Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani,Mulyani, 2010). Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi. Kini epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik (penyakit yang berkunjung secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang tinggal di dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang). Epidemiologi tidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit noninfeksi. Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan meningkatnya kemakmuran dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu dilakukan untuk menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis menggunakan paradigma Black box, yakni meneliti hubungan antara paparan di tingkat individu (kebiasaan merokok, diet) dan risiko terjadinya penyakit kronis, tanpa perlu mengetahui variabel antara atau patogenesis dalam mekanisme kausal antara paparan dan terjadinya penyakit (Susser dan Susser, 1996). Pembahasan epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dari konsep epidemiologi itu sendiri dalam menangani masalah penyakit. Dalam hal ini frekuensi pengetahuan masyarakat tentang faktor penyebab atau faktor risikonya dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait (Bustan, 2006).

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah epidemiologi berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat ? 2. Apakah peranan epidemiologi terhadap kesehatan masyarakat ? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang pengetahuan akan epidemiologi kesehatan, penyakit, statistik kesehatan serta pencegahan dan penanggulangan mengenai masalah kesehatan masyarakat. 1.4 Hipotesa Epidemiologi berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Epidemiologi 2.1.1 Definisi Epidemiologi Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani, 2010). Perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan (Maryani, 2010). 2.1.2 Tujuan Epidemiologi Menurut Timmreck, Thomas C (2005),ada tiga tujuan umum studi epidemiologi: 1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindron atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/ perilaku. 2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku dan ilmu biomedis yang terbaru. 3. Untuk menentukan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah kegiatan dan program intervensi.
3

2.1.3 Jenis Epidemiologi Jenis epidemiologi dibagi tiga, yaitu: 1. Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang mempelajari frekuensi dan distribusi masalah kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan jawaban tentang faktor penyebab yang memepengaruhi frekuensi, penyebaran dan munculnya masalah kesehatan tersebut. Ini menjawab tentang siapa (Who), di mana (Where) dan kapan (When). 2. Epidemiologi Analitik Epidemiollogi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan. Ini menjawab tentang, mengapa (Why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan. 3. Epidemiologi Eksperimental Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan peercobaan untuk membuktikan suatu faktor sebagai penyebab terjadinya penyakit (Maryani, 2010). 2.1.4 Peranan Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat 1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya. 2. Menyiapkan data/ informasi unutk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam. 3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan. 4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta mengatasinya, baik penyakit perorangan (tetapi dianalisis dalam kelompok) maupun kejadian luar biasa atau wabah dalam masyarakat (Lidya, Dkk., 2010).

2.2 Kejadian Penyakit Infeksi Dalam Masyarakat A. Penyakit Infeksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. 2. Penyakit infeksi menular Penyakit infeksi non menular.

Penyakit infeksi menular adalah penyakit yang disebabkan oleh transmisi suatu agen infeksius tertentu atau produk toksisnya, dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh penyakit infeksi menular: Dipteri, TBC, Typhus, Abdominalis, Hepatitis. Penyakit infeksi tidak menular adalah penyakit yang berlangsung secara berlarutlarut (kronik), contohnya : jantung, tetanus (Maryani,2010). B. Beberapa Istilah Kejadian Penyakit dalam Masyarakat: 1. Endemi Endemi adalah suatu keadaan dimana penyakit terjadi secara menetap, tidak cepat hilang, jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara luar biasa dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu. Contohnya: kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Balikpapan merupakan kasus endemis selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun 20072009. 2. Epidemi Epidemi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu dalam, suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju ekspektasi (dugaan) atau jumlah yang melebihi atas jumlah normal atau jumlah yang biasa. Contohnya: tahun 2002 terjadi epidemik cikungunya di Bekasi (Jawa Barat, Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). 3. Pandemi Pandemi adalah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan biasanya mencakup proporsi yang banyak. Contohnya: pandemik flu burung yang ada di Indonesia pada tahun 2009 dan sudah menyebar ke seluruh dunia.

