Anda di halaman 1dari 24

KETERAMPILAN BELAJAR (BLOK I) Modul I KETERAMPILAN BELAJAR

KELOMPOK 1

TESALONIKA PRATIWI MEILISA YUSRIYANTI ST. NURWALYANA SAWAL FYNNA RABBANI R IZZAH SYAHIDAH BAGUS SETIAWAN NURUL ANNISA NADIAH GALUH AZIZZAH FIKRIYAH NUR NURUL AFIYAH AINUN NUR ARIFAH M. AKIRA T. A. GHINA ZAKIYAH NZ NUR AMALIA UCE AYUANDYKA MUKHLAS ARDIANSYAH

J11113001 J11113002 J11113003 J11113004 J11113005 J11113006 J11113007 J11113008 J11113009 J11113010 J11113011 J11113012 J11113013 J11113014 J11113015 J11113016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, maka penyusun Makalah Keterampilan Belajar dapat selesai. Makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan Blok 1 pada kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Pada pembelajaran blok 1 diharapkan mahasiswa menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang konsep-konsep pembelajaran pada program pendidikan dokter gigi sehingga mahasiswa akan mampu menjalani blok-blok selanjutnya. Blok 1 merupakan perkenalan kepada mahasiswa tentang sistem pembelajaran dan metode pembelajaran program pendidikan dokter gigi yang berprinsip perpusat pada mahasiswa dan pembelajaran berbasis masalah. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini dan perlu dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya. Untuk itu diharapkan saran dan kritik bagi penyempurnaan makalah ini. Terima Kasih kepada konributor, sejawa dan seluruh pihak yang terlibat dalam makalah ini. Semoga blok 1 dapat berjalan sesuai tujuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, september 2013

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

. . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

i ii 1 1

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH .

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP .

20

DAFTAR PUSTAKA .

21

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku mahasiswa yang kompleks. Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagai. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku mahasiswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien. Sedangkan maksud dari keterampilan belajar itu sendiri adalah suatu kepandaian dan sikap positif dalam hal pencarian ilmu pengetahuan dan wawasan, yang dimana ada nya kecekatan dalam berproses ketika mendapatkan sejumlah bahan yang telah dipelajari. Sehingga dengan adanya keterampilan belajar sebagai penunjang untuk melakukan berbagai kegiatan pencarian wawasan .

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian Mind set, Soft skill, PBL, KBK, Interaksi, Mind map, Management waktu, Hard skill! 2. Bagaimana cara mengembangkan Soft skill, Mind set, Interaksi, Mind map, Management waktu, Hard skill ? 3. Bagaimana penerapan system PBL ? 4. Apa saja kelebihan dan kekurangan PBL ? 5. Bagaimanakah sistem KBK ? Jelaskan ! 6. Kelebihan dan kekurangan KBK ? 7. Adakah system pembelajaran yang lain selain KBK dan PBL ? Jelaskan ! 8. Mengapa mahasiswa kesulitan berinterkasi ? Apa solusinya ? 9. Mengapa mahasiswa harus belajar ? Jelaskan ! 10. Bagaimana mahasiswa memanfaatkan sumber belajar ? 11. Apa-apa saja sumber belajar ? Jelaskan ! 12. Bagaimana system belajar di lab dan kelas ? 13. Apa dan siapa penunjang akademik mahasiswa ? 14. Jelaskan tahap untuk menyelesaikan tugas dengan baik ? 15. Apa hubungan antara soft skill dan hard skill ? Jelaskan ! 16. Solusi dari mahasiswa galau ? Jelaskan !

