Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Guru mempunyai peranan yang sangat penting dan bertanggung jawab terhadap perkembangan mental dan emosional muridnya. Menurut Munandar (1999) tugas seorang guru adalah merangsang dan membina perkembangan intelektual, pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak. Di Indonesia sekolah khusus seringkali disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) walaupun ada juga sekolah-sekolah khusus yang tidak menamakan dirinya sebagai SLB. Pembentukan Sekolah Luar Biasa memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa (Sunarjo, 2006). Di Indonesia sekolah khusus seringkali disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) walaupun ada juga sekolah-sekolah khusus yang tidak menamakan dirinya sebagai SLB. Pembentukan Sekolah Luar Biasa memberikan pelayanan yang lebih baik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak luar biasa (Sunarjo, 2006). Jumlah SLB pada tahun 2006/2007 mencapai 1.569 sekolah, dimana 80,75 % diantaranya SLB swasta (Direktorat PSLB 2003) Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk menangani dan memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak penyandang kelainan (anak luar biasa) yang meliputi kelainan fisik, mental, dan emosi / sosial (Mikarsa, 2002).

The Americans with Disability Act (ADA) menyatakan bahwa individu dengan kebutuhan khusus atau anak luar biasa harus mendapatkan akomodasi yang memadai baik didunia pendidikan maupun didunia pekerjaan dan tidak boleh mendapatkan diskriminasi (Mastropieri & Scruggs, 2000). Hal tersebut di Indonesia ditindaklanjuti dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 5 ayat (2) bahwa warga Negara yang berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. B. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah : 1. Apa peranan guru di sekolah SLB ? 2. Bagaimanakah peran guru PLB dalam program bimbingan di kelas dan di luar kelas ? 3. Apa yang menjadi keterbatasan kemampuan Guru PLB ? 4. Bagaimanakah kerja sama guru PLB dengan tim ahli dalam layanan bimbingan ? C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui apa peranan seorang guru, terutama peranan guru di Sekolah Luar Biasa 2. Mahasiswa mengetahui keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru PLB

BAB II PEMBAHASAN

A. Peran Guru Pendidikan Luar Biasa Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru PLB. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesame guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar-mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi perannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Mengenai apa peranan guru itu ada pendapat, antara lain: 1. Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator sahabat yang dapat memberikan nasihta-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan. 2. James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

B. Peran Guru PLB dalam Program Bimbingan di Kelas Keberhasilan belajar siswa berkebutuhan khusus akan lebih memadai apabila guru PLB menerapkan peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian siswa berkebutuhan khususnya, serta upaya berkebutuhan khusus bimbingan lain untuk membimbing siswa tujuan yang hendak dicapainya,

menentukan

membimbing siswa berkebutuhan khusus dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Dalam melaksanakan peran bimbingannya baik secara umum maupun dalam proses belajar-mengajar guru PLB sering mengeluh karena tugasnya terlalu banyak. Untuk melaksanakan tugas sehari-hari seorang guru PLB menghadapi sejumlah siswa berkebutuhan khusus, mungkin sampai beberapa siswa berkebutuhan khusus yang terbagi dalam beberapa kelas yang harus dilayaninya secara bergiliran. Peran bimbingan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kompetensi guru PLB yang terpadu dalam keseluruhan kompetensi penyesuaian interaksional, yang merupakan kemampuan guru PLB untuk menyesuaikan diri dengan jenis kelainan dan karakteristik siswa

berkebutuhan khusus dan suasana belajarnya. Peran guru PLB dalam program bimbingan di kelas itu dapat diartikan sebagai perlakuan guru terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

1.

Perlakuan terhadap siswa berkebutuhan khusus sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembnag dan maju serta ada kemampuan mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

2.

Sikap positif yang wajar terhadap siswa berkebutuhan khusus. Dalam melaksanakan peran bimbingan itu guru PLB tidak menjauhkan diri dari siswa berkebutuhan khusus, dan tidak pula terkait secara sentimental kepada siswa berkebutuhan khusus.

3.