4. Kasus Kasus adalah seseorang menderita penyakit yang telah didiagnosis terhadapnya jadi bukan sekedar terinfeksi. Contohnya: seorang dikatakan memiliki kasus TB paru jika dokter menegakkan diagnosa orang tersebut terinfeksi tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik. 5. Kasus Indeks Kasus indeks adalah kasus pertama yang diperoleh atau mendapat laporan kejadian penyakit/wabah atau penelitian. Contohnya: flu asiatik yang dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. 6. Kasus Primer Kasus primer adalah kasus pertama yang menjadi sumber penyebaran penyakit menular yang terjadi dalam komuniti. Contohnya: Flu babi pertama kali menyebar di Meksiko pada tahun 1976 (Muliani, Dkk., 2010). 2.2.1 Konsep Dasar Epidemiologi Penyakit 2.2.1.1 Segitiga Epidemiologi Segitiga Utama Epidemiologi

Host

Agen Segitiga epidemiologi yang sering

Lingkungan dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang


6

hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadapkeseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan enimbulkan status sakit. Hubungan keseimbangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Maryani, 2010) :
a. Manusia dalam keadaan sehat b. Manusia menderita penyakit karena daya tahan tubuh berkurang penjamu penyakit lingkungan l d. Manusia menderita penyakit karena perubahan lingkungan bibit

penjamu lingkungan

agen

c. Manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat penjamu bibit penyakit lingkungan

penjamu lingkungan bibit penyakit

2.2.1.2 Komponen segitiga epidemiologi : A. Faktor host/ penjamu (Tuan rumah) Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk faktor penjamu adalah: 1. Genetika, faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan. Misalnya: buta warna, asma, hemofilia dll. 2. Umur dan keadaan imunologis, mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Misalnya, pada

balita karena imunnya belum stabil, dan pada manula karena imunnya sudah menurun. 3. Jenis kelamin, mempengaruhi status kesehatan karena ad penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau wanita saja. Misalnya, kanker serviks pada wanita. 4. Etnis/ ras/ warna kulit. Mempengeruhi status kesehatan karena terdapat perbedaan antara etnis/ ras tertentu. Misalnya, ras kulit putih lebih berisiko terkena kanker kulit dibandingkan dengan ras kulit hitam. 5. Keadaan fisiologis tubuh, mempengeruhi status kesehatan. Misalnya, kelelahan, kehamilan, pubertas, keadaan gizi dll. 6. Perilaku dan kebiasaan/ gaya hidup, mempengaruhi status kesehatan. Misalnya, personal hygiene, hubungan antar pribadi dll 7. Penyakit sebelumnya, mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka risiko kambuh lebih kecil atau tidak terjadi (Muliani, Dkk., 2010). B. Faktor Agen Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masallah kesehatan lainnya Faktor lingkungan (Muliani, Dkk., 2010). Agent/ penyebab bibit penyakit terdiri dari biotis dan abiotis. 1. Penyebab biotis, khususnya terjadi pada penyakit-penyakit menular yang terdiri dari lima golongan, yaitu: Protozoa (plasmodium, amoeba), Metazoa (arthopoda, helmintes), Bakteri (salmonela, meningitis), virus (dengue, polio), Jamur (candida, tinia algae). 2. Penyebab abiotis, terdiri dari: a. Nutrient agent: kekurangan/ kelebihan gizi b. Chemical agent: pestisida, logam berat, obat dll. c. Physical agent: suhu, kelembaban, panas dll

d. Menhanical agent: pukulan, kecelakaan, trauma dll (Maryani, Dkk., 2010). C. Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi (Muliani, Dkk., 2010). D. Karakteristik Segutiga Utama Epidemiologi Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus berinteraksi satu sama lain sehingga perubahan pada unsur trias dapat menyebabkan kesakitan yang tergantung pada karakteristik (ciri) dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya (Muliani, Dkk., 2010). a. Karakteristik Penjamu Penjamu mempunyai karakteristik dalam menghadapi ancaman penyakit, misalnya: 1. Resistensi Resistensi merupakan kemampuan penjamu untuk bertahan terhadap infeksi tertentuh, dan penjamu mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalamk menghadapinya. 2. Imunitas Imunitas merupakan kemampuan penjamu untuk mengambangkan suatu resp[on imunologis, baik yang di dapat secar alamiah atau non alamiah sehingga tubuh kebal terhafdap penyakit tertentuh. 3. Infektifitas Infektifitas merupakan kemampuan penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit pada orang lain kerena kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada tubuh manusia dan sekitarnya. b. Karakteristik Agen Agen mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyebabkan terjadinya penyakit, misalnya: Patogenisti (kemampuan penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu), Virulensi (ukuran derajat
9

kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit). Antigenisti (kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme imun pada host. Infektivi (kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri dan berreproduksi di dalam host (Maryani, Dkk., 2010). c. Karakteristik Lingkungan Lingkungan mepunyi karakteristik tersendiri dalam menimbulkan status sakit, misalnya: 1. Topografi Topografi berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik yang natural atau buatan manusia yang mungkin mempengarui terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu. 2. Geografis Geografis merupakan keadaan yang berhubungn dengan struktur geologi bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit (Muliani, Dkk., 2010). 2.3 Pencegahan Dan Penanggulangan 2.3.1 Upaya Pencegahan Upaya pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu sehingga upaya pencegahan di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit (Muliani, Dkk., 2010). 1. Pencegahan Tingkat Pertama (primary prevention) Pencegahan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan melakukan tindakan pencegahan khusus.Pencegahan tingkat pertama meliputi: a. Promosi kesehatan (Health promotion) merupakan upaya untuk menghindari promosi kesehatan meliputi: 1. Penyuluhan kesehatan 2. Perbaikan perumahan 3. Penyediaan sanitasi yang baik
10

adanya faktor resiko. Upaya

4. Perbaikan Gizi 5. Konsultasi genetik 6. Pengendalian faktor lingkungan b. Pencegahan khusus (Specific protection) Merupakan upaya untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin. Upaya pencegahan khusus meliputi: 1. Pemberian imunisasi dasar 2. Pemberian nutrisi khusus 3. Pemberian Vitamin A, tablet zat besi 4. Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection) 5. Perlindungan terhadap sumber-sumber pencemaran 2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary prevention) Pencegahan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention), meliputi: A. Diagnosis awal dan pengobatan tepat merupakan upaya yang ditujukan untuk diagnosis dini penderita atau yang dianggap menderita suatu penyakit sehingga dapat diberikan pengobatan tepat dan segera. (Muliani, Dkk., 2010). Upaya ini meliputi : a. Melakukan general check-up secara rutin b. Melakukan berbagai survey seperti screaning (penyaringan) c. Pencarian kasus (case finding) d. Pemeriksaan khusus (labolatorium dan tes) e. Monitoring dan surveilans epidemiologi f. Pemberian obat yang rational dan efektif B. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Merupakan upaya untuk mencegah penyakit tidak bertambah parah, tidak mati atau timbul cacat atau kronik. Upaya ini meliputi: a. b. Operasi plastik pada bagian/organ yang cacat Pemasangan pin pada tungkai yang patah

11

3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Yang termasuk upaya pencegahan ketiga adalah rehabilitasi yang merupakan upaya untuk memulihkan kedudukan, kemampuan atau fungsi setelah penderita sembuh. Pada keadaan ini kerusakan patologis bersifat irreversible, tidak bisa diperbaiki lai, karena itu upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan, seperti: a. Rehabilitasi fisik, misalnya rehabilitasi cacat tubuh, dengan alat bantu. b. Rehabilitasi sosial, misalnya mendirikan tempat pendidikan untuk tunanetra, tunarungu, anak cacat dan terbelakang. c. Rehabilitasi kerja, misalnya rehabilitasi masuk ke tempat kerja sebelumnya, mengaktifkan optimum organ yang cacat d. Rehabilitasi mental, misalnya mengembalikan kepercayaan diri orang yang terkena narkoba. (Lidya dan Rizki, 2010). 2.3.2 Upaya Penanggulangan

