan habis. Kita sangat berharap bantuan semua pihak, harapnya. Kepala Puskesmas Siberut Selatan, Toni Rusli menyatakan, sampai saat ini pasien Poliklinik Desa (Polindes) Meileppet sebanyak 35 orang. Umumnya menderita flu, batuk dan demam. Namun dipastikan tiga hari pascabanjir pasien bakal mem-beludak. Air bersih minim sehingga korban banjir rawan diare, muntaber, flu, batuk dan gatal-gatal, ujarnya. Sementara itu, tingginya gelombang laut akibat cuaca ekstrem, menyebabkan beberapa kapal yang membawa ban-tuan logistik dan relawan dari Padang, terpaksa balik ke Padang. Hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh kapal dari institusi mana yang dihantam ombak yang dilaporkan mencapai tiga meter lebih. (*)

Hujan Bukan Penyebab Utama Banjir Siberut


Struktur Tanah dan HPH Juga Menjadi Faktor Penyebab
Padang, Sasaraina Banjir hebat yang melanda sejumlah kawasan di Kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Utara, Kabupaten Mentawai Jumat (5/4), selain akibat dari intensitas curah hujan yang cukup tinggi juga disebabkan oleh banyak hal di antaranya struktur tipologi dan morfologi tanah mentawai, tanah liat dengan karakteristik tanah yang tergolong lembab atau berjenis lempung sehingga sulit untuk menyerap genangan air dan akibat dari Hak Pengelolaan Hutan (HPH) yang ada di pulau Siberut. Hal ini disampaikan Rifai Lubis, Koordinator Divisi Hukum dan Kebijakan Yayasan Citra Mandiri (YCM) seperti dikutip Padang Ekspres. Dikatakan Rifai Lubis selain curah hujan yang memang cukup tinggi serta struktur tanah Mentawai yang sulit untuk menyerap air, adanya kondisi kawasan bekas izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH) juga diduga turut mempengaruhi faktor penyebab terjadinya banjir. Menurut data YCM yang ada saat ini, setidaknya ada sekitar tujuh titik kawasan yang terkena banjir merupakan bekas lokasi konsesi perusahaan, di antaranya di Desa Sirilogui, Sotboyak, Bojakan di Siberut utara, Dusun Subelen dan Saibi Hulu di Siberut Tengah, Hulu Salappa di Seberut Selatan, dan Dusun Policoman, Sigapokna di Siberut Barat, walau kenyataannya untuk izin pemanfaatan kayunya telah dicabut beberapa tahun belakangan. Selain curah hujan yang tinggi serta struktur tanah liat yang sulit menyerap air, faktor HPH juga diduga kuat penyebab terjadinya banjir kali ini, kata Rifai Lubis. Lebih lanjut, Rifai Lubis, banjir yang terjadi di Siberut kali ini tergolong cukup parah jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Melihat kenyataan ini, pemerintah Mentawai harus memberikan perhatian penuh atas peristiwa yang terjadi saat ini, pemerintah harus lebih jeli lagi melihat soal rehabilitasi lahan yang telah dieksploitasi perusahan, di samping perusahan yang pernah terlibat dalam reklamasi kawasan juga harus bertanggung jawab atas musibah ini. Sementara itu, Elisa Siriparang, kepala BPBD Mentawai, untuk saat ini kondisi banjir sudah mulai surut, namun dalam upaya penanganan kali ini kita tetap akan responsif terutama soal penyaluran bantuan logistik dan hal lain yang terkait karena banjir kali ini merupakan banjir terbesar kedua sejak dulu pernah terjadi di tahun 1988, sedangkan untuk masa tanggap darurat sudah kita tetapkan dua minggu ke depan terhitung tiga hari lalu. Masa tanggap darurat banjir Siberut sudah kita tetapkan selama dua minggu, tuturnya. Senada dengan Ade Edward, Manajer Pusdalops BPBD Sumbar, saat ini masa tanggap darurat banjir Mentawai ditetapkan selama dua minggu. Untuk bantuan logistik seperti alat dapur, bahan makanan serta keperluan anak bayi dan obatobatan sebagian sudah kita drop, selebihnya akan terus dikirim menggunakan kapal logistik milik pemerintah Mentawai. Untuk saat ini saja kita sudah mengemas logistik bantuan yang rencananya pada Kamis siang mendatang akan dikirim ke Siberut dengan menggunakan kapal ASDP Ambuambu, imbuh Ade Edward. (*)

khusus
edisi : 04/tahun IV/April-2013

Warga Agam Dihantui Banjir Susulan


Kerugian Sementara Capai Rp3,5 M
Agam, SasarainaPasca terjadinya banjir bandang di Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, tepatnya di daerah Simauang Mudiak, Nagari Nan Tujuah, sekitar pukul 17.00 WIB, Rabu (24/4), masyarakat setempat tetap masih dihantui banjir bandang susulan, akibat masih turunnya hujan deras di daerah setempat sampai kemarin (26/4). Kami sekeluarga tidak bisa tidur sejak banjir bandang terjadi. Pasalnya, hujan lebat masih terjadi hingga saat ini (kemarin). Jika kami lengah, jangan-jangan banjir bandang susulan datang lagi, yang tidak saja menghanyutkan harta benda, tapi juga manusia, ujar Menan seperti dilansir Padang Ekspres. Menan mengaku, akibat ban-jir bandang yang menimpa daerahnya, tidak saja lahan pertanian masyarakat porak poranda, tapi juga jembatan, bendungan dan saluran air, yang nilainya miliaran rupiah. Ya, kalau saya taksir kerugian akibat banjir bandang, miliaran rupiah, katanya sem-bari menambahkan bahwa dan keluarganya saat ini masih bertahan di rumah, karena tidak ada instruksi dari pemerintah kecamatan untuk dievakuasi. Camat Palupuah, Syahrul Hamidi mengatakan, masyarakat yang tinggal di dataran rendah dan perbukitan diminta untuk waspada dengan banjir bandang susulan, karena saat ini curah hujan masih tinggi. Karena curah hujan masih cukup tinggi, kita meminta kepada masyarakat untuk tetap waspada, harapnya. Kerugian Rp 3,5 miliar Akibat banjir bandang di Simauang Mudiak, Nagari Nan Tujuan, Kecamatan Palupuah, menurut Syahrul Hamidi, kerugian sementara tercatat sekitar Rp 3,5 miliar dengan rincian 30 hektare tanaman padi tertimbun longsor, dua unit jembatan rusak, satu unit jembatan dibawa arus, satu mushala dan satu unit rumah mengalami rusak, dan enam irigasi mengalami kerusakan. Terhadap kerusakan yang terjadi, menurut Syahrul Hamidi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Dinas Pekerjaan Umum dan unsur Muspika sedang melakukan gotong royong (goro). Prioritas utama yang dilakukan adalah membangun jembatan darurat agar akses lalulintas bisa berjalan lancar, ujarnya. Kepala Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Agam Bambang, Warsito, mengatakan, hampir separo personilnya bersama PU dan tim Muspika kecamatan dan masyarakat setempat melakukan goro membangun jembatan dan membersihkan lahan pertanian yang terkena banjir. Intinya, kita ingin segera ekonomi masyarakat kembali normal. Makanya pembangunan jembatan darurat sangat diprioritaskan, jelasnya. (*)
FOTO: IWAN/SASARAINA

Beberapa warga di Dusun Muntei bersiap untuk mngungsi dengan menggunakan perahu dayung di kawasan aman dan beban dari banjir.