BAB II PEMBAHASAN KETERAMPILAN BELAJAR Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia maka perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai mahasiswa., penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam membangun kurikulum di sekolah. Adapun orientasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah hasil dan dampak yang diharapkan muncul dari diri murid melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan adanya keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai kebutuhannya. kurikulum berbasis kompetensi (KBK) akan memberikan hasil maksimal bila dijalankan dengan lengkap dan konsekuen dan bila pemberdayaannya memberdayakan murid. System kurikulum berbasis kompetensi memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1. Informasi lebih cepat dan lebih banyak yang akan tersampaikan kepada peserta didik 2. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik. 3. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri 4. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk

mengeksplorasi kemampuannya secara optimal dibandingkan denganpenilaian yang terfokus pada konten 5. Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing 6. Siswa dituntut untuk dapat menggunakan berbagai sumber informasi yang tidak hanya mengandalakan dari guru akan tetapi dari sumber lainnya termasuk dari media elektronik semacam kompeter dan internet dan lain sebagainya. Selain memiliki kelebihan system kurikulum berbasis kompetensi juga mempunyai kekurangan, diantaranya yaitu : 1. Paradigma guru dalam pembelajaran kbk masih seperti kurikulum kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented

2. Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang belum merata disetiap sekolah, sehingga kbk tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif 3. Konsep kbk sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan Salah satu metode yang tepat digunakan dalam system kurikulum berbasis kompetensi khususnya dalam pendidikan kedokteran gigi adalah student center learning (SCL), dimana pada system ini yang diharapkan berperan aktif adalah peserta didik dalam hal ini adalah mahasiswa Dosen atau pengajar pada system ini hanya sebagai fasilitator, mediator dan motivator. Di fakultas kedokteran gigi universitas hasanuddin telah diterapkan system ini, dimana mahasiswa diberi satu masalah dan mereka diharapkan memecahkan masalah tersebut secara berkelompok atau sering disebut dengan problem based learning (PBL). Problem based learning (PBL) Menurut D Boud dan G Faletti, PBL adalah metode pembelajaran yang diawali dari permasalahan tanpa penjelasan lebih dahulu. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran masalah autentik sehingga menumbuhkembangkan dengan pendekatan pembelajaran mahasiswa pada

mahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, inkuiri, memandirikan

ketrampilan yang lebih tinggi dan

mahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dan Abbas, 2000:12). Menurut suradijono, PBL adalah metode pembelajaran dengan langkah awal berupa masalah dalam pengumpulan dan pengintegrasian pengetahuan baru. Menurut H.S. Barrows, PBL adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah merupakan tahap awal untuk mengintegrasikan pengetahuan. Dari pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumbersumber pembelajaran. Dalam PBL, mahasiswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada dosen. PBL membentuk mahasiswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka

jalani. Seorang dosen lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu mahasiswa menjalani proses pendidikan. Ketika mahasiswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar, PBL tutor akan berkurang keaktifannya. Kelebihan problem based learning adalah : Student centered - PBL mendorong pembelajaran aktif, memperbaiki pemahaman, retensi, dan pengembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat. Generic competencies - PBL memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan ketrampilan umum dan sikap yang diperlukan dalam praktiknya di kemudian hari. Integration - PBL memberi fasilitasi tersusunnya kurikulum inti terpadu Motivation - PBL cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor, dan proses membutuhkan keikutsertaan seluruh mahasiswa dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar memberi stimulasi untuk meningkatkan motivasi. Deep learning - PBL mendorong pembelajaran yang lebih mendalam (mahasiswa berinterkasi dengan materi belajar, menghubungkan konsep-konsep dengan aktivitas keseharian, dan meningkatkan pemahaman mereka). Constructivist approach mahasiswa mengaktifkan prior knowledge dan

mengembangkannya pada kerangka pengetahuan konseptual yang sedang dihadapi. Adapun kekurangannya yaitu : Tutors who can't "teach" - tutor hanya "menyenangi" disiplin ilmunya sendiri, sehingga tutor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas sebagai fasilitator dan akhirnya mengalami frustrasi. Human resources - jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak daripada sistem konvensional. Other resources - banyak mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer dalam waktu yang bersamaan. Role models - mahasiswa dapat terbawa ke dalam situasi konvensional dimana tutor berubah fungsi menjadi pemberi kuliah sebagimana di kelas yang lebih besar. Information overload - mahasiswa dapat mengalami kegamangan sampai seberapa jauh mereka harus melakukan self directed study dan informasi apa saja yang relevan dan bermanfaat.