Perlakuan terhadap siswa berkebutuhan khusus secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan.

4. 5.

Pemahaman terhadap siswa berkebutuhan khusus secara empatik. Penghargaan terhadap martabat siswa berkebutuhan khusus sebagai individu.

6.

Penampilan diri secara ikhlas (genuine) di depan siswa berkebutuhan khusus.

7. 8. 9.

Kekongkretan dalam menyatakan diri. Penerimaaan terhadap siswa berkebutuhan khusus apa adanya. Perlakuaan terhadap siswa berkebutuhan khusus secara terbuka.

10. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa berkebutuhan khusus dan emmbantu siswa berkebutuhan khusus unutk menyadari perasaannya itu. 11. Kesadaran bhawa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa berkebutuhan khusus terhadap bahan pengajaran saja, melainkan juga

menyangkut pengembangan siswa berkebutuhan khusus menjadi individu yang lebih dewasa. 12. Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus. Penyesuaian perilaku guru PLB terhadap situasi khusus sangat penting untuk memperoleh hasil beljaar pada diri siswa berkebutuhan khusus, sesuai dengan yang diinginkannya. Disamping itu ada tiga faktor situasional yang dapat mempengaruhi penampilan dan efektivitas guru PLB dalam melaksankan tugas bimbingan di kelas, yaitu karakteristik siswa berkebutuhan khusus, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan hubungan professional/inter personal dengan teman sejawat. Guru PLB akan lebih efektif apabila memberikan perhatian yang lebih besar kepada proses belajar dan proses belajar dan proses perkembangan siswa berkebutuhan khususnya. Selanjutnya apabila hal tersebut telah disadari oleh guru PLB maka dia akan menyadari pula betapa pentingnya pelayanan bimbingan bagi siswa berkebutuhan khusus yang sedang belajar. Pada gilirannya guru PLB akan menemukan bahwa pendekatan bimbingan akan meningkatkan efektifitas mengajarnya.

C. Peran Guru PLB dalam Program Bimbingan di Luar Kelas Guru PLB mempunyai peranan dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama dalam pendidikan formal, bahkan

dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu guru PLB harus sadar bahwa dia wajib memberikan pengabdian yang baik kepada masyarakat, dan harus diyakini bahwa profesi guru PLB sama tinggi tingkatnya dengan profesi lainnya. Peranan guru PLB itu akan makin strategis, kalau dikaitkan dengan kebijaksanaan dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu berkenaan dengan peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri. Dalam keadaan semacam itu, guru PLB seyogyanya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Sehubungan dengan kualifikasi dan tugas guru PLB itu, Guru PLB mengemban sekurang-kurangnya tiga tugas pokok, yaitu tugas: (a) professional, (b) manusiawi, dan (c) kemasyarakatan (Darmodiharjo, 1982) 1. Tugas professional, yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya. Tugas ini mencakup tugas mendidik (untuk mengembangkan pribadi siswa berkebutuhan khusus), mengajar (untuk mengembangkan

kemampuan intelektual siswa berkebutuhan khusus), melatih (untuk mengembangkan keterampilan siswa berkebutuhan khusus), dan mengelola ketertiban sekolah sebagai penunjang ketahanan sekolah. 2. Tugas manusiawi, yaitu tugasnya sebagai manusia. Dalam hal ini guru PLB bertugas mewujudkan dirinya dalam arti merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, melakukan auto-identifikasi dan autopengertian untuk dpat menempatkan dirinya di dalam keseluruhan

kamanusiaan, sesuai dengan martabat manusia, yang terikat oleh nilai, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. 3. Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas guru PLB sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Artinya guru PLB bertugas membimbing siswa berkebutuhan khusus menjadi warga negara yng baik, sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam Pancasila, UUD 1945, dan Program Pembangunan Nasional. Dalam hal ini guru PLB berfungsi sebagai perancang masa depan, dan penggerak kemajuan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Ketiga tugas pokok tersebut harus tercermin secara terpadu dalam penampilan guru PLB pada proses belajar-mengajar. Guru PLB bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap metode mengajar, melainkan guru PLB adalah pribadinya, berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus. Ada beberapa karakterstik yang harus dimiliki guru PLB, di antaranya sebagai berikut: 1. Memiliki mental yang sehat 2. Menguasai cara-cara untuk menghindari pengaruh negatif terhadap siswa berkebutuhan khusus, terutama menyingkirkan pengaruh negatif dari masa kanak-kanaknya yang mungkin ditularkan siswa berkebutuhan khusus secara tidak sadar. 3. Memperlakukan siswa berkebutuhan khusus sebagai yang unik.

4. Menghindari ucapan-ucapan yang melukai perasaan serta harga diri siswa berkebutuhan khusus. Pendapat diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dari peranan guru PLB itu merupakan hubungan antarpribadi. Ini berarti pula bahwa proses belajar mengajar itu bukan semata-mata merupakan kegiatan intruksional saja, tetapi juga menyangkut banyak efek pengiring yang terekam oleh siswa berkebutuhan khusus pada waktu terjadi interaksi belajar-mengajar. Dengan demikian guru PLB dalam proses belajar-mengajar di samping mengajar, guru PLB itu juga membimbing siswa berkebutuhan khususnya.

D. Keterbatasan Kemampuan Guru PLB dalam Bertugas Bimbingan di Kelas Meskipun Guru PLB memegang peranan yang sangat penting dalam upaya bimbingan di lingkungan sekolah, namun beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan Guru PLB untuk melaksanakannya. 1. Guru PLB mempunyai waktu yang terbatas untuk melaksanakan bimbingan. Pernyataan tersebut menunjukkan kebenaran. Dalam tugasnya sehari-hari, Guru PLB mempunyai banyak tugas rutin yang harus dilakukannya. Dengan alasan tersebut Guru PLB mudah menolak tanggung jawabnya untuk melakukan bimbingan. Dengan menerima tugas

bimbingan Guru PLB seolah-olah mendapatkan pekerjaan yang berlipat ganda. Persoalan waktu yang kurang itu, sesungguhnya merupakan masalah kepedulian dan sikap Guru PLB terhadap bimbingan. Apabila kepedulian itu tinggi dan sikap itu positif maka masalah waktu itu tidaklah menjadi kesulitan pokok.

2. Guru PLB kurang mendapat latihan dan pengalaman untuk melakukan bimbingan Pernyataan tersebut mengandung kebenaran tidaklah adil apabila seorang Guru PLB yang memperoleh pelatihan khusus untuk mengajar di beri beban yang besar untuk melakukan bimbingan secara lengkap. Akan tetapi sebenarnya Guru PLB tidak diberi beban untuk melakukan bimbingan dalam arti lengkap seperti yang dibebankan kepada Guru PLB pembimbing. Apabila ada hal-hal khusus yang sangat diperlukan untuk melengkapi kemampuan Guru PLB itu maka Guru PLB dapat diberi penataran singkat atau latihan dalam jabatan mengenai tugas kepembimbingan.

3. Guru PLB kurang memiliki kepribadian yang cocok untuk melakukan pekerjaan bimbingan Pernyataan itu akan menyelesaikan pernyataan tersebut mengisyaratkan kepada kepribadian yang dibutuhkan untuk mengajar berbeda kepribadian

10

yang dibutuhkan untuk membimbing adalah benar bahwa di antara Guru PLB-Guru PLB banyak yang kurang memiliki ciri-ciri yang dibutuhkan untuk melakukan bimbingan secara memadai dan efektif, akan tetapi Guru PLB yang demikian itu disangsikan pula untuk dapat mengajar secara efektif.

