Anda di halaman 1dari 2

ILMU SEBAGAI PERANTARA KETAKWAAN Ketakwaan Berdasar Ilmu Ilmu menjadi sesuatu yang mulia, karena ilmu merupakan

perantara bagi seseorang untuk mencapai derajat takwa kepada Allah swt. Lalu apa takwa itu? Ada banyak de finisi tentang takwa yang diberikan para ulama. Diantaranya ialah bahwa takwa adalah sebuah ungkapan dari upaya preventif secara total dari bahaya di akhirat. Diriwayatkan dari Umar ibn Abdul Aziz bahwa takwa ialah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah swt., dan melaksanakan apa yang diwajibkan oleh-Nya. Sebagian ulama mengatakan bahwa seorang yang bertakwa adal ah orang yang menanggalkan sesuatu yang diperbolehkan karena menghindari terjeba k ke dalam sesuatu yang tidak diperbolehkan. Ulama menyebutkan bahwa untuk mencapai puncak ketakwaan terdapat lima rintangan yang harus dilalui. Kelima rintangan itu adalah: 1] Memilih kesengsaraan daripad a kenikmatan, 2] Memilih kelemahan daripada kekuatan, 3] Memilih kehinaan daripa da kemuliaan, 4] Memilih kesungguhan daripada pengangguran, 5] Memilih kematian daripada kehidupan. Sesungguhnya dalam ketakwaan terdapat tiga tingkatan. Pertama, menghindar dari s iksa neraka yang abadi dengan menjauhkan diri kekufuran. Kedua, menjauhkan diri dari semua dosa sehingga dosa kecil sekalipun. Ketiga, membersihkan diri dari se gala macam yang melupakan Allah swt. Ketakwaan inilah yang menjadikan seseorang berhak menyandang gelar keagungan dan kebahagiaan abadi dari Allah swt. Posisi ilmu yang menjembatani seseorang menuju kepada tingkat ketakwaan, karena upaya menghindari hal-hal yang dilarang Tuhan tergantung pada pengetahuan tentan g larangan tersebut. Seandainya larangan Allah swt., tidak diketahui, bagaimana bisa dihindari? Tatkala upaya menghindari dari larangan-larangan Allah swt., sudah dapat dilakuk an oleh seseorang, maka ia akan peroleh kebahagiaan dengan memasuki lingkaran ke abadian dan keberuntungan yang besar. Inilah tergapainya puncak tingkat surgawi dan pertemuan dengan Allah swt., Sang Pengauasa dan Pemberi anugerah. Sebagaimana sya l-Rabbani: ir yang diungkapkan oleh Syaikh Muhammad ibn al-Hasan ibn Abdullah a

Belajarlah! Karena ilmu merupakan perhiasan, keutamaan dan pintu keterpujian bag i pemiliknya. Jadilah engkau pencari tambahan pengetahuan setiap hari, berenanglah engkau dala m sungai pemahaman. Landasan nasihat ini tergambar dari doa Nabi Muhammad saw., yang selalu menyebut kan: Wahai Tuhan, tambahkanlah kepadaku pengatahuan. Padahal beliau merupakan so sok yang tahu ihwal orang-orang dahulu dan umat masa akan datang (al-awwalin wa al-akhirin). Pelajarilah fiqh! Karena ilmu fiqh dasar utama untuk mencapai kebaikan dan ketak waan, dan tujuan yang lurus. Ilmu fiqh adalah merupakan pengetahuan yang memaparkan syariat-syariat dan hukum -hukum yang tidak memuat kedzaliman sama sekali. Karena di dalamnya terkandung h ukum-hukum Allah yang jauh dari penganiayaan kepada hamba-hamba-Nya. Kedzliman a dalah bagian dari kekurangan dan kelemahan, sementara Allah swt., Maha Suci dari

kekurangan dan kelemahan. Ilmu fiqh adalah merupakan pengetahuan yang menunjukkan kepada jalan kebenaran. Ilmu itu adalah merupakan benteng penyelamat dari segala macam mara bahaya. Termasuk bagian dari mara bahaya tersebut ialah tidak mengetahui semua perintah dan larangan Tuhan. Satu orang ahli fiqh yang menjauhi perkara haram lebih berat bagi syetan dari pa da seribu ahli ibadah. Sebab syetan menyeru manusia untuk melakukan kesalahan, kekafiran dan penolakan dari kebenaran. Sementara ahli fiqh akan mengajak mereka kepada jalan keimanan d an ketaatan dan selalu berdakwah agar menghindari tapak kaki syetan dengan menep ati ramabu-rambu Allah swt. Semuanya ini tidak tampak pada ahli ibadah, jika ia tidak mengerti dan hanya ber ibadah kepada Tuhan tanpa memahami eksistensi maknanya. (Disarikan dari kitab: Ta lim al-Mutaallim)

Anda mungkin juga menyukai