Selain system kurikulum berbasis kompetensi yang menerapkan problem based learning terdapat beberapa system pembelajaran diantaranya :

a. CTL (Contextual teaching learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat, dan bangsa). b. Enquiry-Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini anak diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan jawaban jawaban sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach). c. Expository Learning adalah dosen menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap, mahasiswa tinggal menyimak dan mencernanya saja . d. Mastery Learning adalah mengusahakan upaya-upaya yang dapat menghantarkan mahasiswa ke arah tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan pelajaran . e. Humanistic Education adalah Upaya-upaya untuk membantu mahasiswa agar dapat mencapainya perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya.

Dalam penerapan system problem based learning (pbl) mahasiswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan peserta atau mahasiswa lainnya dengan baik. Berinteraksi adalah hubungan timbal balik antar dua individu atau lebih yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Soerjono Soekanto, walaupun orang-orang saling bertemu tetapi tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda, interaksi sosial dapat terjadi. Hal ini karena tiap-tiap pihak sadar adanya pihak lain. Contohnya minyak wangi yang dikenakan, asap rokok yang dihembuskan, suara bising di jalan, dan suara langkah kaki. Kondisi-kondisi tersebut mampu menimbulkan kesan di benak seseorang. Hal ini mendorong seseorang melakukan tindakan sebagai respon terhadap kesan tersebut. Peristiwa ini dapat dikatakan interaksi sosial walaupun keduanya tidak melakukan hubungan. Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Tindakan yang bagaimanakah dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Suatu tindakan manusia dikatakan sebagai interaksi sosial jika memenuhi syarat-syarat berikut.

a. Melibatkan lebih dari satu orang pelaku b. Adanya komunikasi antarpelaku yang melibatkan simbol-simbol. c. Adanya dimensi waktu yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung. d. Adanya tujuan-tujuan tertentu. Pada dasarnya, hakikat interaksi terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan kepada orang lain. Selain itu interaksi sosial muncul karena adanya orientasi timbal balik antara pihak-pihak yang bersangkutan tanpa menghiraukan maksud perbuatannya, seperti cinta atau benci, kesetiaan atau pengkhianatan, dan melukai atau menolong. Dengan begitu, hubungan-hubungan yang ada dalam kehidupan manusia merupakan suatu proses sosial. Hal ini karena hubungan antarindividu merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Aktivitas-aktivitas sosial itulah yang menjadi dasar terbentuknya proses sosial. Namun pada umumnya, masih terdapat beberapa mahasiswa yang kesulitan berinteraksi, adapun hal-hal yang membuat mahasiswa kesulitan dalam berinteraksi yaitu : 1. Adanya kesenjangan social yang cukup ironis yaitu adanya kelompok masyarakat/mahasiswa yang modern 2. Adanya masalah ekonomi 3. Adanya masalah suku, agama, ras, dan golongan ( SARA) 4. Adanya status social 5. Adanya kendala dalam berbicara menggunakkan bahasa. 6. Adanya rasa tidak percaya (minder) dalam menggunakkan perangkat teknologi yang ada. Factor faktor yang mempengaruhi dalam interaksi : 1. Imitasi Imitasi artinya meniru atau mangikuti. Imitiasi ialah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. 2. Sugesti Artinya pengaruh karena emosional/perasaan/kata hati tersentuh oleh pandangan, sikap, dan anjuran dari pihak lain. Sugesti merupakan proses psikologis karena tindakan pihak laina yang berpengaruh pada dirinya. 3. Identifikasi

Yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi mengakibatkan pengaruh yang lebih dalamdari sugesti dan imitasi. 4. Simpati Merupakan suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada pihak lain. Pada proses ini, perasaan seseorang sangat didorong untuk memahami pihak lain. Dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain untuk bekerja sama. 5. Empaty Merupakan kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya, seolah olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut, seperti rasa senang, sakit, susah dan bahagia. 6. Motivasi Merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulasi yang diberikan seseorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang di motivasikan secara kritis, rasional dan bertanggung jawab. Dari beberapa factor yang mendasari proses interaksi kita dapat mengetahui, banyak hal yang dapat menjadi solusi agar seorang mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik, misalnya mahasiswa harus dapat berinteraksi dengan lingkungan yang baru, namun bukan hanya beradaptsi tetapi mahasiswa tersebut membutuhkan dorongan atau motivasi dari orang sekitarnya. Cara mengembangkan INTERAKSI : Dalam membangun interaksi antara civitas akademik, diperlukan adanya jaringan supportif dan komuikasi. Jaringan supportif adalah suatu jaringan yang di dalamnya terdapat orang-orang atau lembaga yang dapat dijadikan sumber supportif bagi seseorang, sedangkan komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran perasaan-perasaan. Komunikasi merupakan hal penting dalam memberikan ide ataupun informasi yang disampaikan agar tercipta dukungan diantara para civitas akademik.

