Anda di halaman 1dari 27

Anemia Hemolitik Autoimun

Disusun oleh: Citra Reza A.P.P (1110102000028) Delvina Ginting (1110102000058) Lisa Khairani (1110102000048) Muhammad syadzqom (1110102000074) Silky Nazmatullaila (1110102000078) Zakiya Kamila M (1110102000012)

Definisi Anemia Hemolitik Autoimun


Suatu kelainan dimana terdapat antibodi tertentu pada tubuh kita yang menganggap eritrosit sebagai antigen non-selfnya, sehingga menyebabkan eritrosit mengalami lisis.

Reaksi Autoimun

Klasifikasi Anemia Hemolitik Autoimun


Anemia Hemolitik Hangat Anemia Hemolitik Dingin Paroxysmal Cold Hemoglobinuria (PCH)
Paroxysmal Nocturnal Hemogkobinuria (PNH) Anemia Hemolitik Autoimun oleh Obat
tubuh membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu tubuh
tubuh membentuk autoantibodi yang beraksi terhadap sel darah merah dalam suhu ruangan atau dalam suhu yang dingin Dalam darah penderita ditemukan anti lisin terhadap selsel darah merah yang menjadi aktif bila suhu badan didinginkan

urin menjadi merah tua pada pagi hari kemudian berkurang sampai hilang sama sekali menjelang siang & sore hari.
anemia hemolitik autoimun yang disebabkan oleh obat-obat, seperti: Levodopa (Sinewet) , Cephalosporins.

Anemia Hemolitik Dapat disebabkan oleh transfusi darah Autoimun oleh Aloantibodi

Patofisiologi Anemia Hemolitik Autoimun


1. Aktivasi Komplemen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Aktivitas komponen jalur klasik Aktivasi C1 suatu protein yang dikenal sebagai recognition unit C1 berikatan dengan kompleks imun antigen antibody dan menjadi aktif serta mampu mengkatalis reaksi-reaksi pada jalur klasik Fragmen C1 akan mengaktifkan C4 dan C2 menjadi suatu kompleks C4b,2b (C3-convertase) C4b,2b akan memecah C3 menjadi fragmen C3b dan berikatan secara kovalen dengan partikel yang mengaktifkan komplemen C3 membelah menjadi C3d,g, dan C3c. C3d dan C3g akan tetap berikatan pada membrane sel darah merah C3b membentuk kompleks dengan C4b2b menjadi C4b2b3b( C5 convertase). C5 convertase akan memecah C5 menjadi C5a dan C5b yang berperan dalam kompleks penghancuran membrane(C5b,C6,C7,C8,dan beberapa molekul C9) Kompleks ini akan menyisip ke dalam membrane sel sebagai suatu aluran trans membrane sehingga permeabilitas membrane normal akan terganggu

Patofisiologi Anemia Hemolitik Autoimun


Aktivitas komponen jalur alternatif

1. Aktivator akan mengaktifkan C3 dan Cb yang terjadi akan berikatan dengan membrane sel darah merah 2. Factor B kemudian melekat pada C3b 3. D memecah factor B menjadi Ba dan Bb 4. molekul C3 lagi menjadi C3a dan C3b 5. C5 akan berikatan dengan C3b dan oleh Bb dipecah menjadi C5a dan C5b 6. C5b berperan dalam penghancuran membran

Patofisiologi Anemia Hemolitik Autoimun


2. Aktivasi mekanisme seluler
jika ada eritrosit yang tersensitisasi oleh komponen sistem imun seperti IgG atau komplemen, namun tidak terjadi aktivasi sistem komplemen lebih lanjut, maka ia akan difagositosis langsung oleh sel-sel retikuloendotelial immunoadhearance.

Patofisiologi Anemia Hemolitik Autoimun


Hemolisis Meningkatnya Pemecahan Eritrosit
1. Hemolitik ekstravaskuler

Jika sel darah disintesis dengan IgG yang tidak berikatan dengan komponen komplemen namun tidak tejadi aktivitas komplemen lebih lanjut terjadi di dalam sel makrofag dari sistem retikuloendotelial, terutama di lien, hepar dan sumsum tulang karena sel ini mengandung enzim heme oxygenase. 2. Hemolitik intravaskuler Terjadi di dalam sirkulasi. Jika eritrosit mengalami lisis, ia akan melepaskan hemoglobin bebas ke plasma, namun haptoglobin dan hemopektin akan mengikatnya dan menggiringnya ke sistem retikuloendotelial untuk dibersihkan

Patofisiologi Anemia Hemolitik Autoimun


Hemolisis Meningkatnya Pemecahan Eritrosit 3. Peningkatan hematopoiesis Berkurangnya jumlah eritrosit di perifer akan memicu ginjal mengeluarkan eritropoietin untuk merangsang eritropoiesis di sumsum tulang. Selsel muda yang ada akan 'dipaksa' untuk dimatangkan sehingga terjadi peningkatan retikulosit (sel eritrosit muda) dalam darah.

Patogenesis Anemia Hemolitik Autoimun Berdasarkan Sifat Reaksi Antibodi


1. AHA tipe hangat 1. terjadi hemolisis ekstravaskuler Eritrosit yang diselimuti IgG atau komplemen difagositif oleh makrofag dalam lien dan hati 2. Eritrosit yang pecah akan menghasilkan globulin, besi yang di kembalikan ke makrofag (cadangan besi) selanjutnya akan di pakai kembali, dan protoporfirin akan menghasilkan gas CO dan bilirubin 3. Bilirubin dalam darah berikatan dengan albumin menjadi bilirubin indirek kemudian mengalami konjugasi dalam hati menjadi bilirubin direk 4. Bilirubin dibuang melalui empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen dalam feses dan urobilinogen dalam urin 5. Sebagian hemoglobin akan lepas ke plasma dan diikat oleh haptoglobin, sehingga kadar haptoglobin menurun.

Patogenesis Anemia Hemolitik Autoimun Berdasarkan Sifat Reaksi Antibodi


2. AHA tipe dingin 1. Autoantibody IgM mengikat antigen membran eritrosit dan membawa C1q ketika melewati bagian yang dingin 2. terbentuk kompleks penyerang membran, yaitu suatu kompleks komplemen yang teriri dari atas C56789 3. menimbulkan kerusakan membran eritrosit. apabila terjadi kerusakan hebat hemolisis intravaskuler jika kerusakan minimal ekstravaskuler 4. hemolisis intravaskuler menyebabkan lepasnya hemoglobin bebas kedalam plasma 5. Hemoglobin diikat oleh haptoglobin (suatu globin alfa) sehingga kadar haptoglobin plasma akan menurun. 6. Kompleks hemoglobin-haptoglobin akan dibersihkan oleh hati dan RES 7. Apabila kapasitas haptoglobin dilampaui maka akan terjadilah hemoglobin bebas dalam plasma yang disebut sebagai hemoglobinemia

Gejala Klinik AHA Secara Umum


Secara keseluruhan AHA seringkali menunjukkan gejala berupa:
mudah lelah Malaise dan demam ikterus dan perubahan warna urine. nyeri abdomen dan gangguan pernafasan hepatomegali dan splenomegali Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses hemolitik Kadar hemoglobin 3-9 g/dl Kadar bilirubin secara tidak langsung meningkat Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik normoblastik.

Gejala Klinis Tiap-tiap Macam AHA


AHA Tipe Hangat
gejala anemia terjadi perlahan-lahan, ikterik, dan demam, Urin berwarna gelap karena terjadi hemoglobinuri. Splenomegali, hepatomegali hasil laboratoriumnya menunjukkan Hemoglobin di bawah 7g/dl. Pemeriksaan Direct Coombs positif.

AHA Tipe Dingin

terjadi aglutinasi pada suhu dingin, Akrosianosis, Splenomegali, polikromatosia. Anemia biasanya ringan dengan Hb: 9-12 g/dl, tes Coombs positif, serta anti-I, anti-Pr, atau anti-P dan anti-M (merupakan cara untuk diagnosa anti).

AIHA Paroxysmal Cold Hemoglubinuria

hemolisis paroksismal disertai menggigil, panas, mialgia, sakit kepala, hemoglobinuri berlangsung beberapa jam. Sering disertai urtikaria, sferositosis, eritrofagositos. tes Coombs positif, antibody Donath-Landsteiner terdisosiasi dari sel darah merah.

Gejala Klinis Tiap-tiap Macam AHA


Anemia Hemolitik Autoimun Diinduksi Obat
Disertai dengan gagal ginjal. Sedangkan hasil laboratoriumnya menunjukkan test Coomb positif, MCV tinggi, terjadi retikulositosis, trombositopenia, hemoglobinemia.