2.3.2.1 Penanggulangan Penyakit Penanggulangan penyakit dalam epidemiologi bisa diketahui dengan kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi penyakit (Bustan, 2006). 1. Penyakit menular Penyakit menular dalam epidemiologi dapat ditanggulangi dengan cara : a. Menghilangkan atau mengurangi sumber infeksi b. Memutuskan rantai penularan Memutuskan rantai penularan dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan dengan cepat akan memberikan indikasi cara penularan berlangsung dapat dibedakan menjadi 3 yakni: Kontak dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung Dari sumber yang sama Kombinasi antara a dan b

12

c. Melindungi populasi berisiko Hubungan kepastian etiologi,sumber dan cara penularan dengan keluasan penyelidikan dan kecepatan cara penanggulangan. 2.4 Tehnik Untuk Memecahkan Masalah di Puskesmas A. Definisi pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek (responden) dan proses mencatat peristiwa atau mencatat karakteristik atau mencatat nilai variable yang diperlukan dalam suatu penelitian. Variable adalah semua objek yang menjadi sasaran penelitian yaitu gejala-gejala yang menunjukan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatnya. Variable ini sesyatu yang nilainya berubah menurut waktu atau berbeda menurut elemen atau tempat (Muliani, Dkk., 2010). B. Tujuan Pengumpulan Data Tujuan dari pengumpulan data dalam epidemiologi adalah untuk menentukan dan mencatat hal-hal dibawah ini, yaitu : 1. Kelompok resiko terbesar dari masalah 2. Jenis agen dan karakteristiknya 3. Reservoir dari penyakit infeksi 4. Keadaan berlangsungnya transmisi 5. Kejadian penyakit atau masalah secara keseluruhan (Muliani, Dkk., 2010). C. Sumber Data Data yang akurat memerlukan sumber dan metode pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber pengumpulan data, yaitu : 1. Menurut cara pengumpulan Berdasarkan cara pengumpulannya, data dibagi menjadi:

13

a. Langsung Data langsung adalah data yang didapat dengan melakukan Tanya jawab langsung antara person dengan person, pengumpul data berhadapan langsung dengan subjek (responden) b. Tidak langsung Data tidak langsung adalah data yang didapat melalui telepon atau surat, melalui media atau cara tertentu untuk mencapai subjek (responden) (Muliani, Dkk., 2010). 2. Menurut sumber pengumpulan Berdasarkan sumber pengumpulannya, data dibagi menjadi: a. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang memerlukan nya dari subjek pertama (responden) atau dari sumber utamanya, melalui nalat atau metode pengumpulan data. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan data itu sebelumnya dimana pembaca data dapat langsung membaca atau langsung memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data pertama. Contoh penyedia data, yaitu: BPS (Badan Pusat Statistik), dll (Muliani, Dkk., 2010). 2.4.1 Teknik Analisis Analisis data merupakan suatu proses untuk mengghasilkan rumusan masalah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan data yang telah terkumpul. Untuk dapat mengindifikasi masalah program atau masalah kesehatan masyarakat, hasil analisi apa umumnya dibandingkan dengan target atau ukuran keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya (Muninjaya, 2004). 2.4.2 Pengolahan dan analisa data Statistik dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan perangkat lunak komputer. Pengolahan data secara manual dewasa ini sudah
14

jarang dilakukan. Namun, untuk data yang berskala kecil dan kelangkaan prasarana komputer dan kemampuan sumber daya manusia, pengolahan secara manual masih digunakan (Notoatmodjo, 2007). 2.4.3 Pengukuran Sumber Kesehatan a. Ukuran Epidemiologis Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya. Mislanya kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi, prevalensi, dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur dengan angka kematian (Maryani, 2010). Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai disini adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat adalah faktor yang berkaitan dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Faktor time atau waktu adalah periode atau waktu kapan oarangorang tersebut mengalami suatu peristiwa (Maryani, 2010). b. Angka (Rate) Angka (rate) adalah suatu jumlah kejadian dihubugkan dengan populasi yang bersangkutan. Peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause disease specific death rate(Maryani, 2010)

15

1. Incidence Rate (Angka Insidensi) Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkna penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010). Rumus:

Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan waktu atau saat timbulnya penyakit. Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung terjadinya dapat diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor penyebab dari penyakit yang akut maupun kronis. Incidence rate adalah suatu ukuran langsung adri kemungkinan atau probalitas untuk menjadi sakit (Maryani, 2010).

