OLEH :
NURYAHYA ABDULLAH (A156140021)
ELY TRIWULAN DANI (A156140041)
0
PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH BERDASARKAN
TINJAUAN SPASIAL DAN SARANA PRASARANA WILAYAH
DI KABUPATEN MAMASA
(Nuryahya Abdullah, Ely Triwulan Dani)
A. Pendahuluan
1
wilayah Propinsi Sulawesi Barat bersama dengan empat kabupaten lainnya yaitu
Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene dan Polewali Mandar. Kabupaten
Mamasa memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang beraneka ragam, antara
lain pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan darat, pertambangan dan
pariwisata.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk kabupaten Mamasa adalah 147.660 jiwa,
dengan laju pertumbuhan penduduk 0,93% dan kepadatan penduduk 49 jiwa/km2
(BPS Kab. Mamasa, 2014). Sebagai wilayah baru hasil pemekaran, pembangunan
dan pengembangan wilayah di kabupaten Mamasa menjadi kebutuhan utama dalam
memajukan daerah di berbagai bidang dengan potensi yang dimiliki. Wilayah
kabupaten yang strategis menjadi salah satu modal utama dalam mengembangkan
wilayahnya. Disamping itu infrastruktur yang berupa sarana prasarana wilayah di
tiap kecamatan dan desa menjadi penguat hirarki wilayahnya. Selanjutnya dari
potensi dan kondisi yang dimiliki Kabupaten Mamasa dapat dibuat sebuah
perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan tinjauan spasial dan sarana
prasarana (infrastruktur) wilayah.
B. Tinjauan Spasial Kabupaten Mamasa
Kabupaten Mamasa terdapat di provinsi Sulawesi Barat, dengan beribukota
di Mamasa. Secara Astronomis kabupaten Mamasa berada pada 2°39’216” dan
3°19’288” LS serta 119°0’216” dan 119°38’144” BT. Kabupaten Mamasa
berbatasan dengan Kabupaten Mamuju di sebelah utara dan Kabupaten Majene di
sebelah barat, Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah timur serta Kabupaten Polewali
Mandar di sebelah selatan (BPS Kab. Mamasa, 2014). Batas wilayah Kabupaten
Mamasa dapat dilihat pada Gambar 1.
2
Gambar 2. Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan di Kabupaten Mamasa
Luas wilayah Kabupaten Mamasa adalah sekitar 3.005,88 km², yang terbagi
menjadi 17 kecamatan dan 181 desa. Kecamatan Tabulahan adalah kecamatan
terluas yaitu 17,10 % dari keseluruhan luas wilayah, sedangkan luas wilayah
terkecil adalah kecamatan Rantebulahan Timur yaitu 1,06% dari keseluruhan luas
wilayah (BPS Kab. Mamasa, 2014). Gambaran umum pembagian wilayah
administratif seperti disajikan pada Gambar 2.
3
Penggunaan lahan di kabupaten Mamasa pada tahun 2011 terbagi menjadi
sembilan penggunaan, secara berurutan dari penggunaan yang paling luas sampai
yang terkecil adalah: pertanian lahan kering bercampur dengan semak seluas
1.115,77 km² (36,55%); hutan lahan kering sekunder seluas 1.109,36 km²
(36,34%); hutan lahan kering primer seluas 332,87 km² (10,9%); semak/belukar
seluas 285,52 km² (9,35%); savana seluas 97,15 km² (3,18%); sawah seluas 61,62
km² (2,02%); pertanian lahan kering seluas 36,47 km² (1,19%); sungai seluas 8,37
km² (0,27%); dan tanah terbuka seluas 5,66 km² (0,19%). Peta penggunaan lahan
Kabupaten Mamasa tahun 2011 seperti disajikan pada Gambar 3.
C. Hirarki Wilayah
4
Metode Skalogram menggambarkan seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh
setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel, dengan menuliskan jumlah
fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya fasilitas
tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan jumlah/kuantitasnya. Rumus yang
digunakan adalah (Panuju dan Rustiadi, 2013):
Dimana:
Zij : nilai baku untuk desa/kelurahan ke-i dan jenis sarana ke-j,
Yij : jumlah sarana untuk desa/kelurahan ke-i dan jenis sarana ke-j,
Min Yj : nilai minimum untuk jenis sarana ke-j, dan
Std Dev : nilai standar deviasi IPW
Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai baku tersebut untuk setiap
kecamatan. Struktur wilayah dilakukan dengan sortasi data dimana wilayah yang
mempunyai nilai yang paling besar diletakkan di barisan atas dan fasilitas yang
paling banyak berada di kolom kiri. Indeks perkembangan wilayah dikelompokkan
ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu hirarki I (tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki
III (rendah). Penentuannya didasarkan pada nilai hasil standar deviasi IPW dan nilai
rataannya. Nilai yang di dapat untuk selang hirarki, digunakan untuk menentukan
kelas hirarki (Surur, 2014), dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Nilai Selang Kelas Hirarki untuk Analisis Skalogram
5
terdekat dengan ibukota kabupaten sedangkan kecamatan yang terjauh adalah
Kecamatan Pana.