Korban Banjir Terancam Kelaparan


BPDB: Cuaca Buruk, Kapal tak Berlayar dari Padang
Mentawai, SasarainaKorban banjir melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, terancam kelaparan. Pasalnya, distribusi bantuan dari Padang tersendat akibat ketiadaan kapal akibat cuaca buruk. Akibatnya, puluhan ton bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Sumbar masih mengendap di Kota Padang. Kepala BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Elisa Siriparang mengatakan, pihaknya belum mendapatkan kepastian informasi soal kapal bakal membawa bantuan di Kota Padang. Namun, jajaran Pemkab Mentawai akan berkoordinasi secepat mungkin guna menjemput puluhan ton bantuan tersebut. Ada bantuan dari Dinas Sosial Sumbar, tapi masih di Kota Padang akibat tidak ada armada kapal membawanya. Untuk bantuan dari Dinas Kesehatan Provinsi sudah datang sebanyak 40 kardus obat-obatan, dan segera didistribusikan di setiap kecamatan terdampak banjir, katanya. Menurut Elisa, pihaknya kewalahan menangani sanitasi (air bersih) untuk para korban banjir di pengungsian. Bahkan, sampai saat ini kondisi air di semua titik lokasi banjir masih berwarna kuning. Namun, warga terpaksa menggunakannya guna mencuci pakaian dan mandi. Perilaku warga tetap menggunakan air genangan sa-ngat rentan penyakit, kata putra Siberut Utara ini kepada Sasaraina saat mengunjungi Dusun Monganpoula, Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara. Dia juga mengatakan, sekarang pihaknya masih fokus mendistribusikan bantuan makanan sampai ke pelosok pedalaman. Meski kewalahan, pihaknya akan terus melakukan rapat koordinasi guna mencari solusi dalam menyediakan air bersih. Selain itu, Pemkab Mentawai juga mengharapkan du-kungan semua pihak guna mem-bantu korban banjir terkait pemenuhan air bersih. Pantauan Sasaraina di lapangan, banjir mulai surut di Kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Utara. Sedangkan di Kecamatan Siberut Barat Daya dan Siberut Tengah, masyarakat mulai membersihkan rumahnya dari lumpur dan sampah. Korban banjir juga mulai merasakan sejumlah penyakit. Para korban banjir umumnya memeriksakan diri di po-li-klinik desa. Sebab jarak desa terdampak banjir dengan pus-kesmas, rata-rata 7 kilometer. Kemungkinan besar, Jumat mendatang tim medis di poliklinik desa mulai kewalahan, karena jumlah pasien akan meningkat drastis, ujar seorang perawat yang tak ingin disebutkan namanya di puskesmas Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara. (*)

fokus
edisi : 04/tahun IV/April-2013

Kepala BNPB Bantah Dana Huntap Telah Cair


FOTO: IWAN/SASARAINA

Padang, Sasaraina Dana lun-curan pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban gempa dan tsunami Mentawai yang sebelumnya diklaim BPBD Sumbar telah disetujui Menkeu, dibantah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif. Dia menegaskan dana tersebut masih dalam proses persetujuan di Kementerian Keuangan. Artinya, belum ada dana luncuran yang dicairkan. BNPB juga tak bisa memastikan kapan persetujuan Menteri Keuangan akan keluar. Kami (BNPB, red) masih menunggu. Kita berharap, persetujuan itu secepatnya keluar. Ada dana sebesar Rp 450 miliar yang kita minta persetujuannya ke Menteri Keuangan, ujar Syamsul Maarif dalam acara International Table Top Exercise Mentawai Megathrust 2013 di Hotel Pangeran seperti dikutp Padang Ekspres. Dia menjelaskan, saat ini telah dilakukan land clearing (pembersihan lahan) di lokasi pembangunan huntap se-la-ma 3 bulan. Sekarang kan jadwalnya land clearing. Mudah-mudahan secepatnya persetujuan Menteri Keuangan itu

keluar, ulas pria yang diberi gelar kehormatan Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam ini. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Yazid Fadhli menyampaikan hal senada. Saya meralat apa yang disampaikan staf saya, persetujuan Menteri Keuangan itu belum keluar dan masih dalam proses. Secara prinsip telah ada, namun hitam di atas putihnya dalam bentuk persetujuan be-lum keluar, ujarnya. Saya perlu meluruskan kembali, supaya masyarakat tidak salah persepsi. Kami berharap persetujuan Menteri Keuangan ini segera keluar dan masyarakat dapat segera terbantu, ucapnya. Sebelumnya, Manager Pusdal Ops BPBD Sumbar, Ade Edwar (20/4) saat menghadiri Pra-Table Top Exercise (TTX) mengungkapkan Kemenkeu telah menyetujui dana luncuran huntap. Saat ini sudah tak ada persoalan lagi. Seluruh proses regulasi pembangunan huntap bagi korban gempa telah selesai. Baik itu dari Kementerian Kehutanan ataupun dari Kementerian Keuangan, ujarnya beberapa waktu lalu. (*)

Suasana gersang di pengungsian Pagai Utara membuat warga mulai tidak betah tinggal terlalu lama.

25 Negara Siap Bantu Sumbar


FOTO: ISTIMEWA

Padang, Sasaraina Dunia memberikan perhatian serius pada upaya penanganan bencana di Sumbar. Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menyatakan siap membantu Sumbar dalam pengurangan risiko (mitigasi) bencana, untuk meminimalisir korban jiwa. Pernyataan itu disampaikan Direktur United Nation Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN-OCHA) Geneva, lembaga PBB yang bertugas mengoordinasi Tim SAR Internasional, Bashid Kalikov saat 25 negara donor yang tergabung UN-OCHA, Geneva, menggelar rapat dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemprov Sumbar dan pihak terkait lainnya di Gubernuran Pemprov Sumbar, kemarin (25/4). Kehadiran para negara donor yang dipimpin Direktur UNOCHA Geneva ke Padang, guna mengevaluasi pelaksanaan penanganan gempa 2009 dan recovery pascagempa di Sumbar. Hadir dalam rapat evaluasi itu, Wakil Gubernur Muslim Kasim, Ketua DPRD Sumbar Yultekhnil, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Pusat, Dody Ruswandi, Kepala BPBD Yazid Fadli dan lainnya. Selama ini kami sudah membantu Sumbar dan sela-ma ini cu-

25 Negara yang tergabung dalam UN-OCHA sepakat untuk membantu Sumatera Barat dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami sebagaimana yang sudah diprediksikan oleh banyak pakar.

kup lancar. Namun, kami tidak ingin sampai di sana saja. Sebab, penanganan bencana juga harus diiringi proses rehabilitasi para korban. Nah, ini yang akan kami tawarkan ke Sumbar jika masih diperkenankan, sebut Bashid Kalikov dalam rapat bersama itu. Bashid menilai kesiapsiagaan bencana masyarakat Sumbar masih relatif awam. Kondisi itu, sebut Bashid, tampak dari masih banyaknya masyarakat Sumbar yang tinggal di daerah rawan bencana. Masyarakat harus diberikan pengetahuan kesiapsiagaan atau mitigasi bencana, dengan begitu

risiko korban nyawa bisa diperkecil, jelas Bashid Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Dody Rus-wandi mengakui saat ini ada 90 jutaan penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana itu, awam dengan kesiapsiagaan bencana. Jadi bila terjadi bencana, diyakini risikonya cukup besar, jelas Dody. Menurut Dody, bila terjadi bencana skala besar di Indonesia, tidak ada batasan bagi organisasi kemanusiaan dunia untuk terjun

membantu di lapangan. Nah, hal itu pula yang dilakukan UN-OCHA pada Sumbar, tepatnya beberapa hari setelah gempa besar pada September 2009 lalu. Tanpa diminta, mereka (UN-OCHA, red) langsung menurunkan personelnya membantu penanganan bencana di sini (Padang, red), ulasnya seperti dilansir Padang Ekspres . Yang namanya bencana, walaupun negara besar dan kuat sekalipun, mereka tetap membutuhkan bantuan dari negara lain, tambahnya. Menyangkut program kesiapsiagaan bencana BNPB untuk daerah rawan bencana, diakui Dody ma-

sih sebatas kesiapsiagaan gempa. Sementara untuk kebencanaan lainnya seperti banjir, longsor, dan lainnya, baru akan diprogramkan. Untuk kesiapsiagaan bencana gunung api, kini sedang kami siapkan untuk beberapa daerah, termasuk Sumbar, kata Dody. Wakil Gubernur Muslim Kasim menyatakan, kehadiran lembaga asing dalam membantu Sumbar dalam penanganan bencana sangat diharapkan. Kita juga mengharapkan lembaga asing itu bisa membantu dalam membuat perencanaan pascabencana, sehingga ada penguatan bagi masyarakat menghadapi bencana, kata mantan Bupati Padang pariaman dua periode itu. Meski begitu, Wagub mengingatkan, dalam membuat perencanaan pascabencana itu, pemkab/pemko dan masyarakat tetap mempedomani kearifan lokal. Ketua DPRD Sumbar, Yultekhnil mengakui penanganan bencana ataupun pas-ca-ben-cana harus ada sinergisitas pemerintah daerah dengan lembaga asing agar berjalan lancar. Kami di DPRD mendukung program mitigasi dengan mengesahkan anggaran Rp 7 miliar pada APBD 2013 bagi pembangunan shelter di pesisir pantai, kata Yultekhnil. (*)

lensa
edisi : 04/tahun IV/April-2013

INI kondisi Desa Muntei dan Maileppet saat banjir datang merendam ratusa rumah warga hingga mencapai ketinggian dua meter sejak hari pertama bencana datang. Namun tim gabungan evakuasi dengan cepat memberikan bantuan dasar terhadap para korban.

FOTO: IWAN/SASARAINA

Rumah panggung milik warga Dusun Muntei terendam banjir hingga mencapai ketinggi 150 cm.

FOTO: IWAN/SASARAINA

FOTO: IWAN/SASARAINA

Beberapa warga di Dusun Muntei menyiapkan diri untuk mengungsi di kawasan yang bebas banjir akibat rumahnya terendam banjir hingga mencapai ketinggian 150 cm. FOTO: IWAN/SASARAINA

Seorang ibu memegang tangan anaknya di tengah derasnya air banjir yang mengalir dari luapan sungai Kecamatan Siberut Selatan.

Seorang ibu bersama anaknya duduk di atas pondasi bangunan ketika banjir merendam rumahnya.

wisata & budaya


edisi : 04/tahun IV/April-2013
FOTO: MURDANI/SASARAINA

Misteri Danau di Desa Simalegi yang dihuni ratusan buaya sampai sekarang belum dikelola oleh Dinas Pariwisata Mentawai.
FOTO: MURDANI/SASARAINA

MENTAWAI daerah yang dikenal mempunyai beragam kekayaan dan potensi alam sangat berharga, namu tidak semua potensi itu dapat dimanfaatkan dengan optimal. Sama seperti objek wisata yang terdapat di kawasan Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat. Sebuah objek wisata yang begitu diistimewakan oleh masyarakat setempat, yaitu Gojib atau yang disebut Danau. Danau ini terletak di pertengahan kawasan Desa Simalegi, Dusun Suteuleu tidak jauh dari bibir pantai, untuk menuju danau hanya membutuhkan waktu 25 menit mendayung sampan manual. Hal yang memudahkan Masyarakat untuk menuju ke danau yaitu dengan terbentuknya jalur air yang menyerupai badan sungai bermuara di bibir pantai tepatnya di tanjung dekat pemukiman Dusun Suteuleu. Pada saat musim hujan, muara Gobjib ini akan terbuka. Ini disebabkan oleh dorongan sungai dari hulu yang bermuara tepat di tengah-tengah danau. Sampai sejauh ini belum ada jalan darat yang dirintis untuk menuju ke danau. Danau yang begitu indah ini tak

hanya dapat memberikan kepuasan pada pandangan mata, tetapi juga bisa memberikan pengalaman-pengalaman yang berharga karena begitu banyak menyimpan sejarah-sejarah keajaiban dan cerita-cerita penuh mistisisme. Pada 60 tahun yang lalu danau ini keadaannya masih satu bagian, ukurannya hampir seperti lautan, diapit oleh tiga bukit sebelah Barat, Utara, dan Timur. Sehingga pada saat pertamakali ditemukan, danau ini diberi nama Togat Koat (anak laut ). Tetapi sekarang Danau ini sudah terbagi tiga bagian namun tetap saling terhubung. Dari ketiga bagian danau ini masing-masing nama yaitu; Danau Sigabbu, Danau Kakailau, dan Danau Sasilabbei. Terbaginya danau ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan pohon Bolak Nipah. Meskipun ketiga danau ini dihuni oleh ratusan buaya dan barubaru ini sering muncul bahkan pernah naik dan masuk di area perkampungan Dusun Suteuleu, namun hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi orang-orang yang mau berkunjung ke sana. Sebab masyarakat sudah sejak dahulu sampai sekarang telah

meyakini bahwa buaya-buaya itu adalah keturunan peliharaan Nenek moyang, yang ekornya sengaja dipotong lalu dilepas dengan melalui beberapa upacaraupacara ritual, sehingga buayabuaya tersebut tidak mau mengganggu apalagi mencelakakan manusia yang bermain bahkan mandi-mandi di sana, dan itu terbukti sampai saat ini. Sampai sekarang ini masyarakat hanya menggunakan danau ini untuk tempat santai, wisata sekolah, dan liburan keluarga. Masyarakat juga belum menemukan cara merawat yang baik dan solusi untuk mencegah pertumbuhan pohon nipah, dikhawatirkan 50 sampai 100 tahun ke depan danau ini akan punah karena pertumbuhan pohon nipah tersebut. Danau yang sudah pernah dirintis oleh dua orang turis beberapa tahun lalu termasuk Kepala Dinas Pariwisata yang sempat berkunjung pada 2011, hanya bisa menunggu nasib, apakah akan tetap bertahan dengan keadaan seperti sekarang ini, ataukah akan di pelihara dengan maksimal, atau mungkin akan dibiarkan punah begitu saja. (murdani)

hukum dan peristiwa


edisi : 04/tahun IV/April-2013

10

Nekad Mati Lompat dari Kapal


Diduga Bunuh Diri
Mentawai, SasarainaSeorang warga Sikakap dinyatakan melompat dari Kapal Motor (KM) Simasin tujuan Pulau Sikap - Tuapeijat. Aksi nekad itu sampai saat ini belum diketahui, sehingga tim gabungan dari Polrles, BPBD, TNI AL, Satopol PP, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kapolres Kabupaten Kepulauan Mentawai AKBP Cucuk Trihono menyatakan, berdasarkan pengakuan saksi dari salah seorang penumpang KM Simasin, melihat adanya seorang lelaki melompat dari awak kapal. Saat ini pihak polres hanya masih menduga adanya motif bunuh diri tanpa mengetahui masalahnya. KM Simasin itu berlayar dari Sikakap menuju Tuapeijat, Kecamatan Sipora Utara, Selasa (30/ 4), sekitar pukul 7.30 Wib. Ketika KM Simasin sudah sampai di sekitar perairan Dusun Sagicik, Desa Bosua, Kecamatan Sipora Selatan, mendadak ada seorang lelaki muda lompat dari kapal. Di ketahui, korban yang nekad lompat dari kapal yang masih berlayar itu bernama Candra (25), warga Sikakap, jelasnya kepada Sasaraina. Menurut Cucuk, hasil laporan sementara korban pergi ke Tuapeijat di dampingi istrinya. Saat itu, korban sedang mengalami sakit dan akan berobat ke RSUD Tuapeijat. Sampai saat ini, tim gabungan sudah menyisir kawasan perairan Kecamatan Sipora Selatan, namun belum ada petunjuk baru. "Istrinya sudah kita mintai keterangan, namun hanya sebatas memberikan informasi kondisi suaminya sedang sakit. Namun kita akan terus melakukan interogasi kepada istrinya untuk mengetahui masalah yang sebenarnya terkait aksi nekad suaminya, ujarnya. Kepala BPBD Kabupaten Mentawai, Elisa Siriparang bersama tim gabungan lainnya saat mencari korban menjelaskan, sampai saat ini hasil pencarian masih nihil dan belum ada petunjuk baru. Namun belum bisa diprediksikan kondisi korban saat ini. "Hasil pencarian kita bersama tim gabungan lainnya belum mendapatkan petunjuk. Hanya saat kejadian itu, korban lompat keluar dari kapal dan diketahui oleh penumpang lainnya. Saat itu juga, saksi mata langsung melihat keluar dari dek kapal, ternyata korban sudah tidak terlihat lagi. Sontak saksi pun memberikan informasi kepada Kapten Kapal. Dalam pantauan KM Simasin, korban tidak terlihat lagi setelah melompat keluar," katanya. (*)

Mahasiswa Mentawai Kecewa


Realisasi Bantuan Dana Pendidikan Tak jelas
Padang, SasarainaMahasiswa Mentawai di Padang kecewa karena janji Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang akan mencairkan bantuan biaya pendidikan paling lambat Maret 2013 ternyata belum ada titik terang. Sementara dalam APBD Mentawai 2012, bantuan kepada mahasiswa itu tercantum sebesar Rp2,5 miliar. Wakil Ketua Bidang Pemerintahan Forum Mahasiswa Mentawai (Formma) Sumatera Barat, Fredik P. Tampubolon kepada Pualiggoubat mengatakan, sangat kecewa dengan janji pemerintah tersebut. Tidak ada kejelasan pencairan dana pendidikan tersebut, kami merasa sangat dikhianati, kami berharap pemerintah segeralah mencairkan dana pendidikan tersebut, katanya, Rabu, 27 Maret. Saya bicara atas nama Formma sekaligus mewakili mahasiswa Mentawai, kapan janji Pak Bupati waktu mengunjungi mahasiswa Mentawai pada 9 Desember 2012, akan mencairkan dana pendidikan paling lambat awal Maret, serius atau nggak karena kita di sini sangat berharap, sambung Fredik. Fredik menyebutkan, mereka sudah pernah menanyakan hal itu kepada Dinas Pendidikan Mentawai, Jawabannya saat itu, data kami di sana tidak ada, lalu kami tanya ke DPPKAD, katanya tanya saja ke dinas bersangkutan, ini sangat membingungkan, mereka saling lempar, kami minta Bupati harus tegas, ujarnya. Akibat ketidakjelasan pencairan dana tersebut, lanjut Fredik, sekitar 20 mahasiwa Mentawai yang kuliah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Padang terancam