Etika sangat mempengaruhi interaksi, yang bertujuan untuk saling mengormati satu sama lain, yang mengarahkan perkembangan para civitas akademik menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur, dan damai. Dalam berinteraksi di perlukan soft skill dan hard skill karena soft skill dan hard skill

sangat berkaitan dan saling berhubungan. Hard skill adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Misalnya, seorang mahasiswa belajar akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar akuntansi dia bisa membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa dikatakan bahwa hard skill bersifak kasat mata atau nyata. Dalam mengembangkan hard skill seorang peserta didik (mahasiswa) sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu, tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahasiswa dalam satu negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan hard skill. Selain hard skill, seserorang tidak terlepas dari soft skill, karena seseorang tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat mengembangkan hard skill, mahasiswa sangat memerlukan management waktu. Manajemen waktu adalah sebuah keterampilan yang memerlukan penilaian diri, perencanaan, serta disiplin dan perbaikan yang terus menerus. Pada kenyataannya, bahkan mereka yang menganggap dirinya ahli dalam manajemen waktu kadang-kadang ceroboh Waktu adalah sumber daya yang tidak dapat kita beli atau jual, kita bagi dengan orang lain atau kita ambil dari mereka. Waktu tidak dapat kita tambah atau kurangi. Setiap hari, kita semua memiliki jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam. Apa yang kita lakukan dengan waktu itulah yang membedakan. Orang yang berhasil memaksimalkan penggunaan waktu mereka mungkin menerapkan teknik dan sistem yang berbeda-beda, namun memiliki satu hal yang sama. Mereka memiliki visi tentang bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu, visi yang mengandung kesadaran tentang prioritas. Mereka tahu apa yang ingin mereka lakukan dengan waktu mereka. Cara mengembangkan management waktu :

Langkah pertama : Tentukan prioritas Anda. Pada langkah pertama ini, sasaran Anda adalah menentukan apa yang menjadi prioritas bagi Anda. Untuk kepentingan ini, tentu saja Anda memerlukan terlebih dahulu menetapkan beberapa tujuan utama Anda, untuk semester berikut. ( atau beberapa bulan ke depan) Kemu dian tetapkanlah urutan tujuan Anda, mulai dari yang Anda anggap paling atas bagi Anda. Selanjutnya, tanyalah diri Anda : Apa yang paling penting yang perlu saya lakukan untuk mencapai tujuan ini . Tuliskan pada catatan Anda butir-butir yang penting untuk Anda lakukan untuk masing-masing tujuan tersebut, selama beberapa bulan ke depan. Langkah kedua : Rencana mingguan Berdasarkan langkah pertama, Anda buat daftar apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang Anda prioritaskan sebagai paling atas. Kemudian lakukan rating untuk setiap kegiatan berdasarkan prioritas Anda. Langkah ketiga : Analisis Penggunaan waktu Anda. Amati dan cermati, bagaimana Anda menggunakan waktu selama ini, lihat kembali ecersise awal yang sudah Anda buat. Langkah keempat : Monitoring dan Evaluasi Lakukanlah monitoring setiap hari, seberapa banyak item di jadwal Anda yang sudah dilaksanakan sesuai jadwal, mana yang masih perlu kembali dijadwalkan pada hari lain. Bersamaan dengan monitoring tersebut, checki pula jadwal untuk hari berikutnya, sambil melakukan modifikasi-modifikasi bilamana diperlukan. Sedangkan Soft skill adalah sesuatu yang tak kasat mata/ imajiner/ abstrak. Tak seperti hard skill yang terukur dan bisa dipelajari, maka soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Pengukurannyapun sulit. Bagaimana ukuran orang baik itu? Apa definisi orang jujur? Bagaimana cara mengetahui seseorang tersebut jujur ataukah tidak? Bagaimana cara membaca pikiran orang lain? Bagaimana cara menyenangkan orang lain? Apa yang harus dilakukan agar atasan simpati kepada kita? Bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan tentang kita? dan hal-hal lainnya yang sejenis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard University, dikatakan bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apapun yang sedang ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (hard skill) namun juga kemampuan dalam mengelola emosi atau soft skill. Bahkan secara gamblang penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 80% kesuksesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia sisanya baru faktor bernama hard skill. Cara mengembangkan SOFT SKILL : mengelola emosinya dan

