Berilmulah…
Karenanya kita menjadi tahu bagaimana cara yang benar dan tepat dalam
berhubungan dengan Rabb semesta alam. Ketika kita memiliki hubungan yang baik
dengan Allah, maka keridhoan Allah akan datang menjemput siapa saja yang Allah
cintai. Menuntut ilmu adalah salah satu cara untuk menggapai keridhoan Allah.
س ىَفةييةه ىَةعيلقماً ىَلسلهلل ىَال ىَلهه ىَطلةريِييقاً ىَإةلل ىَاللننَجةة ة لمين ىَلسل ل ة
ك ىَطلريِييقاً ىَيِلييلتلم ه
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu (agama) maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.”
Fenomena sekarang
“….Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadalah:11)
Betapa baiknya Allah dalam segala hal. Allah berikan kemuliaan untuk
hambanya yang berilmu dengan mengangkatnya beberapa derajat. Namun terkadang
usaha yang keras dan melelahkan tidak mendatangkan pengaruh apapun dalam hidup,
bahkan mendatangkan bahaya dan kerusakan. Bukankah hal tersebut terlihat sia-sia?
Cobalah kita merenung sejenak, berapa lama kita duduk di bangku sekolah,
berapa banyak majlis ta’lim yang kita hadiri, kitab yang kita baca, ceramah di
youtube yang kita saksikan? Namun tidak merasakan bahwa ilmu telah merasuk ke
hati.
Susah payah usaha untuk mendapatkan ilmu namun tidak terealisasikan dalam
amalan kita sehari-hari. Hal ini menjadi ujian yang sangat besar bagi penuntut ilmu.
Jika hanya lelah yang didapat, bisa jadi karena ilmu tidak memberikan keberkah
dalam hidup.
Kesalahan yang sering terjadi dalam proses menuntut ilmu menjadikan sebab
ilmu tidak berkah. Sebelum menuntut ilmu sebaiknya kita memperbaiki niat dan
tujuan mempelajari ilmu tersebut. Janganlah sekedar supaya dianggap orang berilmu,
agar dihormati dan disegani manusia, bahkan sampai merendahkan orang lain. Wal
‘iyadu billah.
Niat adalah pokok dari segala perbuatan. Umar bin Khattab berkata, bahwa
beliau mendengar dari Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa
yang hijranya untuk Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-
Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau wanita yang dinikahinya,
maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Tidak berkah?
Akhwati fillah…
Hati bagaikan gelas dan ilmu bagaikan air jernih yang memiliki manfaat
besar. Namun jika gelas itu belum bersih dari penyakit seperti ujub, sombong, riya,
dendam, maka ilmu yang didapatkan tidak lagi memberi manfaat.
Sebab kedua adalah ketika ilmu sudah dicari namun ternyata ditempuh dengan
cara yang salah, yaitu yang tidak dikembalikan kepada ajaran Rasulullah. Sehingga
menyebabkan kesalahan dalam memahami ilmunya bahkan menghadirkan madharat
bagi dirinya dan orang lain.
Akhwati fillah...
Bagaimana status ilmu dalam hatinya, jika sekedar mengejar banyaknya ilmu
yang didapat tanpa memperhatikan pengaruhnya pada diri kita, maka akan menjadi
sia-sia dan hanya menghasilkan lelah. Ada beberapa indikasi ilmu yang berkah yang
harus ada dalam diri seorang thalibul ‘ilmi.
Kelima, Semakin benci pujian dan enggan memujikan diri serta tidak suka
menjadi orang terkenal. Imam Ahmad, seorang imam dari madzhab yang terkenal
sangat berharap dapat pindah ke sebuah lembah di Makkah karena beliau merasa
tersiksa dengan ketenarannya dan khawatir terkena fitnah popularitas. Beliau juga
berkata, “ikhlas itu perkara yang sangat sulit. Adapun saya hanya berusaha sekuat
tenaga.” Imam An-Nawawi, beliau akan menuntut hingga hari kiamat kelak kepada
orang yang menggelarinya sebagai “muhiddin” (cahaya agama).
Keenam, Semakin menambah rasa takutnya kepada Allah. Jika ilmu yang
dipelajarinya adalah kebenaran, maka akan menambahkan rasa takut kepada Allah.
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara syubhat (yang masih samar) yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat,
maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang
terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.”
Akhwati fillah…