. .
..
.
I . .
..
DAKWAH DAN KRlTIK ......~a?znruddin .dengan manusia dan manusia kapitalisme global yang tidak saja dengan lingkungannya. Dalam rnenyentuh ke-hidupan keagamaan, persfektif etimologi teologi berasal teiapi juga aspek politik, budaya dan dari bahasa Yunani theologia. Theos bahkan aspek ekonomi, konsep berarti Tuhan, dan logos berarti ilmu pernbangunan - misalnya. atau wacana. Artinya dalam Dengan alur mainstream di khazanah teologi klasik, teologi lebih atas, tulisan ini bertujuan memberi dipahami sebagai sebuah ilmu yang pemahaman (verstehen) yang membahas tentang Tuhan sinergis bagaimana bahasa dakwah (teosentris) an sich. tidak hanya dilihat sebagai Pengeitian ini menjadi perdogmatisasi normatif pemahaman debatan tersendiri ketika pernikirajaran lslam, namun sekaligus pemikir lslam konternporer menerbagaimana bahasa dakwah berperan jemahkan wacana teologi secara sebagai agent kritik sosial dan mampu luas dan tidak terpaku pada doktrinmembebaskan rnasyarakat dari doktrin klasik yang membelenggu belenggu budaya global. Karena sebagairnana disinyalir ~ u n t o w i j o ~ o ~pemikiran m a t Islam. , Salah seorang tokoh teolog bahasa dakwah amar ma'ruf nahi kontemporer yang concern memmungkar dan tu' minubillah, tidak bahas persoalan ini adalah Asghar cukup hanya berkotak-katik seputar Ali Engineer. Sebagai pemikir radikal, masalah kesalehan individu, semisal pemikiran-pemikiran yang dikemshalat, menyantuni anak yatim, bangkan Engineer memiliki menghormati orang tua dan perbedaan yang cukup signifikan sebagainya, t ~ t a p i bahasa dakwah dibandingkan pemikir kontemporer juga mernbicarakan kesalehan publik, lainnya, seperti Syed Muhammad dari masalah judi, lokalisasi, jaminan Naquib Al-Attas, lsmail Raji Alsosial sampai pada masalah civil Faruqi, Hasan Hanafi, Muhammad society dan menciptakan Arkoun dan pemikir lainnya. Bagi pernerintahan yang bersih dan Engineer, kata teologi dikonsberwibawa. truksikan sebagai perdebatan dialektika . nilai-nilai 11. Teologi Pembebasan : Dakwah' normatifRekonstruksi Sosial transenden Islam dengan fenomena sosia!. Engineer menyatakan, jika Konsep teologi pembebasan makna teologi diartikan sepeiti atau yang sering diistilahkan dengan definisi di atas secara tidak langsung theology o f liberation merupakan membuka ruang cakrawala yang tafsiran dialektika hubungan Tuhan
sempit tentang pemaharnan rnakna teologi itu sendiri sehingga sewaktu wacaua - teulogi dikernbangkan, pemahaman masyarakat atau stock of knowledge rnasyarakat langsung mengarahkan diskusinya seputar masalah pernbicaraan tentang Tuhan. Padahal bila bangunan teologi tidak didefinisikan secara klasik, pemaharnan teologi secara holistik bisa berarti kurnpulan-kumpulan ajaran rnana saja yang disusun secara koheren rnenyangkut hakekat Tuhan, dan hubungannya dengan rnanusia dan alarn sernesta.' Karena berbicara masalah hubungan Tuhan, rnanusia dan alarn sernesta, rnaka sebenarnya teologi harus dipahami sebagai sebuah paradigma dalam mernahami realitas Tuhan, manusia dan alam sernesta. Dengan kata lain, teologi suatu seni tafsir, interpretasi, pemaharnan, penihian dan perencanaan dalarn mencari arah kemampuan dan kreatifitas dalam usaha rnewujudkan irnan l ~ l a m i . ~ Pernaharnan teologi yang dikernukan Engineer berangkat dari tafsiran Engineer sendiri dalam rnelihat tujuan kehadiran agama. Agarna rnenurutnya, sebagai media pengakuan . terhaaap kekuasaan Tuhan. Agarna berfungsi membebaskan manusia dari keterikatan paganisme budaya dan dari struktur masyarakat yang tidak adil.' Pendekatan ini bisa diternukan dalarn Al-Quran ketika Tuhan seringkali
rnenggandengkan beberapa ayat yang berdimensi transenden dengan ayat-ayat yang mengarah tentang perubahan sosial. Kata zakat rnisalnya, selalu diikuti dengan kata shalat. Ataupun orang miskin dan fakir direkatkan dengan rnerniliki hak atas harta orang kaya, dan beberapa ayat AI-Quran lainnya yang menunjukkan inherensitas humanisme-religius dalam pelaksanaan ajaran agama. Mengutip Y.B. Mangunwijaya, menyebutkan bahasa agama jangan sepintas dilihat sebatas tahapan having a religion dalam pelaksanaan ajaran agama, tetapi bagaimana harus menjadi being r e l i g i o ~ s . ~ Dengan pengertian lain, teologi agarna harus menjadi empowering of tlie people yang membebaskan manusia dari segala lnilah bentuk penindasan. sesungguhnya yang disebutkan Engineer sebagai jiwa lslarn. Karenanya cukup beralasan bila Engineer kemudian lebih lanjut melakukan kritik konstruktif terhadap bangunan teologi lslarn klasik yang lebih rnenitikberatkan pada peningkatan kesalehan individu, tetapi melupakan kesalehan publik.' Tokoh lain yang juga conceni memberikan sumbangan kritis terhadap bangunan teologi pernbebasan adalah Gustafo Guiterez. Bagi Guiterez, teologi pernbebasan merupakan suatu
.