4. Guru PLB kurang luwes dalam mengatur jadwal kegiatannya Sesungguhnya semua Guru PLB telah melakukan tugas rangkap mengajar dan membimbing, masalahnya adalah tidak semua Guru PLB melakukan tugas rangkap itu secara sadar, berencana dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kecakapan memberikan bimbingan yang baik agi anak berkebutuhan khusus itu memerlukan waktu. Oleh karena itu, hal itu hanyalah terasa pada permulaan saja. Apabila semua itu telah dipahami dan dilaksanakan secraa rutin, maka semuanya bukan lagi merupakan beban tambahan. Dengan begitu, guru PLB memperoleh manfaat karena bimbingan yang dilakukan akan menambah efektifitas pengajarnya. Jadi mendalami efektifitas dan memperlajari teori bimbingan merupakan beban tambahan bagi Guru PLB, tetapi proses bimbingan itu sendiri bukanlah beban tambahan itu karena sebenarnya Guru PLB telah terlibat langsung dalam pekerjaannya sehari-hari.

11

E. Kerja Sama Guru PLB dengan TIM Ahli dalam Layanan Bimbingan Sebagai tenaga professional guru PLB harus bersikap terbuka, dan mampu bekerja sama dengan ahli lain. Sebab dalam proses pelayanan khusus pada anak berkelainan berpedoman pada prinsisp multi disipliner.Guru tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Oleh karena itu kerjasama dengan ahli dalam disiplin ilmu lain menjadi sangat penting. Disamping itu guru diberikan tuas mengkonseling siswanya,

sebagaimana dikemukakan oleh Miller (Natawidjaya, 1988) menemukan 3 perbedaan pokok antara proses pengajaran dan konseling, yaitu masalah: 1. Disiplin, disiplin yang jelas harus dikembangkan da dipertahankan oleh guru dalam kelas, sedangkan guur pembimbing seringkali harus meninggalkan displin untuk menciptakan suatu suasana hubungan pribadi yang memadai dengan kliennya. 2. Komunikasi, yang dilakukan oleh guru, pada umunya bersifat lisan dan guru memegang peran yang dominan. Sebaliknya guru pembimbing lebih banyak mendengarkan dan membangkitkan semangat klien untuk lebih banyak mengungkapkan keadaan pribadinya, serta berusaha sebanyak mungkin memperoleh informasi dan klien. 3. Tujuan, yang hendak dicapai dalam pengajaran pada umunya ditentukan oleh sekolah dan masyarakat yang lebih luas termasuk Pemerintah,

12

tujuan itu dirinci dan dikhususkan serta dirumuskan oleh guru. Sebaliknya kegiatan konseling mempunyai tujuan yang tidak begitu saja dapat dirumuskan sebelum kegiatan itu berlangsung. Setelah tujuan itu ditemukan bersama-sama oleh guru pembimbing dan kliennya, guru pembimbing tidak dapat secara langsung mengarahkan kegiatan konseling kepada tujuan itu. Klien itulah yang lebih menentukan apa yang akan dilakukannya dalam pencapaian tujuan konseling itu.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Keberhasilan belajar siswa berkebutuhan khusus akan lebih memadai apabila guru PLB menerapkan peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian siswa berkebutuhan khususnya, serta upaya bimbingan lain untuk membimbing siswa berkebutuhan khusus menentukan tujuan yang hendak dicapainya. Guru tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

B. Saran Seorang gru PLB harus menyadari tugas dan kinerjanya sebagai seorang guru bagi siswa-siswa berkebutuhan khususnya, jadi mereka harus menerima pekerjaan mereka dengan sikap yang sabar. Dan pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan lagi usaha-usaha yang telah dilakukan oleh seorang guru PLB.

14

DAFTAR PUSTAKA

Aldi,

Fresti.

2009.

Sekilas

Tentang

Sekolah

Luar

Biasa.

http://frestialdi.wordpress.com/2009/04/14/sekilas-tentang-sekolah-luarbiasa/. 14 Mei 2012 Masidi, Agus. 2007. Profesi Keguruan Pendidikan Luar Biasa. Dapartemen Pendidikan Nasional. Jakarta Agustien, Neny. . Motivasi Menjadi Guru SLB pada Wanita Dewasa Awal.

www.gunadarma.ac.id/library/articles/.../Artikel_10505143.pdf. 14 Mei 2012 Sunarjo, 2006 . dalam (Masidi, Agus. 2007. Profesi Keguruan Pendidikan Luar Biasa. Dapartemen Pendidikan Nasional. Jakarta) Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai