Anda di halaman 1dari 6

TUGAS METODOLOGI KUANTITATIF GEOGRAFI

Analisis Tetangga Terdekat Pusat Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Tahun 2009

Metode Kuantitatif Geografi (B)


Abiram Benhard (1006678564) Dian Novia Indrianti (1006758142) Hadyan Verly Luthfi (1006758161) Naufal Sanca Lovandhika (1006679081)

1. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) SEBAGAI FASILITAS UMUM Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi utama menjalankan upaya pelayanan masyarakat, menggerakkan program kesehatan untuk terutama promosi
Gambar 1. Puskesmas Neglasari, Kota Tangerang

menanggulangi masalah kesehatan

kesehatan, penanggulangan, dan pencegahan penyakit menular (P2M). Harapan hidup di Kota Tangerang mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2007, yaitu 67,23 tahun pada tahun 2005, 67,29 tahun pada tahun 2006, dan 67,71 tahun pada tahun 2007. Secara umum harapan hidup sejak 2005-2007 besarnya rata-rata adalah di atas 67 tahun, hal ini menunjukkan makin membaiknya tingkat kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatnya derajat kesehatan pada khususnya. Umur harapan hidup ini tentu masih dapat ditingkatkan melalui program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan di kalangan penduduk. Puskesmas merupakan salah satu pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah yang digunakan untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas umum di masyarakat. Puskesmas sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kota berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi segala harapan, keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat. Terlihat pada gambar 1, yaitu Puskemas Neglasari yang merupakan salah satu dari 30 Puskesmas yang berada di Kota Tangerang yang dibangun untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, dan ataupun masyarakat.
2. KONDISI GEOGRAFIS KOTA TANGERANG

Letak Kota Tangerang secara geografis Kota Tangerang terletak pada posisi 106o36 106o42 Bujur Timur (BT) dan 6o6 6o13 Lintang Selatan (LS), dengan total luas daerah 164,55 km2. Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain, Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberagaman kerapatan jaringan jalan dan keberadaan Bandara Internasional Soekarno - Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Kerapatan jaringan jalan di Kota Tangerang cenderung berada dalam kelompok sedang dan tinggi, dengan kerapatan jaringan jalan rendah terdapat di bagian utara Kota Tangerang, dimana terdapat Bandara Internasional Soekarno - Hatta. Gerbang perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang. Kawasan pengembangan terbatas di bagian utara (Kecamatan Benda dan Batuceper) masih mengikuti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang lama. Kecamatan Batuceper masih diarahkan untuk kegiatan pergudangan, industri, dan perumahan susun. Kecamatan Benda yang wilayahnya meliputi sebagian Bandara Internasional Soekarno - Hatta diarahkan sebagai ruang terbuka hijau dan buffer (pengaman) bandara, yang masih konsisten dengan RTRW sebelumnya. Sedangkan Kecamatan Ciledug tetap diarahkan untuk kegiatan perumahan tapi dengan penegasan yang lebih jelas antara skala menengah dan kecil. Kecamatan Jatiuwung di bagian barat Kota Tangerang diarahkan untuk kegiatan industri dengan pengembangan terbatas,

serta permukiman penunjang industri. Kawasan tersebut tidak diarahkan untuk penambahan industri baru tapi untuk perluasan kegiatan yang sudah ada saja. 3. PERHITUNGAN NEAREST NEIGHBOR INDEX PUSKESMAS KOTA

TANGERANG TAHUN 2009 Untuk melihat pola sebaran objek (fisik dan non-fisik) dalam suatu ruang dan merencanakan letak pusat pelayanan dapat digunakan Nearest Neighbor Analysis (NNA), sehingga pada akhirnya kita akan memperoleh sebuah indeks yang dapat dihubungkan dengan tempat lain, dengan asumsi: 1) Daerah yang dianalisa memiliki tingkat aksesibilitas yang seragam dan tidak ada hambatan 2) Jika ada hambatan, tidak dapat dilihat sebagai titik terdekat 3) Objek yang diteliti memiliki kekuatan yang sama 4) Jarak terdekat ditentukan oleh peneliti 5) Jumlah titik yang dianalisa memenuhi persyaratan sampel besar (beberapa sumber menyebutkan minimum 30) Apabila telah memperoleh nilai indeks 1. Nilai 2. Nilai 3. Nilai = 0 menunjukkan pola cluster = 1 menunjukkan pola random = 2,15 menunjukkan pola uniform , maka kita dapat mengetahui pola sebaran objek tersebut, yang mana klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Pada kali ini, akan dikaji pola sebaran objek yaitu Puskesmas di wilayah kajian Kota Tangerang dengan cara pengukuran jarak melalui peta dan rumus Nearest Neighbor Index, yaitu:

. Keterangan: = Nearest Neighbor Index = jarak = jarak antar titik terdekat

= jumlah luas = luas Tabel jarak antar titik terdekat yang dihitung melalui peta sebaran Puskesmas Kota Tangerang tahun 2009 (terdapat dalam lampiran) adalah sebagai berikut:

No. Titik

Jarak terdekat (km)

4-5 5-6 2-7 7-8 8-11 10-11 12-14 14-18 17-18 16-17 22-24 24-25 25-26 25-27 28-29

0,67 1,35 1,12 1,24 1,52 1,24 1,80 1,46 1,35 1,80 0,90 1,12 1,24 1,91 1,18

4. ANALISIS TETANGGA TERDEKAT PUSKESMAS KOTA TANGERANG TAHUN 2009 Jika dilihat dari peta aksesibilitas Kota Tangerang (terlampir) dan dikaitkan dengan perhitungan Nearest Neighbor Index, maka dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas mempengaruhi lokasi keberadaan Puskesmas. Semakin tinggi tingkat aksesibilitas suatu wilayah, maka semakin besar peluang keberadaan Puskesmas pada wilayah tersebut. Apabila dilihat dari nilai indeks yang sebesar 0,57, dapat disimpulkan bahwa pola keberadaan Puskesmas di Kota Tangerang cenderung ke arah random. Akan tetapi jika melihat dari nilai

indeks tersebut, sulit untuk menentukan apakah pola persebaran Puskesmas di Kota Tangerang random ataukah cluster, karena nilai tersebut berada di pertengahan angka 0 yang menunjukkan cluster dan 1 yang menunjukkan random. Jika dilihat dari peta jaringan jalan (terlampir), dapat dikatakan bahwa pola persebaran Puskesmas di Kota Tangerang tergolong random karena mengikuti tingkat kerapatan jaringan jalan. Semakin rapat jaringan jalan, semakin besar persentase adanya Puskesmas.

Sumber acuan http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/454/jbptunikompp-gdl-restuindra-22689-3-babiii.pdf (diakses 27 Februari 2012, pukul 19:01) http://www.infotangerang.com/detailKota.php?no=6 (diakses 27 Februari 2012, pukul 18:27) http://www.puskel.com/3-fungsi-utama-pusat-kesehatan-masyarakat-puskesmas/ (diakses 27 Februari 2012, pukul 19:11) http://www.tangerangkota.go.id/mobile/detailprofilkota/1/11 (diakses 27 Februari 2012, pukul 18:59) Rizqihandari, Nurrokhmah. Diktat Mata Kuliah Metodologi Kuantitatif Geografi Analisis Keruangan (Power Point). Saputra, Fian Mulyana. (2010). Karakteristik Wilayah Pengunjung Puskesmas di Kota Tangerang Tahun 2009 . Tugas Akhir Sarjana Sains. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai