Anda di halaman 1dari 22

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMASANGAN UTILITAS

NO. 005/BNKT/1990

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PRAKATA

Dalam rangka mewujudkan peranan Denting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U. U. no. 13/1980 Tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah.

Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,

pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien dan seragam.

Sambil

menunggu

terbitnya

buku-buku

standar

dimaksud,

buku

"Petunjuk

Pelaksanaan Pemasangan Utilitas" ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari.

Jakarta, Januari 1990.

DIREKTUR PEMBINAAN JAL.AN KOTA

D.JOKO ASMORO

DAFTAR ISI Halaman I. D E S K RI P S I................................................................................................................ 1 1.1. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................. 1 1.2. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 1 1.3. Pengertian dan Bata-sate ................................................................................................ 1 II. PENGATURAN PELAKSANAAN .................................................................................. 2 2.1. Ijin dan Pengawasan ....................................................................................................... 2 2.2. Penempatan Utilitas .................................................................................................... 2 III. LINGKUP PEKERJAAN UTILITAS ............................................................................. 3 3.1. Penggalian dan Penimbunan Kembali di Daerah Manfaat Jalan .......................................... 3 3.2. Pemasangan dijembatan ............................................................................................... 3 IV. P E L A K S A N A A N .................................................................................................. 3 4.1. Unsur Pelaksana .......................................................................................................... 3 4.2. Penggalian di Daerah Manfaat Jalan ............................................................................ 3 4.3. Penimbunan Kembali di Daerah Manfaat Jalan ........................................................... 4 4.4. Cara Pemasangan Utilitas Pada Bangunan Jerbatan ..................................................... 5 4.5. Pengaturan Lalu Lintas ............................................................................................... 6 LAMPIRAN-LAMPIRAN : Lampiran I : Lampiran 2 Lampiran 3 : Lampiran 4 : Lampiran 5 : Lampiran 6 : Lampiran 7 : Lampiran 8 : Lampiran 9 : Lampiran 10 : Lampiran 11 : Lampiran 12 : Lampiran 13 : Profil Daerah Manfaat Jalan pada Jalan Arteri dan Kolektor. Profil Daerah Manfaat Jalan Pada Daerah Super Elevasi Penempatan Bangunan Utilitas Di Sepanjang Jalan. Penempatan Bangunan Utilitas Di Sepanjang Jalan Pada Daerah Rural. Penempatan Utilitas Di Daerah Urban. Penempatan Utilitas Di Daerah Urban. Pemasangan Kabel Telkom/Listrik pada Jembatan Plat Beton/Batu Kali. Pemasangan Kabel telkom/Listrik pada semua tipe Jembatan Gelagar. Pemasangan Pipa Gas/Air pada Jerbatan Gelagar Beton. Pemasangan Pipa Air/Gas pada Gelagar Jembatan Komposit. Pemasangan Pipa Air/Gas pada Gelagar Jembatan Korposit. Pemasangan Pipa Air/Gas pada Gelagar Jembatan Komposit. Pemasangan Tiang Listrik Penerangan pada Jembatan.

ii

I.

DESKRIPSI. 1.1. Maksud dan Tujuan. Dengan melihat kenyataan yang ada, umumnya pemasangan utilitas di daerah manfaat jalan maupun di daerah milik jalan yang selama ini dilaksanakan dirasakan kurang memenuhi persyaratan-persyaratan baik tehnis maupun non tehnis bila dikaitkan dengan konstruksi jalan. Untuk itu, dengan buku petunjuk ini diharapkan hahwa kekurangan-kekurangan atau penyimpangan-penyimpangan seperti tersebut di atas, dapat dihindari atau sekurangkurangnya persyaratan minimal yang berkaitaan dengan pengamanan konstruksi jalan dapat dicapai. Ruang Lingkup. Masalah yang akan dibahas pada buku ini mcliputi ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan pemasangan utilitas balk pada badan jalan maupun pada jembatanjembatan yang dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan yangada dan berlaku antara lain Undang-undang Jalan No. 13 th. 1980 tentang jalan dan P.P. No. 26 th 1986 tentang jalan. Pengertian dan Batasan. 1.3.1. Utilitas. Utilitas adalah fiasilitas urnurn yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang rnernpunyai sifat pelayanan lokal maupun wilayalah diluar bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan. Terrnasuk dalam pengertian ini antara lain : - Jaringan listrik. - Jaringan telkom. - Jaringan air hersih. - Jaringan distribusi gas dan bahan bakar lainnya - Jaringan,sanitasi. - Dan lain-lain. 1.3.2. Damaja, Damija, Uawasja. - Daerah Manfaat jalan (Darnaja). Ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalarnan ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan (IT. No. 26 Ps. 17.1). Gambar pada Lampiran ke 1, 2. - Daerah Milik Jalan (Damaja). Ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi ertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP. No. 26 Ps. 27.1). - Daerah Pengawasan Jalan (Uawasja). . Ruang sepanjang jalan diluar Daerah Milik Jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang ditetapkan oleh Pembina jalan, dan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengernudi dan pengarnan konstruksi (PP. No. 26 Ps. 33.1). 1.3.3. Pembina Jalan. - Pembina Jalan untuk jalan Nasional adalah Menteri PU. - Pembina Jalan untuk jalan Propinsi adalah Gubernur KUl1 Tkt. I. - Pembina Jalan untuk jalan Kabupaten adalah Bupati KIM. Tkt 11. -Pembina Jalan untuk Jalan Kota adalah Walikota.