2. Attack Rate (Angka Serangan) Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah (Maryani, 2010).
16

Rumus :

3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder) Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang mendapat serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah orang yang telah pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil (Maryani, 2010). Rumus :

4. Point Prevalence Rate Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada waktu jangka tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Point Prevalence Rate mengukur jumlah penderita lama dan baru yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada satu titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk ssaat itu dalam persen atau permil. Point Prevalence Rate biasa juga disebut Prevalence Rate saja (Maryani, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate, yaitu (Maryani, 2010): a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada waktu yang lalu. b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru ditemukan
17

c. Lamanya atau time menderita sakit. Rumus :

5. Periode Prevalence Rate Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil. Periode Prevalence terbentuk dari Periode Prevalence Rate ditambah incidence rate dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi (Maryani, 2010). Rumus :

6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil. Crude Death Rate digunakan untuk perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda-beda tetapi tidak dapat secara langsung melainkan harus melalui prosedur penyesuaian (adjusment). Crude Death Rate digunakan secara luas karena sifatnya

18

yang merupakan summary rate dan dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal (Maryani, 2010). Rumus :

7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian Penyebab Khusus) Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian karena suatu penyebab khusus dalamsatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010). Rumus :

8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur Tertentu) Age Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibagi dengan jumlah penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010). Rumus :

19

9. Proporsi Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan Epidemiologi kelompok yang dinyatakan dalam persen. Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka indensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada Lingkungan Agen Host setiap sub kelompok (Maryani, 2010). 10. Rasio Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa Seimbang Tidak Seimbang atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam epidemiologi jumlah orang sakit dibandingkan dengan Penyakit jumlahorang sehat, misalnya: rasio orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat (Maryani, 2010). adalah

Menular

Tidak Menular

BAB III PETA KONSEP Pengumpulan Data

Pengumpulan Data
20

Tindakan Penyalesaian

BAB IV PEMBAHASAN
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia harus berupaya untuk melakukan perbaikan di segala bidang untuk menjadi lebih baik. Bidang kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
21

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Secara etimologis, epidomiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana Epi = upon (pada/tentang), demos = people (penduduk/masyarakat), logia = knowledge (ilmu pengetahuan). (Maryani, 2010). Menurut Maryani (2010), perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dalam melihat masalah kesehatan yang sedang terjadi, epidemiologi membutuhkan data. Data adalah gambaran dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Dalam kehidupan sehari-hari data merupakan fakta tersurat dalam bentuk tulisan tentang suatu objek. Data epidemiologi merupakan komponen dasar dari informasi epidemiologi yang akan diproses. Lebih lanjut untuk menghasilkan informasi epidemiologi. Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit (Maryani, 2010). Menurut Maryani (2010), ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi, prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur
22

dengan angka kematian. Peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause disease specific death rate. Proporsi merupakan hubungan antara jumlah kejadian dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen. Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka indensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok. Sedangkan Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan jumlah orang sehat, misalnya: rasio orang sakit batuk berdarah dibandingkan dengan orang sehat. Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi epidemiologis karena secara umum penyakit tersebar menurut faktor penjamu, agen dan lingkungan. Oleh karena itu, penjelasan penyebaran penyakit dilakukan dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu kejadiaanya (Maryani, 2010).

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Epidemi adalah suatu masalah kesehatan yang umumnya terjadi di masyarakat ,di mana epidemiologi membahas penyakit menular dan tidak menular baik secara langsung maupun tidak menular. Epidemiologi adalah ilmu
23

kedokteran dasar yang mempunyai tujuan meningkatkan kesehatan populasi masyarakat. 5.2 Saran Di harapkan semua masyarakat mengerti dan memahami akan pentingnya masalah dan perilaku hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Bustan, 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta Maryani, Lidya dan Rizki Mulyani. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku kedokteran.
24

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi: 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 23-24. Susser M, Ezra Susser. 1996. Choosing a future for epidemiology: II. F. USA. .

25

Anda mungkin juga menyukai