..
. .
.. .
akan tersobek-sobek oleh realitas refleksi teologi yang lahir dari sosial pada saat agama tidak mampu ungkapan dan pengalaman serta menjadi basic need ditengah usaha bersama untuk mengahapus terpaan modernisasi global." situasi ketidakadilan dan untuk Mengikuti wacana yang dija rnembangun suatu masyarakat yoang barkan Ali Engineer maupun lebih bebas dan lebih manusiawi. Gustapo, menunjukkan teologi Teologi Pembebasan bukanlah pembebasan dapat bergerak dalam baoian atau cabang tertentu dari . berbagai macam teologi, melainkan Dakwah yang tercerahkan dataran, baik dataran merupakan orientasi fidak cukup member! ilrniah, praksis, sosial keseluruhan refleksi gambaran secara normatif maupun agama. Ini teologis y a it u hubungan manusia dengan menunjukkan teologi orientasi kerakyat Tuhan dalam segala ha/, pernbebasan menan." Artinya, konsep namun bagaimana bahasa ciptakan orthopraxis teologi pembebasan dakwah mampu yang sesuai dengan rnemproklamirkan membebaskan pola pikir konsep kebenaran suatu konsep teologi masyarakat dari belenggu llal7iah maupun dari "bawah ke atas"; "kejumudan agama". Agama hanya dianggap sebagai kebenaran alamiah. yakni rnerefleksikan barang fashion, di saat Dialektikan ini realitas sosial kemuagama berguna j i k a menjadi penting, dian mengartikulasimemang benar-benar manakala muncul kan teks kitab suci menawarkan dan member; pertanyaan dimana erhadapnya. Berkepuasan pada masyarakat letak sumbangan beda dengan sebedan bisa menghilangkan teologi pembebasan lurnnya, teologi dari rasa ketidakpuasan dalam pada agama, bagai"atas ke bawah", mana agama diri penganutnya yakni teks kitab suci mampu meniembavana mengidealkan tani perdebatan normatif dengan ban- mengorder sebuah realitas konstruksi realitas sosial masyarakat sosia~.'~ multi-religius dan multi-kultural, atau Pemaknaan di atas, senada pekanyaan lainnya sejumlah dengan tesisnya Peter L. Berger, seputar reposisi agama dalarn sentuhan agama ditengah masyarakat melakukan rekayasa sosial modeiii tidak hanya sebagai sacred mernbebaskan masyarakat dari conopy (baca rnisi suci), rnelainkan "keterkungkungan" roh agama agarna harus mampu hadir sebagai ditengah mencuatnya budaya global realitas sosial. Karena ketika agama di segala lini saat ini. hanya dianggap sebagai "misi suci", ia
......Mulznzuddi~t
gang peran monumental dalam menginformasikan secara sinergis bahasa agarna dalam konteks sosial. Dakwah yang tercerahkan tidak cukup memberi gambaran secara normatif hubungan rnanusia dengan Tuhan dalam segala hal, narnun bagairnana bahasa dakwah rnampu membebaskan pola pikir masyarakat dari belenggu "kejurnudan agama". Agama hanya dianggap sebagai barang fashion, di saat agama berguna jika memang benar-benar menawarkan dan memberi kepuasan pada rnasyarakat dan bisa menghilangkan rasa ketidakpuasan dalam diri penganutnya. Bahasa dakwah emansipatoris harus jeli melihat semua persoalan di atas di tengah derasnya arus globalisasi dan rnodernisasi yang menghujam rasionalitas dan religiusitas masyarakat saat ini. Dakwah jangan hanya berteriak seputar kebenaran-kebenaran dogmatis, kaku dan parsial, yang kadangkadang melupakan kebenaran publik. Artinya, dakwah tidak hanya diartikan sebagai proses pembenaran Al-Cluran kepada individu, tetapi yang lebih penting bahasa dakwah harus marnpu menerjemahkan nilai-nilai Qurani dalam konteks kebutuhan rnasyarakat Iuas. Barangkali dalam konteks seperti ini, paradigrna dakwah harus di dekonstruksi ulang dalam rnenggagas terbentuknya rnasyarakat