1. Mengatur Emosi Diri kita adalah tuan dari emosi kita (I Am the Master of My Emotion), sehingga kita bisa mengatur menjadi seperti apapun bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar emosi tetap berada di level yang baik/positif, maka kita harus pandai-pandai memilih informasi yang kita terima. Informasi yang dirasa dapat mengganggu diri kita sebaiknya ditelaah terlebih dahulu. 2. Mengkomunikasikan Diri dengan Baik Terkadang orang lain bisa salah persepsi jika kita keliru mengkomunikasikan diri kita. Oleh karena itu komunikasi yang baik akan menghasilkan emosi yang baik pula, yang akan berguna untuk rencana hidup kita. 3. Mengubah Pandangan Terhadap Sesuatu Setiap orang mempunyai pandangan dan sikap tersendiri terhadap sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap mereka berbeda dengan pandangan kita. Perbedaan inilah yang menuntut kita untuk mau melihat suatu hal dari kacamata oranglain dengan mengajukan pertanyaan yang tepat. 4. Selalu Berinteraksi dengan Orang Lain Berinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan kepada kita untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain terhadap sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan orang lain tersebut, kita bisa belajar sikap dan perilaku yang harus kita tampilkan pada situasi dan kondisi tertentu. Dalam soft skill, mind set sangat di perlukan karena sebagai pengatur pola piker mahasiswa. Dr. Ibrahim Elfiky di dalam beberapa buku motivasinya, mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama. Singkatnya, dalam setiap aspek kehidupan dan perilaku manusia ada mindset. Setiap ruang dan waktu tak pernah lepas dari mindset. Semuanya berdasarkan proses pikiran tertentu yang terjadi berkali-kali dan hasilnya kerap digunakan dalam kehidupan. Cara mengembangkan MIND SET BELAJAR :

Belajar mengambil jarak dari diri anda sendiri, sehingga anda bisa berpikir secara obyektif tentang diri anda dan apa yang hendak anda lakukan. Juga anda bisa melihat diri anda sebagaimana orang lain melihat anda.

Dengan wawasan yang lebih nyata tentang diri, anda bisa menjadi orang yang lebih mawas diri, dan bertindak lebih responsif. Bukan reaktif atas apa yang terjadi pada diri anda. Dengan begitu locus control ada di diri anda, dalam hal ini menjadi internal locus control.

Selanjutnya anda dapat dan mampu bertanggung jawab atas hidup anda, tidak tergantung pada pilihan orang lain; dan dengan demikian tidak juga menyalahkan orang lain manakala anda mengahadapi hambatan.

Lebih lanjut, bertanggung jawab tidak cukup hanya kesediaan, tetapi butuh komitmen dan upaya. Jadi apabila seorang mahasiswa yang bertanggung jawab, maka hal itu berarti anda punya kesediaan untuk belajar menjadi cendekiawan yang semakin maju dan berkembang.

Lebih jauh, anda perlu menyadari bahwa kesempatan selama di perdosenan tinggi merupakan peluang emas untuk menemukan apa yang sebenarnya anda ingin lakukan dengan hidup anda.