Jawabannya saat itu, data kami di sana tidak ada, lalu kami tanya ke DPPKAD, katanya tanya saja ke dinas bersangkutan, ini sangat membingungkan, mereka saling lempar, kami minta Bupati harus tegas

dikeluarkan. Penyebabnya kata Fredik, bunyi kesepakatan antara mahasiswa dengan pihak kampus yakni pembayaran uang praktek lapangan paling lambat Desember 2012. Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet pernah berjanji akan menyelesaikan persoalan itu saat pertemuan dengan mahasiswa 9 Desember tahun lalu namun hasilnya belum jelas. Syafrizal Sanene, salah satu mahasiswa STKIP PGRI menyebutkan, sejak dijanjikan bupati hingga saat ini belum ada tindak

RAI FOT O: IWA N/S ASA

NA

lanjutnya. Sampai sekarang belum, pihak kampus pernah tanyakan kepada saya tentang kapan keluarnya dana bantuan pendidikan mahasiswa Mentawai, karena dispensasinya sudah lewat, ujarnya seperti dilansir puailiggoubat.com. Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko yang dikonfirmasi Puailiggoubat mengatakan pihaknya akan berkoordinasi lagi dengan Dinas Pedidikan. Kamis, 28 Maret, kita ada pertemuan dengan Dinas Pendidikan yang juga membahas hal ini, ujarnya. (*)

PELUANG USAHA
ANDA INGIN MEMILIKI USAHA YANG MAJU DAN MENGUNTUNGKAN. IKLAN SAJA DI HALAMAN BULETIN SASARAINA

11

kisah
edisi : 04/tahun IV/April-2013
MENELUSURI SEKOLAH HUTAN DI MENTAWAI

Belajar Sebatas Mendengar


FOTO: DOK SASARAINA

WAJAH clemotan kusam dengan baju kumal seadanya, mata para siswa yang menuntut ilmu di Pedalaman Kabupaten Kepulauan Mentawai selalu fokus menatap wajah gurunya yang sedang membaca buku. Di tengah keheningan hutan belantara, suara 15 siswa bersorak menggemah mengikuti ejaan kalimat yang dibacakan seorang guru. Kabar masih adanya sekolah hutan di Mentawai menjadi perhatian serius bagi dunia pendidikan Indonesia. Hal ini akibat sekolah hutan di Mentawai empat terekspos di salah satu stasiun televisi nasional dengan membuat heboh Kementerian Pendidikan. Untuk memastikan semua itu, rombongan Bupati Kepulauan Mentawai di dampingi Pejabat Dinas Pendidikan dan Camat Siberut Selatan mengunjungi Dusun Taileleu, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Kegiatan tersebut memang untuk melihat segala pembangunan Mentawai yang masih dalam kendala. Di dalam rumah ibadah sudah berkumpul puluhan warga Desa Taileleu dari berbagai dusun untuk menyampaikan segala aspirasi terhadap bupati terkait keterisoliran kampung mereka. Mendadak seorang guru yang mengajar di pedalaman Dusun Bolotok, mengacungkan tanggannya menyampaikan masalah pendidikan di sekolah yang dialaminya. Meski gedung semi permanen sekolah sudah berdiri dengan bantuan PNPM Mandiri Perdesaan, namun fasilitas pendukung belajar tidak memadahi. Akibatnya, siswa pun balajar seadanya untuk menimba ilmu dalam membangun Bumi Sikerei. "Pak bupati, tolong bantu sekolah saya yang berada di pedalaman hutan Dusun Bolotok. Kami tidak punya buku tulis untuk para siswa. Sampai saat ini, siswa belajar hanya sebatas mendengar tanpa menulis. Siswa kami terdiri dari anak-anak sampai orang tua yang sudah mempunyai anak dan istri. Mereka tidak malu, bahkan semangay untuk bisa membaca dan menulis," katanya mengeluh dengan tujuan meminta bantuan langsung dalam rapat di salah satu rumah Ibadah. Mendengar hal itu, wajah Bupati Mentawai, Yudas Sabaggalet mulai memucat dan gundah atas informasi pendidikan yang baru saja diterima dan didengarnya. Kedua telapak tangannya menutup wajah dan mengusapnya sambil menarik napas panjang. Tidak terpikirkan olehnya, ternyata masih ada anak bangsa di Mentawai yang belum layak mendapatkan pendidikan. "Saya paham. Warga yang tinggal di Dusun Bolotok itu umumnya bekerja bukan ditukar menjadi uang, melainkan hasil ladangnya diolah hanya untuk makan sehari-hari. Maka saya mengharapkan seorang guru harus cerdas dan bisa melakukannya dengan cara barter. Saya sarankan, kalau gurunya pergi ke Ibukota Desa Taileleu belanja buku dan alat tulis, kemudian di jual kepada orang tua siswa secara berter. Selain itu, bulan depan kita akan kirimkan buku bacaan mata pelajaran sesuai dengan kebu-

Seorang anak mempraktikan membaca sehelai kertas dengan isi tulisan perjalanan jurnalis

tuhan seklah di Pedalaman Dusun Bolotk," singkat Yudas memelas. Belum usai rapat dengar pendapat bersama warga, mendadak Yudas keluar ruangan mengajak beberapa rombongan yang dibawanya untuk membantu secara langsung kepada seorang guru yang megajar di Dusun Bolotok. Bantuan beberapa juta berupa uang tunai akan diberikan langsung guna membeli buku dan alat tulis. "Bu guru, baru saja saya kumpulkan uang dari rombongan yang saya bawa. Tolong uang ini dibelanjakan untuk membeli buku dan alat tulis guna dibagikan kepada setiap siswa. Mohon dengan sangat, didiklah anakanak saya menjadi manusia yang berkualitas," pesan Yudas kepada seorang guru tersebut yang baru lulus PNS tiga tahun lalu. Keesokan harinya, Yudas bersama rombongan pun menuju Dusun Salappak, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan. Perjalanan di awali dari Dusun Puro dan terus melaju menggunakan speedboat menantang arus sungai. Sampah dan bongkahan kayu pun banyak melintang di tengah sungai akibat terseret banjir beberapa minggu lalu. Perjalanan dari Dusun Puro menuju Dusun Salapak dengan menyusuri sungai menelan waktu delapan jam. Sampai pada Dusun Salapak di pedalaman, beberapa warga sudah berdiri ditepi sungai untuk menyambut. Namun dari beberapa warga yang siap menyambut itu satu pun di antara mereka tidak mengenal wajah seorang bupati. Sambil berjalan, kepala Dusun Salapak pun datang menyalami bupati. "Sudah kenal kan, ini bupati kita. Namanya Yudas Sabaggalet, asalnya juga dari Pulau Siberut," kata Kepala

Dusun Salapak yang datang terlambat mengenalkan kepada warganya. Spontan, puluhan warga yang menyambut pun kembali menyalami Yudas Sabaggalet. Warga pun tidak menyangka, kalau Bupati mereka mau blusukan sampai ke pedalaman untuk melihat warganya yang hidup dalam keterbatasan dan kemiskinan. Di Dusun Salapak terlihat rumahnya sudah cukup modern. Sebagian rumah warga ada yang semi permanen. Rombongan bupati pun makan sore sambil mendapatkan informasi terkait pendidikan di Dusun Salapak, sebagai dusun pedalaman. "Kita sudah ada SD pak. Anakanak sudah belajar dengan fasilitas sekolah yang lumayan cukup mendukung. Hanya kalau meneruskan jenjang SMP, mereka harus ke Desa Muara Siberut Ibukota Kecamatan Siberut Selatan. Bagi kami itu terlalu jauh dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Jadi masih banyak anak-anak di sini pendidikannya sampai tamat SD saja," jujur Kepala Dusun Salapak kepada Sasaraina. Usai makan sore, rombongan bupati pun meneruskan perjalanan untuk meihat kondisi sekolah hutan terkini di Dusun Magosi. Perjalanan menyusuri sungai pun kembai ditempuh dengan menghabiskan waktu sekitar dua jam. Menjelang petang, rombongan pun di sambut oleh lima warga bersama anak-anak di tepi sungai. Warga Dusun Magosi juga tidak mengenal seorang bupatinya. Mereka sekadar menyalam dan senyum dan langsung mendampinginya berjalan menuju rumah tokoh masyarakat untuk menginap. Setiba di rumah salah seorang tokoh masyarakat, kaum ibu rumah tangga itupun menyibukkan

