Anda di halaman 1dari 2

Kisah Said bin Amir (disampaikan oleh Hasan Hidayatullah di Kuliah Subuh Masjid Salman ITB, 1 Maret 2012)

Alkisah, setelah Perang Badar usai, kaum kafir Quraisy menangkap dan menawan seorang muslim taat yang bernama Khubaib bin Adiy. Khubaib bin Adiy kemudian diseret dan dibawa ke sebuah tanah yang lapang untuk menerima siksaan dari kaum kafir Quraisy. Khubaib disalib, dan kemudian ia disiksa oleh kaum Quraisy tersebut. Namun, permintaan terakhir KHubaib sebelum disalib dan disiksa adalah menunaikan shalat 2 rakaat. Permintaan ini dirasa sangat sederhana oleh kaum Quraisy sehingga Khubaib bin Adiy diperbolehkan untuk melaksanakan permintaan terakhirnya itu. Bilah pedang berkali-kali menembus jasad Khubaib bin Adiy. Tombak pun melesat berkali-kali ke tubuhnya. Namun keteguhan hatinya untuk mempertahankan keimanan dan memperjuangkan kebesaran agama Islam, membuatnya tetap mampu bertahan dari kesakitan yang luar biasa itu. Kaum kafir sempat bertanya kepadanya, Hai Khubaib, maukah kau jika Rasulullah menggantikan posisimu saat ini dan kau beserta keluargamu berada dalam keadaan sehat walafiat? Khubaib menjawab, Demi Allah saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia sementara Rasulullah ditimpa bencana walau oleh hanya tusukan duri sekalipun! Saat itu, Said bin Amir yang masih dalam keadaan musyrik tergerak hatinya untuk masuk Islam setelah melihat penyiksaan pada diri Khubaib. Ia merasa, keteguhan hati sang hamba Allah tersebut sangat luar biasa, dan dengan hidayah dari Allah SWT, Saad bin Amir masuk Islam. Tersebutkan juga, setelah masuk Islam seorang Saad menjadi muslim yang tangguh dan sangat taat menjalankan perintah Allah dan rasul. Hingga suatu ketika, Ia diamanahi oleh Khalifah Umar bin Khattab menggantikan posisi Muawiyah sebagai kepala kota Syiria. Kota itu pada zaman dahulu terkenal sebagai kota Kufah kedua; rakyatnya sangat keras pembangkangannya terhadap pemerintah yang berkuasa.

Suatu ketika, masyarakat kota mengadu kepada Amirul Mukmini tentang pribadi Saad yang mereka nilai tidak mampu menjalankan amanah pemerintahan dengan baik. Ada empat hal yg hendak kami kemukakan Pertama ia baru keluar mendapatkan kami setelah tinggi hari. Kedua tak hendak melayani seseorang di waktu malam hari. Ketiga Setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menernuinya. Dan keempat sewaktuwaktu ia jatuh pingsan. Umar tunduk sebentar dan berbisik memohon kepada Allah katanya Ya Allah hamba tahu bahwa ia adl hamba-Mu terbaik maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset. Lalu Said dipersilahkan utk membela dirinya ia berkata Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari maka demi Allah sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan maka sayalah yg mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu utk shalat dluha. Setelah itu barulah saya keluar menemuni mereka.Wajah Umar berseri-seri dan katanya Alhamdulillah dan mengenai yg kedua? Said pun melanjutkan pembicaraannya Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya. Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka dan malam hari bagi Allah Taala. Sedang ucapan mereka bahwa dua hari tiap bulan di mana saya tidak menernui mereka maka sebabnya sebagai saya katakan tadi - saya tak punya khadam yg akan mencuci pakaian sedang pakaianku tidak pula banyak utk dipergantikan. Jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering hingga baru dapat keluar di waktu petang. Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan sebabnya krn ketika di Mekah dulu saya telah menyaksikan jauh tersungkurnya Khubaib Al-Anshari. Disadur dari hasil ceramah dan http://blog.re.or.id/said-bin-amir.htm

Anda mungkin juga menyukai