Anemia Hemolitik Aloimun Karena Tranfusi

Dalam beberapa menit pasien akan sesak nafas, demam, nyeri pinggang, mengigil, mual, muntah, dan syok. Sedangkan untuk reaksi tranfusi tipe lambat akan mengalami gejala gejala tersebut setelah 3 10 hari setelah transfusi

Diagnosa Anemia Hemolitik Autoimun


Pemeriksaan untuk mendeteksi autoantibodi pada eritrosit

Diagnosis banding

Direct Antiglobulin Test


(Direct Coombs Test)

Indirect Antiglobulin Test (Indirect Coombs Test)

Diagnosa Anemia Hemolitik Autoimun


1. Direct Antiglobulin Test (Direct Coombs Test) Sel eritrosit pasien dicuci dari protein-protein yang melekat direaksikan dengan antiserum atau antibodi monoklonal terhadap berbagai immunoglobulin dan fraksi komplemen, terutama igG dan C3d. Bila pada permukaan sel terdapat salah satu atau kedua igG dan C3d maka akan terjadi aglutinasi 2. Indirect Antiglobulin Test (Indirect Coombs Test) Untuk mendeteksi autoantibodi yang terdapat pada serum. Serum pasien direaksikan dengan sel-sel reagen. Immunoglobulin yang beredar pada serum akan melekat pada sel-sel reagen, dan dapat dideteksi dengan antiglobulin serum dengan terjadinya aglutinasi.

Diagnosa Anemia Hemolitik Autoimun

Video mekanisme direct coomb test

Diagnosa Anemia Hemolitik Autoimun


Diagnosis banding :
Penyakit imunologik seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE): tes sel LE, tes ANA (Antinuclear Antibody). Sepertiga penderita anemia jenis ini menderita suatu penyakit tertentu (misalnya limfoma, leukemia atau penyakit jaringan ikat, terutama lupus eritematosus sistemik) atau telah mendapatkan obat tertentu, terutama metildopa.

Pencegahan dan Pengobatan


1. Kortikosteroid: Obat golongan kortikosteroid yang biasa diberikan kepada penderita anemia hemolitik autoimun adalah prednison. Steroid ini mempunyai fungsi memblok makrofag dan menurunkan sintesis antibody. Kortikosteroid menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin (IL-1, IL-2, IL6, IFN- dan TNF- ).

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan dan Pengobatan


2. Splenektomi metode operasi pengangkatan limpa dan bertujuan untuk menghilangkan tempat utama penghancuran sel darah merah Hemolisis masih bisa terus berlangsung setelah splenektomi, namun akan dibutuhkan jumlah sel eritrosit yang terikat antibodi jauh lebih besar untuk menimbulkan kerusakan eritrosit yang sama. Splenektomi sebaiknya dilakukan pada umur lima tahun keatas, saat fungsi limpa dalam sistem imun tubuh telah diambil alih oleh organ limfoid lain

Pencegahan dan Pengobatan


3. Obat golongan imunosupresan obat yang menekan system imun tubuh. Prinsip umum penggunaan imunosupresan:
Respons imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan respons imun sekunder Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda Penghambatan respons imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan terhadap antigen.

Pencegahan dan Pengobatan


Lanjutan Azatioprin dengan dosis 50 200 mg/ hari (80 mg/m2) dan Siklofosfamid dengan dosis 50 150 mg/ hari (60 mg/m2). Azatioprin dan Siklofosfamid secara umum bekerja menghambat sel B dan sel T.

Pencegahan dan Pengobatan


4. Terapi lain: pemberian danazol dengan dosis 600 800 mg/ hari. Biasanya danazol dipakai bersama - sama steroid. Bila terjadi perbaikan, steroid diturunkan atau dihentikan dan dosis danazol diturunkan menjadi 200 400 mg/ hari. 5. Tranfusi: Jika ditemui anemia hemolitik berat yang mengancam fungsi jantung. 6. Terapi plasmaferesis: plasma darah dikeluarkan dari tubuh dan diganti dengan cairan atau plasma dari donor. bertujuan untuk mengurangi antibodi IgM.

Pencegahan Spesifik untuk Anemia Hemolitik

AHA tipe dingin AHA yang diinduksi obat

menghindari tempat-tempat yang dingin dan jangan tinggal di ruangan yang memakai AC. tidak mengonsumsi obat obat yang dapat menimbulkan penyakit anemia hemolitik autoimun

Anda mungkin juga menyukai