Anda di halaman 1dari 11

2. Splicing Saat proses transkripsi, RNA polimerase mentranskripsi intron maupun ekson dari DNA.

Splicing merupakan proses pembuangan intron dan penyambungan ekson. Intron adalah bagian penyela, merupakan segmen asam nukleat bukan pengkode dan terletak diantara daerah pengkode. Sedangkan ekson adalah daerah yang yang diekspresikan atau ditranslasi menjadi asam amino. Dalam penyambungan RNA, intron dikeluarkan dan ekson bergabung. Penyambungan RNA dikatalis oleh ribonukleoprotein nucleus kecil (snRNP), yang beroperasi de dalam susunan yang lebih besar disebut spliosom. Setelah dilakukan berbagai modifikasi di atas, jadilah mRNA matang (mature mRNA) (Gambar 13). . Bagian struktural/coding region pada eukariot ada bagian intron dan ekson (Gambar 10). Intron (intervening sequences) merupakan sekuens yang tidak mengkode asam amino. Bagian ini akan dibuang saat RNA processing. Ekson merupakan sekuen yang dikode menjadi asam amino (Gambar 10).

Pada ujung 3 suatu enzim menambahkan ekor polia(A) yang terdiri dari 30-200 nukleotida adenin. Ekor poli(A) berfungsi mempermudah ekspor mRNA dari nukleus. Poliadenilasi merupakan proses penambahan poliA (rantai AMP) pada ujung 3 nukleotida mRNA. Fungsinya untuk meningkatkan stabilitas mRNA dan meningkatkan efisiensi translasi.

5' cap (tudung 5) a modified form of guanine that facilitates the export of mRNA from the nucleus and protects it from degradation poly-A tail (ekor poli-A) on the 3' end, many adenines are added for protection from degradation and to help it exit the nucleus RNA splicing Proses pemotongan pembuangan intron

1. Pemberian topi (capping) dan ekor (poliadenilasi) Setiap ujung molekul pre-mRNA dimodifikasi dengan cara tertentu. Ujung 5 yaitu ujung depan, pertama kali dibuat saat transkripsi segera ditutup dengan mukleotida guanin (G) yang termodifikasi. Pemerian topi ini mempunyai setidaknya 2 fungsi. a. Ujung ini melindungi mRNA dari degradasi enzim hidrolisis. b. Setelah mRNA sampai di sitoplasma, ujung 5 berfungsi sebagai bagian dari tanda lekatkan di sini untuk ribosom.

1.

Splicing

Merupakan proses pembuangan intron dan penyambungan ekson. Awalnya RNA hasil transkripsi pd eukariot disebut pre-mRNA karena masih ada intronnya. Trus intron akan dipotong dan ekson2 disambung menjadi mRNA matang (mature mRNA) Poliadenilasi Merupakan proses penambahan poliA (rantai AMP) pada ujung 3 nukleotida mRNA. Fungsinya? untuk meningkatkan stabilitas mRNA dan meningkatkan efisiensi translasinya. 3. Capping Penambahan tudung mRNA berupa molekul 7-metilguanosin. Fungsinya ada 4:

Melindungi mRNA dari degradasi Meningkatkan efisiensi translasi mRNA Meningkatkan pengangkutan mRNA dari nukelus ke sitoplasma Meningkatkan efisiensi proses splicing