6
Sebagai wilayah pemekaran, Kabupaten Mamasa cenderung akan terus
berkembang didukung dengan bertambahnya jumlah penduduk baik dari dalam
maupun dari luar. Sehingga sarana prasarana atau infrastruktur wilayah akan terus
dikembangkan oleh pemerintah untuk mengimbangi kebutuhan pelayanan bagi
masyarakat. Tabel 2 menyajikan hasil analisis skalogram kabupaten Mamasa
berdasarkan jumlah fasilitas umum dan pelayanan serta jarak dengan lokasi fasilitas
tersebut, yang dikaitkan dengan jumlah penduduk tiap kecamatan, dimana secara
spasial hirarki wilayah dapat dilihat pada Gambar 5.
Secara keseluruhan dari 181 desa sebanyak 26 desa (14,36%) masuk dalam
Hirarki I yang tersebar di 9 kecamatan yang disominasi oleh Kecamatan Mamasa.
Hirarki II sebanyak 44 desa (24,31%), hanya Kecamatan Sesenapadang yang
desanya tidak ada pada hirarki II. Selebihnya sebagian besar desa di Kabupaten
Mamasa masuk dalam Hirarki III, yaitu sebanyak 111 desa (61,33%).
Kecamatan Mamasa sebagai ibukota kabupaten sebagian besar wilayahnya
masuk dalam Hirarki I yaitu 11 desa dan hanya satu desa yang masuk dalam Hirarki
II. Kecamatan Tawalian meskipun lokasi bersebelahan dan paling dekat dengan
ibukota kabupaten sebagian besar wilayahnya masuk dalam Hirarki III. Selain
Tawalian beberapa kecamatan yang bersebelahan langsung dengan ibukota
kecamatan tidak masuk dalam Hirarki I, diantaranya Kecamatan Tabang, Balla, dan
Bambang. Sedangkan untuk Kecamatan Tabulahan 2 desa dari 14 desa-nya masuk
dalam Hirarki I.
7
Gambar 5 dapat dilihat secara langsung bahwa desa-desa dengan Hirarki I
tidak terpusat, namun tersebar di beberapa bagian diantaranya di pusat ibukota
kabupaten, di bagian barat dan selatan. Hirarki II tersebar di sekitar desa yang ber-
Hirarki I, sedangkan Hirarki III tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten. Dari
gambaran spasial dan analisis sarana prasarana wilayah, dapat disimpulkan bahwa
rencana pengembangan wilayah yaitu pembangunan infrastruktur wilayah
(Mansyur, 2015) di Kabupaten Mamasa dengan mempertimbangkan:
a) Keterkaitan Infrastruktur sosial dengan kebutuhan penduduk, dimana fasilitas
yang dibangun menjadi prioritas utama, memperhatikan lokasi penduduk serta
masyarakat yang nanti memanfaatkannya.
b) Jangkauan area pelayanan fasilitas berkaitan dengan kepadatan penduduk pada
tiap kecamatan.
c) Standarisasi fasilitas umum, yang mengutamakan pemerataan manfaat untuk
seluruh masyarakat, pemerataan kesempatan dan pemenuhan kebutuhan.
d) Penerapan standar, dalam memenuhi kebutuhan dan pelayanan dengan
memperhatikan pola perkembangan wilayah, potensi pendukung dan
karakteristik penduduk.
e) Perencanaan pembangunan fasilitas umum dengan memperhatikan karakteristik
wilayah, besaran wilayah, dan karakteristik penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Potensi Desa. Jakarta (ID): BPS.
[BPS Kab. Mamasa] Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamasa. 2014. Kabupaten
Mamasa dalam Angka. Mamasa (ID): BPS Kabupaten Mamasa.
Mansyur U. 2015. Bahan Kuliah Studio Perencanaan Wilayah (TSL 660), Analisis
Pola Spasial dan Sarana Prasarana (Infrastruktur). Bogor (ID): Ilmu
Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, IPB.
Panuju DR, Rustiadi E. 2013. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Bogor (ID): Lab. Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, IPB.
[Pemda Kab. Mamasa] Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Mamasa. Bab II
Gambaran Umum Wilayah.
<http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.mam
asa/Bab%202.pdf> Diunduh tanggal 30-11-2015.
Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor
Indonesia.
Surur F. 2014. Analisis dan Arahan Pengembangan Kawasan Danau Tempe,
Provinsi Sulawesi Selatan dengan Mempertimbangkan Kearifan Lokal
[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.