Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN LOKASI PUSKESMAS BARU MENGGUNAKAN ANALITYCAL

HIERARCHY PROCESS
(STUDI KASUS KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH)
Merieana Mahanani
merieana.mahanani@gmail.com

Noorhadi Rahardjo
noorhadi@ugm.ac.id

Abstract
Provision of PHC as the-most-affordable-health-facilities by the community is one of the
efforts to improve the health of a region. The background of this research are lack of
information on the distribution location and thematic data-presentation of PHC in spatial data
form in Kebumen. This aims to map the distribution of PHC in Kebumen 2014 and determine
new-PHC location using AHP. Mapping method is done by the analysis of information and
data PHC characteristics. Site analysis is done by AHP. AHP is one method of DSS that can
help in the process of computation, data analysis, and decision-making on criterias used to
determine the location of an object. Based on the analysis, resulting PHC distributions map in
Kebumen 2014. There are 35 PHC scattered in 26 districts. Visualization of PHC distributions
and analysis using AHP can determine new PHC locations. Determination of criterias,
priority-weights, and the consistency-ratio can affect the results of new PHC locations
recommendations.

Keywords: Mapping Health Center, Geographic Information Systems (GIS, Analytical


Hierarchy Process (AHP).

Abstrak
Penyediaan Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang paling terjangkau oleh
masyarakat merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan suatu wilayah.
Penelitian dilatarbelakangi oleh kurangnya informasi mengenai lokasi Puskesmas dalam
bentuk data spasial dan belum optimalnya penyajian data tematik Puskesmas di wilayah kajian.
Bertujuan untuk memetakan sebaran Puskesmas di Kabupaten Kebumen tahun 2014 dan
menentukan lokasi Puskesmas baru menggunakan AHP. Metode pemetaan dilakukan dengan
analisa informasi dan karakteristik data Puskesmas. Analisis lokasi dilakukan dengan AHP.
Metode AHP adalah metode dalam SPK yang dapat membantu dalam proses perhitungan,
analisa data, dan pengambilan keputusan dari beberapa kriteria untuk menentukan lokasi objek.
Berdasarkan analisis, dihasilkan peta sebaran Puskesmas di Kabupaten Kebumen tahun 2014.
Terdapat 35 unit Puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan. Visualisasi sebaran Puskesmas
saat ini dan analisis menggunakan metode AHP dapat menentukan rekomendasi lokasi
Puskesmas yang baru. Penentuan kriteria, bobot prioritas, serta konsistensi rasio dapat
mempengaruhi hasil rekomendasi lokasi Puskesmas yang baru.

Kata Kunci: Pemetaan Puskesmas, Sistem Informasi Geografis (SIG), Analytical


Hierarchy Process (AHP).

