Anda di halaman 1dari 22

HERNIA

I.

Konsep Dasar A A Pengertian Hernia Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003). Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000). A A Klasifikasi

Menurut klasifikasinya hernia terdiri dari 2 macam yaitu:


1. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia

yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia

yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004). A A Etiologi

Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah : 1. Kelemahan otot dinding abdomen biasanya disebabkan oleh: a. Kelemahan jaringan b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

c. Trauma 2. Peningkatan tekanan intra abdomen a. Obesitas b. Mengankat benda berat c. Mengejan apabila konstipasi d. Batuk kronik e. Kehamilan f. Hipertropi prostate 3. Faktor resiko: kelainan congenital AA Patofisiologi Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000). Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang

kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

A A

Penyimpangan KDM

A A

Tanda dan Gejala Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau

menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi. A A Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus. 2. Pemeriksaan endoskopi melihat defek. 3. Abdominal X rays menampakkan keadaan abnormal dari tinggi gas dalam perut. 4. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, elektrolit) mungkin menunjukkan heokonsentrasi (peningkatan hematokrit), dehidrasi (peningkatan atau penurunan sodium), dan peningkatan WBC (eritrosit). AA Penatalaksanaan Manajemen medis Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah : 1. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut. 2. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam). A A Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.

2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan penonjolan hernia (mekanik). b. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan. c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur emergensi pada hernia strangulasi dan inkarserata. d. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. e. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. 3. Intervensi a. Memberi rasa nyaman. Pasang pembebat atau ikat pinggang pada pasien jika hernia bersifat reduce (dapat kembali) jika dianjurkan. Posisi trendelenburg mungkin mengurangi tekanan pada hernia, jika memungkinkan. Menekankan pada pasien untuk memakai pembebat di dalam pakaian dan memasang sebelum bangun dari tempat tidur jika hernia bersifat reduce (dapat kembali). Evaluasi tanda dan gejala hernia inkarserata atau strangulasi. Pasang NGT, jika diindikasikan, untuk menghilangkan penekanan pada kantong hernia
b. Menghilangkan nyeri post operasi.

Anjurkan pasien membelat daerah insisi dengan tangan atau bantal jika batuk untuk mengurangi nyeri dan melindungi lokasi dari peningkatan tekanan intraabdominal.

Berikan analgetik sesuai anjuran Ajarkan tentang istirahat, pemberian es, dan elevasi skrotum sebagai tindakan yang dilakukan untuk mengurangi edema skrotum atau pembengkakan setelah perbaikan dari hernia inguinal.

Ajarkan ambulasi segera setelah diperbolehkan. Nasehati pasien bahwa kesukaran dalam berkemih setelah pembedahan adalah hal yang umum terjadi; meningkatkan eliminasi untuk menghindari rasa tidak nyaman dan memasang catheter jika diperlukan.

c.

Pencegahan infeksi Periksa pembalut drain dan insisi adanya kemerahan dan pembengkakan. Monitor tanda dan gejala infeksi lain; demam, dingin, malaise dan keringat berlebihan. Berikan antibiotik, jika diperlukan.

d. Pembelajaran pasien/memelihara kesehatan Nasehati bahwa nyeri dan pembengkakan skrotum mungkin timbul 24 48 jam setelah pembedahan pada hernia inguinal. Ajarkan untuk memonitor sendiri tanda-tanda infeksi : nyeri, perembesan dari insisi, peningkatan suhu, juga kesukaran yang terus menerus dalam buang air. Menginformasikan bahwa mengangkat beban harus dihindari selama 4 6 minggu. Atletik dan penggunaan tenaga yang berlebihan dihindari selama 8 sampai dengan 12 minggu post operasi, setiap pemberian istruksi. 4. Evaluasi

a. Hernia yang dapat dihilangkan secara efektif dengan pembebat atau ikat pinggang; pasien merasa nyaman ; tidak ada gejala dan infeksi. b. Kebutuhan analgesik minimal; tidak timbul edema, ambulasi. c. Tidak demam, luka bersih dan kering.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,J,L (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2 D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia Doenges M.E. (1989) Rencana Asuhan Keperawatan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company. Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company

II.

Rencana Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Nama Jenis Kelamin TTL/Umur : Tn Ir : Laki-laki : 21 thn

Status perkawinan : Belum nikah Agama Suku Pendidikan Pekerjaan : Islam : Makassar : D.III : Tidak ada

Sumber Informasi : Ibu

Alamat Pekerjaan Pendidikan Alamat

: Makassar : IRT : SLTA : Makassar

B. Status Kesehatan Saat Ini 1. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluhan Utama : Nyeri perut bawah
2. Riwayat Kesehatan utama : Nyeri disertai benjolan, dialami sejak 2 bulan yang

lalu, nyeri lebih hebat ketika beraktivitas dan berkurang pada saat istirahat, serta benjolan membesar ketika beraktivitas dan hilang kalau beristirahat. Klien masuk Rumah Sakit dengan keluhan benjolan makin besar dan terasa makin nyeri, tidak mengalami perubahan meskipun sedang beristirahat. 3. Keluhan Saat Ini : Nyeri pada daerah Operasi 4. Riwayat Diagnosa Medis: a. Hernia Inguinalis Lateral (HIL) b. Post Op HIL Tanggal Tanggal : 09 Juli 2011 : 12 Juli 2011

C. Riwayat Kesehatan Keluarga Genoogram

52 t

44 t

41 t

38 t

53 t

49 t

27 t

21 t

18 t

16

11 t

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Sudah Meninggal : Klien ? : Umur tidak diketahui Komentar : 1. Saudara perempuan ayah klien meninggal karena kecelakaan 2. Klien menderita penyakit Hernia Inguinalis Lateral D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1. Penyakit yang pernah dialami a. Kanak-kanak : Klien pernah menderita penyakit thypoid pada umur 9 tahun b. Kecelakaan : Tidak pernah c. Pernah dirawat : Pernah pada umur 9 tahun 2. Alergi : Klien tidak mengetahui riwayat alerginya : Tinggal serumah : Menikah

3. Kebiasaan:
Klien mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi, klien mengaku tidak pernah mengkomsumsi obat-obatan. 4. Klien mengatakan tidak mengkomsumsi alcohol 5. Pola nutrisi: a. Sebelum sakit Berat badan : 64 kg Tinggi badan 170 cm Jenis makanan: nasi, lauk pauk, sayuran, kadang disertai buah Makanan yang disukai: Nasi goreng, coto Makanan yang tidak disukai : Tidak ada Makanan pantangan : Tidak ada Nafsu makan : Baik Perubahan berat badan 6 bulan terakhir: tidak diketahui Jenis diet : Sesuai menu Rumah Sakit Rasa mual : Ada Nafsu makan : Tidak berubah Muntah : Tidak ada

b. Perubahan setelah sakit:

Intake cairan : Oral 2500 cc/hari , Parenteral 1500 cc/hr Porsi makan : Porsi yang disediakan dihabiskan

6. Pola Eliminasi a. Sebelum sakit a) Buang Air Besar ( BAB ) Frekuensi 1 / hari Penggunaan pencahar : Tidak pernah Waktu : Malam hari Konsistensi : normal, warna kuning Frekuensi 4 5 x / hari Waktu : Tidak menentu Konsistensi : Warna kuning, bau amoniak Volume : Tidak diketahui

b) Buang Air Kecil

A A

b. Perubahan setelah sakit BAB : Klien mengatakan sakit pada saat BAB dan diperberat apabila mengedan

A A

BAK : Terpasang Kateter, 1500 cc/hari

7. Pola Tidur dan Istirahat a. Sebelum Sakit : Waktu tidur : Siang tidak menentu, Malam hari pukul 23 06 WITA Lama tidur / hari : 10 jam / hari Kebiasaan pengantar tidur : Nonton dll Kebiasaan saat tidur : Tidak diketahui Kesulitan dalam tidur : Tidak ada

b. Perubahan setelah sakit : Klien mengatakan suka terbangun, terutama pada saat nyeri pada daerah bekas operasi. 8. Pola Aktivitas dan latihan a. Sebelum sakit: Kegiatan dalam pekerjaan : Tidak dikaji Olah Raga : Klien senang sepak bola dan dilakukan 3 kali dalam seminggu Kegiatan diwaktu luang : Nonton, istirahat

b. Perubahan setelah sakit: Klien belum bisa beraktivitas berat dalam jangka waktu yang relative lama. 9. Pola Pekerjaan: a. Sebelum sakit Jenis pekerjaan : Tidak menetap Jumlah jam kerja : Tidak menetap Jadwal kerja : Tidak menetap

b. Perubahan setelah sakit: Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa E. Riwayat Lingkungan Tempat tinggal klien terletak di daerah yang berpenduduk padat, rumah klien tidak mempunyai jarak, berdempet antara rumah yang satu dengan rumah yang lain, kebersihan cukup terjaga meskipun timpat tinggal klien tidak bebas polusi. F. Aspek Sosial 1. Pola Fikir dan Persepsi a. Klien tidak menggunakan kacamata dan alat bantu dengar.