1.2.

1.3.

II. PENGATURAN PEI.AKSANAAN. 2.1. Ijin dan Pegawasan. Semua penempatan, pembuatan dan pemasangan bangunan utilitas yang berada di Damija baik kegiatan pemasangan baru, lama dan perbaikan yang menyangkut konstruksi jalan di Damija yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus mendapat izin dan pengawasan dari Pembina Jalan baik dari segi penggunaan tanah maupun teknis pelaksanaan (PP. No. 26 Pa. 21.4) (Ps. 21.7). 2.2. Penempatan Utilitas. Penempatan bangunun utilitas baru dan pengantian utilitas lama agar mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut : 2.2.1. Di daerah luar Perkotaan. 2.2.1.1 Penempatan arah memanjang. - Bangunan utilitas yang mornpunyai sifat pelayanan wilayah pada sistem jaringan primer di luar kota harus di tempatkan di luar Daerah Milik Jalan (PP. No. 26 Ps. 21.1). - Bangunan utilitas yang lni mempunyai Hiliet pelayanan Iokal pada sistem jaringan jalan printer di luar kota, dapat ditempatkan di Iuar daerah Mamfaat Jalan sejauh rnungkin rnendekat ke batas Daerah Milik Jalan (Pp. No. 26 Ps. 21 2). Garnbar dan uraian lihat pada lampiran 3.4. 2.2.1.2. Penempatan arah melintang. Penempatan arah melintang utilitas harus memenuhi tinggi ruang bebas yaitu paling rendah 5 (lima) meter di atas pennukaan jalan dengan kedalarnan minimal 1,5 meter di bawah permukaan jalan. (PP. No. 26 Ps. 17 ayat 3). 2.2.2 Di daerah Perkotaan. Bangunan utilitas di daerah perkotaan (PP. No. 26 I's. ) pada sistern jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder dapat ditempatkan di datum Daerah Mamfaat Jalan dengan ketentuan sebagai berikut : - Bangunan utilitas di atas tanah, yang ditempatkan pada Damaja, baik memanjang maupun melintang, harts ditempatkan minimal 5 m di atas permuk.aan perkerasan. Gambar dan uraian pada lampiran 3.6.6. - Bangunan utilitas di bawah tanah, apabila ditempatkan memanjang jalan harus ditempatkan di luar perkerasan jalan, minimal 0,5 in dari tepi luar perkerasan jalan. Gambar dan uraian pada lampiran 3.5.6. - Bangunan utilitas di bawah tanah yang melintang jalan harus ditempatkan : a. Minimal sedalarn 1,50 m dari perrnukaan perkerasan jalan ba utilitas tersebut tidak menggunakan perlindungan terhadap beban lalu lintas. b. Sesuai dengan petunjuk pemhina jalan, hits utilitas tersebut rnenggunakan perlindungan terhadap beban lulu lintas. Gambar dan uraian pada lampiran 3.5.6.