diri membuat hidangan makanan khas pedalaman Mentawai yang terbuat dari bahan baku sagu yang dibalut dengan daun atap nipah, kemudian dibakar sampai matang. Selain itu, juga disuguhkan keladi bercampur pisang yang sudah diolah layaknya lapek (Padang-red), sebagai koleksi hidangan kue khas pedalaman Mentawai. Cukup nikmat di samping untuk mengganjal perut yang sudah lapar menunggu makan malam. Umumnya, warga Dusun Magosi makanan pokoknya sagu, keladi dan pisang. Sebagian warga menyatakan, sudah puluhan tahun mereka hidup di Dusun Magosi tidak makan nasi. Sebab sejak kecil mereka memang sudah diberi makan dari sagu, keladi dan pisang. Namun kadang mereka cemburu dan bertanya melihat puluhan karung beras bulog di atas speedboat melintasi peraian sungainya untuk didistribusikan ke Dusun lainnya yang sudah maju. Meski demikian, akhirnya warga Dusun Magosi pun sempat menikmati rasa beras setelah menerima bantuan banjir dari BPBD Mentawai beberapa Minggu lalu. Ternyata sekolah hutan itu bukan berada di Dusun Magosi, tapi masih jauh dan harus ditempuh jalan kaki menembus hutan sekitar satu jam lebih. Melihat kondisi fisik rombongan bupati mulai lemah, akhirnya niat untuk mengunjungi sekolah hutan tidak terpantau secara dekat. Hanya dilakukan rapat dengar pendapat bersama warga dan tokoh masyarakat Dusun Magosi untuk mengetahui keadaan sekolah hutan. Mujurnya, salah seorang guru sukarela yang mengajar di sekolah hutan itu turut hadir, sehingga bisa mendapatkan informasi keberadaan yang sebenarnya.

Seorang guru yang mengajar di Sekolah Hutan menceritakan, lima tahun yang lalu memang anak-anak hanya belajar di bawah pohon rindang. Siswa tersebut menerima pelajaran sebatas mendengar saja akibat belum ada fasilitas pendukung seperti buku dan alat tulis. Namun baru beberapa tahun terakhir ini, siswa sudah mulai belajar menulis dan membaca dengan bantuan dari LSM lokal Mentawai. "Sekarang rumah warga yang ting gal di pedalaman itu sudah berkumpul. Bahkan sudah didirikan rumah ibadah untuk sarana belajar para siswa yang awalya belajar di tengah hutan. Itu sebabnya diberi nama sekolah hutan," jelasnya ketika memberikan keterangan kepada rombongan bupati usai makan malam. Menurutnya, para siswa tersebut sangat antusias untuk sekolah. Meski tinggal di pedalaman, tapi mereka memiliki kelebihan ingatan menghadap semua materi yang diberikan oleh seorang guru. Hal ini merupakan modal yang sangat mendukung bagi anakanak sekolah hutan untuk bisa cepat memahami setiap pelajaran yang diberikan seorang guru. "Aneh, anak-anak sekolah hutan itu memiliki kemampuan ingatan yang cukup kuat. Pelajaran yang kami berikan beberapa hari itu masih sanggup diingatnya. Ini modal bagi kami dan anak-anak untuk bisa pintar dan cerdas. Hanya tinggal tambahan fasilitas belajar saja, seperti sekolah dengan failitas pendukung yang memadahi," harapnya. Sampai saat ini, tercatat kurang lebih sekitar 15 siswa asal sekolah hutan yang dididik. Sebagian di antara mereka sudah melanjutkan sekolah dasar umum dari pemerintah Mentawai di Dusun Salapak. Sebab umumnya, para siswa sekolah hutan tersebut dididik sampai kelas tiga. Proses kenaikan kelas pun diseleksi dengan standar bisa baca dan tulis. Umumnya siswa kelas satu itu sudah berusia sembilan sampai dua belas tahun. "Standar menaikan kelas bagi kami, anak-anak itu sudah bisa membaca dan menulis. Selain itu, juga ada penilaian lainnya," ujarnya. Menyikapi hal ini, Yudas Sabaggalet pun akan menarik semua anak-anak sekolah hutan tersebut untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Rencananya, di Dusun Magosi akan didirikan SD pilial dari Dusun Salapak. Namun pihak pemerintah akan melakukan koordinasi terhadap LSM lokal Mentawai dan yayasan lainnya yang sudah mengelola dan mendidikan anak-anak pedalaman tersebut. Jadi intinya sekarang tidak ada lagi sekolah hutan di Mentawai. Sebab mereka sekarang itu kan sudah belajar di dalam rumah ibadah, meskipun kampungnya masih di kelilingi hutan. Ini penting, agar terkesan dan tidak ada lagi informasi keluar Mentawai adanya sekolah hutan. Jika mereka para orang tua yang tinggal di pedalaman bersedia bergabung di Dusun Magosi ini, maka kita akan bangun sekolah SD pilial, tegas Yudas penuh harapan. (*)

sorot
edisi : 04/tahun IV/April-2013

12
FOTO: IWAN/SASARAINA

Anggaran Rakor Dicoret


Kinerja PNPM Minim Komunikasi
DIPUJI, tapi selalu dikritik dan diprotes. Itulah PNPM Mandiri Perdesaan yang selama ini menjadi ujung tombak dalam melakukan pembangunan sampai ke pelosok Desa. Meski demikian, semua program kegiatan yang dilakukan PNPM Mandiri Perdesaan sangat bermanfaat dan dinikmati oleh seluruh warga Bumi Sikerei yang tinggal di pelosok desa. Sejauh ini, banyaknya kendala dalam merealisasikan program PNPM Mandiri Perdesaan di Bumi Sikerei akibat minimnya komunikasi, baik terhadap pemerintah maupun masyarakat sendiri. Semua itu juga diakibatkan tidak adanya rapat koordinasi antara PNPM Mandiri Perdesaan dengan pemerintah Mentawai dan masyarakat. Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Kepulauan Mentawai Feri Irawan menyatakan, rapat koordinasi sangat perlu dilakukan untuk merealisasikan semua program kegiatan. Sebab melalui rapat koordinasi tersebut, pemerintah dan masyarakat semakin memahami rencakan kerja yang akan dilakukan. Minimal dalam setahun tiga kali dilakukan rapat koordinasi antara PNPM Mandiri Perdesaan dengan pemerintah yang melibatkan masyarakat Mentawai. Sebab dengan rapat koordinasi tersebut, ada perencanaan sekaligus evaluasi terhadap semua program PNPM Mandiri Perdesaan. Maka melalui rapat koordinasi itulah ada jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi PNPM Mandiri Perdesaan, jelas Veri Irawan pada acara rapat koordinasi yang digelar di aula kantor Bappeda, Tuapeijat, Mentawai. Kesempatan sama juga disampaikan Kepala Badan Pemberdayaan Masayarakat dan Keluarga Berencana (BPM KB), Sermon, bahwa rapat koordinasi antara PNPM Mandiri Perdesaan dengan pemerintah yang melibatkan semua pelaku PNPM sangat dibutuhkan. Hal ini harusnya menjadi pertimbangan bagi anggota DPRD Kepulauan Mentawai untuk memberikan anggaran rapat koordinasi setiap tahunnya. Kami sangat mengharapkan, kepada anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2014 jangan dicoret lagi untuk anggaran rapat koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan. Bila perlu, untuk anggaran perubahan nanti sudah ada dana untuk rapat koordinasi, sehingga progres PNPM Mandiri Perdesaan bisa direalisasikan dengan maksimal, harap Sermon. Menurut Sermon, sejauh ini, program PNPM Mandiri Perdesaan di Mentawai sangat mendukung lajunya pembangunan pemerintah. Sebab dengan hadirnya PNPM Mandiri Perdesaan, pembangunan jalan, jembatan, gedung sekolah sudah menyentuh sampai ke pelosok desa. Menariknya lagi, masyarakat juga mendapatkan pembinaan pertanian serta keterampilan lainnya. PNPM Mandiri Perdesaan sudah melatih para petani untuk membudidayakan kakao. Di samping itu para ibu rumah tangga juga dibekali keterampilan untuk menyalurkan potensi serta mendongkrak ekonomi keluarga. Ini sangat positif dan harus didukung oleh semua pihak, khususnya pemerintah dan DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai, ujarnya. Untuk saat ini, anggaran rapat koordinasi terpaksa menggunakan dari anggaran sekretaris daerah Mentawai. (*)

Jajaran pemerintah bersama tim PNPM Mandiri Perdesaan menggelar rapat koordinasi tanpa restu anggaran di Aula Kantor Bappeda Tuapeijat.