2. Persepsi sendiri a. Hal yang difikirkan klien saat ini yaitu pekerjaan yang sudah 1 minggu ditinggalkan

b. Harapan setelah perawatan : Klien ingin sembuh dan dapat kembali beraktivitas 3. Suasana hati dan rentang perhatian tidak dikaji 4. Hubungan/komunikasi a. Klien dapat berbicara normal b. Tempat tinggal : Klien tinggal bersama orang tuanya c. Kehidupan keluarga : Klien tidak tahu d. Tidak ada kesulitan dalam hubungan dengan orang tua, sanak saudara 5. Kebiasaan dalam hubungan seksual : Tidak diketahui 6. Pertahanan Koping: a. Pengambilan keputusan : Tidak dikaji b. Yang disukai tentang diri sendiri : tidak dikaji c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Tidak dikaji d. Yang dilakukan jika stress, marah-marah, dan keluar rumah 7. Sistem nilai dan kepercayaan a. Sumber kekuatan : Tuhan b. Bagi klien Tuhan, agama dan kepercayaan Penting c. Kegiatan keagamaan klien yaitu Shalat d. Kegiatan keagamaan di RS : Tidak ada G. Pengkajian Fisisk 1. Kesadaran : Composmentis GCS E5M6V4 Keadaran Umum : Lemah Tanda-tanda Vital : TD: 110/80 mmHg P : 24 x / menit 2. Kepala: Bentuk kepala normocephalik, Rambut dan kepala bersih, distribusi rambut merata, tidak mudah tercabut, warna hitam, tidak ada luka dan edema. 3. Mata: Ukuran pupil mengecil bila terkena cahaya, alis dan kelopak mata normal, sclera kiri berwarna putih, konjunctiva tidak anemis, akomodasi tidak terkaji. N: 112 x / Menit S: 370 C

4. Hidung: Reaksi alergi tidak ada, klien pernah mengalami flu yaitu 4 5 x / tahun, sinus tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan di hidung. 5. Mulut dan tenggorokan: - Gigi geligi tidak ada kelainan - Gangguan bicara : Tida ada - Tida ada kesulitan menelan - Pemeriksaan gigi terakhir tidak diketahui 6. Dada dan paru-paru - Suara nafas vesikuler, ronchi dan wheezing tidak ada - Pola nafas regular irregular - Batuk tidak ada, sputum tidak ada, nyeri dada tidak ada - Tidak sesak nafas 7. Jantung dan sirkulasi - Nadi perifer teraba, SPO2 = 100 x / menit - Capillary refilling : 2 3 detik - Bunyi jantung tambahan tidak ada - Irama jangtung : Ritmic - Distensi vena jugularis : Tidak ada - Tidak ada perubahan warna kulit, kuku, bibir dll 8. Abdomen - Peristaltik usus normal 8 x / menit - Tampak luka bekas operasi - Nyeri tekan : Nyeri pada daerah luka - Tidak teraba massa - Tidak acites 9. Genetalia dan Anus - Tidak ada kelainan 10. Ekstermitas - Keadaan ekstremitas normal - Simestris kiri kanan, ROM aktif

- Akral hangat, Edema: tidak ada, cyanosis: tidak ada 11. Tulang belakang - Tidak ada lordosis, kifosis, skoliosis 12. Kulit - tidak tampak kelainan 13. Status neurologis - Tidak ada kelainan pada nervus I XII H. Data Diagnostik No 1 Jenis Pemeriksaan Darah rutin (Tgl 11 juli 2011) 2 WBC RBC HGB HCT PLT PCT LED GDS Hasil 7,2 x 103/mm3 5,27 x 103/mm3 12,6 g/dl 35,0 L% 297 x 103/mm3 197 % 12 94 mg/dl 70 - 140 mg/dl Nilai Normal 4,3 10,8 x 103/mm3 4,20 6,40 x 103/mm3 12,0 18,0 g/dl 37 52 L% 150 - 450 x 103/mm3 100 500 %

Kimia Darah (Tgl 11 juli 2011)

I. Terapy Medis Nama Obat Tgl 12 Juli 2011 Infus Rl Cefotaxim Ranitidin Ketorolac Antrain Dosis/Cara Pemberian 20 tetes/menit 1 gr / 12 jam/iv 1 A/ 8 jam/iv 1 A/ 8 jam/iv 1 A / 8 jam 16 tetes/menit Efek/Interaksi Obat

Tgl 14 Juli 2011

III.