. Penambahan gugus m7G-CAP (Capping) Pada molekul mRNA yang mengalami capping, sebuah residu 7-methyl guanosine ditambahkan ke ujung 5 dari RNA-nya dengan ikatan 5-5 (Gambar 5). Struktur CAP ini berfungsi melindungi RNA dari aktivitas enzim eksonuklease dan membantu proses binding dari ribosom (subunit 40S) selama inisiasi proses translasi. Subunit ribosom ini mengenali gugus CAP diujung 5 dan bergerak sepanjang mRNA sehingga mencapai strat kodon untuk memulai translasi. 10. Penambahan Poli-(A) Setelah capping, transkrip primer mengalami penambahan sejumlah residu adenosin (poli-[A] ) di ujung 3. Pada tanaman, signal yang diperlukan untuk penambahan poli-(A) ini mempunyai sekuensi konsensus AAUAAA. Poli-(A) akan ditambahkan pada posisi 13-23 bp setelah signal AAUAAA. Kadang-kadang suatu gen tanaman mempunyai lebih dari satu signal untuk penambahan poli-(A). Pada hewan, poli-(A) berfungsi melindungi mRNA dari aktivitas enzim ribonuklease dan membantu dalam proses transportasi mRNA dari inti ke sitoplasma. Fungsi yang sama juga diduga dipunyai oleh poli-(A) dari mRNA tanaman. 11. RNA Splicing Proses yang terakhir yang dialami oleh hnRNA sebelum menjadi mRNA fungsional adalah splicing intron dari mRNA. Proses splicing melibatkan interaksi antara intron, dan u-type small nuclear ribonucleoprotein particle (snRNP), dan beberapa protein lain yang belum jelas identitas dan fungsinya, serta merupakan proses yang memerlukan energi (energy dependent), sehingga memerlukan adanya ATP. Antara intron dan ekson diketahui mempunyai batasan tertentu, yaitu batas ujung 5 dari intron adalah pasangan nukleotida GT dan batas ujung 3 adalah pasangan nukleotida AG. Proses splicing diawali dengan terbentuknya struktur kompleks yang disebut spliceosome. Proses splicing akan berlanjut melalui dua tahapan seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.

REPLIKASI DNA
1. Defenisi replikasi Replikasi merupakan suatu tahapan penggandaan rantai DNA. replikasi ini terjadi di dalam inti sel (nukleus). dimana DNA berfungsi sebagai template (cetakan). penggandaan ini bertujuan untuk 1. Memperbaharu informasi kode genetik tersebut (konservasi informasi genetis). 2. Transmisi informasi gen Didalam replikasi ini, melibatkan beberapa enzim yang terlibat dan memiliki fungsi dan peranannya masing-masing, yakni :

1. Topoisomerase, enzim ini bekerja spesifik untuk memutar ikatan double heliks DNA. 2. Helikase, enzim ini berfungsi untuk membuka rantai DNA. sehingga terbentuk garpu replikasi. 3. Primase, enzim ini merupakan enzim yang mengawali terjadinya replikasi. 4. DNA polimerase, berfungsi membentuk mRNA. 5. Ligase, enzim ini berfungsi untuk meyolder/menyambung ikatan DNA. Didalam prosesnya, mula-mula enzim topoisomerase memutar pilinan rantai DNA yng double heliks. putaran ini berfungsi untuk meluruskan rantai DNA. karena, sesungguhnya DNA yang terdapat dalam tubuh kita ini semrawutan. jadi, topoisomerase ini lah yang berfungsi untuk meluruskan. setelah lurus, maka datanglah enzim helikase. enzim ini kemudian membuka pilinan rantai ganda DNA. dengan cara pemanasan (denaturasi). setelah terbuka, maka terbentuklah garpu replikasi. setelah terbuka, maka datanglah protein tertentu yang menempel di dinding DNA. protein ini berfungsi agar rantai DNA ini tidak terpilin kembali. saat terbukanya garpu replikasi ini, terbentuklah 2 macam replikasi, yakni Leagging strange dan Leading strange. leagging strange merupakan replikasi yang continue (tidak terputus-putus) sedangkan leading strange merupakan replikasi yang discontinue (terputus-putus membentuk sebuah fragmen. fragmen ini dinamakan fragmen okazaki). setelah itu, datanglah enzim primase, enzim ini berfungsi sebagai awalnya dimulai replikasi. yang memulai replikasi ini adalah DNA polimerase. DNA polimerase ini juga terdiri dari 3 jenis dan memiliki fungsi yang berbeda juga. namun, yang akan digunakan dalam replikasi ini adalah DNA polimerase 1. DNA polimerase ini akan membentuk DNA baru (dana anakan) DNA anakan inilah yang disebut dengan mRNA. untuk leading strange, terdapat fragmen okazaki. fragmen okazaki ini kemudian disambung dengan menggunakan enzim ligase. setelah terbentuk mRNA, maka protein yang terdapat di pinggir DNA kemudian terlepas satu persatu. dan DNA kemudian terpilin kembali. Hasil dari replikasi ini adalah terbentuknya mRNA. mRNA ini kemudian akan masuk ketahap transkripsi. tujuan dari trankripsi ini adalah membentuk mRNA mature (matang) setelah melalui tahap yang dinamakan splicing DNA. splicing DNA ini merupakan tahap dimana akan dilakukan pembuangan intron (DNA sampah). setelah transkripsi, mRNA mature kemudian keluar dari inti sel melalui pori nukleus. menuju ribosom untuk masuk ketahap selanjutnya trnaslasi. untuk transkripsi dan translasi,