Pei-Pei Terang tanpa PLN


FOTO: IWAN/SASARAINA

TERANGNYA malam di Bumi Sikerei melalui Pembangkit Listrik Negara (PLN) belum semua menyentuh di pelosok pedesaan Mentawai. Sebagian masih gelap gulita tanpa ada sentuhan lampur dari PLN atau pun mesin diesel. Namun cepat atau lambat, Mentawai terang seperti yang direncanakan oleh pemerintah Mentawai bakal terjadi di seluruh pelosok desa yang ada di Bumi Sikerei. Seperti Ibukota Kecamatan Pei-Pei, kini lampu sudah masuk ke rumah warga. Tentunya, terangnya Dusun Pei-Pei di malam hari dengan adanya pembangkit listrik desa (mesin diesel) bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan. Meski penerangan lampu di malam hari masih terbatas, namun warga bisa menikmati hiburan melalui televisi, VCD dan lainnya. Selain itu, anak-anak juga bisa belajar malam dengan tekun di malam haris dengan terangnya listrik desa. Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus menyatakan, sejak adanya bantuan mesin listrik dari PNPM Mandiri Perdesaan, kehidupan di malam hari di Dusun Pei-Pei mulai berubah. Suasana silaturahmi di malam hari kerap dilakukan ketika adanya lampu. Tidak seperti sebelumnya, menjelang petang, biasanya warga lebih memilih mengurung di dalam rumah sampai pagi untuk istirahat. Lebih pentingnya lagi, sekarang untuk rapat dengan warga justru sering dilakukan malam hari. Sebab kalau pagi sampai sore, warga selalu sibuk bekerja di ladang sebagai petani. Maka dengan adanya lampu, rapat

BUPATI Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet bersama Ketua DPRD Hendri Dori Satoko, Kepala BPM KB Sermon, Camat Siberut Barat Daya Pir Paulus foto di depan bangunan mesin genset bantuan PNPM Mandiri Perdesaan.

pertemuan dengan warga membahas pembangunan kecamatan di malam hari, dan warga pun yang datang cukup banyak, jelas Pir Paulus. Bupati Kepulauan Mentawai, Mentawai terang memang sudah direncanakan. Namun setidaknya, sebelum disentuh oleh PLN, akan diterangi dengan cara yang sederhana melalui mesin diesel. Namun melalui kesederhanaan, justru akan lahir optimis membangun Mentawai lebih cepat. Jadi program Mentawai terang tidak harus dengan PLN, dengan diesel yang sederhana ini juga sama terangnya. Namun memang belum bisa dijadikan

ketergantungan atau dukungan untuk membuat home industri. Sebab dayanya listriknya juga terbatas, jelasnya. Menurut Yudas, semua program PNPM Mandiri Perdesaan di Mentawai sangat bermanfaat untuk warganya. Mulai pembangunan fisik, seperti jalan, jembatan, bangunan sekolah, beasiswa sekolah dan guru, pendidikan dan pelatihan bagi warga Mentawai untuk mengembangkan potensinya. Kita akan selalu mengharapkan PNPM Mandiri Perdesaan menjadi salah satu lembaga yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Mentawai, ujarnya. (*)

13

sorot
edisi : 04/tahun IV/April-2013

Harga Rendah, Petani Biarkan Pisang Membusuk


Mentawai, SasarainaRendahnya tarif yang diberikan para pengepul pisang yang datang di dusun Belekraksok, desa Malakkopak, kecamatan Pagai Selatan, membuat warga enggan menjual pisangnya. Mereka membiarkan pisang tersebut matang di pohonnya lalu membusuk ketimbang menjual dengan harga yang ditekan. Menurut Tika, salah seorang warga, dulu ada warga dari dusun Seaybaru, desa Sikakap yang membeli pisang mereka namun harganya terlalu rendah hanya Rp6 ribu per tandan untuk ukuran besar dan Rp3 ribu per tandan untuk yang kecil. Modal kerja saja tidak balik, mau beli gula tidak cukup apalagi beras, tidak sebanding, katanya. Padahal menurut Tika, mengangkut pisang dari ladang sangat susah karena jaraknya sekitar 2 kilometer dan bebannya yang berat. Dari ladang, pisang mereka tumpuk di tepi jalan, kemudian pengepul datang mengambil. Beberapa kali mereka coba bernegosiasi dengan pengepul untuk menaikkan harga, namun hasilnya nihil. Kata mereka (pengepul) harganya cuma segitu, ya daripada kasih untung orang lain, pisang kami biarkan membusuk di ladang, karena buat konsumsi di rumah sudah berlebih, katanya. Menambahkan kata Tika, Ani Saogo, warga lain menyebutkan, sebagian kecil warga terpaksa menjual pisang ke pengepul karena desakan kebutuhan uang untuk menutupi keperluan keluarga. Situasinya sangat dilematis, dijual rugi, tidak dijual juga rugi, katanya. Terkadang lanjut Ani, anakanak mereka yang sekolah di SMAN I dan SMPN I Pagai Utara Selatan di Sikakap minta dikirim belanja, dengan kondisi ekonomi berat seperti ini mereka terasa ditekan. Tika menambahkan, terkadang dirinya berkhayal ada pabrik atau pengolahan pisang di Sikakap agar pisang mereka laku dengan harga yang lebih manusiawi. Kami berharap pemerintah memberi solusi tempat pemasaran pisang dengan harga yang layak, kontrol harga di tingkat petani juga perlu, karena jika terpenuhi kebutuhan masyarakat maka masyarakat tidak akan gelisah dan sengsara, katanya seperti dikutip puailiggoubat.com.

Tata Ruang Pei-Pei Direncanakan


FOTO: IWAN/SASARAINA

Merencanakan pembangunan tidak harus di hotel berbintang dengan menghabiskan dana ratusan juta. Namun cukup di awah gubuk reot di ujung Dusun Pei-Pei, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Mengawali rencana pembangunan, PNPM Mandiri Perdesaan pun dituntut untuk berpartisipasi mensukseskannya.

SEJAK Siberut Barat Daya dijadikan sebagai kecamatan, namun sampai saat ini fasilitas pendukung kecamatan tersebut belum maksimal. Infrastruktur jalan bangunan sekolah lainnya dipandang perlu untuk ditingkatkan layaknya kecamatan yang lainnya. Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet menyatakan, Dusun Pei-Pei sebagai ibukota kecamatan sudah saatnya harus berbenah. Untuk melakukan pembenahan itu, maka perlu dilakukan perencanaan tata ruang. Jika sejak awal penataan tata ruang dilakukan, maka ke depannya untuk menindak lanjuti pembangunan sangat mudah tanpa ada kendala. Kita jadikan samping kantor camat ini sebagai kawasan perumahan warga, sekolah SD, SMP, SMA dan puskesmas. Sebab di sini letaknya sangat strategis. Jika seperti ini kondisinya, dalam jangka semenit Dusun Pei-Pei akan habis tersapu oleh tsunami. Sebab letaknya terlalu dekat dengan pantai serta dataran yang menghampar luas, jelas Yudas memberikan saran kepada Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus. Yudas mengharapkan, sejak dini camat beserta warga terus aktif melakukan pendekatan dan musyawarah terkait arah pembangunan di Dusun Pei-Pei sebagai ibukota kecamatan. Sebab jika warga tidak mengetahuinya, maka pemabangunan nantinya bakal

Bupati Kepulauan Mentawai di dampingi Ketua DPRD Hendri Dori Satoko, Camat Siberut Barat Daya Pir Paulus, Kepala Dusun Pei-Pei saat merencanakan pembangunan ibukota kecamatan di bawah gubuk reot.