Disamping semua hal di atas, tentu saja anda memerlukan arah perspektif sebagai orientasi berjalan dan belajar. Arah dapat anda peroleh dari visi-misi hidup anda. Selain diatas yang sangat di perlukan yaitu dengan menggambarkan atau memetakan

pola pikir kita atau yang biasa kita kenal dengan mind map. Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang menakjubkan. Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu mahamahasiswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind mapping merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. Cara mengembangkan MIND MAPPING :

1. Tentukan permasalahan utama anda. Dalam kasus pelajaran anak, tentu permasalahan utama biasanya adalah suatu bab pelajaran. 2. Buatlah pusat mind map berupa gambar dan diberi judul pusat mind map ini biasanya adalah tema atau judul bab materi pelajaran tersebut. 3. Buatlah cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind map. Cabang utama ini biasanya adalah judul subbab atau bagian-bagian dari materi pelajarannya. 4. Tuliskan 1 kata di setiap cabang, dan kata tersebut adalah berupa kata kunci. 5. Kembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya secara berhubung. 6. Kembangkan dengan gambar untuk dapat memkperkuat informasi atau menggantikan informasi tersebut. Dalam memetakan pikiran, kita membutuhkan berbagai macam sumber. Sumber yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber yang mendukung kita dalam proses pembelajaran. Adapun sumber-sumber belajar yang dimaksud yaitu dapat berbentuk: 1. Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat. 2. Orang: dosen, instruktur, mahasiswa, ahli, narasumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karir. 3. Bahan: buku, transparansi, internet, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik. 4. Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng 5. Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw. 6. Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. (Sudrajat, Diakses:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, pada 20 Desember 2011).

Sebagai sumber pembelajaran, media pembelajaran diperlukan untuk membantu dosen dalam menumbuhkan pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran. Penggunaan media sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Ekonomi, misalnya melalui pengalaman langsung mahasiswa di lingkungan masyarakat, dramatisasi,

pameran dan kumpulan benda-benda, televisi dan film, radio recording, gambar, foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran Ekonomi. Untuk itu seorang dosen perlu membuat keputusan yang bijak untuk memilih sumber pembelajaran yang sesuai dan dapat mengoptimumkan penggunaanya. Seorang dosen perlu memiliki kemahiran, mengenal pasti semua sumber pembelajaran yang boleh digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. berdasarkan penjelsan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa terdapat berbagai macam jenis dan bentuk dari media, sehingga dalam memilih dan menggunakan media dosen harus menyesuaikannya dengan materi yang akan disampaikan pada mahasiswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dengan mengoptimalkan sumber pembelajaran, terutama media internet. Adapun tahap-tahap dalam mengerjakan tugas dengan baik yaitu : 1. Fasilitas dan perangkat belajar Fasilitas dan perangkat belajar yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan masalah material berupa kertas, pensil/pulpen, buku catatan, meja dan kursi belajar, komputer dan sebagainya. Semua fasilitas dan perangkat belajar tersebut sangat membantu pelajar atau peserta didik dalam belajar terutama mengerjakan tugas. 2. Mengatur waktu Pengaturan waktu belajar yang telah diajukan dapat dijadikan pedoman, semuanya hanya tinggal diserahkan kepada diri pribadi sendiri untuk mengaturnya sendiri. 3. Mengulangi bahan pelajaran Bahan pelajaran yang baru saja diterima dari dosen biasanya tidak hanya satu masalah melaikan bermacam-macam, yang baik adalah mengulangi semua bahan sehingga semuanya dapat dipahami dengan baik. 4. Menghafal bahan pelajaran Dalam belajar, mengahafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan, sehingga dapat memudahkan kita mengingatnya kembali dan dapat membatu menyelesaikan tugas dengan cepat. 5. Membaca buku Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku sehingga dapat membantu kita untuk menyelesaikan tugas dengan cermat.

Belajar merupakan tugas utama seorang mahasiswa dalam pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil belajar yang dicapai adalah berupa perubahan-perubahan fisik seperti lari, megendarai mobil, memukul bola secara baik dan sebagainya. Pandangan lain menitik beratkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah atau psikis. hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-perubahan dalam segi psikis misalnya pengertian tentang hukum dan norma masyarakat, bahasa, mengapresiasikan seni dan budaya, bersikap susila dan sebagainya. Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tafsiran tentang belajar. Rumusan dan tafsiran yang mereka berikan sering kali berbeda satu sama lain. Burton dalam Aunurrahman (2009: 35), mengemukakan bahwa Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. James O. Whittaker dalam Aunurrahman (2009: 35), menjelaskan definisi Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat serupa juga diutarakan oleh Abdilla dalam Aunurrahman (2009: 35), yang menyatakan bahwa Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan, namun pada prinsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar menunjukkan pada suatu aktifitas menuju suatu perubahan tingkah laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri mahasiswa. Oleh sebab itu melalui proses pembelajaran, dosen harus berupaya secara optimal menciptakan kondisi yang memungkinkan mahasiswa terdorong untuk berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar. Beberapa ciri yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau insting. Menurut Aunurrahman (2009: 36-37), menjelaskan ciri umum kegiatan belajar yaitu: 1. Menunjukkan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktifitas tertentu.

2.

Interaksi indifidu dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalamanpengalaman atau pengetahaun, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun suatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali.

3. Perubahan tingkah laku. Kebanyakan merupakan suatu perubahan yang dapat diamati (observable), akan tetapi tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, afektif, serta perubahan kemampuan berpikir.

Dari uraian mengenai ciri belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. Dalam dunia pendidikan, mengetahui tersebut dipersepsikan diperoleh dari dosen. Keadaan ini memposisikan dosen sebagai orang yang serba tahu tentang sesuatu. Persepsi demikian dianggap keliru, sebab dalam perkembangan teknologi yang semakin maju, belajar tidak lagi harus tergantung pada hadir atau tidaknya dosen bersama mahasiswa, karena sudah banyak intrumen-instrumen lain yang memungkinkan seseorang melakukan aktifitas belajar. Dengan adanya kemajuan teknologi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, peranan dosen akan sedikit berkurang fungsi, dalam proses pembelajaran. Dalam usaha menyiapkan situasi belajar yang efisien, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu. Sebenarnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses belajar. Aunurrahman (2009: 178-198) mendefinisikan faktorfaktor yang mempengaruhi belajar yaitu: Faktor internal a. Ciri khas/karakteristik mahasiswa. b. Sikap terhadap belajar. c. Motivasi belajar. d. Konsentrasi belajar. e. Mengolah bahan ajar. f. Menggali hasil belajar. g. Rasa percaya diri.

h. Kebiasaan belajar. Faktor eksternal a. b. c. d. Faktor Dosen. Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya). Kurikulum sekolah. Sarana dan prasarana.

Belajar Di Kelas Menurut buku berjudul ETNOGRAFI RUANG KELAS pengarang MARTYN HAMMERLEY penerjemah Drs. Warsono, MA Enografi ruang kelas: dari Hammersley berhubungan langsung dengan sebagian besar orang-orang dalam kelompok itu. Keanekaragaman, spesialisasi dan ketidakbergantungan terdapat dalam kadar yang mengejutkan di antara para mahasiswa. (halaman 5 ). Bab 2Pembelajaran di sekolah menunjukan kepada kita kehidupan intelektual di ruang kelas, sekali lagi juga dari pandangan dosen yang sedang mencoba mengajarkan sesuatu kepada sekelompok mahasiswa. ( halaman 3 ) Menurut drg. Irfan Sugianto, Mmedd Belajar di kelas itu terbagi 3 yaitu : Paradigman pembelajaran Teacher center learning Student learning

Secaraumum, keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh 2 faktor yaitu kapasitas atau kemam[puan untuk belajar, dan management kapasitas, Macam-macam metode pembelajaran : Interactive lecturing Self directed learning Problem based learning

Sistem pembelajaran itu diantaranya : 1. Kuliah interaktif

Information delivery Introduction for triggger self study Expert lecturing

2. Self study Kegiatan belajar di luar kelas Pencarian informasi

3. Problem based learning Pembelajaran kelompok kecil 10-15orang Tutorial, self study dan pleno hasil tutorial

Belajar Di Laboratorium Menurut jurnal PEMBELAJARAN DI LABORATIRIUM PUSAT PENGEMBANGAN UGM PENYUSUN Edia Rahayuningsih, Djoko Dwiyanto

Laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. (halaman 1 )

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu.

Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar sendiri dan saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. ( halaman 19 )

Menurut

KETERAMPILAN

ESENSIAL

DAN

KOMPETENSI

MOTORIK

LABORATORIUM

MAHAMAHASISWA CALON DOSEN BIOLOGI DALAM

KEGIATAN PRAKTIKUM EKOLOGI Djohar Maknun*, R.R. Hertien K Surtikanti, Achmad Munandar, Tati S Subahar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Indonesia Diterima: 24 Mei 2012. Disetujui: 21 Juni 2012. Dipublikasikan: Oktober 2012

Kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativi- tas dan intelektualitas mahasiswa. Salah satu keteram- pilan dan kreativitas yang diperlukan dan harus dikuasai mahasiswa adalah keterampilan merencana- kan suatu percobaan, meliputi keterampilan me- nentukan alat dan bahan, menentukan variabel, menentukan hal-hal yang perlu diamati dan dicatat, menentukan langkah kerja, serta cara pengolahan data untuk menarik kesimpulan sementara (Ottander & Grelsson, 2006).

Menurut Woolnough (Rustaman et al., 2003) bentuk praktikum terdiri atas praktikum yang bersifat latihan, praktikum yang bersifat memberi pengalaman, dan praktikum yang ber- sifat investigasi atau penyelidikan. Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika melakukan penilai- an dalam keterampilan psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa ragam keterampilan laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/ mahamahasiswa adalah: 1. Memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan dan mengemba- likan peralatan; 2. Mencocokkan peralatan; 3. Membaca alat ukur dengan teliti; 4. Menangani, menyiapkan dan menyadari ba143Djohar Maknun dkk. / JPII 1 (2) (2012) 141-148 haya bahan kimia; 5. Mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbai- ki kesalahan dalam mengatur peralatan; 6. Menggambar peralatan dengan akurat.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquired skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Namun demikian komponen utama latihan keterampilan belajar dalam konsepsi learning how to learn difokuskan pada individu dilatih untuk mengembangkan dan karakteristik belajarnya sendiri dan bukan dipaksa untuk mengikuti gaya belajar yang one size fits for all (satu cara yang sama untuk semua orang). Secara umum keterampilan belajar menitikberatkan pada strategi pembelajaran untuk membantu peserta didik menjadi lebih baik dan lebih mandiri dalam belajar. Peserta didik akan belajar bagaimana mengembangkan dan menerapkan belajar, keterampilan manajemen pribadi, dan interpersonal dan keterampilan kerja sama tim untuk meningkatkan pembelajaran dan prestasi di sekolah. Program pembelajaran ini membantu siswa untuk membangun kepercayaan diri dan motivasi untuk mengejar peluang untuk sukses di sekolah menengah dan jenjang pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA Buku Paradigma baru pembelajaran penerbit kencana oleh Prof. Dr. H. Yatim Riyantu, M.Id Elisanti, Tiki Rostini. 2009. Sosiologi. Jakarta:CV indra Jaja The secret of mind set Adi W. Gunawan Ngapain Kuliah, Kalau Nggak Bisa Sukses Heri Kuswara Drs. Liandiani. Pengembangan Sumber Belajar, Jurnal Jurnal Kependidikan Volume 39, no 2, novermber 2009 halaman 171-182 oleh Ali Mushon, FISE Universitas negeri Yogyakarta Modul MD 01 Model Perilaku Belajar Dr. Arlina Gurnaya, M,Sc Buku Media Pendidikan, pengertian dan pengembangan News letter akuntansi, audit, perpajakan dan manajement, di terbitkan oleh tim praktisi audit dan konsultan KAP Syarif Basir dan rekan Edisi: VII/Juli 2011 Inovasi pembelajaran efektif Buku pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi penyusun Dr. Wina Sanjaya, M.Pd halaman 10-11 Buku Panduan menyusun bahan ajar berbasis kompetensi penyusun S. Widodo, M. Si halaman 28 Buku pendidikan dalam keperawatan penyusun Nursalam dan Ferri Efendi penerbit Salemba Medika halaman 123 Buku Pengantar Problem Based Learning penyusun Harsono penerbit Medika fakultas Kedokteran Universitas gadjah mada Buku Kiat sukses study di perguruan tinggi Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc. Id

Anda mungkin juga menyukai