III. LINGKUP PEKERJAAN UTILITAS. 3.1. Penggalian dan Penimbunan Kernbali di Daerah Manfaat Jalan. Pekerjaan galian pada pekerjaan utilitas mencakup pula pekerjaan pengaturan penempatan tanah galian agar tidak mengurangi kelancaran lalu lintas kendaraan dan trotoar, tidak mengganggu kelancaran drainase serta pencegahan pengotoran permukaan jalan. Pekerjaan penimbunan kembali lubang galian setelah pemasangan, perbaikan dan atau pembongkaran utilitas bawah tanah termasuk pemadatan dasar galian, pemadatan lapis demi lapis timbunan serta pelapisan kembali perkerasan dengan kualitas minimum seperti sernula. 3.2. Pemasangan di Jembatan. Utilitas dapat dipasang menggantung, atau menempel, sebagian atau seluruhnya pada bangunan jembatan dan tidak mengganggu keamanan konstruksi jembatan serta kelancaran arus lalu lintas, sesuai dengan petunjuk dan ketentuan dari Pembina Jalan. Gambar dan uraian cara pemasangan utilitas pada bangunan jembatan dapat dilihat pada lampiran 10. Bangunan utilitas yang dipasang pada hangunan jembatan dan dibuat dari bahan baja atau besi, harus dilindungi terhadap pengaruh karat. Diiharuskan juga untuk melindungi bangunan jembatan serta arus lalu lintasnya terhadap kebocoran, putus serta kerusakankerusakan utilitas akibat gaya sentakan atau gaya lain di luar perhitungan. IV. PELAKSANAAN. 4.1. Unsur Pelaksana - Bila ada pembongkaran/pelebaran jalan/jembatan, maka pekerjaan pengamanan, petnbongkaran dan pernindahan utilitas men jadi tanggungan Instainsi Pemilik Utilitas di bawah pengawasan Pembina Jalan, kecuali ada ketentuan lain. - Pekerjaan penggalian, pemasangan utilitas dan penimbunan kembali dilaksanakan oleh Instansi Pemilik utilitas di bawah pengawasan pembina Jalan kecuali ada ketentuan lain. 4.2. Penggalian Di Daerah Manfaat Jalan. 1. Bentuk dan Lebar Galian Bentuk penampang galian yangdisarankan berupa segiempat(galian tegak lurus permukaan) dengan lebar seminimum mungkin yang masih memenuhi kebutuhan pemasangan utilitas dan atau yang masih memenuhi kebutuhan pemadatan timbunan. 2. Turap Sementara. Apabila tanah galian mudah Iongsor diharuskan memasang turap sementara sebagai pencegah Iongsor. 3. Genangan air pada lubang galian. Galian harus diusahakan tetap kering.

Dalam hal tidak memungkinkan, rnaka tinggi genangan air harus diturunkan sehingga tidak kurang dari 60 cm di bawah permukaan subgrade. 4. Galian melintang jalan. Disarankan penggalian melintang jalan dilakukan secara bertahap (perjalur) dan diusahakan agar arus Ialu lintas tetap terjamin kelancarannya selama pekerjaan. Bila tidak dimungkinkan penggalian dapat dilakukan secara menyeluruh. Untuk kedua cara ini harus disediakan bangunan penutup galian yang dapat dilewati lalu lintas dengan aman. Khusus untuk perkerasan kaku (Beton semen) bagian slab utama perkerasan dilarang untuk dipotong. Penggalian melintang harus dilakukan dengan cara pengeboran dari samping pada lokasi utilitas tersebut atau menurut petunjuk pembina jalan. 5. Penggalian Memanjang Jalan. Penggalian dalam arah memanjang jalan untuk pemindahan atau perbaikan utilitas yang ada akan diatur tersendiri. 6. Tumpukan basil galian dan material utilitas. Tumpukan basil galian dan material utilitas harus diletakkan di luar Daerah Manfaat Jalan. 7. Alat yang digunakan. Untuk menggali permukaan jalan digunakan alat penggali/pemotong sedemikian rupa sehingga kerusakan permukaan dapat dibatasi seminimal mungkin. 4.3. Penimbunan Kembali di Daerah Manfaat Jalan. 4.3.1. Material Jalan. a. Material Timbunan. Harus menggunakan material dengan jenis dan mutu yang minimum sama dengan material yang digali.

b. Material Lapis Perkerasan. Harus menggunakan jenis material subbase, base, lapis perrmukaan yang sesuai dengan material semula atau atas petunjuk pembina jalan. 4.3.2. Ketentuan Timbunan Lainnya. a. Pemadalan dasar galian. Dasar galian harus kering dan dipadatkan dengan alat pemadat mekanis yang sesuai sampai kepadatan yang disyaratkan.