menuai banyak masalah dan kendala secara teknis. Pastikan status tanahnya. Usahakan masyarakat memberikan hibah, sehingga pembangunan bisa lancar. Sebab pembangunan di Mentawai sering terkendala akibat tanahnya bermasalah. Akibatnya, kita sering gagal melakukan pembangunan, katanya. Rencananya, di Dusun Pei-Pei tahun 2014 segera akan dilakukan pembangunan sekolah tingkat SMP dan SMA. Ini perlu dilakukan untuk mengurangi mahalnya biaya pendidikan untuk tingkat SMP dan SMA. Sebab selama ini,

siswa di Kecamatan Siberut Barat Daya untuk tingkat SMP dan SMA harus melanjutkan di Kecamatan Siberut Selatan. Jarang yang jauh tersebut sangat syarat dengan mahalnya biaya pendidikan. Akibatnya, sebagaian orangtua di Kecamatan Siberut Barat Daya hanya sang gup menyekolahkan anaknya sampai SMA dan SMA. Kalau anak-anak melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Siberut Selatan sudah banyak baiaya. Orang tuanya setiap bulannya harus mengirim uang kos, makan bulanan, serta belanja hariannya. Ini sangat besar. Selain

itu, kalau SMP dan SMA di bangun di Dusun Pei-Pei, orang tuanya juga bisa memantau pergaulan anak-anaknya di luar jam sekolah, ujarnya. Yudas mengaharapkan, di tahun 2013 ini, semua desain master plan untuk tata ruang Dusun Pei-Pei harus selesai. Ini perlu agar pihak Bappeda bisa memberikan analisa terkait pengelolaan tata ruang Dusun Pei-Pei sebagai pusat ibukota kecamatan. Memang yang akan membuat master plan-nya nanti pihak Bappeda. tapi untuk sementara dari Kecamatan Siberut Barat

Daya juga mempersiapkannya. Jadi kalau sama-sama bekerja kan pembangunan lebih cepat selesainya, tuturnya. Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus menyatakan, pihaknya sendiri sengaja membangun jalan di ujung Dusun Pei-Pei. Tujuannya, untuk menarik simpatik warga agar bersedia pindah. Selain itu, juga untuk antisipasi ancaman gempa dan tsunami. Sebab untuk saat ini, pemukiman warga sangat dekat dengan bibir pantai. Dan ini risikonya sangat besar terhadap bencana gempa dan tsunami, ujarnya. (*)

pendidikan
edisi : 04/tahun IV/April-2013
FOTO: KHALID UNTUK SASARAINA

14

Hasil UAS SMAN I Siberut Selatan dan PUS Memuaskan


Mentawai, SasarainaDua SMA di Mentawai yakni SMAN I Siberut Selatan dan Pagai Utara Selatan yang telah melaksanakan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang telah digelar seminggu yakni 18-23 Maret. Dari hasil yang didapat, kedua kepala SMAN itu mengaku cukup senang karena jumlah nilai anak didiknya cukup memuaskan. Kepala SMAN I Siberut Selatan, Yubob Salim, mengatakan, hasil UAS anak didiknya tidak mengecewakan karena nilai tersebut memenuhi standar minimal jumlah nilai yakni 70. Sementara mata pelajaran yang diujikan saat itu berjumlah 11 bidang studi atau semua mata pelajaran kecuali praktek. Dengan hasil ini, siswa sudah memiliki modal untuk lulus, nanti tergantung nilai ujian nasionalnya bagaimana yang akan dilaksanakan dua minggu lagi, katanya saat dihubungi Puailiggoubat lewat telepon, Jumat, 29 Maret. Proses pelaksanaan ujian yang diikuti 169 siswa ini kata Yubob, berjalan lancar, sementara tempat pelaksanaan di gedung baru yang berlokasi di Maileppet karena gedung lama yang ada di Muara Siberut tak layak lagi. Saat ini, lanjut Yubob, dirinya beserta guru-guru berkonsentrasi mempersiapkan siswa untuk menghadapi UN. Saat ini pelajaran sudah selesai, maka kami fokus memberi pelajaran berupa kisi-kisi UN kepada siswa agar mereka tidak kaku saat pelaksanaannya nanti, ujarnya. Agar semua berjalan lancar, Yubob berharap kepada orang tua murid mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan mengurangi beban kerja kepada siswa khususnya kelas III agar mereka lebih fokus. Yubob menyebutkan, mesti persiapan sudah maksimal namun ia tidak berani memasang target kelulusan siswanya saat UN nanti. Yang jelas kami siap dan berharap lulus 100 persen, katanya. Senada dengan Yubob, Kepala SMAN I PUS, Rita Wati, menyebutkan hasil UN anak didiknya yang berjumlah 185 orang sudah ada. Jumlah nilai minimal yang mereka dapat 80 sementara yang tertinggi 90, katanya di hari yang sama. Dengan hasil ini, lanjut Rita, murid sudah memiliki modal lulus sebesar 40 persen, dan untuk menentukan lulusnya nanti kalau UN sudah dilaksanakan dengan persentase 60 persen. Kedua nilai itu nanti digabung , baru ditentukan siswa memenuhi kriteria lulus atau tidak, ujarnya. Rita mengatakan, hasil UAS telah mereka kirimkan ke Puskom Padang untuk dikalkulasikan jika nilai UN sudah ada. Yang jelas kami berharap tidak ada kendala, dan anak didik saya lulus semuanya, katanya seperti dilansir puailiggoubat.com.

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet bersama Kepala BPM KB saat membaca buku yang dijemur karena basah akibat terendam banjir di Dusun Monganpoula.

Proses Belajar Mulai Normal


FOTO: IWAN/SASARAINA

Mentawai, Sasaraina Meski Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai menyatakan tanggap darurat banjir sampai 18 April, namun aktivitas belajar mengajar tidak terganggu secara signifikan. Untuk kawasan sekolah yang terendam banjir, para siswa akan alihkan dan digabungkan dengan sekolah lainnya yang masih dekat di masingmasing desa tersebut. Kepala Dinas Pendidikan Kepulauan Mentawai, Syaiful Jannah menyatakan, sekolah yang terendam hanya untuk tingkat SD. Namun tidak semua SD terendam akibat banjir. Artinya, hari kedua pascabanjir, sekolah sudah bisa difungikan kembalu untuk proses belajar mengajar. Hanya tingkat SD saja yang terendam banjir, itu pun tidak semuanya. Jadi dalam tanggap darurat ini, mungkin sekolah yang terendam banjir digabungkan dulu dengan sekolah SD lain-

Syaiful Jannah

nya yang masih satu desa. Tujuannya agar pelajaran siswa tidak tertinggal jauh, ujarnya kepada Sasaraina di Desa Muara Siberut. Menurut Syaiful Jannah, bencana banjir

yang melanda tiga kecamatan di Pulau Siberut tidak akan mengganggu proses persiapan Ujian Nasional. Sebab pada prinsipnya, masing-masing satu kecamatan hanya satu titik tempat untuk ujian. Jadi UN pasti akan lancar. Diyakinkannya, untuk beberapa sekolah SD yang terdampak banjir sudah mulai melakukan proses belajar seerti biasanya. Sebab sekolah tidak ada yang rusak akibat banjir, melainkan hanya beberapa buku perpustakaan yang rusak, namun masih ada sebagian yang layak pakai untuk dibaca. Sekolah yang terdampak banjir hanya tingkat SD saja, untuk SMP dan SMA semuanya aman. Kita yakin bisa menghadapi UN dengan suasana normal. Sebagai harapan, saat ujian nasional nanti, semoga tidak ada hujan deras sampai seminggu yang disertai dengan banjir pada saat siswa mengikuti UN, harapnya. (*)

Bukan Sekolah Hutan, tapi Kelompok Belajar


SEJAK munculnya kehadiran aktivitas anak pedalaman di sebelah Dusun Magosi, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, di salah satu televisi nasional, pemerintah pusat sampai daerah Mentawai meradang. Dalam acara khusus di televisi itu, anak-anak yang konon tergabung dalam sekolah hutan ditampilkan dalam rupa sangat memprihatinkan. Camat Siberut Selatan Tambunan Lumban Raja menyatakan, sudah lama anak-anak pedalaman itu tidak sekolah di hutan, melainkan beajar di dalam gereja. Artinya tidak ada lagi aktivitas belajar anak Mentawai di tengah hutan seperti yang ditontonkan ditelevisi nasional. Menurut saya mereka buka sekolah hutan, tapi kelompok belajar. Sebab sekolahnya sekarang sudah di dalam gereja, tegasnya kepada Sasaraina. Lumban menyatakan, ketika anak-anak pedalaman tersesebut sudah belajar di dalam gereja, tapi ekspos televisi masih di hutan, berarti sama halnya melakukan eksploitasi budaya dan anak-anak Mentawai untuk keuntungan sendiri. Harusnya, dalam melakukan liputan program khusus dan tertentu, perlu melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat, sehingga bisa menghasilkan karya liputan yang berkualitas dan seimbang. Kalau kita diberitahu bahwa adanya liputan khusus anak pedalaman Mentawai, tentu akan kita jelaskan terlebih dahulu. Sehingga perencanaan liputan bisa berkualitas dan seimbang. Kalau seperti kemaren yang tayang ditelevisi, memang berkualitas, tapi tidak seimbang. Sebab tidak seperti itu kondisi dan sertia sebenarnya," ujarnya. (*)