Proses replikasi DNA Replikasi dimulai pada ujung 3 untai cetakan atau parental. Sintesi primer RNA sintesis dari 5 ke 3 menuju garpu replikasi, dan primer itu dipanjangkan oleh DNA polimerase III, membentuk untai (leading strand). Untai cetakan yang diseberangnya memiliki ujung 5, sehingga tidak ada primer komplementer yang dapat dibentuk dari 3 ke 5. Untai komplemennya lagging strand direplikasi (5 ke 3) dalam segmen-segmen pendek (masingmasing beberapa ratus nukleotida) dalam arah berlawanan dengan pergerakan garpu replukasi (Gambar 4). Segmen-segmen tersebut dinamakan fragmen Okazaki. DNA polimerase III memunculkan celah sementara dengan menyingkirkan primer RNA tetapi dengan cepat mengisi celah tersebut dengan deoksiribonuleotida pengganti. Potongan-potongan kosong diantara fragmen-fragmen Okazaki yang bersebelahan dengan segera disambungkan oleh DNA ligase sehingga saat kapanpun hanya terdapat satu fragmen tunggl yang belum selesai pada untai utama (Stansfield, 2007).

Proses replikasi DNA harus diawali dengan pemutusan (denaturasi) ikatan antara untaian DNA yang satu dengan untai komplemennya, karena pemasangan nukleotida akan terhalangi jika untai cetakan berada dalam keadaan berikatan. Denaturasi awal terjadi pada bagian DNA yang dikenal sebagai ori (origin of replication) atau titik awal replikasi. Kemudian inisiasi sintesis DNA, dilanjukan polimerisasi/pemanjangan untaian DNA, lalu ligasi fragmen DNA, dan terakhir terminasi sintesis DNA. Ikatan hidrogen antara A-T dan G-C akan terputus dan diikuti dengan pembukaan untaian DNA. Untaian DNA membuka membentuk struktur yang disebut garpu replikasi (replication fork). Pada gambar 4 ditunjukkan bahwa garpu replikasi akan bergerak sehingga membuka molekul DNA induk yang akan membuka secara bertahap. Masing-masing untaian DNA induk yang sudah terpisah satu sama lain berfungsi sebagai cetakan untuk penempelan nukleotidanukleotida yang akan menyusun molekul DNA baru. Nukleotida-nukleotida baru akan dipolimerisasi menjadi untaian DNA baru dengan urutan sesuai dengan urutan cetakan DNA komplemennya. Basa nukleotida A dipasangkan dengan basa T yang ada pada cetakannya, sedangkan basa C dipasangkan dengan basa G. Oleh karena itu, untaian DNA baru yang terbentuk merupakan komplemen untaian DNA induk. Proses polimerisasi nukleotida terjadi pada kedua untaian DNA cetakan sehingga pada akhir satu kali putaran replikasi akan dihasilkan dua molekul DNA baru yang identik. Masing-masing molekul DNA untai ganda yang terbentuk terdiri atas untai DNA induk dan untai DNA baru hasil polimerisasi selama proses replikasi. Dalam putaran replikasi berikutnya akan terjadi proses yang serupa sehingga DNA anakan menjadi DNA induk untuk replikasi berikutnya (Yuwono, 2005). Polimerisasi DNA hanya dapat dimulai jika tersedia molekul primer, yaitu suatu molekul yang digunakan untuk mengawali proses polimerisasi untaian DNA. Salah satu alasan mengapa virus dipertimbangkan sebagai bagian dari makhluk hidup adalah kemampuan virus untuk bereproduksi atau berkembang biak walaupun dengan syarat harus di dalam sel inang. etelah dilakukan inisiasi dan polimerisasi, akhirnya proses replikasi DNA akan diakhiri dengan proses terminasi atau pengakhiran replikas Sumber: http://desainwebsite.net/pendidikan/proses-replikasi-dna#ixzz1f0fkD5fX

Ada 4 tahapan replikasi DNA: Tahap I: Pembukaan double strand DNA dengan bantuan enzim TOPOISOMERASE II, yang memplintir sedemikian rupa supercoil, sehingga daerah A-T dapat terbuka tanpa tegangan dari supercoil yang lain dan mempermudah proses pembukaan selanjutnya. Pembukaan double strand selanjutnya dilakukan oleh HELICASE. Double strand yang telah terbuka, yaitu menjadi single strand kemudian segera ditempeli dengan SSB (Single Straind Binding Protein). Enzim SSB berfungsi menjaga agar single strand yang telah terbentuk tidak membentuk double strand lagi. Tahap II: Proses inisiasi, yaitu penempelan RNA primer oleh RNA PRIMASE. Proses ini tidak dapat dilakukan oleh DNA polimerase, sebab enzim ini tidak dapat melakukan inisiasi sehingga dibantulah ama si RNA Primase. Setelah RNA primer terbentuk selanjutnya dilakukan perpanjangan oleh DNA polimerase. Tahap III: Proses elongation (perpanjangan DNA) dilakukan oleh DNA POLIMERASE. Proses elongasi berlangsung dari arah 5' ke 3' (so...template DNAnya 3' ke 5'). Pada proses ini terdapat replikasi secara kontinue dan diskontinue, replikasi yang kontinue disebut dengan leading strand sedangkan yang diskontinue disebut dengan lagging strand atau fragmen Okazaki. Karena fragmen Okazaki terputusputus (diskontinue) maka fragmen ini memiliki beberapa RNA primer. Tahap IV: Proses terminasi. Untuk fragmen leading strand langsung dengan TOPOISOMERASE IV diubah bentuknya menjadi coil dan supercoil kembali, sedangkan untuk fragmen Okazaki karena terputus-putus dan terdapat RNA primer maka dengan DNA Eksonuklease 5' --> 3' (biasa disebut juga DNA POLIMERASE I), RNA dihidrolisis menjadi DNA. Selanjutnya karena fragmen ini terputus-putus maka diperlukan DNA LIGASE yang menyambung antar fragmen. Kemudian dengan TOPOISOMERASE IV diubah bentuknya menjadi supercoil.

Sindrom Turner adalah munculnya kelainan akibat dari abnormalitas kromosom seks pada perempuan (yakni kromosom X), dimana hanya terdapat satu kromosom X. Sementara orang pada umumnya lahir dengan 2 kromosom seks, yakni : Anak laki-laki diwariskan kromosom X dari Ibunya, dan kromosom Y dari Ayahnya, hasilnya kromosom (XY). Anak perempuan diwariskan 2 kromosom X, dari Ayah dan Ibunya, hasilnya kromosom (XX).

KELAINAN PADA SINDROM TURNER Tubuh pendek Kelopak mata yang jatuh Kulit leher kendur dan mudah ditarik Dada lebar dengan puting payudara yang saling berjauhan Tangan pendek disertai pergelangan tangan yang mengarah

keluar dan kuku yang kecil Ovarium tidak berfungsi yang berakibat pada tidak

terjadinya perubahan fisik saat masa puberitas dan tidak mengalami menstruasi Kesulitan dalam belajar (mengenal ruang dan matematika) Kesulitan memahami situasi sosial (emosi dan reaksi orang lain)

Sindrom Turner Gejala


Gejala umum dari sindrom Turner meliputi:

Perawakan pendek Lymphedema (pembengkakan) dari tangan dan kaki Luas dada (dada''''perisai) dan luas-spasi puting Rambut Rendah Rendah-set telinga Reproduksi sterilitas Rudimenter streak gonad ovarium (struktur gonad belum berkembang) Amenore, atau tidak adanya periode menstruasi Peningkatan berat badan, obesitas Perisai berbentuk jantung dada Dipersingkat metakarpal IV (tangan) Kuku kecil Karakteristik wajah fitur Berselaput leher dari hygroma kistik pada bayi Coarctation aorta Miskin perkembangan payudara Horseshoe ginjal Visual gangguan sklera, kornea, glaukoma, dll Infeksi telinga dan gangguan pendengaran

Gejala lain mungkin termasuk rahang bawah kecil (micrognathia), cubitus valgus (berbalik-out siku), kuku terbalik lembut, lipatan palmar dan kelopak mata terkulai. Kurang umum adalah tahi lalat berpigmen, gangguan pendengaran, dan langit-langit tinggi-arch (rahang sempit). Sindrom Turner memanifestasikan dirinya berbeda di setiap wanita dipengaruhi oleh kondisi, dan tidak ada dua individu akan berbagi gejala yang sama.

Faktor Risiko Sindrom Turner


Faktor risiko sindrom Turner tidak dikenal. Nondisjunctions meningkat dengan usia ibu, seperti untuk sindrom Down, tapi efek yang tidak jelas untuk sindrom Turner. Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang menyebabkan kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang mengobati wanita Turner setuju bahwa ini adalah sangat tidak mungkin. Saat ini tidak ada penyebab dikenal untuk sindrom Turner, meskipun ada beberapa teori seputar subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal saat ini, adalah bahwa selama konsepsi sebagian atau seluruh kromosom seks kedua tidak ditransfer ke janin.

Sindrom Turner Insiden


Sekitar 98 persen dari semua janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran. Sindrom Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di Amerika Serikat. Kejadian sindrom Turner pada kelahiran perempuan hidup diyakini 1 di 2500.

Sindrom Turner Sejarah


Sindrom ini dinamai setelah Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma, yang digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom Turner Ullrich-atau bahkan BonnevieUllrich-sindrom Turner untuk mengakui bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh para dokter Eropa. Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X adalah pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Rumah Sakit Harwell dan Guy di London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda sindrom Turner.

Diagnosis Sindrom Turner


Sindrom Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan. Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites). Meskipun risiko kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering direkomendasikan bagi keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom Turner. Tes, yang disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu. Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.

Sindrom Turner Prognosis


Sementara sebagian besar temuan fisik dalam sindrom Turner tidak berbahaya, akan ada masalah medis signifikan yang terkait dengan sindrom.

Kardiovaskular
Price et al. (1986 studi 156 pasien wanita dengan sindrom Turner) menunjukkan jumlah signifikan lebih besar kematian akibat penyakit pada sistem peredaran darah dari yang diharapkan, setengah dari mereka karena penyakit jantung bawaan coarctation-kebanyakan preductal aorta. Ketika pasien dengan penyakit jantung bawaan dihilangkan dari sampel penelitian, tingkat kematian dari gangguan peredaran darah tidak meningkat secara signifikan. Malformasi kardiovaskular menjadi keprihatinan yang serius karena merupakan penyebab kematian paling umum pada orang dewasa dengan sindrom Turner. Dibutuhkan bagian penting dalam peningkatan 3 kali lipat dalam mortalitas secara keseluruhan dan harapan hidup berkurang (sampai 13 tahun) yang berhubungan dengan sindrom Turner.

Menyebabkan

Menurut Sybert, 1998 data tidak memadai untuk memungkinkan kesimpulan tentang korelasi fenotipe-kariotipe berkenaan dengan malformasi kardiovaskular pada sindrom Turner karena jumlah individu yang dipelajari dalam kelompok-kelompok kariotipe kurang umum terlalu kecil. Studi lain juga menunjukkan adanya mosaicisms tersembunyi yang tidak didiagnosis pada analisis karyotypic biasa pada beberapa pasien dengan 45, kariotipe X. Sebagai kesimpulan, hubungan antara karakteristik kariotipe dan fenotipik, termasuk malformasi kardiovaskular, tetap dipertanyakan.

Anda mungkin juga menyukai