b. Pemasangan lapis pasir. Kecuali jika ditentukan lain oleh pemilik utilitas maka sebagai tempat kedudukan utilitas yang akan dipasang disarankan untuk menghamparkan pasir setebal minimum 10 cm padat di atas dasar galian dan selanjutnya ditirnbun dengan pasir setebal minimum 10 cm di atas utilitas tersebut. c. Penimbunan kembali lubang galian. - Dibawah perkerasan jalan. Penimbunan kernbali lubang-Iubang galian bangunan ulilitas harus dilakukan sebagai berikut : Bila perkerasan lama dari tipe kelas tinggi. Termasuk perkerasan tipe kelas tinggi adalah perkerasan kaku (beton semen, blok semen, tanah semen dan sebagainya) atau perkerasan lentur(hot mix)dimana penirnbunan kembali bekas galian bangunan utilitas harus dilakukan dengan adukan beton semen (lean concrete, beton kurs, Bo). Bila perkerasan dari tipe kelas sederhana. Termasuk kelas sederhana adalah perkerasan dari jenis telford kerikil, buras/burtu, penetrasi macadam dimana penirnbunan kembali bekas galian bangunan utilitias harus dilakukan dengan material berbutir (pasir atau material sejenis) yang mudah dipadatkan. - Di Iuar perkerasan jalan. Penimbunan kernbali bekasgalian bangunan utilitas harus dilakukan lapis demi lapis (maksimum tebal lapisan 15 cm) dari jenis tanah kepasiran (tanah campur pasir). c. Cara pengukuran kepadatan material timbunan. Dalam skala kecil (lebar galian perkerasan < 1m) digunakan dynamic cone penetrometer yang ekivalen dengan 95`5% kepadatan maksimum (PB ). Untuk skala besar harus digunakan Sand Cone (kepadatan Yang dicapai tidak kurang dari 95% kepadatan Maksimum, T99, menurut MPBJ No. PB III 76). (SKB 1 ............................. ). d. Pemasangan lapis perkerasan. Kualitas subbase, base dan lapis permukaan, minimum sama dengan jenis mutu perkerasan lama. Untuk menyederhanakan pelaksanaan pada galian skala kecil (lebar galian < 1 in) lapis perkerasan dapat menggunakan Aspal beton campuran dingin atau panas dengan ketebalan ekivalen terhadap perkerasan lama. e. Cara perneriksaan kepadatan lapis perkerasan. Pemeriksaan kepadatan mengikuti Panduan yang telah dikeluarkan oleh Direktoral. Jenderal Bina Marga. 4.4. Cara Pemasangan Utilitas Pada Bangunan Jembatan. 4.4.1. Syarat Pemasangan. Tidak boleh merusak bangunan/bagian utama bangunan yang Ada sert.a tidak diperbolehkan memasang kabel-kabel Iistrik untuk tegangan tinggi. a. Jembatan Baja. Bila dipasang pada jembatan baja tidak boleh melakukan pekerjaan las Pernasangan klem-klem pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan melubangi hanya pada bagian sekunder atau sesuai pet.unjuk Pembinaan Jalan. Membuat lubang hanya diperbolehkan dengan alat bor.

b. Jembatan -beton. Bila dipasang pada jembatan beton tidak boleh melakukan pembobokan baik pada gelagarnya maupun pada bangunan bawahnya. Pemasangan klem-klem pengikat atau penggantung dapat dilakukan dengan melubangi (bor) sesuai dengan petunjuk Pembina Jalan. Bila lubang-lubang bor pada beton jembatan dibuat maka lubang-lubang tersebut harua ditutup kembali dengan bahan sekurang-kurangnya sesuai dengan kualitas bahan semula. c. Jembatan kayu. Bila dipasang pada jembatan kayu hanya menggunakan klem-klem penjepit, tidak boleh melakukan pekerjaan las atau melubangi bagian jembatan. 4.4.2. Letak Pemasangan. a. Agar pembebanan seirnbang letak pemasangan bangunan utililas simetris terhadap as jembatan. b. Kabel-kabel telepon atau listrik boleh dipasang pada bagian samping sepanjang jembatan. c. Agar tidak mengurangi ruang bebas bawah jembatan terhadap muka air, pernasangan bangunan utilitas tidak boleh di bawah bagian muka bawah jembatan. 4.4.3. Dimensi bangunan utilitas. Agar tidak menjadikan beban lebih yang sangat besar terhadap jembatan terutama pemasangan pipa air bersih atau gas dibenarkan hanya dengan diameter pipa maximum 15 cm. 4.4.4. Memasang sendiri jembatan. Lokasi jembatan utilitas di hulu jembatan. Bila dibuatkan pilar-pilar, agar tidak menyebabkan arus turbulensi yang mengakibatkan penggerusan vertikal terhadap pondasi pilar jembatan, lokasi jembatan, utilitas dianjurkan di luar Dawasja. untuk pekerjaan di dalarn Dawasja harus Izin Pembina Jalan. 4.4.5. Material prasaran utilitas. a. Material helon. bila digunakankan beton tubing disyaratkan mutu beton K 225 kedap air. b. Material baja. Bila digunakan baja/besi disyaratkan mutu baja minimum Bj.:37. c. Material pelapisan cat. Untuk melindungi pengaruh cuaca, udara lembab, air hujan dipergunakan pengecatan anti karat pada komponen-komponen pemasangan bangunan utilitas terhadap jembatan sendiri. Sebelum dicat perlu dilakukan pengecatan dasar dengan meni terlebih dahulu. 4.5. Pengaturan Lalu Lintas. Kelancaran lalu Iintas lintis tetap terjamin selama pelaksanaan pekerjaan galian dan timbunan rnaupun pada pekerjaan pemasangan utilitas di jembatan. Dalam hal ini harua disediakan rambu-rarnhu pengarah lalu Iintas, papan-papan peringatan, pagar pengarnan, barikade (sesuai dengan ketentuan yang ada) sertapetugas pengaturan lalu Iintas untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas.