15

politika
edisi : 04/tahun IV/April-2013

Tokoh Perempuan Mentawai Bakal Lahir


SUDAH tiga periode proses pemilihan legislatif berjalan, namun sampai saat ini belum muncul sosok perempuan Mentawai yang duduk dikursi legislatif. Artinya, selama tiga periode terakhir pandangan perempuan Mentawai masih minim untuk menyetarakan diri dengan kaum laki-laki. Terkesan, pekerjaan perempuan sebatas di rumah dan mengasuh anak. Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Rijel Samaloisa mengakui, paradigma perempuan Mentawai 15 tahun yang lalu memang belum maju. Mereka menganggap, bahwa peran perempuan sebatas mendampingi suami dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Padahal, untuk zaman sekarang, peran perempuan sangat penting dalam menciptakan keberhasilan pembangunan nasional, khususnya dikancah politik. Sekarang zaman sudah berubah, maka kaum perempuan Mentawai harus bangkit dan bisa menyeimbangkan diri dengan kaum laki-laki. Saya mendengar, sudah banyak kaum perempuan Mentawai yang mendaftarkan diri sebagai calon legislatif tahun 2014 mendatang, ujarnya saat memberikan kata sambutan pada lomba kebaya peringatan Hari Kartini di Aula Kantor Bappeda, Tuapeijat. Menurut Rijel, untuk tahun 2014 nanti, perempuan Mentawai yang mendaftarkan diri sebagai calon legislatif bukan hanya sekadar untuk memenuhi syarat kuota partai saja, melainkan memang ada tekad untuk menjadi anggota legislatif. Jika ini terjadi, maka perempuan Mentawai tahun 2014 tidak lagi menjadi tumbal politik dalam memenuhi persyaratan partai politik. Saya yakin, 2014 nanti, ada perempuan Mentawai duduk di kursi legislatif. Jika ini terjadi, maka banyak lahir tokoh perempuan Mentawai sebagaimana yang ditunggu dan dinantikan, optimisnya. (*)
FOTO: IWAN/SASARAINA

Warga Laporkan 100 Jaksa Nakal Per Bulan


Ketua Komjak : Kinerja Kejaksaan masih Jauh dari Harapan
Padang, Sasaraina Buruknya penanganan hukum dan tingkah aparatur penegakan hukum di negeri ini masih menjadi sorotan. Jaksa nakal sampai hari ini masih bergentayangan. Setiap bulan Komisi Kejaksaan (Komjak) menerima 100 laporan masyarakat terkait jaksa nakal. Artinya, setiap hari minimal ada 3 laporan yang masuk ke Komjak. Rata-rata saya terima laporan jaksa bermasalah 100 buah per bulan. Dalam empat bulan belakangan ini, sudah ada 600 laporan, kata Ketua Komjak Holius Hosen di Padang baru-baru ini. Putra kelahiran Kuranji, Padang ini menjelaskan, laporan masyarakat rata-rata tentang jaksa pemeras. Sebagian besar pengaduan masyarakat itu telah dilengkapi bukti-bukti berupa rekaman percakapan, video, serta bukti lainnya. Rata-rata laporannya sudah lengkap dengan bukti dan data-data, ujar mantan Kajati Sumbar itu. Karena itu, dia mengingatkan korps Adhyaksa memperbaiki diri. Saya minta kejaksaan hati-hati, rakyat tidak bisa dibodohi lagi, mereka tentu tidak bisa terima kalau rasa keadilan mereka diusik. Coba bayangkan ada laporan yang saya terima langsung dari Ternate. Tentunya kita minta Kejagung menindaklanjuti laporan seperti itu, tuturnya. Dia menjelaskan, dalam SOP (standard operation procedur), sebelum laporan itu ditindaklanjuti, ada beberapa mekanisme yang harus dilalui oleh pelapor. Setelah mendapat laporan masyarakat, lalu dibahas di internal Komjak. Jika dinyatakan layak, Komjak menyurati Kejaksaan Agung (Kejagung) agar menindaklanjuti rekomendasi Komjak, terangnya. Selama beberapa tahun belakangan, kata Halius, Komjak sudah memberikan rekomendasi kepada Kejagung terhadap jaksa-jaksa ber masalah tersebut. Rekomendasi yang diberikan berupa sanksi ringan hingga berat. Ada juga beberapa jaksa nakal itu dihu-kum dipidana, tuturnya. Halius tak menampik jika sumber daya manusia (SDM) kejaksaan belum seperti yang diharapkan. Yang jelas perlu recovery SDM jaksa, te-gasnya. Masih sekaitan dengan jaksa nakal itu, Halius menyadari keterbatasan Komjak melakukan pengawasan mengingat jumlah SDM Komjak terbatas. Saya sadari kemampuan kami terbatas mengawasi seluruh jaksa di Indonesia. Begitu juga tidak mungkin itu diawasi oleh Jaksa Agung Muda Pengawasan di seluruh daerah, paparnya. Namun, Halius menegaskan hal itu tidak menjadi hambatan Komjak dalam menjalankan fungsinya. Salah satu upaya yang dilakukan Komjak, menggandeng sejumlah perguruan tinggi di Indonesia sebagai bentuk perpanjangan tangan kerja pengawasan Komjak di daerah. Itulah salah satu upaya kita membangun jaringan pengawasan di daerah, terutama dalam rangka menggerakan kekuatan LSM, ujarnya seperti dilansir Padang Ekspres. Di samping itu, jelas Halius, Komjak juga mengusulkan kepada Kejagung untuk melakukan pengawasan melekat terhadap anak buahnya di daerah. Kita juga mengusulkan pendelegasian wewenang jaksa agung pada jaksa tinggi di kejaksaan tinggi di daerah. Tujuannya untuk memberikan wibawa kepada Kajati di daerah. Ini sedang diuji coba di tahun 2013 ini, terangnya. Dia tak menampik kinerja kejaksaan masih jauh dari yang diharapkan baik dari segi kualitas dan kuantitas. (*)

Perkuat Peran Politik Perempuan


Padang, SasarainaSemua elemen bangsa diajak bersamasama meningkatkan peran perempuan dalam penguatan kelembagaan demokrasi di Indonesia. Demokrasi yang sehat, kuat dan produktif harus memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Ketua KPU RI Husni Kamil Manik mengatakan, perempuan harus berani ambil bagian dalam dunia politik, termasuk berkompetisi dalam pemilihan umum ang gota DPR, DPD dan DPRD yang akan digelar 9 April 2014. Menurutnya, perempuan memiliki peluang besar menduduki kursi legislatif di berbagai tingkatan. Pasalnya, secara demografi, penduduk Indonesia lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Hanya saja, kekuatan politik perempuan belum terkonsolidasi dengan baik sehingga berbagai kebijakan affirmative action (tindakan khusus) untuk perempuan belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Begitu juga kesadaran dan kapasitas politik perempuan perlu terus ditingkatkan. Sehingga, ketika duduk di lembaga legislatif dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan arah kebijakan yang mampu mendorong peningkatan partisipasi politik perempuan, ujar Husni seperti dikutip Padang Ekspres, terkait sulitnya parpol di Sumbar mencari caleg perempuan. Partisipasi perempuan,tidak sekadar bertarung dalam perebutan kursi kekuasaan, tapi berkontribusi dalam proses pembangunan di segala bidang. Pemilu 2014, memiliki makna kuat bagi penguatan hak-hak politik perempuan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD memberikan hak istimewa bagi perempuan dalam kepengurusan partai dan pengajuan bakal calon anggota legislatif (bacaleg). Kepengurusan partai di semua tingkatan wajib mengakomodir sekurang-kurangnya 30 persen perempuan. Begitu juga dalam proses pengajuan bacaleg wajib menyertakan 30 persen perempuan di setiap dapil. Pada proses pendaftaran, verifikasi dan penetapan partai politik beberapa waktu lalu, partai banyak yang tidak memenuhi syarat, salah satunya karena tidak memenuhi kuota sekurang-kurangnya 30 persen perempuan dalam kepengurusan, ujarnya. Begitu juga dalam pengaturan pengajuan bacaleg yang dituangkan dalam Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2013 yang sudah diubah menjadi Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2013. Partai politik wajib mengakomodir perempuan dalam daftar bacaleg di setiap dapil, sekurang-kurangnya 30 persen. Penempatannya tidak boleh sembarang, tetapi diatur sedemikian rupa. Setiap tiga calon, wajib ada satu calon perempuan, tegas Husni. (*)

iklan
edisi : 04/tahun IV/April-2013

16

Anda mungkin juga menyukai