Infus RL Ceftriaxone 1 gr Ketorolac 1 amp

3 x 1 tab/hari/oral Per 12 jam / iv Per 8 jam/ iv

Identifikasi Data A. Data Subyektif 1. Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi 2. Klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan B. Data Obyektif 1. Ekspresi wajah meringis 2. Klien memegang daerah yang nyeri 3. Nyeri skala sedang 4. Perubahan jalan, berjalan dengan pincang 5. ADL dilakukan di tempat tidur 6. ADL dibantu perawat keluarga C. Data Risisko Infeksi 1. Hipertemia 2. Terdapat luka bekas operasi 3. Luka nampak basah

IV.

Analisa Data

No
1 DS : 1.

Data
Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi DO : 1. 2. 3. Ekspresi wajah meringis Klien memegang daerah yang nyeri Nyeri skala sedang

Masalah
Nyeri Post Operasi

Intoleransi Aktifitas DS :

1. Klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan DO : 1. Perubahan jalan, berjalan dengan pincang 2. ADL dilakukan di tempat tidur 3. ADL dibantu perawat keluarga

1. 2. 3.

Hipertemia Terdapat luka bekas operasi Luka nampak basah

Risiko Infeksi

V.

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedan/terputusnya kontinuitas jaringaan 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pada daerah bekas operasi 3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan

VI.

Rencana Asuhan Keperawatan

NO 1

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) T : Nyeri hilang/berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah perawatan K : - Nyeri hilang/berkurang - Wajah tampak ceria I : - Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital - Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya serangan - Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam - Anjurkan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam - Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pada daerah bekas operasi

T : Klien dapat melakukan aktivitas sendiri dalam waktu 2 x 24 jam setelah perawatan K : - Klien mampu melakukan aktivitas sendiri I : - Catat respon emosi/perilaku mobilitas. Berikan aktivitas yang dapat ditoleransi.

- Anjurkan pasien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu. - Bantu pasien dalam melakukan aktivitas 3 Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan T : Tidak terjadi infeksi pada area bekas operasi dalam waktu 3 x 24 jam setelah perawatan K : - Luka operasi kering - Tidak ada tanda-tanda infeksi I : - Awasi tanda-tanda infeksi - Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan - Ganti balutan dengan teknik septik/aseptik. - Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik

VII.

Tindakan keperawatan & Evaluasi NDX TINDAKAN EVALUASI 1 Mengobservasi keadaan umum dan tanda- S : Klien mengatakan nyeri

tanda vital Hasil : TD : 130/85 mmHg P S serangan Hasil : Nyeri skala sedang, likasi pada daerah post op, lama serangan ; hilang timbul sekitar 3-5 menit Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam Hasil : Klien menarik nafas panjang dari hidung, kemudian di keluarkan melalui mulut Menganjurkan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam Hasil : Klien merubah posisi balik ke kanan Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi Hasil : Injeksi Ketorolac 1 amp/iv 2 Mencatat respon emosi/perilaku mobilitas. Berikan aktivitas yang dapat ditoleransi. Hasil : Klien tampak kesal saat tidak bisa ke kamar mandi sendiri. Keluarga memberikan pispot untuk memenuhi kebutuhan BAB klien Menganjurkan klien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu. Hasil : Klien memakai sarung dan baju di bantu oleh keluarga Membantu pasien dalam melakukan aktivitas : 20 x / mnt : 38 C N : 86 x / mnt Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya

agak berkurang O : Ekspresi wajah tenang Nyeri skala ringan A : Nyeri terkontrol P : Lanjutkan intervensi 1,3,4,5

S : Klien mengatakan masih Belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri O : Kebutuhan klien dibantu Oleh keluarga A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2,3

Hasil : Memberikan klien makan 3 Mengawasi tanda-tanda infeksi Hasil : Tanda infeksi yang di dapatkan ; klien demam Menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

S : klien mengatakan sudah Tidak demam O : Luka Nampak kering tidak ada tanda peradangan

Hasil : Keluarga mengganti pakaian dab A : Infeksi tidak terjadi sarung klien yang sudah basah P : Pertahankan intervensi Mengganti septik/aseptic Hasil : GV dengan menggunakan handscoend Mengkolaborasikan untuk pemberian obat antibiotic Hasil : Injeksi Ceftriaxon 1 gr/iv balutan dengan teknik

Anda mungkin juga menyukai