LAMPIRAN KE-1 PROFIL DAERAH MANFAAT JALAN PADA JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR

PROFIL DAERAH MANFAAT JALAN PADA DAERAH SUPER ELEVASI

PENEMPATAN BANGUNAN UTI.ITAS DI SEPANJANG JALAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1985 pasal 21.

LAMPIRAN KE-3

9
Daerah 1 Dilarang Dilarang Daerah 2 Daerah 3 Jalan primer, tidak Dilarang (Ps.21.3) Jalan primer, dilarang Daerah 4 Tidak dilarang (Ps.21.2) Tidak dilarang (Ps.21.2) Harus dengan ijin Pembina Jalan (Ps.21.3) Tidak dilarang Tidak dilarang Diatas perkerasannn Min 5m dari permukaan Perkerasan pada Damaja Min 5m dari permukaan Perkerasan pada Damaja Min 5m dari permukaan Perkerasan pada Damaja Dilarang Dilarang Dilarang

Daerah

Daerah Non perkotaan

Pelayanan Lokasi

Pe;layanan Wilayah

Daerah perkotaan

LAM P1RAN KE-4


PENEMPATAN BANGUNAN UTINITAS DI SEPANJANG JALAN PADA DAERAH RURAL NO. JENIS BANGUNAN UTIL1TAS
A 1. Tiang Listrik 2. Tiang Telepon 3. Pipa air minum mernbujur jalan 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

LOKASI
3,4 3.4 3,4 3,4 4,3 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4

KETERANGAN Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija

Pipa minyak membujur jalan CABLE DUCT membujur jalan MAN HOLE Talang air mernbujur jalan Jernbatan tirnbang Pompa bensin Kabel telepon bawah tanah rnern bujur jalan Kabel listrik bawah tanah rnem bujur jalan Pipa gas bawah tanah membujur jalan Gardu listrik/telepon

3,4 3,4 3,4 1 1' 1 1 1

Di luar Damija Di luar Damija Di luar Damija Di luar ruang bebas Damaja Dan di dalam Damija dengan ijin ------ -

B. 1.Pipa air minurn melintang jalan 2.Pipa minyak melintang jalan 3.Cable Duct melintang jalan 4.Jembatan penyeberangan 5.Talang air melintang; jalan 6.Kabel telepon bawah tanah Melintang jalan

7.Kabel listrik bawah tanah melintang jalan


8.Pipa gas bawah tanah melintang Jalan C. 1.Menara listrik tegangan tinggi

1 4

- Di luar Damija dan Dawasja

Catatan : 1' = Lokasi di atas/di bawah ruang bebas Damaja.

10

PENEMPATAN UTILITAS DI DAERAH URBAN

11

PENEMPATAN UTILITAS DI DAERAH URBAN

12

13

14

PEMASANGAN PIPA AIR/GAS PADA JEMBATAN GELAGAR BETON

15

16

PEMASANGAN PIPA AIR/GAS PADA GELAGAR JEMBATAN KOMPOSIT

17

18
PEMASANGAN PIPA AIR/GAS PADA SEMUA TIPE JEMBATAN GELAGAR

LAMP1RAN KE-13 PEMASANGAN TIANG LISTR1K/PENERANGAN PADA JEMBATAN

19

Anda mungkin juga menyukai