1
PENDAHULUAN (BIG). Karena hal tersebut, baik data
Puskesmas, maupun objek lain yang
Kesehatan merupakan tanggung terdapat pada peta tersebut tentunya
jawab bersama dari setiap individu, mengalami banyak perubahan dalam kurun
masyarakat, keluarga, swasta, maupun waktu 20 tahun terakhir. Dengan semakin
pemerintah. Pembangunan kesehatan berkembangnya aktivitas masyarakat di
bertujuan untuk meningkatkan kemauan, Kabupaten Kebumen, maka kebutuhan
kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi sarana Puskesmas tentunya semakin
seluruh masyarakat agar terwujud derajat meningkat pula. Oleh karena itu perlu
kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk adanya analisis dan rekomendasi penentuan
mewujudkan hal tersebut tentu saja perlu lokasi puskesmas baru di wilayah tersebut
dilakukan beragam upaya, antara lain dengan memperhatikan beberapa faktor di
melalui pendekatan peningkatan kesehatan antaranya: jumlah penduduk, lebar jalan,
(promotif), pencegahan penyakit jarak antara puskesmas dengan
(preventif), penyembuhan penyakit permukiman, jarak antar puskesmas, dan
(kuratif), serta pemulihan kesehatan penggunaan lahan.
(rehabilitatif), dimana upaya-upaya tersebut Sistem Informasi Geografis (SIG)
hendaknya dilakukan secara menyeluruh, adalah sistem yang mampu menyajikan
terpadu, dan berkesinambungan, (Profil visualisasi persebaran Puskesmas untuk
Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2011). kebutuhan pemetaan dan membantu dalam
Disisi lain, penyediaan sarana kesehatan proses analisis perencanaan lokasi
merupakan salah satu upaya yang juga Puskesmas baru. Sedangkan AHP
penting dilakukan untuk membantu (Analitycal Hierarchy Process) adalah salah
memelihara dan meningkatkan derajat satu metode dalam SPK (Sistem
kesehatan di suatu wilayah. Puskesmas atau Pengambilan Keputusan) yang membantu
Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan proses perhitungan matematis, analisa data,
fasilitas pelayanan kesehatan yang dan pengambilan keputusan dari beberapa
menyelenggarakan upaya kesehatan kriteria yang digunakan untuk menentukan
masyarakat dan upaya kesehatan lokasi baru suatu objek, dalam hal ini
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih Puskesmas di Kabupaten Kebumen. AHP
mengutamakan kegiatan promotif dan lebih sering digunakan sebagai metode
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan pemecahan masalah dibandingkan dengan
masyarakat yang setinggi-tingginya di metode yang lain karena beberapa alasan
wilayah kerjanya, (Peraturan Menteri seperti: struktur yang berhirarki, sebagai
Kesehatan RI No. 75 tahun 2014 tentang konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai
Pusat Kesehatan Masyarakat). Dinas pada subkriteria yang paling dalam;
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam hal ini memperhitungkan validitas sampai dengan
menjadi satuan kerja pemerintahan daerah batas toleransi inkonsistensi berbagai
kabupaten/kota yang bertanggung jawab kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
menyelenggarakan urusan pemerintahan pengambil keputusan; serta
dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota; memperhitungkan daya tahan output atau
termasuk dalam mengambil keputusan hasil akhir analisis sensitivitas pengambilan
untuk pendirian Pusat Kesehatan keputusan.
Masyarakat atau Puskesmas.
Informasi mengenai sebaran lokasi Berdasarkan uraian di atas, maka
Puskesmas di Kebumen sejauh ini baru bisa permasalahan yang timbul dalam penelitian
diperoleh melalui peta Rupabumi Indonesia ini adalah:
(RBI). Seperti yang diketahui, sejak tahun 1. Kurangnya informasi mengenai sebaran
1995 hingga saat ini belum ada lokasi sarana kesehatan, khususnya
pembaharuan (updating) peta RBI secara puskesmas yang ada di Kabupaten
resmi dari Badan Informasi Geospasial Kebumen secara spasial.
2
2. Ketersediaan peta tematik yang wilayah, serta hambatan interaksi (Djamin,
menyajikan data sarana kesehatan 1984 dalam Taufik 2013).
puskesmas untuk wilayah kajian belum Pemilihan lokasi suatu fasilitas umum,
tercukupi secara optimal (data yang ada dalam hal ini fasilitas pelayanan kesehatan
baru tersedia dalam bentuk tabular) dan yang tepat sangat menentukan tercapainya
pembaharuan atau updating peta belum pelayanan kesehatan secara menyeluruh
sampai mendetil ke wilayah regional kepada masyarakat. Dalam melakukan
khususnya di wilayah yang akan dikaji. seleksi terhadap suatu lokasi, Klimert
(dalam Taufik 2013) menyatakan perlu
Berdasarkan pertanyaan penelitian di adanya pertimbangan kombinasi yang
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: terbaik dari beberapa karakteristik yaitu
1. Menyusun Peta Sebaran Puskesmas di sebagai berikut: Kependudukan
Kabupaten Kebumen saat ini (tahun (demographics), Lokasi dan Jarak (locations
2014). and distance), Bentuk (shape), Akses
2. Melakukan analisis untuk menentukan (access), Visibilitas (visibility), Dampak
lokasi puskesmas baru di Kabupaten Lingkungan (environmental impacts), Zona
Kebumen menggunakan metode (zoning), dan Keuntungan (Financial
Analytical Hierarchy Process (AHP). benefits to the community).
Metode AHP diperkenalkan oleh Thomas
L.Saaty pada periode 1971-1975 ketika di
Secara garis besar teori lokasi mengarah Wharton School. Pada dasarnya AHP
kepada ilmu yang menyelidiki tata ruang merupakan suatu teori umum tentang
atau sebuah ilmu yang berkonsentrasi pada pengukuran dan dapat digunakan untuk
alokasi geografis dari sumberdaya potensial menemukan skala rasio baik dari
beserta hubungannya dan pengaruhnya perbandingan pasangan yang diskrit
terhadap keberadaan kegiatan lain baik maupun kontinyu. Perbandingan-
ekonomi maupun sosial (Ibrahim, 1998 perbandingan ini dapat diambil dari ukuran
dalam Taufik, 2013). Nitisemito, (dalam aktual atau dari suatu skala dasar yang
Taufik, 2013) juga menyebutkan mengenai mencerminkan kekuatan perasaan dan
pengertian atau definisi teori lokasi, yaitu preferensi relatif. AHP memiliki perhatian
suatu penjelasan yang teoritis berkaitan khusus tentang penyimpangan dari
dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. konsistensi, pengukuran dan pada
Hal tersebut memiliki hubungan yang sangat ketergantungan di dalam dan di antara
erat dengan alokasi geografis dari kelompok elemen strukturnya
sumberdaya yang terbatas dan akan (Nurdiansyah, 2010).
berpengaruh pada lokasi berbagai aktivitas
baik ekonomi maupun sosial.
METODE PENELITIAN
Titik berat dari analisis lokasi yang juga
merupakan bentuk dari analisis keruangan Bahan dan Alat Penelitian
meliputi tiga unsur, yaitu jarak (distance),
gerakan (movement), dan kaitan Bahan dan alat yang digunakan dalam
(interaction). Tujuan dari analisis keruangan penelitian adalah:
tersebut ialah untuk mengukur kondisi yang 1. Alat:
ada apakah sudah sesuai dengan struktur - GPS (Global Positioning System),
keruangan atau belum dan menganalisa - Seperangkat komputer untuk mengolah
interaksi antar-unit keruangan dalam hal ini data SIG, dan
hubungan antara ekonomi dan space - Perangkat lunak ArcGIS 10.0
interaction (interaksi keruangan), 2. Bahan:
aksesibilitas antara perhentian dan pusat - Peta Rupabumi Indonesia skala 1:25.000
wilayah cakupan Kabupaten Kebumen,

3
- Data Penduduk Kabupaten Kebumen pengguna peta baik dalam membaca peta
tahun 2014 maupun dalam tahap analisis. Dalam
- Data penggunaan lahan Kabupaten pembuatan desain tata letak peta tentunya
Kebumen tahun 2014 disusun sesuai dengan wilayah kajian dan
informasi apa saja yang akan ditampilkan
Tahapan Penelitian dalam peta.
1. Pengumpulan Data b. Penyusunan Rencana Lokasi
Tahap pengumpulan data dalam
Puskesmas Baru di Kabupaten
penelitian ini dilakukan sesuai dengan
Kebumen Menggunakan Metode
sumber datanya, yaitu primer dan sekunder.
Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Data primer dikumpulkan dengan metode
sensus terhadap seluruh objek puskesmas - Menentukan Kriteria
yang ada di Kabupaten Kebumen dengan Kriteria yang dibuat merupakan rincian
melakukan plotting titik-titik koordinat dari permasalahan penentuan lokasi
menggunakan GPS beserta atribut yang Puskesmas baru yang akan dibangun
diperlukan. Sedangkan data sekunder berdasarkan faktor-faktor di bawah ini:
didapatkan dengan cara mengumpulkan 1. Jumlah dan kepadatan penduduk
data-data dari berbagai sumber atau 2. Jenis penggunaan lahan
instansi/dinas terkait antara lain: Dinas 3. Lebar jalan/ fungsi jalan
Kesehatan Kabupaten Kebumen, Bappeda 4. Jarak Puskesmas dari permukiman
Kabupaten Kebumen, dan Badan Pusat 5. Jarak antar-Puskesmas
Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen. - Comparative Judgement (penilaian
perbandingan)
2. Tahap Analisis Data Prinsip ini mengandung arti membuat
a. Penyusunan Peta Sebaran Puskesmas penilaian tentang kepentingan relatif dua
di Kabupaten Kebumen tahun 2014 unsur pada suatu tingkat tertentu dalam
- Desain Simbol Peta kaitannya dengan tingkat atasnya. Agar
Simbol geometrik merupakan simbol tampak lebih terstruktur, hasil dan penilaian
yang didesain dengan bentuk-bentuk ini disajikan dalam bentuk matriks
geometri seperti bujursangkar, persegi perbandingan berpasangan atau Pairwise
panjang, segitiga, lingkaran, dan Comparison (Saleh dan Tatang Tiryana,
sebagainya. Simbol geometrik dirasa paling 2007; dalam Prasetyo, 2014). Contoh
sesuai untuk menyajikan data sebaran matriks perbandingan berpasangan dapat
puskesmas secara spasial dibandingkan dilihat dalam tabel berikut.
dengan bentuk simbol yang lain seperti Tabel 2.1. Matriks Perbandingan
piktorial atau teks. Simbol tersebut dipilih Berpasangan
dengan tujuan agar tampilan peta tidak Mobil baru Harga Serbaguna Prestise
terlalu rumit dan pengguna peta dapat
Harga 1 3 7
membaca peta dengan lebih mudah. Selain
Serbaguna 1/3 1 2
itu, kelebihan dari simbol geometrik adalah
mudah dalam penggambaran dan Prestise 1/7 1/2 1
penempatannya walaupun gambar atau Sumber: Saleh dan Tatang Tiryana (2007)
simbol yang dihasilkan tidak memiliki
hubungan visual dengan objek aslinya. Adapun skala dasar yang digunakan
- Desain Tata Letak Peta untuk membandingkan unsur-unsur yang
Tata letak pada peta memiliki peran ada menurut L. Saaty (1991) dirangkum
dalam penyampaian informasi dari dalam Tabel 2.2.
kartografer kepada pengguna peta. Desain Tabel 2.2. Skala Perbandingan
tata letak yang sesuai dengan kaidah Berpasangan
kartografis tentunya akan memudahkan Skala Unsur yang dibandingkan

4
1 Sama penting dengan bobot prioritas. Bobot sintesis
3 Sedikit lebih penting diperoleh dengan cara menjumlahkan
5 Lebih penting masing-masing elemen matriks normalisasi
7 Sangat penting berdasarkan baris matriks.
9 Mutlak lebih penting Nilai Consistency Ratio (CR) merupakan
2,4,6,8 Nilai yang berdekatan nilai yang menunjukkan apakah hasil
Sumber: Saaty (1991, dalam Coyle 2004) perhitungan matrik yang kita buat adalah
konsisten. Hasil perhitungan dianggap
- Bobot Prioritas kosisten apabila nilai CR < 0,1. Rumus
Setiap elemen hirarki memiliki bobot perhitungan CR adalah sebagai berikut:
prioritas. Bobot tersebut menggambarkan
sebesar apa solusi tersebut dapat dipandang
sebagai penyelesaian masalah yang sedang
dihadapi. Untuk memperoleh bobot prioritas CR = Consistency Ratio
tersebut maka perlu dilakukan perhitungan CI = Consistency index
eigenvector. Perhitungan bobot prioritas RI = Random Index
dilakukan dengan cara berikut: Nilai Random Index (RI) sendiri
1. Menghitung nilai eigenvector dengan tergantung pada ordo matriks yang kita buat.
rumus berikut: Nilai random indeks berdasarkan ordo
matriks disajikan dalam Tabel 2.3.
Eigenvector = (A1 x A2 x A3 x … x An)1/n
A = elemen matriks, n = jumlah ordo matriks Tabel 2.3. nilai RI berdasarkan Ordo
Matriks
2. Menjumlahkan semua eigenvector N 1 2 3 4 5 6
untuk memperoleh eigen total. RI 0 0 5.8 0.9 1.12 1.24
3. Membagikan eigenvector masing-
masing elemen dengan eigen total untuk N 7 8 9 10 11
memperoleh bobot prioritas. Semakin
RI 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
besar bobot prioritas yang diperoleh,
maka semakin dipandang layak unsur Sumber: Saaty (1991)
matriks tersebut untuk dijadikan solusi Saaty (1991) menyarankan bahwa hasil
dari masalah yang ingin dipecahkan. penilaian yang dapat diterima adalah jika
nilai CR tidak lebih dari 10% atau nilai CR
- Logical Consistency (Konsistensi tidak melebihi dari 0,1. Apabila didapat nilai
Logis) rasio konsistensi yang lebih tinggi, maka
Hasil dari perhitungan bobot prioritas perlu dilakukan perhitungan ulang
tidak dapat secara langsung digunakan (Hafiyusholeh, 2009 dalam Prasetyo, 2012).
untuk mengambil keputusan melainkan - Mengambil Keputusan
perlu terlebih dahulu dilakukan uji Keputusan akhir diambil dengan cara
konsistensi. Untuk mengetahui apakah membandingkan masing-masing parameter
perhitungan yang kita lakukan konsisten, yang telah diuji konsistensi rasionya dengan
maka perlu dihitung Consistency index (CI) kandidat atau alternatif jenis Puskesmas
dan Consistency Ratio (CR). Perhitungan CI yang akan dipilih. Setelah mendapatkan
dan CR dilakukan dengan menggunakan bobot untuk seluruh parameter dan skor
rumus berikut: untuk masing-masing kandidat, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan
total skor atau keputusan untuk seluruh
CI = Consistency Index, λ max = nilai parameter tersebut. Semakin tinggi nilai
eigen maksimum, n = ordo matriks. skor, maka wilayah atau area tersebut akan
Eigen maksimum (λmax) merupakan semakin cocok untuk dipilih menjadi calon
hasil rerata pembagian dari bobot sintesis lokasi Puskesmas baru.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyusunan Peta Sebaran Puskesmas
di Kabupaten Kebumen tahun 2014
a. Desain Simbol Peta
Simbol yang digunakan dalam peta
sebaran Puskesmas di Kabupaten Kebumen
saat ini adalah simbol geometrik. Pemilihan Gambar 3.1. Desain Tata Letak Peta
simbol didasarkan pada hasil analisis Sebaran Puskesmas di Kabupaten
informasi yang meliputi analisis invariant Kebumen Tahun 2014
dan analisis variant. Objek Puskesmas
memiliki karakteristik data yang dinilai 2. Penyusunan Rencana Lokasi
paling sesuai divisualisasikan menggunakan Puskesmas Baru di Kabupaten
simbol geometrik dengan hasil simbol Kebumen menggunakan AHP
berupa titik bulat atau dot ( ). Karakteristik a. Agihan Puskesmas di Kabupaten
data Puskesmas lebih lengkapnya disajikan Kebumen
dalam tabel berikut. Data lokasi Puskesmas di Kabupaten
Kebumen berupa titik-titik koordinat objek
Puskesmas diperoleh melalui data sekunder
Tabel 3.1. Karakteristik Data dan dari Departemen Kesehatan Kabupaten
Simbolisasi Objek Puskesmas Kebumen dalam format data .KML. Data
Informasi Puskesmas sekunder tersebut digunakan karena dinilai
lebih efisien baik dari segi waktu maupun
Dimensi Titik
dari kualitas datanya sebagai pengganti data
Ukuran Data Nominal primer yang seharusnya diambil secara
Bentuk Simbol Abstrak langsung di lapangan. Berdasarkan
koordinat dari masing-masing Puskesmas
Wujud Simbol Geometrik
tersebut, divisualisasikan dalam bentuk peta
Persepsi Visual Selektif sebaran Puskesmas di Kabupaten Kebumen
Variabel Visual Bentuk berikut.
Hasil Simbol

Sumber: Analisis Informasi, 2014

b. Desain Tata Letak Peta Gambar 3.2. Peta Sebaran Puskesmas di


Peta berfungsi sebagai media perantara Kabupaten Kebumen Tahun 2014
antara kartografer dengan pengguna peta Puskesmas di Kabupaten Kebumen
dalam menyampaikan informasi yang berjumlah 35 unit dan tersebar di 26
disajikan dalam bentuk visualisasi data kecamatan; atau dengan kata lain, hampir di
secara spasial. Berdasarkan pernyataan seluruh kecamatan sudah memiliki
tersebut, peran tata letak peta menjadi amat Puskesmas dan bahkan ada beberapa
penting karena berpengaruh terhadap kecamatan yang memiliki Puskesmas lebih
informasi yang dapat diambil oleh para dari satu unit. Jumlah Puskesmas dalam satu
pengguna peta. Dengan memperhatikan wilayah kecamatan pada dasarnya tidak
kaidah kartografis, maka dihasilkan ditentukan secara pasti oleh pemerintah
tampilan visualisasi Peta Sebaran setempat. Hal ini terbukti dari tidak adanya
Puskesmas di Kabupaten Kebumen Tahun peraturan khusus yang mengatur tentang
2014 seperti pada Gambar 3.1. jumlah Puskesmas dalam Peraturan Daerah.

6
Suatu wilayah kecamatan dapat memiliki terletak pada kawasan dengan jenis
Puskesmas lebih dari satu unit dengan syarat penggunaan lahan berupa permukiman.
dalam wilayah tersebut memiliki kepadatan Visualisasi penggunaan lahan yang ada di
penduduk yang cukup padat hingga padat. Kabupaten Kebumen saat ini disajikan
b. Agihan Puskesmas Terhadap Jumlah dalam peta penggunaan lahan berikut.
Penduduk
Satu unit Puskesmas setidaknya dapat
melayani sekurang kurangnya 5.000-20.000
jiwa. Kawasan perumahan sebagai lokasi
Puskesmas harus memiliki ±1.000 KK serta
distribusi lokasi Puskesmas lebih tepat
berada pada lokasi yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi. Distribusi klasifikasi d. Agihan Puskesmas Terhadap Lebar
Gambar 3.4. Peta
Jalan/ Fungsi Penggunaan Lahan
Jalan
kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen
divisualisasikan dalam Peta Kepadatan Ditinjau dari
Kabupaten Kebumen segi pelayanan,
Tahun 2014
Penduduk Kabupaten Kebumen tahun 2014 Puskesmas setidaknya berada pada setiap
berikut. sistem jaringan jalan, termasuk jaringan
jalan lingkungan pada kawasan permukiman
atau perumahan baik di dalam kawasan
perkotaan maupun perdesaan, sehingga
kriteria lokasi Puskesmas yang sesuai adalah
berada pada jalan lokal, kolektor, sampai
arteri dengan aksesibilitas yang lancar.
Berdasarkan asumsi jarak Puskesmas
ke jalan dan hasil pengolahan data jaringan
jalan di Kabupaten Kebumen menurut
Gambar 3.3. Peta Kepadatan Penduduk
klasifikasinya, diperoleh bahwa calon lokasi
Kabupaten Kebumen tahun 2014.
Puskesmas di Kabupaten Kebumen berada
c. Agihan Puskesmas Terhadap Jenis pada setiap kelas Lebar Jalan atau Fungsi
Penggunaan Lahan Jalan, dan berjarak kurang lebih 50 meter
Pemilihan lokasi fasilitas kesehatan, dari jalan.
khususnya Puskesmas tentu harus
memperhatikan lokasi di sekitarnya,
termasuk diantaranya adalah peraturan pada
kawasan. Peraturan Daerah Kabupaten
Kebumen No.23 Tahun 2012 menyebutkan
berdasarkan struktur ruangnya terdapat 19
kecamatan di Kabupaten Kebumen yang
ditetapkan sebagai Kawasan Pusat Gambar 3.4. Peta Kelas Jalan Kabupaten
Pelayanan Kegiatan. Puskesmas sebagai Kebumen Tahun 2014
kegiatan yang termasuk dalam Pusat e. Agihan Puskesmas Terhadap Jarak
Pelayanan Kegiatan pada kawasan Puskesmas dari Permukiman
Permukiman terletak pada Kawasan Jangkauan pelayanan Puskesmas sejauh
Permukiman Perkotaan dan Permukiman 1-3 kilometer sesuai untuk kriteria distribusi
Perdesaan. Pola pemanfaatan ruang lokasi Puskesmas karena jarak tersebut
pelayanan Puskesmas dikembangkan pada merupakan jarak terdekat yang dapat
kawasan perumahan dan permukiman. dijangkau oleh masyarakat di kawasan
Sebagai kegiatan pelayanan kesehatan yang permukiman. Analisis jangkauan pelayanan
mendukung kawasan permukiman, kriteria menggunakan menggunakan Service Area
distribusi lokasi Puskesmas sebaiknya dalam tools Network Analyst untuk
mengetahui area mana saja yang termasuk

7
dalam wilayah jangkauan Puskesmas 3000 meter dari data titik koordinat
eksisting. Hasil yang diperoleh berupa Puskesmas saat ini. Hasil yang diperoleh
jangkauan pelayanan potensial Puskesmas berupa radius pelayanan optimal Puskesmas
di Kabupaten Kebumen (Gambar 3.5). di Kabupaten Kebumen. Hasil tersebut
Berdasarkan peta tersebut dapat diketahui divisualisasikan dalam peta jarak antar
bahwa keseluruhan Puskesmas mampu Puskesmas (Gambar 3.6). Dari peta dapat
menjangkau kawasan permukiman di diketahui bahwa terdapat 9 Puskesmas yang
sekitarnya, namun terdapat beberapa memiliki jarak lebih dari 3 km dengan
kawasan permukiman yang letaknya lebih Puskesmas terdekatnya, sedangkan 26 unit
dari 3000 meter atau berada di luar Puskesmas lainnya memiliki jarak kurang
jangkauan terjauh Puskesmas. Dari peta dari 3 km dengan Puskesmas terdekatnya.
juga terlihat bahwa beberapa unit Faktor yang mempengaruhi jarak antara
Puskesmas yang berada tidak jauh dari jalan Puskesmas-Puskesmas tersebut kurang dari
arteri Kabupaten Kebumen memiliki 3 km hampir sama dengan pembahasan
jangkauan pelayanan yang saling tumpang sebelumnya, yaitu diantaranya karena
tindih Faktor yang mempengaruhi beberapa Puskesmas berada di dalam satu
Puskesmas-Puskesmas tersebut saling kecamatan yang sama. Selain itu jarak antar-
tumpang tindih jangkauan pelayanannya Puskesmas juga dipengaruhi oleh luas
diantaranya karena beberapa Puskesmas wilayah, kelas jalan, penggunaan lahan,
tersebut berada di dalam satu kecamatan serta pola distribusi permukimannya.
yang sama. Selain itu, faktor lain yang juga
menyebabkan jangkauan pelayanan
Puskesmas menjadi tumpang tindih ialah
wilayah kecamatan yang tergolong tidak
terlalu luas serta memiliki penggunaan lahan
permukiman yang mengelompok di satu sisi
(contohnya mengikuti sepanjang jalan)
dengan kepadatan penduduk yang tergolong Gambar 3.6. Peta Jarak Antar-Puskesmas
padat. Kabupaten Kebumen Tahun 2014
g. Analitycal Hierarchy Process (AHP)
- Comparative Judgement (penilaian
melalui perbandingan)
Proses analisis, pengolahan dan
perhitungan masing-masing kriteria dimulai
dengan membandingkan nilai-nilai setiap
kriteria dalam sebuah matriks perbandingan
berpasangan (Pairwise Comparison).
Gambar 3.4. Peta Jangkauan Pelayanan
Dalam perangkat lunak ArcGis proses
Kabupaten Kebumen Tahun 2014
dimulai dengan memasukkan raster setiap
f. Jarak Antar-Puskesmas
kriteria seperti gambar berikut Kriteria 1:
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
Kepadatan Penduduk. Semakin tinggi
menyebutkan jarak ideal masing-masing
klasifikasi maka semakin padat
Puskesmas adalah sejauh 0-3 km. Jarak
penduduknya.
antar-Puskesmas tersebut sesuai untuk
Gambar 3.7. Hasil Proses
kriteria distribusi lokasi Puskesmas karena
Konversi Feature to
mempertimbangkan persebaran
Raster Dataset untuk
permukiman penduduk dalam satu wilayah
Kriteria Kepadatan
kecamatan agar masyarakat dapat
Penduduk
memperoleh pelayanan yang optimal.
Analisis jarak antar Puskesmas
menggunakan analisis Buffering sejauh
8
Kriteria 2: Penggunaan Lahan. Kelas 1 lainnya. Skala perbandingan mengacu pada
adalah penggunaan lahan lain, sementara L.Saaty (1991), skala tersebut diperoleh dari
kelas 2 adalah permukiman. Semakin tinggi hasil diskusi dengan stakeholder terkait
klasifikasi maka semakin baik. yang tentu lebih mengerti mengenai keadaan
wilayah kajian.
Gambar 3.8. Hasil Proses
Konversi Feature to
Raster Dataset untuk
Kriteria Penggunaan
Lahan
Kriteria 3: Lebar Jalan. Kelas 1 adalah
wilayah yang tidak terdapat jalan arteri, Gambar 3.12. Penyusunan Matriks
kolektor, maupun jalan lokal; sementara Perbandingan Berpasangan dan Skala
kelas 2 adalah jalan arteri, kelas 3 jalan Perbandingan L. Saaty (1991)
kolektor, dan kelas 4 jalan lokal. Semakin - Bobot Prioritas
tinggi klasifikasi maka semakin baik. Keunggulan menggunakan Tools AHP
Gambar 3.9. Hasil Proses pada ArcGis salah satunya ialah seluruh
Konversi Feature to Raster perhitungan Eigenvalue, Eigenvector, bobot
Dataset untuk Kriteria kriteria, hingga Consistency Ratio dapat
Lebar Jalan dilakukan secara otomatis setelah seluruh
Kriteria 4: Jarak matriks perbandingan terisi oleh skala-skala
Puskesmas ke Permukiman. Kelas 1 yang sudah ditentukan. Hasil perhitungan
adalah kawasan permukiman yang tidak tersebut terangkum dalam kotak dialog AHP
terjangkau oleh Puskesmas; sementara kelas result seperti berikut.
2 adalah kawasan permukiman dan
penggunaan lahan lain yang terjangkau oleh
Puskesmas. Semakin rendah klasifikasi
maka semakin baik.
Gambar 3.10. Hasil
Proses Konversi Feature
to Raster Dataset untuk Gambarprioritas
Bobot 3.13. Hasil Perhitungan
merupakan gambaran
Kriteria Jarak Puskesmas Eigenvalues,
seberapa besar Eigenvector, Bobot
peranan masing-masing
ke Permukiman Kriteria,
elemen dan Consistency
kriteria terhadap Ratio
keputusan
Kriteria 5: Jarak kecocokan lokasi Puskesmas baru. Semakin
Antar-Puskesmas.. Kelas 1 adalah tinggi bobot prioritas sebuah kriteria, maka
kawasan permukiman yang tidak terjangkau semakin besar pula peranannya terhadap
oleh Puskesmas; sementara kelas 2 adalah penentuan hasil keputusan. Dalam
kawasan permukiman dan penggunaan perhitungan tersebut, kriteria kepadatan
lahan lain yang terjangkau oleh Puskesmas. penduduk memiliki bobot prioritas yang
Semakin rendah klasifikasi maka semakin paling tinggi, diikuti oleh penggunaan lahan,
baik. lebar jalan, jarak Puskesmas ke
Gambar 3.11. Hasil permukiman, dan kemudian jarak antar-
Proses Konversi Feature Puskesmas. Meskipun terdapat perbedaan
to Raster Dataset untuk angka hasil perhitungan antara perhitungan
Kriteria Jarak Antar- menggunakan Tools AHP dengan
Puskesmas perhitungan manual, namun masih dapat
Tahapan selanjutnya ditoleransi karena kedua hasil bobot
adalah menyusun matriks perbandingan prioritas menunjukkan tingkatan prioritas
berpasangan dengan memasukkan skala peranan kriteria yang sama (yaitu mulai dari
perbandingan setiap kriteria dengan kriteria

9
kepadatan penduduk hingga jarak antar-
Puskesmas). Gambar 3.15. Raster
- Logical Consistency (Konsistensi Hasil Kecocokan
Logis) Lokasi Puskesmas
Uji konsistensi dalam perhitungan AHP Baru di Kabupaten
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui Kebumen
apakah bobot prioritas masing-masing
kriteria yang digunakan sudah valid atau Perbedaan warna
belum. Untuk mengetahui validitas bobot yang ditampilkan tersebut menunjukkan
masing-masing kriteria, maka dilakukan bahwa wilayah dengan warna kuning
perhitungan Consistency Index (CI) dan kemerahan hingga warna paling merah
Consistency Ratio (CR). Dalam Tools AHP, merupakan wilayah yang tidak sesuai atau
hasil perhitungan CR otomatis dapat tidak direkomendasikan untuk dibangun
langsung terlihat setelah proses input skala Puskesmas baru. Sementara warna kuning
perbandingan dilakukan. menunjukkan bahwa wilayah tersebut boleh
saja didirikan Puskesmas baru, namun
alangkah lebih baik dan sangat
Gambar 3.14. Hasil direkomendasikan apabila Puskesmas baru
Perhitungan didirikan di wilayah dengan warna agak
Consistency Ratio hijau hingga warna yang paling hijau. Hasil
kecocokan lokasi Puskesmas baru di
Kabupaten Kebumen divisualisasikan dalam
Bobot prioritas Gambar 3.16.
kriteria dapat dikatakan konsisten jika nilai
CR kurang dari 0,1 atau <10%. Dari hasil
perhitungan tersebut menyebutkan nilai CR
sebesar 0,1746 atau lebih besar dari 0,1.
Meski demikian, hasil perhitungan dapat
ditoleransi oleh tools tersebut sehingga
analisis AHP masih dapat terus dilanjutkan
ke tahapan berikutnya.
- Mengambil Keputusan Gambar 3.16. Peta Kecocokan Lokasi
Akhir dari proses pengolahan data, Puskesmas Baru Kabupaten Kebumen
analisis, dan perhitungan setiap kriteria Tahun 2014
dalam penelitian ini adalah keputusan yang Dapat dilihat dalam peta, wilayah yang
diambil oleh stakeholder atau pengambil cocok dipilih menjadi lokasi baru
keputusan untuk menentukan dimana lokasi Puskesmas di Kabupaten Kebumen
Puskesmas baru ditempatkan. Pada (berwarna hijau) adalah Kecamatan
dasarnya, metode AHP menghasilkan calon Kebumen dan Kecamatan Gombong.
lokasi suatu objek baru pada keseluruhan Sementara terdapat 11 (sebelas) kecamatan
wilayah yang dikaji. Hanya saja lokasi- lain yang juga dapat dijadikan lokasi
lokasi yang tepat atau lebih cocok untuk alternatif untuk Puskesmas baru karena
dipilih menjadi lokasi baru suatu objek masuk ke dalam kategori sedang atau dalam
tersebut diperlihatkan melalui perbedaan peta berwarna kuning diantaranya:
bobot prioritas dari masing-masing kriteria Kecamatan Rowokele, Kecamatan Buayan,
yang digunakan. Berikut ini merupakan Kecamatan Karanganyar, Kecamatan
hasil analisis menggunakan AHP dalam Adimulyo, Kecamatan Puring, Kecamatan
bentuk raster untuk menentukan lokasi yang Petanahan, Kecamatan Buluspesantren,
cocok atau sesuai untuk Puskesmas baru di Kecamatan Ambal, Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.

10
Kecamatan Bonoworo, dan Kecamatan Kebumen Tahun 2012.
Mirit. Kebumen: DinKes Kebumen.
Selain itu terdapat 5 (lima) kecamatan [2] Nurdiansyah, Mokhamad.
lain yang dapat dipilih untuk lokasi 2010. Sistem Informasi
Puskesmas baru, namun tidak terlalu Geografis untuk Penentuan
direkomendasikan karena masuk ke dalam Lokasi SPBU Baru di Surabaya,
kategori sedang mendekati tidak cocok Jurnal. Surabaya: Institut
(pada peta berwarna jingga atau oranye). Teknologi Sepuluh November.
Lima kecamatan tersebut diantaranya: [3] Prasetyo, Dwi Juli. 2014.
Kecamatan Kuwarasan, Kecamatan Kajian Kerawanan
Sruweng, Kecamatan Pejagoan, Kecamatan Longsorlahan Menggunakan
Klirong, dan Kecamatan Kutowinangun. Metode Analytical Hierarchy
Process dan Sistem Informasi
KESIMPULAN Geografis di DAS Ijo Daerah
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Istimewa Yogyakarta. Skripsi.
1. Berdasarkan penyusunan peta sebaran Yogyakarta: Fakultas Geografi
Puskesmas di Kabupaten Kebumen tahun UGM.
2014 diperoleh visualisasi lokasi [4] Puwanto, Taufik Hery. 2013.
Puskesmas yang ada saat ini. Puskesmas Pola, Hubungan, dan Arah
berjumlah 35 unit dan tersebar di 26 Perkembangan Minimarket di
kecamatan di Kabupaten Kebumen. Kota Yogyakarta melalui
Terdapat 18 kecamatan yang memiliki analisis Statistik Spasial.
satu unit Puskesmas dan 8 kecamatan lain Jurnal. Yogyakarta: Fakultas
memiliki lebih dari satu unit Puskesmas. Geografi UGM.
2. Pemilihan kriteria dan hierarki yang [5] Saaty, T. L. 1991. Some
direncanakan serta user yang Mathematical Concept of the
memberikan skala perbandingan kriteria Analytical Hierarchy Process.
sangat berpengaruh pada hasil keputusan Behaviormatrika, 29.
dari penelitian ini. Hasil analisis
menggunakan metode AHP pada tools
ArcGIS dan hitungan secara manual
menunjukkan perbedaan konsistensi
rasio bobot prioritas yang diperoleh.
Namun perbedaan tersebut masih dapat
ditoleransi karena selisih perbedaan nilai
tidak terlampau besar. Berdasarkan peta
rekomendasi, terlihat beberapa desa yang
dinilai sesuai untuk didirikan Puskesmas
baru. Karena dari beberapa desa tersebut
memiliki data yang lebih menonjol,
misalnya terletak pada area berwarna
hijau dan termasuk di luar jangkauan
Puskesmas yang sudah ada saat ini..

DAFTAR PUSTAKA
[1] Dinas Kesehatan Kabupaten
Kebumen. 2011. Profil
Kesehatan Kabupaten

11
12

Anda mungkin juga menyukai