arnar rna'ruf nahi rnungkar. Perfama, kalau dulu dakwah hanya diasumsikan rnengurusi 2iosa.dosa individu", maka sudah saatnya = sekarang dakwah harus rnenjadi agent kritik sosial. Bahasa dakwah harus rnampu menjembatani nilainilai masyarakat agamis dengan sangat nilai-nilai baru yang rnenekankan rasionalitas. Bagi pelaku dakwah sendiri, rnakna ini mengisyaratkan mereka (baca da'~) tidak harus menjadi "Tuhan-Tuhan kecil" yang dapat rnenentukan nilai benar atau dosa seorang individu rnaapun kornunal dalam lingkup dogmatis-individualistik. Kedua, sebagai agent kritik sosial, dakwah harus rnenjauhi sikap-sikap yang sifatnya totaliter. Pembenaran nilai-nilai ajaran agama yang berkembang dalam rnasyarakat bukan sekedar menciptakan kesalehan individu, narnun bagairnana m a s y a r a k a t rnentransforrnasikan pesan-pesan agarna tersebut dalarn lingkup pembenaran sosial. Dalam bahasa yang lain, dakwah tidak hanya bisa bersifat a-politis dalarn pengertian hanya rnernbatasi diri pada rnasalah ritualistik dan rnoralitas dalarn rangka ketaatan individu kepada Tuhannya, tetapi perlu terlibat ke dalam proses transformasi sosial, sehingga fungsi kemanusiaan agarna bisa tercapai, yakni sebagai rahrnat sernesta alarn.
Al-Bqan, V I 7 No.7,J;lnu;iri o.
. .. . . . .
- Juni 2003 : 19 - 32
hilangnya otqritas dan absolutitas serta totalitas kemanusiaan yang orginil, lalu menggiris manusia pada kesadaran absurd atau kesadaran marginal." Proses modernisasi-globalisasi telah mengundang kehadiran virus yang setiap saat mengancam kematian esensi kemanusiaan atau distruksi antropos. Malapetaka ini diakibatkan oleh keterlibatan manusia dalam sistem teknologi dan mesinisme tanpa dukungan kesadaran kemanusiaan yang esensial dan kualitas kemanusiaan positivistik. Kehidupan masyarakat SepqUhnya dikendalikan oleh mesin-mesin teknologi, sehingga secara matematis mesin-mesin industri teknologi mengambil alih posisi dan peran ideal kemanusiaan, dan pada gilirannya manusia pun menjadi teralienasi dari dirinya sendiri karena kehilangan substansi kemanusiaannya. Fenomena ini semakin mengakar dalam masyarakat di saat wacana modernisasi-globalisasi yang menjadi momok bagi masyarakat dunia, tidak hanya~ menghempas persoalan politik, ekonomi, sosial-budaya, namun juga merambah pada wacana agama. Iluslrasi-ilustrasi modernisasi telah menciptakan tumbal-tumbal budaya yang sarat dengan kekosongan derasionalisasi dan dehumanisasi.
Kehga, bahasa dakwah perlu mendefmsikan ulang pesan "pertobatan" dalam keberagamaan manusia. Artinya, "tobat" tidak sekedar direallsasikan secara individu an sich, tetapi perlu dilakukan pula pesan pertobatan secara kolektif, sehingga menjadi s e k a h struktur kesadaran masyarakat.
Ill.
Dengan membaca ketiga komponen di atas, memperlihatkan makna dakwah menjadi sangat global d i saat bersentuhan . dengan realitas sosial masyarakat. Besarnya permasalahan dan fundamentalnya peru-bahan yang terjadi dalam masyarakat menjadi dialektika yang menarik ketika konsep dakwah tidak cuma dipahami dalam skala mikro, tetapi mengalami pergeseran yang radikal di saat dakwah harus berhadapan dengan arus globalisasi dan modernisasi. Di satu sisi, proses modernisasi telah mengantarkan masyarakat pada fase supermasi kebudayaan teknologis atau peradaban positivistik. Namun di sisi yang lain, proses modernisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola atau tradisi hidup dari rasionalismespekulatif kerasionalisme-empirism, atau juga bergesernya fungsi-fungsi teknis kemanusiaan (humanity), bahkan yang lebih esensial adalah
ekonomi umat, civil society, kesehatan rnasyarakat, clean governmenf. dan sarnpai pada usaha - -
...... Mnlz~?zuddin
Abd. Malik Haramain, dkk, Pen~ikiran-Penzikiran Resolusinner ..., lid. 207. "sr 'nu Fakill, Sesat Pikir Teori Pembangunan d m Globalisasi. (Insist Press, Yogyakart& 2001), hal. 177-1781 Liliat jugs; J.B. Banawiratma, "Pembebaszn Agama dan Demokrasi S~iii~bai~gan-Teologi Pembebasan", dalam M. Iman Azis. Agnma, D e ~ n o k ~ ~ sm Keadilai?, d i (Gnmedia Pustaka Utan~a.Jakarta. 1993), hal. 80.85. " Bandingkan Nasruddin Umar. "Tafsir Unluk Kaum Tertindas". ' "anla dalam Hasan M. Noe5 ., 4 Difengah Kenzelut, (Media Cira. Jakarta, 2001), hal. 349-353 '"bid., lial 349. l3 Zuly Qadir, Agoma Dalarri BqvangBoyang Kekz1asam7, (Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2001). hal. 100. I' Nnrcl~olish Madjid, Islam Dokrriii dan Peradoban : Sebuah Telonl~ I;r.ifis 1\4osalal~ Kcininnan. i;enranrt.siaon, dai? Keinoderenai7. (Paramadina, Jakarta, 1992); hal. 353. 15 Lihat, perdebatan mistik. siiubolik. ritualistik dengan otoritas rasionalitas n~ei~emukau agama. ' Charles Kurznian (ed.), 1Yacana I.sin~n Liberal : Pen~iliiranIslam Konrrinporer Tentang . - I Global. (Paramadim, Jakarta, 2001). hal. 311.
~
I (l
li
IS
I 9
Budhy Munawar Racllman, islnrn Pl~u~nli.~ : Wacaim Keseraraan I;aw~r Beriu~ou.(Paramadina, Jakarta), hal. 362-363. Lihat, F r a k Hearx, Reasnu and Freedn~n iu Sociological Thought. (Boston Allen & Unwin, 19S5), ha1 99-106; M. Francis Abraha~n, 11ladernisa.sidi Dunia Ketiga : Suaaiu Teor-i UIUZ~IU Penlbanguim?, (Tiara Waca~laYogya, Yogyakarta, 1991); hal. 17-26 Anthony Giddens. Tcr~iibnl Mode~nitas : . ~ I I I ~ I ' u L J ~ ) ~ I Pilor-Pilar Keblranan, (IRCISoD. Yogyakarta, 2001), bal. 85-90, Lillat. Clmrles Kurz~nan,il'ncann 1.dour Liberal ..., hal. 331-368. Liliat Himmah, No. 3Th. XYW11993.
''
Wacana ini diga~ubarkan Baudrillard ketika melihat lnasyarakat global di tengah realita duuia nyata. Lilyit, Mark Slounka, Ruang Yang Hilang : Pancfnngar? Huntanis Tentnng Budaya Cyberspace Yang Merisaukan, m z a n , Jakarta, 1999), hal. 11-30; Marc A. Smith dan Peter Conmrunilie.~ in Kollock. Cyberqmce, (New York, 1999). ha1 29, 54-56, ~ i h a t A. Munir Mulkan, Runlulmya , Mitos Politik Snntri : Strafegi Kebrrdayaon Dalanr Dalnvoh ahslmn: (SIPRESS, Yogyakarta, 1994), hal. 173-175; "Dakwal~ dan Strategi Pengembangan Suniber Daya Umat;', dalam, K~i~upulau Makalall Ade~nbarpniMa.yarakat Indonesia Abad,W (ICMI, 1994), hal. 328.